Anda di halaman 1dari 8

By: Shulhan Al Khalidy

Pro dan Kontra Full Day School


Ide yang diusulkan mendikbud baru kita sangat menarik, yaitu "full day school" atau sekolah hingga
sore, suatu sistem yang sebenarnya sudah berjalan di hampir semua sekolah swasta baik yang
bertaraf international/tidak di kota-kota besar.
Tapi aneh, respon komentar2 di media online sangat keras menolak, bahkan cenderung membully
pak menteri, entah "pasukan" darimana atau memang benar-benar mereka orang desa dan tidak
tahu bahwa sekolah-sekolah yang hebat-mahal-favorite dan mereka idam-idamkan bila melewati
gedung2nya yang megah itu ternyata sudah lama menerapkan sistem yang sama?
Apalagi bermunculan yang membandingkan dengan Finlandia, negara super maju yang "katanya"
sekolah hanya 1 jam sehari, yakin orang tua mau mengurus anaknya 23 jam sehari di zaman
sekarang? Hahaha...
Orang zaman sekarang dituntut untuk bekerja, semakin lama trend dan realita menunjukkan bahwa
kedua orang tua harus bekerja (baik karena "merasa" kurang financial, maupun emansipasi wanita
yang membuat wanita zaman sekarang ingin berkarir), jadi supaya anak menjadi berkualitas, pilihan
hanya ada 3 :
 Titipkan anak ke institusi terpercaya, dalam hal ini sekolah dan guru
 Larang ibu-ibu bekerja
 Titipkan anak ke kakek nenek, "gap" (beda generasi) menyulitkan kakek nenek untuk mengajar sang
cucu, apalagi gap teknologi yang digunakan. Akhirnya yang terjadi sekarang mereka hanya
memastikan sang cucu makan dan membiarkan cucunya main sendiri baik dengan ipad maupun
keliaran kemana-mana = hasil akhirnya tidak terjadi pendidikan.
Pilihan ke-3 adalah yang banyak terjadi saat ini. Tidak ada salahnya dengan pilihan ini, meski
kontroversial, ada yang mengatakan lalu kapan kakek-nenek istirahat dan menikmati masa pensiun
mereka? Pernahkah kita mendengar "jeritan" mereka? hahaha..
Pilihan-2 sudah tidak mungkin karena perkembangan zaman, maka satu-satunya yang mungkin
diambil di masa depan adalah pilihan-1.
Keuntungan dari "full day school" sangat banyak :
1. Jam aktifitas (ortu kerja-anak sekolah) yang hampir sama, sangat bisa diatur supaya bisa
mengantar anak sebelum sekolah dan menjemput anak setelah sekolah. Bila program mengantar
anak 1x setahun saja heboh banget, lha ini dibuatkan program antar-jemput setiap hari kok malah
ortunya marah2? Ketahuan ga ikhlasnya nih, maunya ortu pencitraan 1x setahun doank, wkwkwk..
Sebagai contoh, sangat mungkin diatur agar kerja masuk 8-16, sekolah 7-17
Lha kok lebih banyak jam sekolah anak-anaknya? Disinilah letak sesat pikir pertama, sekolah full day
itu bukan belajar fullday bapak ibu sekalian, sekolah full day itu = anaknya DI lingkungan sekolah full
day, Istilahnya lebih tepatnya Fullday AT School. kegiatannya bermacam2... bisa termasuk les,
By: Shulhan Al Khalidy

termasuk extrakurikuler, pembinaan agama, pembinaan karakter, bermain, bersosialisasi, kegiatan


sosial, hingga mengerjakan PR!

2. Nah kalo denger mengerjakan PR di sekolah, dijamin para ortu senengnya bukan main, biasanya
mereka yang pusing ngerjakan PR soalnya, wkwkwk..
Bayangkan santainya pulang kerja, menjemput anak, lalu makan malam dan bermain bersama
keluarga, tidak ada lagi PR, tidak perlu lagi menjerit2 supaya anak belajar ulangan untuk besok lagi,
indahnya dunia ini bukan? Hahaha...
Makanya denger dulu pengaturan pak menteri, sebelum protes...

3. Sabtu-minggu bisa liburan keluarga (FULL DAY) lho... nah ini kalo ortunya protes, artinya memang
ortunya ga pengen diganggu anak-anak di hari sabtu, hahaha...
Sst.. jangan kuatir, kalau sabtu ga ingin diganggu, antarkan saja mereka ke komunitas2 berkualitas
yang sekarang banyak menjamur dimana-mana untuk merasakan kehidupan di luar sekolah dan
keluarga..

