Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara sederhana, energi terbarukan didefinisikan sebagai energi yang


dapat diperoleh ulang (terbarukan) seperti sinar matahari karena jumlahnya yang
banyak dan tidak terbatas. Sumber energi terbarukan adalah sumber energi ramah
lingkungan yang tidak mencemari lingkungan dan tidak memberikan kontribusi
terhadap perubahan iklim dan pemanasan global seperti pada sumber-sumber
tradisional lain. Ini adalah alasan utama mengapa energi terbarukan sangat terkait
dengan masalah lingkungan dan ekologi di mata banyak orang.

Penggunaan energi di Indonesia meningkat pesat sejalan dengan


pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk. Sedangkan, akses ke energi
yang andal dan terjangkau merupakan pra-syarat utama untuk meningkatkan
standar hidup masyarakat.

Untuk memenuhi kebutuhan energi yang terus meningkat tersebut,


dikembangkan berbagai energia lternative, di antaranya energi terbarukan.
Potensi energi terbarukan, seperti: biomassa, panas bumi, energi matahri, energi
air, energi angin dan energi samudera, sampai saat ini belum banyak
dimanfaatkan, padahal potensi energi terbarukan di Indonesia sangatlah besar.

Sebagaimana kita ketahui, Indonesia berada pada daerah khatulistiwa dan


akan selalu disinari matahari selama 10 - 12 jam dalam sehari. Maka potensi
untuk mengembangkan energi surya sangatlah besar. Total intensitas penyinaran
rata-rata 4,5 kWh per meter persegi perhari, matahari bersinar berkisar 2000 jam
per tahun, sehingga tergolong kaya sumber energi matahari. Data Ditjen Listrik
dan Pengembangan Energi pada tahun 1997, kapasitas terpasang listrik tenaga

1
surya di Indonesia mencapai 0,88 MW dari potensi yang tersedia 1,2 x 10 9 MW.1
Dengan potensi yang cukup besar tersebut diharapkan energi surya ini dapat
membantu dalam memenuhi kebutuhan energi bangsa ini dan juga mengurangi
ketergantungan kita terhadap pemakaian energi fosil. Matahari dari dekat. Secara
global, matahari menyediakan 10.000 kali energi manusia yang dapat di
memanfaatkan siapapun secara gratis.

Energi surya atau matahari telah dimanfaatkan di banyak belahan dunia


dan jika dieksplotasi dengan tepat, energi ini berpotensi mampu menyediakan
kebutuhan konsumsi energi dunia saat ini dalam waktu yang lebih lama. Matahari
dapat digunakan secara langsung untuk memproduksi listrik atau untuk
memanaskan bahkan untuk mendinginkan. Potensi masa depan energi surya hanya
dibatasi oleh keinginan kita untuk menangkap kesempatan.Ada banyak cara untuk
memanfaatkan energi dari matahari.

Energi matahari merupakan energi yang utama bagi kehidupan di bumi ini.
Berbagai jenis energi, baik yang terbarukan maupun tak-terbarukan merupakan
bentuk turunan dari energi ini baik secara langsung maupun tidak langsung

2
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas adalah :

1. Apa yang dimaksud dengan energi matahari ?


2. Bagaimana pemanfaatan energi surya di Indonesia ?
3. Bagaimana prinsip kerja solar cell ?
4. Bagaimana pengembangan yang dilakukan untuk memanfaatkan potensi
energi surya ?
5. Bagaimana potensi energi surya sebagai energi alternatif ?
6. Apa saja kendala yang dihadapi dalam pengembangan energi surya ?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :

1. Mengetahui pengertian dari energi surya


2. Mengetahui pengembangan energi surya di Indonesia
3. Mengetahui potensi energi surya sebagai energi yang terbarukan
4. Mengetahui cara pemanfaatan energi surya di Indonesia
5. Mengetahui dan memahami kendala dalam pengembangan energi surya di
Indonesia dan juga di Sumatera Selatan

1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini yaitu :

1. Dapat memperkirakan besarnya potensi energi surya di Indonesia


2. Dapat mengetahui pengembangan terhadap energi surya yang telah
dilakukan pemerintah dan masyarakat
3. Dapat memberikan solusi terhadap permasalahan dalam pengembangan
energi surya di Indonesia

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Energi Matahari (Surya)

Energi Matahari adalah energi yang didapat dengan mengubah energi


panas Matahari melalui peralatan tertentu menjadi sumber daya dalam bentuk
lain. Energi matahari sangatlah luar biasa karena tidak bersifat polutif, tak dapat
habis, dapat dipercaya dan tidak membeli(Gunadarma.ac.id). Energi matahari
dapat dikonversikan langsung menjadi bentuk energi lain dengan tiga proses, yaitu
: Proses Helochemical, Proses Helioelectrical, dan proses Heliothermal
(Anynomous,1997).

Proses Helochemical. Reaksi helochemical yang utama adalah proses foto


sintesa.Proses ini adalah sumber dari semua bahan bakar fosil.
Prosesn Helioelectrical. Reakasi Helioelectrical yang utama adalah
produksi listrik oleh sel sel surya
Proses Heliotermal adalah penyerapan radiasi matahari dan
pengkonversian energi ini menjadi energi termal.

