Anda di halaman 1dari 6

Lingkungan dan Konservasi

Ecobrick : Solusi Cerdas Kurangi Tumpukan Limbah Plastik

Esai ini ditulis untuk mengikuti Lomba Essay Nusantara Scientific Competition
Season 9

Disusun Oleh:

Dhiaz Larasati Putri Stillana (18996)

i
Pendahuluan

Maraknya penggunaan plastik saat ini telah menjadi momok mengerikan di


seluruh belahan dunia. Tidak hanya di negara-negara berkembang saja, tetapi juga
di beberapa negara maju, seperti Amerika, Inggris, dan Jepang. Harganya yang
terjangkau, bobot yang ringan, tahan air, dan mudah ditemukan, membuat
material ini menjadi primadona di kalangan masyarakat hingga dunia industri.
Bagaimana tidak? Hampir semua kemasan makanan, pembungkus barang, bahkan
perabot rumah tangga menggunakan material plastik sebagai bahan dasar
pembuatannya. Padahal, plastik merupakan salah satu sumber polusi udara dan
pemanasan global.

Menurut data statistik persampahan domestik Indonesia, jenis sampah


plastik saat ini telah berada di peringkat kedua dengan jumlah sebesar 5,4 juta ton
per tahun atau sekitar 14% dari total produksi sampah. Dengan demikian, sampah
plastik mampu menggeser sampah jenis kertas yang tadinya berada di peringkat
kedua dengan jumlah sebesar 3,6 juta ton per tahun atau sekitar 9% dari total
jumlah produksi sampah.

Kurangnya lahan untuk menampung, dan presentase limbah plastik yang


terus meningkat membuat keberadaan TPA (Tempat Pembuangan Akhir) tidak
lagi menjadi solusi baik untuk mengatasi masalah ini. Seiring berjalannya waktu
limbah plastik akan terus menumpuk dan pada akhirnya akan dibakar atau
ditimbun di dalam tanah. Penghancuran dan pengelolaan sampah plastik yang
kurang tepat, seperti pembakaran dan penimbunan hanya akan memunculkan
masalah baru. Sampah plastik memang hancur setelah dibakar, akan tetapi gas
karbon monoksida (CO) dan hidrigen sianida (HCN) yang dihasilkan dapat
menyebabkan pemanasan global. Sedangkan sampah plastik yang ditimbun pun
akan merusak ekosistem tanah. Hal ini disebabkan karena plastik tidak dapat
terurai dengan sempurna, melainkan photodegadre, yang berarti plastik perlahan-
lahan akan pecah menjadi potongan-potongan kecil (mikroplastik) yang mana
nantinya dapat dengan mudah diserap oleh tumbuhan, dan hewan.

Penanganan sampah yang saat ini telah sering digunakan selain landfill
(TPA) adalah metode 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Reduce adalah mengurangi

1
pembelian terhadap barang-barang yang terbuat dari plastik, terutama plastik
sekali pakai. Reuse adalah pemakaian secara berulang kali terhadap produk
berbahan plastik. Recycle adalah mendaur ulang barang-barang yang terbuat dari
plastik. Namun, masing-masing penanganan tersebut memiliki kelemahan.
Kelemahan dari reduce adalah belum tersedianya alternatif pengganti plastik yang
harganya lebih tejangkau dan praktis. Kelemahan dari reuse adalah tidak semua
barang yang terbuat dari plastik dapat digunakan berkali-kali, ada beberapa barang
yang sifatnya hanya satu kali pemakaian, seperti kantong plastik, botol plastik, dll.
Sedangkan kelemahan dari recycle adalah bahwa plastik yang sudah didaur ulang
untuk dijadikan barang plastik lagi akan semakin menurun kualitasnya (Ismanto,
2016).

Pembahasan

Plastik terbuat dari zat-zat petrokimia, yang mana zat ini tidak layak untuk
kembali ke ekologi sekitar. Dengan kata lain, zat kimia yang dihasilkan oleh
degradasi sampah plastik sangatlah berbahaya bagi lingkungan. Lambat laun zat
ini akan larut dan mengendap di tanah, bahkan mencemari air hingga udara. Para
peneliti Jerman mengatakan, polusi terestrial jauh lebih tinggi daripada yang ada
di laut. Mereka juga mengatakan bahwa tumpukan sampah plastik di tanah dapat
menimbulkan dampak negatif jangka panjang.