4. Anak-anak 24jam 7 hari seminggu ada di tangan professionals (guru) dan orang tua..

5. Sekolah memiliki banyak waktu untuk menyusun kurikulum yang menyenangkan dan seimbang
antara pendidikan formal, pendidikan agama, pendidikan karakter, kegiatan fisik/bermain dan
kegiatan sosial.

6. Family time, waktu dan pendidikan karakter bersama keluarga yang semakin berkualitas, karena
urusan belajar mengajar formal (matematika dll) semua sudah dicover di sekolah dengan
perpanjangan waktu yang ada, orang tua kini hanya perlu bertanggung jawab dan memiliki lebih
banyak waktu untuk bisa memberi pendidikan karakter, iman, belajar tentang kehidupan, dll.
Tidak seperti sistem sekarang, waktu bersama keluarga habis untuk mengerjakan dan memeriksa PR
dan kejar-kejaran dengan anaknya yang tidak mau belajar untuk ulangan besok. Seems famiiar?
hehe..
Sistem sekarang, orang tua justru menghabiskan waktu mereka terlibat dalam pendidikan formal
anak (matematika dll), akhirnya pendidikan karakter terabaikan, semua pihak fokus ke nilai dan nilai.
Dengan "full day at school", pendidikan karakter dan iman menjadi tanggung jawab bersama.

7. Hasilnya? Anak-anak yang lebih terdidik dan seimbang dalam segala aspek, tidak seperti sekarang
dimana sekolah hanya mengajarkan hafalan, aspek lain semua diserahkan ke lingkungan, dimana bila
orang tua tidak hadir, maka = diserahkan ke internet, games dan teman-teman sebaya.
By: Shulhan Al Khalidy

Lihat realita, realita sedang menuju ke zaman orang tua yang sibuk sendiri, jangankan anak di
sekolah, anak di sampingnya saja, orang tuanya sibuk facebookan sendiri.
Jangan karena segelintir orang tua yang idealis dan ingin mendidik anak2nya sendiri (dimana mimpi
itu sudah tercover dengan sistem homeschooling), lalu kita mengorbankan pendidikan 1 bangsa
yang mayoritas anak-anaknya "terlantar" dari keluarga.
Dan ingat, sebelum kita membully menteri baru dan membanding-bandingkan dengan menteri
sebelumnya, sebaiknya tanya dulu, jangan-jangan anak2 menteri sebelumnya juga sekolah sampai
sore, hehehe..
So, semua ide yang mengusulkan pendidikan karakter, agama, sosial/empathy dll skill kehidupan
diajarkan di sekolah juga selain di rumah dan menjadi tanggung jawab bersama, itulah revolusi
mental sesungguhnya dan sangat perlu kita dukung 1001%.
By: Shulhan Al Khalidy

5 Faktor Penting Ini Bisa Membuat Full Day School Seru dan
Menyenangkan
Kebijakan full day school yang dikemukakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan baru-baru ini
memang kontroversial. Apakah full day school bisa benar-benar memberikan manfaat bagi para
murid? Simak artikel berikut ini.
Apakah kamu sudah mendengar kebijakan terbaru dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Muhadjir Effendy tentang full day school? Tentu banyak pendapat, baik pro maupun kontra, yang
muncul karena kebijakan ini. Menurut Bapak Menteri, kebijakan yang terinspirasi dari sekolah-
sekolah swasta ini akan membangun karakter anak didik menjadi lebih matang, semakin senang
belajar, dan meningkatkan rasa nasionalisme serta spiritualisme. Di samping itu, sepulang dari
sekolah mereka pun bisa memiliki waktu yang berkualitas dengan orang tua mereka, terutama bagi
yang memiliki orang tua bekerja. Dengan kata lain, anak didik yang bersekolah secara penuh waktu
tidak perlu berada di rumah tanpa pengawasan orang tua.
Perlu diketahui, secara umum kebijakan tersebut dicetuskan berdasarkan pengamatan terhadap
sekolah-sekolah dan gaya hidup masyarakat perkotaan. Tingginya angka orang tua bekerja, serta
penerapan kombinasi kurikulum nasional dan internasional menjadikan keputusan ini terasa tepat
untuk diaplikasikan secara nasional. Meskipun proses uji kebijakan ini masih berjalan dan
diperdebatkan, kali ini Trivia ingin mengajak kamu untuk melihat berbagai latar belakang tentang
bagaimana kebijakan ini bisa membawa anak-anak Indonesia menjadi pribadi yang lebih baik.