Teknik pemanfaatan energi surya mulai muncul pada tahun 1839,


ditemukan oleh A.C. Becquerel. Ia menggunakan kristal silikon untuk
mengkonversi radiasi Matahari, namun sampai tahun 1955 metode itu belum
banyak dikembangkan. Selama kurun waktu lebih dari satu abad itu, sumber
energi yang banyak digunakan adalah minyak bumi dan batu bara. Upaya
pengembangan kembali cara memanfaatkan energi surya baru muncul lagi pada
tahun 1958. Sel silikon yang dipergunakan untuk mengubah energi surya menjadi
sumber daya mulai diperhitungkan sebagai metode baru, karena dapat digunakan
sebagai sumber daya bagi satelit angkasa luar.

Matahari dari dekat. Secara global, matahari menyediakan 10.000 kali


energi manusia yang dapat di memanfaatkan siapapun secara gratis.

4
Energi surya atau matahari telah dimanfaatkan di banyak belahan dunia
dan jika dieksplotasi dengan tepat, energi ini berpotensi mampu menyediakan
kebutuhan konsumsi energi dunia saat ini dalam waktu yang lebih lama. Matahari
dapat digunakan secara langsung untuk memproduksi listrik atau untuk
memanaskan bahkan untuk mendinginkan. Potensi masa depat energi surya hanya
dibatasi oleh keinginan kita untuk menangkap kesempatan.Ada banyak cara untuk
memanfaatkan energi dari matahari. Tumbuhan mengubah sinar matahari menjadi
energi kimia dengan menggunakan fotosintesis. Kita memanfaatkan energi ini
dengan memakan dan membakar kayu. Bagimanapun, istilah tenaga surya
mempunyai arti mengubah sinar matahari secara langsung menjadi panas atau
energi listrik untuk kegunaan kita. dua tipe dasar tenaga matahari adalah sinar
matahari dan photovoltaic (photo- cahaya, voltaic=tegangan) Photovoltaic
tenaga matahari: melibatkan pembangkit listrik dari cahaya. Rahasia dari proses
ini adalah penggunaan bahan semi konduktor yang dapat disesuaikan untuk
melepas elektron, pertikel bermuatan negative yang membentuk dasar listrik.

Energi matahari merupakan energi yang utama bagi kehidupan di bumi ini.
Berbagai jenis energi, baik yang terbarukan maupun tak-terbarukan merupakan
bentuk turunan dari energi ini baik secara langsung maupun tidak langsung.

Selain itu energi panas matahari juga berperan penting dalam menjaga kehidupan
di bumi ini. Tanpa adanya energi panas dari matahari maka seluruh kehidupan di
muka bumi ini pasti akan musnah karena permukaan bumi akan sangat dingin dan
tidak ada makluk yang sanggup hidup di bumi.

5
2.2 Energi Matahari sebagai Energi Alternatif

Energi panas matahari merupakan salah satu energi yang berpotensi untuk
dikelola dan dikembangkan lebih lanjut sebagai sumber cadangan energi terutama
bagi negara-negara yang terletak di khatulistiwa termasuk Indonesia, dimana
matahari bersinar sepanjang tahun, energi matahari yang tersedia adalah sebesar
81.000 TerraWatt sedangkan yang dimanfaatkan masih sangat sedikit.

Indonesia berpotensi untuk menjadikan solar sel sebagai salah satu sumber
energi masa depan mengingat posisi Indonesia pada daerah khatulistiwa. Dalam
kondisi puncak atau posisi matahari tegak lurus, sinar matahari yang jatuh di
permukaan panel surya di Indonesia seluas 1 m 2 mampu mencapai 900 hingga
1000 Watt. Total intensitas penyinaran perharinya di Indonesia mencapai 4500
watt hour/m2 yang membuat Indonesia tergolong kaya sumber energi matahari ini.
Dan matahari di Indonesia mampu bersinar hingga 2.000 jam pertahunnya.2

Energi surya disebut-sebut oleh banyak orang sebagai sumber energi


utama di masa depan, jadi mari kita melihat keuggulan dan kelemahan energi
surya. Energi surya memiliki keunggulan yang lebih banyak dibandingkan
dengan kelemahannya, tapi kelemahan ini masih merupakan batu sandungan
utama untuk pemakaian energi surya yang lebih luas.

Energi matahari yang sampai ke bumi merupakan sebuah pancaran


gelombang pendek dalam bentuk radiasi. Menurut Christopher Plafin (1998)
radiasi adalah energi pancaran berupa gelombang elektromagnetik.