Sebenarnya, upaya-upaya untuk menangani penumpukan plastik pun sudah


dilakukan. Namun, hal tersebut masih belum optimal untuk mengurangi jumlah
sampah plastik. Jika penanganan limbah plastik menggunakan metode reduce,
reuse, dan recycle telah sulit digunakan, maka penanganan terbaik untuk masalah
ini adalah dengan metode ecobrick.

Ecobrick merupakan salah satu cara efektif untuk mengolah limbah sampah
plastik. Ecobrick diambil dari kata ecology dan brick, yang mana ecology sendiri
memiliki arti lingkungan, sedangkan brick artinya adalah bata. Ecobrick terbuat
dari botol plastik yang diisi limbah kemasan plastik bekas dengan kepadatan
tertentu. Tujuan ecobrick bukan untuk menghancurkan limbah plastik, melainkan
untuk memperpanjang usia plastik sehingga dapat dikelola menjadi barang-barang

2
yang berguna seperti alternatif pengganti batu bata hingga furnitur ramah
lingkungan. Ecobrick memiliki kemampuan konstruksi yang baik dan hemat
biaya. Penggunaan ecobrick dalam pembuatan furnitur dan dinding bangunan
memiliki daya tahan lebih lama karena limbah plastik yang digunakan tidak
mudah terurai (Raut, dkk. 2015).

Gambar 1. Contoh ecobrick


(Sumber Foto : Dhiaz, 15 Januari 2023)

Ecobrick dinilai dapat memutus rantai pemicu pemanasan global yang


diakibatkan oleh pengolahan sampah plastik yang kurang tepat. Botol PET atau
botol plastik yang digunakan untuk ecobrick akan bertahan selama 300 sampai
500 tahun jika tidak terpapar sinar matahari, sehingga sampah plastik yang
tersimpan di dalam botol akan tetap terjaga dan tidak perlu dibakar ataupun
ditimbun. Dengan menyimpan sampah plastik di dalam botol PET sama artinya
dengan mencegah menyebarnya zat kimia yang dihasilkan oleh proses degradasi
sampah. Pembuatan ecobrick sangatlah mudah, tidak membutuhkan skill khusus,
bahkan tanpa biaya, karena bahan dasar yang digunakan untuk ecobrick adalah
limbah bekas konsumsi yang terbuat dari plastik.

Secara umum, langkah-langkah dalam pembuatan ecobrick dimulai dengan


mengumpulkan limbah botol plastik, dan kemudian mencucinya hingga bersih,
lalu mengeringkannya. Untuk isian botol menggunakan limbah kemasan plastik,
seperti kemasan mie instan, kemasan kopi, kantong plastik, dan lain sebagainya.
Langkah kedua adalah pengisian botol plastik. Limbah kemasan plastik yang telah
dikumpulkan tadi, dimasukkan ke dalam botol plastik dengan sedikit ditekan

3
menggunakan kayu atau bambu hingga padat. Untuk isian botol tidak boleh
tercampur dengan logam, kaca, ataupun benda-benda tajam lainnya. Jika ingin
membuat sesuatu menggunakan ecobrick, seperti membuat meja, pot, kursi, atau
benda lain, maka ukuran botol yang digunakan harus sama, atau bahkan dari merk
dan jenis yang sama agar mudah untuk disusun.

Kesimpulan

Plastik merupakan salah satu material yang sulit untuk terurai. Komponen
mikroplastik yang dihasilkan dari proses degradasi dapat menyebabkan kerusakan
lingkungan hingga mengancam nyawa. Penanganan sampah plastik yang kurang
tepat hanya akan menimbulkan masalah baru.
Ecobrick merupakan salah satu solusi cerdas untuk mengurangi
penumpukan sampah. Penyimpanan sampah-sampah plastik di dalam botol PET
akan membantu mengurangi pencemaran zat kimia yang dihasilkan dari degradasi
plastik. Ecobrik juga mampu mencegah pemanasan global dan polusi udara yang
diakibatkan oleh pengolahan sampah yang tidak tepat. Fungsi dari ecobrick
bukanlah untuk menghancurkan plastik, melainkan untuk memperpanjang usia
plastik agar dapat digunakan menjadi barang yang bermanfaat dan menaikkan
nilai jual dari sampah plastik.

4
DAFTAR PUSTAKA

Arwini, N. P. (2022). SAMPAH PLASTIK DAN UPAYA PENGURANGAN TIMBULAN SAMPAH


PLASTIK. Vastuwidya , 72-82.
Yusiyaka, R. A., & Yanti, A. D. (2021). Ecobricks Solusi Cerdas Dan Praktis Untuk
Pengelolaan Sampah Plastik. Jurnal Pendidikan Luar Sekolah , 68-74.

Anda mungkin juga menyukai