Waktu Sekolah yang Lebih Panjang Membuat Anak-Anak Bersosialisasi dengan


Lebih Nyaman
Ngaku deh, salah satu hal yang membuatmu sering kangen sekolah adalah teman-temanmu, kan?
Bahkan mengalahkan kegiatan belajar itu sendiri, bermain atau berkumpul dengan teman-teman
pada waktu istirahat menjadi hal yang paling kamu tunggu selama liburan sekolah. Saat masih
bersekolah di SD hingga SMA, kamu lebih mudah memiliki teman di sekolah daripada di luar sekolah.
Sementara itu, waktu sekolah yang lebih lama membuat para guru dapat lebih memperhatikan
kecenderungan anak-anak dalam bersosialisasi. Mereka pun bisa melakukan evaluasi yang lebih
mendalam dan memperbaiki permasalahan dalam bergaul dengan lebih tuntas. Dengan demikian,
sekolah akan menjadi kegiatan yang menyenangkan saat murid punya teman-teman akrab. Jika yang
terjadi adalah sebaliknya: si anak kerap menerima perlakuan kurang baik dari teman-temannya, para
guru diharapkan mampu melakukan proses antisipasi dan penyelesaian secara cepat.
“Sahabat-sahabatku yang paling dekat sampai sekarang adalah sahabatku yang aku kenal sejak
sekolah dasar. Kami dekat karena kami menghabiskan banyak waktu di sekolah full day. Orang tua
kan selalu dapat laporan dari guru, termasuk tentang pergaulan di sekolah. Jadi, orang tua akhirnya
mengenal teman-temanku, dan tidak ada lagi kekhawatiran kalau kami pergi kemana gitu.” – Nidy

Praktik Ibadah di Full Day School yang Lebih Banyak, Mendorong Anak-Anak
untuk Lebih Tertib
Bagi beberapa sekolah keagamaan, full day school diterapkan agar para guru dapat mengajarkan
nilai-nilai spiritualitas dalam frekuensi yang lebih banyak. Misalnya, sekolah Islam yang mengadakan
salat dhuha, salat dzuhur, dan salat ashar berjamaah.
Toh, pada akhirnya, orang tua menginginkan anak-anaknya dibekali dengan pengetahuan agama
yang mumpuni. Sedangkan kebanyakan orang tua merasa kurang capable untuk mengajarkan hal ini
kepada anak-anak. Di sisi lain, anak-anak terikat pada ‘kompetisi’ dengan teman-temannya, dan
berusaha untuk menjadi teladan. Sebagai contoh, sekolah Islam yang menunjuk murid untuk
By: Shulhan Al Khalidy

menjadi petugas kultum (kuliah tujuh menit) pada kegiatan salat dzuhur. Mereka pun berlomba-
lomba untuk menggali dan memberi wawasan agama kepada teman-temannya.
“Belajar salat pertama kali ya di sekolah. Bukannya orang tua engga mencontohkan atau mengajak
salat, tapi suka malas dan bandel kalau di rumah. Apalagi kalau di sekolah kadang dipilih untuk jadi
imam secara mendadak, malu kalau engga bisa. Lagipula lebih enak kalau sekalian salat ashar di
sekolah, jadi tepat waktu dan saat pulang bisa lebih bebas.” – Angga

Mengikuti Beragam Aktivitas Ekstrakurikuler di Sekolah Membuat Anak Lebih


Kreatif
Buat kamu yang baru mendengar tentang berita full day school, jangan terburu untuk memprotes.
Bapak Menteri memberikan catatan bahwa jam sekolah yang lebih panjang bukan berarti beban
pelajarannya lebih banyak. Akan tetapi, waktu sekolah yang lebih lama digunakan untuk kegiatan
ekstrakurikuler. Sebagai contoh, pelajaran olahraga dapat diperpanjang dan membuat anak lebih
sehat. Atau contoh lain, anak bisa memilih kegiatan yang dia senangi sehingga bisa mengeksplorasi
bakat dan minatnya. Berdasarkan penelitian, mood belajar yang cenderung turun setelah jam makan
siang bisa kembali naik ketika diberikan ‘pelajaran’ yang bersifat praktis. Oleh karena itu, full day
school akan menyenangkan ketika sekolah menyediakan fasilitas yang dibutuhkan murid untuk
belajar di luar ruangan.
“Dulu SD sampai SMA aku full day. Tapi sesudah jam makan siang, tidak semua murid kembali ke
kelas. Ada pelajaran di perpustakaan, Pusat Kegiatan Belajar dimana kami bisa menonton video
dokumenter, laboratorium bahasa atau komputer, dan praktik mengaji di masjid. Tidak ada ceritanya
mengantuk di siang hari karena sekolah mengemas kegiatannya dengan fun.” – Dito