Pancaran energi surya atau bisa disebut dengan radiasi surya yang diterima
di setiap permukaan bumi berbeda-beda menurut ruang dan waktunya. Artinya
pancaran energi matahari akan sangat bergantung pada waktu, tempat dan keadaan
lingkungan dalam hal ini adalah kondisi iklim dan topografi masing-masing
wilayah. Radiasi diukur dalam satuan kW/m2, setiapsatuan waktu radiasi yang
2

6
memancar dapat disebut dengan intensitas radiasi atau dengan kata lain intensitas
radiasi matahari ialah jumlah energi matahari yang jatuh pada suatu bidang
persatuan luas dalam satu satuan waktu. Dalam atmosfer bumi terdapat
bermacam-macam radiasi seperti (Bryan Yuliarto, 2007) :

1. Direct Solar Radiation (S) yaitu radiasi langsung dari matahari yang sampai
ke permukaan bumi.
2. Radiation Difus (D) yang berasal dari pantulan-pantulan oleh awan dan
pembauran-pembauran oleh partikel-partikel atmosfer.
3. Surface Raflectivity (r) yaitu radiasi yang berasal dari pantulan-pantulan oleh
permukaan bumi.
4. Out Going Terrestial radiation (O), yaitu radiasi yang berasal dari bumi yang
berupa gelombang panjang.
5. Back Radiation (B) yaitu radiasi yang berasal dari awan-awan dan butir-butir
uap air dan CO2 yang terdapat dalam atmosfer.
6. Global (total) Radiation (Q), dan
7. Net Radiation (R)

2.3 Proses Kerja Energi Surya

Sel surya yang sering kita lihat adalah sekumpulan modul sel photovoltaic (photo
= cahaya, voltaic = listrik) yang disusun sedemikian rupa dan dikemas dalam
sebuah frame. Sel photvoltaic ini yang nantinya akan merubah secara langsung
energi matahari menjadi listrik.

Untuk memanfaatkan potensi energi surya tersebut, ada 2 (dua) macam


teknologi yang sudah diterapkan, yaitu:

Teknologi energi surya fotovoltaik, energi surya fotovoltaik digunakan


untuk memenuhi kebutuhan listrik, pompa air, televisi, telekomunikasi, dan lemari
pendingin di Puskesmas dengan kapasitas total 6 MW.

Teknologi energi surya termal, energi surya termal pada umumnya


digunakan untuk memasak (kompor surya), mengeringkan hasil pertanian

7
(perkebunan, perikanan, kehutanan, tanaman pangan) dan memanaskan air.(dunia
listrik.blogspot.2008)

2.3.1 Teknologi energi surya fotovoltaik

Gambar 1. Panel Surya

Sel photovoltaic ini terbuat dari bahan khusus semikonduktor yang


sekarang banyak digunakan dan disebut dengan silikon. Ketika cahaya mengenai
sel silikon, cahaya tersebut akan diserap oleh sel ini, hal ini berarti bahwa energi
cahaya yang diserap telah ditransfer ke bahan semikonduktor yang berupa silikon.
Energi yang tersimpan dalam semikonduktor ini akan mengakibatkan elektron
lepas dan mengalir dalam semikonduktor. Semua sel photovoltaic ini juga
memiliki medan elektrik yang memaksa elektron yang lepas karena penyerapan
cahaya tersebut untuk mengalir dalam suatu arah tertentu. Elektron yang mengalir
ini adalah arus listrik, dengan meletakkan terminal kontak pada bagian atas dan
bawah dari sel photovoltaic ini akan dapat dilihat dan diukur arus yang mengalir
sehingga dapat digunakan untuk menyuplai perangkat eksternal. Hal diatas adalah
dasar perubahan energi surya menjadi listrik oleh semikonduktor silicon
(Alpensteel.com)

Sel Silikon

8
Sel silikon mempunyai sifat kimia khusus dalam format kristalnya.
Atom silikon mempunyai 14 elektron yang diatur dalam tiga kulit atom
yang berbeda. Dua kulit atom yang pertama terisi elektron penuh dan
sisanya pada kulit terluar yang hanya terisi empat elektron. Atom silikon
ini akan selalu mencari jalan untuk memenuhi kulit luarnya (ingin
memenuhi sampai punya 8 elektron) dengan cara melakukan ikatan
dengan atom silikon lain yang kulit luarnya sama mempunyai 4 elektron.
Gabungan dari dua atom ini adalah struktur kristal murni yang merupakan
dasar pembentuk sel photovoltaic.

Gambar 2. Silikon

Silikon murni bersifat sebagai konduktor karena tidak ada satupun


elektron yang bergerak bebas, artinya elektron berada pada bahan yang
mempunyai sifat konduktor yang bagus seperti tembaga, atau dengan kata
lain elektron terkunci dalam struktur kristal silikon murni. Silikon dalam
sel surya sudah dimodifikasi sedemikian rupa sehingga akan bekerja
sebagai sel surya. Sel surya ini mempunyai silikon dengan impurity atom
lain yang dicampur dengan atom silikon. Dalam hal ini atom silikon tidak
akan bekerja tanpa impurity tersebut. Silikon akan dicampur dengan
sebuah atom phospor. Atom phospor mempunyai 5 elektron di kulit
terluarnya.

Ketika energi diberikan ke kristal silikon murni, sebagai contoh


misalnya dalam wujud panas, hal ini akan menyebabkan beberapa elektron
akan lepas dan meninggalkan atomnya. Setiap elektron akan
meninggalkan sebuah hole (lobang) disekitar atom dimana elektron bisa

9
diikat. Elektron ini kemudian lepas secara acak disekitar kisi kisi dari
kristal atom tersebut untuk mencari hole lain yang kosong untuk ditempati.
Elektron ini disebut sebagai elektron bebas dan dapat membawa arus
listrik.

