Anda di halaman 1dari 2

Gaya Hidup Berkelanjutan

13 June 2022 22:34 PM

Suryanto, Pengamat Ekonomi Lingkungan

TIAP memperingati Hari Lingkungan Hidup, dari tahun ke tahun, tema soal pemanasan
global masih menjadi pembahasan. Saat ini pemanasan global bukan lagi hanya sebuah
isu. Tapi sudah berubah menjadi ancaman serius bagi kehidupan di bumi. mengatakan
skenario untuk menghentikan pemanasan global telah dicanangkan melalui beberapa
pertemuan para pemimpin dunia.

Seperti pertemuan di Stockholm, pertemuan di Paris (COP-21) dan pertemuan di


Glasgow (COP-26) bahkan dalam target sustainability development goals (SDGs) telah
dicanangkan oleh PBB. Risiko perubahan iklim telah dipahami oleh semua orang yaitu
peningkatan suhu bumi, perubahan iklim, gagal panen, peningkatan ancaman bencana,
dan munculnya beberapa varian penyakit baru yang disebabkan oleh virus atau bakteri.
Saat ini relatif mudah bagi masyarakat untuk menunjukkan contoh risiko karena adanya
pemanasan global tersebut.

Beberapa daerah telah melaporkan adanya musim hujan yang berkepanjangan atau
musim kemarau yang berkepanjangan. Di Jawa Tengah misalnya, peningkatan risiko
banjir terjadi di daerah Solo dan sekitarnya, longsor di daerah Kabupaten Karanganyar,
dan kekeringan di daerah Kabupaten Wonogiri. Pertanyaannya, siapa yang mendapatkan
kerugian dalam hal ini? Tentu saja adalah semua masyarakat.

Upaya membantu mengurangi beban lingkungan dapat kita lakukan melalui beberapa
perubahan gaya hidup yang dikenal dengan gaya hidup berkelanjutan. Definisi gaya
hidup berkelanjutan ini adalah adanya kesadaran bahwa untuk mengurangi penggunaan
sumber daya alam baik secara individual maupun secara sosial.

Perilaku gaya hidup ini yang pertama adalah konsumsi yang bertanggung jawab. Ini bisa
kita lakukan melalui pengurangan sampah makanan dan berkomitmen pada circular
economy serta efisien pada penggunaan energi. Langkah kecil yang bisa dilakukan
adalah membawa tempat makanan atau minuman sendiri dari rumah, kemudian sebisa
mungkin menggunakan energi ramah lingkungan baik di rumah atau di kantor. Kalau di
UNS misalnya. Sekarang sudah digunakan sumber energi listrik tenaga surya di
beberapa gedung dan sedang dicoba penggunaan kincir angin.

Perilaku gaya hidup yang kedua adalah mobilitas yang berkelanjutan. Ini bisa dilakukan
melalui optimalisasi penggunaan sarana transportasi umum. Dengan membatasi
penggunaan kendaraan pribadi selama alternatif transportasi publik tersedia seperti
kereta api listrik dan Batik Solo Trans. Jika mayoritas masyarakat sadar pada
penggunaan transportasi publik maka pengurangan emisi yang dilakukan adalah nyata.
Ketimbang para penumpang tersebut harus menggunakan sarana transportasi pribadi.

Perilaku gaya hidup yang ketiga untuk lebih sering mengkonsumsi makanan organik
daripada nonorganik. Dampak yang ditimbulkan adalah permintaan untuk makanan
organik akan meningkat dan akan merangsang para petani untuk beralih ke pertanian
organik. Dari sisi harga mungkin lebih mahal tetapi dari sisi kesehatan dipandang lebih
baik.

Tidak kalah penting lainnya, adalah perubahan dalam gaya hidup yang keempat yaitu
gaya berpakaian. Perubahan gaya hidup ini dapat berpengaruh juga terhadap
permintaan bahan pakaian yang tidak ramah lingkungan. Hentikan permintaan terhadap
pakaian yang berbahan dari hewan terutama yang dilindungi. Dengan demikian maka
permintaan pakaian jenis akan menurun dan akan menurunkan harga pasar dari bahan
pakaian dari kulit atau bulu hewan.

Perubahan perilaku berkelanjutan yang perlu kita teruskan antara lain melakukan daur
ulang bahan tidak ramah lingkungan dan kurangi penggunaan plastik. Rapat-rapat di
kantor sudah mulai menggunakan gelas yang bisa dicuci kembali untuk minum,
makanan yang dibungkus dengan bahan mudah terurai seperti daun pisang.

Terakhir, perubahan gaya hidup yang lain adalah berbagi pengalaman dengan sesama
tentang keberlanjutan. Pengalaman yang baik dari seseorang akan lebih dipercaya oleh
orang-orang di sekitar kita. Bisa disampaikan melalui forum arisan, reuni, kelompok tani,
atau pertemuan formal seperti seminar dan penyampaian materi di kelas.

Berangkat dari diri sendiri, kemudian menularkan kepada kelompok akan sangat
membantu mengurangi tekanan terhadap lingkungan. Langkah kecil akan membawa
kita menuju langkah yang lebih besar. Lingkungan yang terawat akan menjamin generasi
kita juga akan mewarisi lingkungan yang lebih nyaman. (Disarikan dari wawancara
wartawan Radar Solo Septina Fadia Putri)

Anda mungkin juga menyukai