Adanya Jam Makan Siang di Sekolah Memastikan Anak Makan dengan Benar
Berapa banyak di antara kamu yang senang jajan sepulang sekolah? Namun, tentu kamu memahami
bahwa tidak semua jajanan yang dijual itu sehat dan higienis. Sedangkan kalau kamu bersekolah full
day, sekolah akan menyediakan makan siang dengan standar yang baik. Orang tua pun tidak perlu
bingung atau ragu-ragu dengan nutrisinya. Di sisi lain, orang tua tidak harus memberi anaknya uang
saku dan anak-anak terhindar dari perasaan iri akan uang saku temannya yang lebih besar. Mereka
pun belajar untuk menghargai makanan apapun yang disediakan oleh sekolah. Kegiatan makan siang
inipun bisa menjadi sarana bersosialisasi dan fasilitas mengajarkan tanggung jawab bagi murid yang
bertugas melayani teman-temannya.
“Waktu SD dan SMP aku engga perlu mikir uang sakuku berapa, cukup atau engga. Di sekolah ada
lunch dan snack jadi aku engga akan kelaparan. Setiap hari juga ada murid yang ditugaskan untuk
membantu pekerja di dapur dan ruang makan, seperti petugas piket kelas gitu. Kami jadi menghargai
pekerjaan mereka, dan engga mau membuang makanan. SMA aku sekolah pulang siang dan jadi
bingung mau makan dimana, makanannya sehat atau engga, dan sebagainya. Mungkin kelebihannya
karena bisa milih (makanan) jadi lebih variatif. Makanya, sekolah full day harus bikin menu makan
siang yang engga membosankan.” – Lutfi

Sepulang Sekolah, Anak Memiliki Waktu yang Berkualitas dengan Orang Tua
Mungkin kamu termasuk orang yang khawatir bahwa sekolah full day akan membuat anak-anak
tidak punya waktu interaksi yang cukup dengan orang tua. Apalagi jika jadwal pulang sekolah pada
pukul 17.00, sampai rumah pun anak-anak sudah lelah. Kembali lagi ke pemikiran Bapak Menteri.
Kalau kita melihat kebanyakan orang tua yang tinggal di perkotaan bekerja hingga sore hari, anak
yang bersekolah hingga siang hari justru akan kesepian di rumah. Orang tua pun membutuhkan
pembantu atau sopir, dan harus menyediakan kegiatan tambahan untuk anak seperti les. Sekolah
yang menerapkan full day membuat orang tua bisa lebih tenang karena menitipkan anaknya pada
orang-orang yang lebih tepat.
By: Shulhan Al Khalidy

“Aku berangkat dan pulang sekolah sama orang tuaku. Karena sekolahku full day dan engga ada PR,
jadi sampai rumah justru bisa lebih banyak waktu sama mama dan papa. Aku engga tahu sekolah
sekarang gimana, tapi aku juga engga butuh les bakat kayak musik, olahraga, dan lain-lain. Semua itu
sudah difasilitasi oleh sekolah. Misalnya nilai pelajaran jelek juga engga butuh bimbel, ada guru yang
siap kasih pelajaran tambahan.” – Tya

Selain hal-hal di atas, masih banyak faktor penentu sebelum Bapak Menteri ‘mengetok palu’ agar
kebijakan ini diterapkan secara nasional. Sebagai perbandingan, berdasarkan data pada tahun 2010,
murid sekolah dasar di Finlandia menghabiskan rata-rata 640 jam per tahun. Disusul oleh Jepang
dengan 800 jam, Perancis dengan 847 jam, dan Inggris dengan 899 jam
Namun, sebenarnya lama sekolah bukan satu-satunya penentu keberhasilan pendidikan dasar
dan menengah di sebuah negara.

Yang menjadi permasalahan bukanlah jam sekolah, melainkan bagaimana sekolah memberikan
komitmen pada peningkatan kualitas pendidikan. Baik untuk fisik dan psikologis para murid. Sambil
menunggu perkembangan selanjutnya, kalau kamu memiliki pengalaman tentang masa sekolahmu,
tuliskan saja di Trivia dengan cara mengirim ceritamu di hello@trivia.id. Siapa tahu, kamu punya
pengalaman yang unik, menarik, dan menginspirasi.

10 Pro dan Kontra Full Day School


Baru diwacanakan dalam beberapa hari terakhir, full day school langsung menjadi topik kontroversi
di kalangan masyarakat. Terutama bagi para pemangku kepentingan terkait pendidikan.