Silikon tak murnian yang dicampur dengan phospor ini


membutuhkan sedikit energi untuk melepaskan salah satu elektron phospor
yang tidak diikat dalam suatu ikatan dengan atom lain tetangganya.
Sebagai hasil campuran antara silikon dan phospor ini, banyak elektron
yang lepas dan banyak membawa muatan arus listrik apabila dibandingkan
dengan silikon murni.

Proses penambahan atom phospor ini disebut sebagai proses


doping. Ketika silikon di doping dengan phospor maka silikon disebut
sebagai atom n-type (n untuk negatif) karena adanya elektron bebas.
Silikon n-type yang telah didoping ini mempunyai sifat konduktor yang
lebih bagus daripada silikon murni. Pada bagian lain silikon yang didoping
dengan boron yang mempunyai elektron pada kulit terluar 3 elektron maka
silikon akan menjadi atom p-type (p untuk positif) yang banyak memilki
hole bebas karena ketiadaan elektron. Sehingga atom p-type ini akan
bertugas berkebalikan dari atom n-type.

Ketika diletakkan silikon n-type dengan silikon p-type, maka setiap


sel photovoltaic ini memiliki minimal satu medan listrik. Tanpa medan
listrik maka sel tidak akan bekerja, dan pada fase ini antara silikon n-type
dan silikon p-type sedang melakukan ikatan. Dan kemudian elektron pada
slilikon n-type akan mencari hole pada silikon p-type untuk ditempati
elektron tersebut.

Sebelumnya silikon ini memiliki muatan yang netral. Elektron


lebih pada phospor akan diseimbangkan oleh proton. Ketika hole dan
elektron digabung jadi satu dalam sambungan antara n-type dan p-type

10
maka kenetralan dari silikon ini akan terganggu. Pada sambungan akan
membentuk suatu campuran elektron dan akhirnya keseimbangan tercapai
lagi dan akan terbentuk suatu medan elektrik yang memisahkan kedua sisi
tersebut.

A = n-type ; B = p-type

Medan elektrik ini bekerja seperti dioda, membiarkan (bahkan


mendorong) elektron untuk mengalir dari sisi P ke sisi N, dan elektron
hanya memiliki satu arah.(Alpensteel.com)

Listrik yang yang dihasilkan sel photovoltaic

Ketika cahaya dalam hal ini adalah photon (satuan energi dalam
cahaya) mengenai sel surya, maka energinya akan membebaskan pasangan
elektron dan hole.

Setiap photon dengan energi yang cukup secara normal akan


membebaskan elektron, dan akan menghasilkan hole bebas juga. Apabila
hal ini terjadi cukup dekat dengan medan listrik, atau jika elektron bebas
dan hole bebas masih berada pada range pengaruhnya, maka medan listrik
ini akan mengirimkan elektron pada sisi N dan hole pada sisi P. Hal ini
akan mengakibatkan kenetralan terganggu, dan jika disediakan alur arus
luar, maka elektron akan mengalir sepanjang alur, kembali ke asalnya
yaitu sisi P untuk bersatu dengan hole yang dikirim oleh medan listrik.
Elektron yang mengalir ini akan menghasilkan arus sedangkan medan

11
listrik akan menghasilkan tegangan. Dengan kedua unsur arus dan
tegangan tersebut, akan didapatkan power.(Alpensteel.com)

A = n-type ; B = p-type

. Semua sel photovoltaic mempunyai paling tidak dua lapisan semi


konduktor seperti itu, satu bermuatan positif dan satu bermuatan negatif. Ketika
cahaya bersinar pada semi konduktor, lading listrik menyeberang sambungan
diantara dua lapisan menyebabkan listrik mengalir, membangkitkan arus DC.
Makin kuat cahaya, makin kuat aliran listrik.Sistem photovoltaic tidak
membutuhkan cahaya matahari yang terang untuk beroperasi. Sistem ini juga
membangkitkan listrik di saat hari mendung, dengan energi keluar yang sebanding
ke berat jenis awan. Berdasarkan pantulan sinar matahari dari awan, hari-hari
mendung dapat menghasilkan angka energi yang lebih tinggi dibandingkan saat
langit biru sedang yang benar-benar cerah (Greenpeace.org)

12
Struktur Sel Surya

Sesuai dengan perkembangan sains & teknologi, jenis-jenis teknologi sel


surya pun berkembang dengan berbagai inovasi. Ada yang disebut sel surya
generasi satu, dua, tiga dan empat, dengan struktur atau bagian-bagian penyusun
sel yang berbeda pula (Jenis-jenis teknologi surya akan dibahas di tulisan Sel
Surya : Jenis-jenis teknologi). Dalam tulisan ini akan dibahas struktur dan cara
kerja dari sel surya yang umum berada dipasaran saat ini yaitu sel surya berbasis
material silikon yang juga secara umum mencakup struktur dan cara kerja sel
surya generasi pertama (sel surya silikon) dan kedua (thin film/lapisan tipis).