Hal tertsebut sebenarnya wajar-wajar saja. Sesuatu yang baru, meski baru gagasan, selalu menjadi
perbincangan. Komentar berdatangan dari mana-mana, mulai dari kepala daerah hingga lembaga
yang pemerhati pendidikan.
By: Shulhan Al Khalidy

Nah, apa yang membuat full day school ramai dibicarakan? Berikut sejumlah kekhawatiran dan
optimisme terkait program Mendikbud Muhadhir Effendy tersebut:

1. Full day school Murid dikhawatirkan mengalami stres

Rentang waktu yang panjang berada di sekolah dalam program full day school dihkawatirkan akan
membuat para murid SD dan SMP yang menjadi sasaran program ini menjadi jenuh baghkan stres.

2. Murid kemungkinan besar kekurangan waktu bersama orangtua

Karena terlalu lama di sekolah, selama hampir 8 jam, dikhawatirkan akan mengurangi waktu para
murid dengan orangtuanya. Mereka akan lebih banyak berinteraksi dengan orang lain di sekolah.

3. Akan semakin membuat orang tua lepas tanggungjawab

Selama ini, urusan keberhasilan siswa di sekolah selalu diserahkan kepada guru. Padahal, orang tua
mempunyai peran besar untuk kesuksesan anaknya. Dengan progran full day school, dimana murid
akan menghabiskan waktu lebih banyak di sekolah, akan semakin membuat orang tua abai atas
tugas dan tanggungjawabnya.

4. Belum semua sekolah punya fasilitas memadai

Tujuan program full day school adalah supaya anak-anak selalu terawasi selama tidak berada di
dekat orangtuanya. Makanya mereka diharuskan berada di sekolah selama orang tuanya berada di
kantor.

Namun, kondisi ini tidak akan berjalan mulus, kalau sekolah tidak mempunyai sarana yang cukup,
untuk membuat siswa betah di sekolah. Setidaknya dibutuhkan anggaran untuk memenuhi
kebutuhan para murid selama berada di sekolah setelah waktu belajar. Fasilitas bermain atau
berlatih untuk kegiatan tertentu, perlu diadakan.

5. Penerapannya tidak bisa berlaku sama rata

Mengingat kondisi sosial anatar masyarakat di perkotaan dan pedesaan sangat berbeda, maka
program full day school tidak bisa diterapkan di semua daerah. Mungkin kalau di kota, program ini
bisa berjalan. Namun kalau di desa, para orang tua tidak banyak bekerja di luar rumah selama
seperti kerja kantoran di kota.
By: Shulhan Al Khalidy

6. Full day school sangat membantu orangtua

Keuntungan program ini adalah supaya orang tua tidak perlu khawatir dengan anaknya selama
mereka bekerja di kantor, sebab anaknya berada dalam pengawsan sekolah. Di sisi lain, mereka tidak
akan terganggu dengan antar jemput anak selama jam kator.

7. Waktu setelah jam belajar bisa digunakan untuk kegiatan positif

Selama berada di sekolah setelah jam belajar, para murid akan diberi kegiatan ekstra kurukuler,
seperti mengaji, olah raga kegemaran dan memberi penanaman nilai-nilai kearifan lokal, mencintai
sastra dan budaya.

8. Para murid akan punya banyak waktu dengan orang tua saat libur

Kebijakan full day school ini akan membuat waktu waktu sekolah dikurangi, Para murid akan
mendapat waktu libur selama dua hari, yakni Sabtu dan Minggu. Dengan begitu, mereka akan
mempunyai banyak waktu dengan orang tua selama masa liburan.

9. Akan menghindari kemacetan di kota-kota

Salah satu jam macet di kota-kota besar seperti Jakarta adalah waktu menjemput dan mengantar
anak sekolah. Jika program full day school diterapkan, setidaknya waktu jemput murid pada siang
hari akan ditiadakan. Itu artinya, di siang hari, mulai dari pukul 11 hingga 14 tidak akan terjadi macet
karena pulangnya anak sekolah.

10. Program ini bisa berjalan, karena sudah dipraktekkan sebelummya

Sebenarnya, Mendikbud Muhadjir Effendi terinspirasi dengan pemberlakuan sistem ful day school
dari sekolah-sekolah swasta yang ada di Jakarta dan kota-kota besar lainnya. Makanya program ini
diyakini bisa berjalan.

Hanya saja, seperti yang disampaikan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, perlu ada kajian
konprehensih sebelum kebijakan itu diterapkan di sekolah-sekolah negeri. Selain itu, juga perlu
dilakukan proyek percontohan yang akan dievaluasi dampak baik buruknya.[

Anda mungkin juga menyukai