Gambar 3 Struktur sel surya. (Gambar:HowStuffWorks)

Gambar diatas menunjukan ilustrasi sel surya dan juga bagian-bagiannya. Secara
umum terdiri dari :

1. Substrat/Metal backing

Substrat adalah material yang menopang seluruh komponen sel surya.


Material substrat juga harus mempunyai konduktifitas listrik yang baik karena
juga berfungsi sebagai kontak terminal positif sel surya, sehinga umumnya
digunakan material metal atau logam seperti aluminium atau molybdenum. Untuk
sel surya dye-sensitized (DSSC) dan sel surya organik, substrat juga berfungsi

13
sebagai tempat masuknya cahaya sehingga material yang digunakan yaitu material
yang konduktif tapi juga transparan sepertii ndium tin oxide (ITO) dan flourine
doped tin oxide (FTO).

2. Material semikonduktor

Material semikonduktor merupakan bagian inti dari sel surya yang


biasanya mempunyai tebal sampai beberapa ratus mikrometer untuk sel surya
generasi pertama (silikon), dan 1-3 mikrometer untuk sel surya lapisan tipis.
Material semikonduktor inilah yang berfungsi menyerap cahaya dari sinar
matahari. Untuk kasus gambar diatas, semikonduktor yang digunakan adalah
material silikon, yang umum diaplikasikan di industri elektronik. Sedangkan
untuk sel surya lapisan tipis, material semikonduktor yang umum digunakan dan
telah masuk pasaran yaitu contohnya material Cu(In,Ga)(S,Se) 2 (CIGS), CdTe
(kadmium telluride), dan amorphous silikon, disamping material-material
semikonduktor potensial lain yang dalam sedang dalam penelitian intensif
seperti Cu2ZnSn(S,Se)4 (CZTS) dan Cu2O (copper oxide).

Bagian semikonduktor tersebut terdiri dari junction atau gabungan dari


dua material semikonduktor yaitu semikonduktor tipe-p (material-material yang
disebutkan diatas) dan tipe-n (silikon tipe-n, CdS,dll) yang membentuk p-n
junction. P-n junction ini menjadi kunci dari prinsip kerja sel surya. Pengertian
semikonduktor tipe-p, tipe-n, dan juga prinsip p-n junction dan sel surya akan
dibahas dibagian cara kerja sel surya.

3. Kontak Metal / Contact Grid

Selain substrat sebagai kontak positif, diatas sebagian material


semikonduktor biasanya dilapiskan material metal atau material konduktif
transparan sebagai kontak negatif.

4. Lapisan Antireflektif

14
Refleksi cahaya harus diminimalisir agar mengoptimalkan cahaya yang
terserap oleh semikonduktor. Oleh karena itu biasanya sel surya dilapisi oleh
lapisan anti-refleksi. Material anti-refleksi ini adalah lapisan tipis material dengan
besar indeks refraktif optik antara semikonduktor dan udara yang menyebabkan
cahaya dibelokkan ke arah semikonduktor sehingga meminimumkan cahaya yang
dipantulkan kembali.

5. Enkapsulasi / Cover Glass

Bagian ini berfungsi sebagai enkapsulasi untuk melindungi modul surya


dari hujan atau kotoran. Penerapan Sel surya telah banyak digunakan untuk suplai
energi listrik di gedung-gedung dan perumahan di kota-kota besar. Pada umumnya
modul fotovoltaik dipasarkan dengan kapasitas 50 Watt-peak (Wp) dan
kelipatannya. Unit satuan Watt-peak adalah satuan daya (Watt) yang dapat
dibangkitkan oleh modul fotovoltaik dalam keadaan standar uji (Standard Test
Condition - STC). Efisiensi pembangkitan energi listrik yang dihasilkan modul
fotovoltaik pada skala komersial saat ini adalah sekitar 14 - 15 %.

2.3.2 Teknologi Energi Surya Termal

Selama ini, pemanfaatan energi surya termal di Indonesia masih dilakukan


secara tradisional. Para petani dan nelayan di Indonesia memanfaatkan energi
surya untuk mengeringkan hasil pertanian dan perikanan secara langsung.

Berbagai teknologi pemanfaatan energi surya termal untuk aplikasi skala


rendah (temperatur kerja lebih kecil atau hingga 60oC) dan skala menengah
(temperatur kerja antara 60 hingga 120oC) telah dikuasai dari rancang-bangun,
konstruksi hingga manufakturnya secara nasional. Secara umum, teknologi surya
termal yang kini dapat dimanfaatkan termasuk dalam teknologi sederhana hingga
madya. Beberapa teknologi untuk aplikasi skala rendah dapat dibuat oleh bengkel

15
pertukangan kayu/besi biasa. Untuk aplikasi skala menengah dapat dilakukan oleh
industri manufaktur nasional.

Beberapa peralatan yang telah dikuasai perancangan dan produksinya


seperti sistem atau unit berikut:

Pengering Pasca Panen (Berbagai Jenis Teknologi);


Hal ini biasanya dilakukan petani di desa-desa daerah tropis dengan
menjemur hasil panennya dibawah terik sinar matahari. Cara ini sangat
menguntungkan bagi para petani karena mereka tidak perlu mengeluarkan
biaya untuk mengeringkan hasil panennya. Berbeda dengan petani di negara-
negara empat musim yang harus mengeluarkan biaya untuk mengeringkan
hasil panennya dengan menggunakan oven yang menggunakan bahan bakar
fosil maupun menggunakan listrik.
Pemanas Air Domestic;
Dalam sistem pemanas air, panas matahari merupakan sumber utama yang
dibutuhkan, serta sebuah kolektor pengumpul panas yang berfungsi
mengumpulkan panas matahari serta memperbesar suhu dari panas matahari
dalam suatu ruangan tertutup yang didalamnya terdapat pipa tembaga yang
dirancang sedemikian rupa sebagai tempat air melakukan sirkulasi. Pemanas
air dengan tenaga surya dapat digunakan dalam kebutuhan sehari-hari
seperti mencuci, mandi, dan lain sebagainya.
Karena menggunakan panas matahari sebagai sumber energinya, maka
hasilnya bergantung pada keadaan cuaca dalam mempengaruhi radiasi panas
matahari yang sampai ke bumi.
Panas dari matahari masuk kedalam kolektor melalui kaca kristal yang
akan menyebarkan panas tersebut secara merata di dalam kolektor, lalu air
yang mengalir melalui pipa tembaga di dalam kolektor akan menyerap panas
tersebut, sehingga dihasilkan panas yang sebanding dengan panas yang
berada di dalam kolektor.

16
Gambar 4. Mekanisme kerja pemanas air tenaga surya (Sumber :
ejournal.undip.ac.id)

Menunjukan arah aliran air, warna biru adalah air dingin setalah melewati
kolektor bagian bawah akan mengalami pemasanan di gambarkan berwarna
merah. Gambar diatas menunjukan mekanisme kerja pemanas air tenaga surya,
dimana terdapat sebuah pompa yang mengalirkan air dingin masuk melalui bagian
bawah kolektor sehingga berubah menjadi air panas yang keluar melalui bagian
atas kolektor menuju tangki penampungan air panas yang sudah di rancang untuk
mencegah radiasi panas keluar.

Kompor Tenaga Surya;


Kompor tenaga surya adalah perangkat masak yang menggunakan sinar
matahari sebagai sumber energi. Kompor jenis ini tidak menggunakan bahan
bakar konvensional dan biaya operasinya rendah sehingga sangat disayangkan jika
tidak dimanfaatkan. Terdapat tiga prinsip dasar kompor surya yaitu, pemusatan
cahaya matahari, mengubah cahaya menjadi panas dan memerangkap panas.
Kompor dengan prinsip kerja mengubah cahaya menjadi panas menggunakan
bahan panci yang berwarna hitam hal ini dapat meningkatkan efektivitas
pengubahan cahaya menjadi panas. Panci berwarna hitam dapat menyerap hampir
semua cahaya matahari dan mengubahnya menjadi panas, secara mendasar
meningkatkan efektivitas kerja kompor surya. Semakin baik kemampuan panci
menghantarkan panas, semakin cepat kompor bekerja. Prinsip kerja kompor
memerangkap panas merupakan upaya mengisolasi udara di dalam kompor dari

17
udara diluarnya akan menjadi penting. Penggunaan bahan yang keras dan bening
seperti kantong plastik atau tutup panci berbahan kaca memungkinkan cahaya
untuk masuk ke dalam panci. Setelah cahaya terserap dan berubah jadi panas,
kantong plastik atau tutup berbahan gelas akan memerangkap panas didalamnya
seperti efek rumah kaca. Hal ini memungkinkan kompor untuk mencapai
temperatur yang sama ketika hari dingin dan berangin seperti halnya ketika hari
cerah dan panas. Sedangkan prinsip kerja yang digunakan pada praktikum ini
adalah pemusatan cahaya matahari. Pada kompor ini terdapat bahan metal/logam
yang memantulkan cahaya, digunakan untuk memusatkan cahaya dan panas
matahari ke arah area memasak yang kecil, membuat energi lebih terkonsentrasi
dan lebih berpotensi menghasilkan panas yang cukup untuk memasak. Kompor
berbentuk parabola, sehingga pemusatan cahaya matahari dapat menghasilkan
panas yang cukup untuk memanaskan air.

Prinsip kerja dari kompor matahari adalah dengan memfokuskan panas yang
diterima dari matahari pada suatu titik menggunakan sebuah cermin cekung besar
sehingga didapatkan panas yang besar yang dapat digunakan untuk menggantikan
panas dari kompor minyak atau kayu bakar.

Gambar 5. Kompor Matahari

18
Untuk diameter cermin sebesar1,3 meter kompor ini memberikan daya
thermal sebesar 800 watt pada panci. Dengan menggunakan kompor ini maka
kebutuhan akan energi fosil dan energi listrik untuk memasak dapat dikurangi.

Selain teknologi pemanfaatan diatas, energi surya juga dapat dimanfaatkan


dalam peralatan seperti Pompa air (dengan Siklus Rankine dan fluida kerja
Isopentane), Penyuling air ( Solar Distilation/Still ), Pendingin (radiatif,
absorpsi, evaporasi, termoelektrik, kompressip, tipe jet), Sterilisator surya dan
Pembangkit listrik dengan menggunakan konsentrator dan fluida kerja dengan
titik didih rendah.

2.4 Teknologi Energi Matahari

Pembangkit energi surya sebenarnya tergantung pada efisiensi


mengkonversi energi dan konsentrasi sinar matahari yang masuk ke dalam sel
tersebut.

Professor Smalley, peraih Nobel bidang kimia atas prestasinya


menemukan Fullerene, menyatakan bahwa teknologi nano menjanjikan
peningkatan efisiensi dalam pembuatan sel surya antara 10 hingga 100 kali pada
sel surya. Smalley menambahkan bahwa cara terbaik untuk mendapatkan energi
surya secara optimal telah terbukti ketika sel surya dimanfaatkan untuk keperluan
satelit ruang angkasa dan alat alat yang diletakkan di ruang angkasa.

Penggunaan sel surya dengan meletakkannya di ruang angkasa dapat


dengan baik dilakukan karena teknologi nano diyakini akan mampu menciptakan
material yang super kuat dan ringan yang mampu bertahan di ruang angkasa
dengan efisiensi yang baik.(Bryan,2010)

2.5 Penerapan energi surya

Energi surya telah banyak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa di


antara aplikasi tersebut antara lain :

19
A. Lampu LED sebagai Penerangan Rumah

Saat ini sudah ada lampu hemat energi yang menggunakan DC seperti lampu
LED. Bandingkan lampu LED 3 Watt setara dengan Lampu AC 15 Watt.

Kekurangannya adalah:
* Instalasi kabel baru untuk lampu LED.
* Biaya pengadaan lampu yang lebih mahal.

Keuntungannya adalah:
* Penggunaan energi yang kecil
* Keandalan lampu LED 10 x lampu standard biasa
* Penggunaan kabel listrik 2 inti.

Lampu AC Lampu LED


Voltage 220 VAC 12 VDC
Watt 15 Watt 3 Watt
Lifetime 6,000 jam 50,000 jam
Harga + Rp. 25,000 + Rp. 250,000

B. Panel Surya / Solar Cell untuk Listrik AC

Bila kita berkeinginan untuk menggunakan energi sel surya untuk peralatan
rumah lainnya, ikuti contoh perhitungan berikut ini.

Bila kita membutuhkan daya listrik Alternating Current sebesar 2000W selama
10 jam per hari ( 20KWh/hari ) maka dibutuhkan 24 panel sel surya dgn
kapasitas masing-masing 210WP dan 30 aki @12V 100Ah. Ini berdasarkan
perhitungan energi surya dari jam 7 pagi s/d jam 5 sore ( 10 jam ) dan asumsi
konversi energi minimal 4 jam sehari.

20
Energi Jumlah panel Kapasitas panel Perhitungan Hasil
surya sel surya sel surya
4 jam 24 panel 210 Watt 4 x 24 x 210 20.160
Watt hour

Dasar perhitungan jumlah aki adalah 2 x 3 x kebutuhan listriknya.

Adanya faktor pengali 3 untuk mengantisipasi bila hujan/mendung terus-menerus


selama 3 hari berturut-turut. Sedangkan faktor pengali 2 disebabkan battery tidak
boleh lebih dari 50% kehilangan kapasitasnya bila ingin battery-nya tahan lama,
terutama untuk battery kering seperti type gel dan AGM. Dengan kata lain
diusahakan agar DOD ( Depth of Discharge ) tidak melampaui 50% karena sangat
mempengaruhi life time dari battery itu sendiri.

Jumlah Aki Voltage Ampere Perhitungan Hasil


100 12 Volt 100 Ampere hour 100 x 12 x 100 120.0 tt hour

C. Pembangkit Listrik

Prinsipnya hampir sama dengan pemanasan air hanya pada pembangkitan listrik,
sinar matahari diperkuat oleh kolektor pada suatu titik fokus untuk menghasilkan
panas yang sangat tinggi bahkan bisa mencapai suhu 3800 C. Pipa yang berisi air
dilewatkan tepat pada titik fokus sehingga panas tersebut diserap oleh air di
dalam pipa. Panas yang sangat besar ini dibutuhkan untuk mengubah fase cair air

21
di dalam pipa menjadi uap yang bertekanan tinggi. Uap bertekanan tinggi yang di
hasilkan ini kemudian digunakan untuk menggerakkan turbin uap yang kemudian
akan memutar turbo generator untuk menghasilkan listrik.

Ada dua jenis kolektor yang biasa digunakan untuk pembangkitan listrik yaitu
kolektor parabolik memanjang dan kolektor parabolik cakram.

Gambar 6. Kolektor Parabolik Memanjang

22
Gambar 7. Kolektor Parabolik Cakram

Di California, Amerika Serikat, alat ini telah mampu menghasilkan 354 MW


listrik. Dengan memproduksi kolektor ini secara massal, maka harga satuan
energi matahari ini di AS, sekitar Rp 100/KWh lebih murah dibandingkan energi
nuklir dan sama dengan energi dari tenaga pembangkit dengan bahan baku energi
fosil.(Ivan A Hadar, 2005).

Di India dengan area seluas 219.000 meter persegi maka kolektor mampu
menghasilkan listrik sebesar 35-40 MW dengan rata-rata intensitas penyinaranya
adalah sebesar 5.8 KWH per meter persegi per hari.(Gordon Feller).

Kita dapat juga membangkitkan listrik langsung dari energi surya, yaitu dengan
menggunakan photovoltaic. Alat ini terbuat dari bahan semikonduktor yang
sangat peka dalam melepaskan elektron ketika terkena panjang gelombang sinar
matahari tertentu. Akan tetapi alat ini masih sangat mahal dan efisiensinya masih
sangat rendah, yaitu sekitar 10%.

Pembangkitan listrik berdasarkan perbedaan tekanan pada gas juga bisa


dilakukan, yaitu dengan menggunakan chimney. Ini sebuah sistem tower yang
terdiri turbin gas dan jalinan kaca tertutup yang luas untuk memerangkap panas
matahari.

Prinsipnya: sinar matahari akan menembus kaca dari alat ini kemudian

23
memanaskan gas yang terperangkap di bawah kaca. Gas suhu tinggi ini akan
memasuki tower tertutup yang tingginya bisa mencapai 1000 meter vertikal. Oleh
karena perbedaan suhu gas pada permukaan bumi dan 1000 meter diatas
permukaan bumi, maka gas akan mengalir ke atas melalui tower ini. Aliran
gas/udara tersebut akan memutar turbin gas. Skema sederhana dapat dilihat pada
gambar dibawah.

Di wilayah yang disinari matahari, Pembangkit Listrik Tenaga matahari dapat


menjamin pembagian besar produksi listrik

Berdasarkan proyeksi dari tingkat arus hanya 354MW, pada tahun 2015 kapasitas
total pemasangan pembangkit tenaga panas matahari akan melampaui 5000 MW.
Pada tahun 2020, tambahan kapasitas akan naik pada tingkat sampai 4500 MW
setiap tahunnya dan total pemasangan kapasitas tenaga panas matahari di seluruh
dunia dapat mencapai hampir 30.000 MW- cukup untuk memberikan daya untuk
30 juta rumah.

2.6 Keuntungan dan Kerugian Energi Matahari

Keuntungan dari penggunaan energi panas matahari antara lain:


Energi panas matahari merupakan energi yang tersedia hampir diseluruh
bagian permukaan bumi dan tidak habis (renewable energy).

24
Penggunaan energi panas matahari tidak menghasilkan polutan dan emisi
yang berbahaya baik bagi manusia maupun lingkungan.
Penggunaan energi panas matahari untuk pemanas air, pengeringan hasil
panen akan dapat mengurangi kebutuhan akan energi fosil.
Pembanguan pemanas air tenaga matahari cukup sederhana dan memiliki
nilai ekonomis.
Kerugian dari penggunaan energi panas matahari antara lain:
Sistem pemanas air dan pembangkit listrik tenaga panas matahari tidak
efektif digunakan pada daerah memiliki cuaca berawan untuk waktu yang
lama.
Pada musim dingin, pipa-pipa pada sistem pemanas ini akan pecah karena
air di dalamnya membeku.
Membutuhkan lahan yang sangat luas yang seharusnya digunakan untuk
pertanian, perumahan, dan kegiatan ekonomi lainya. Hal ini karena rapat
energi matahari sangat rendah.
Lapisan kolektor yang menyilaukan bisa mengganggu dan membahayakan
penglihatan, misalnya penerbangan.
Sistem hanya bisa digunakan pada saat matahari bersinar dan tidak bisa
digunakan ketika malam hari atau pada saat cuaca berawan.
Penyimpanan air panas untuk perumahan bukan merupakan masalah,
tetapi penyimpanan uap air pada pembangkit listrik memerlukan teknologi
yang sulit.

2.7 Kendala dalam Pengembangan Energi Surya

Dalam pengembangan energi surya, tentunya akan dijumpai berbagai


kendala. Berikut ini adalah kendala dalam pengembangan energi surya fotovoltaik
dan juga energi surya termal.

2.7.1 Kendala Pengembangan Energi Surya Fotovoltaik

25
Dalam pengembangan energi surya fotovoltaik terdapat banyak kendala,
kendala-kendala tersebut antara lain yaitu :

Harga modul surya yang merupakan komponen utama SESF masih tergolong
mahal, sehingga kurangnya minat lembaga keuangan untuk memberikan kredit
bagi pengembangan SESF itu sendiri.

Sulit untuk mendapatkan suku cadang dan air accu , khususnya di daerah
perdesaan dan hal ini dapat memicu kerusakan pada SESF.

Pemasangan SESF di daerah perdesaan pada umumnya tidak memenuhi standar


teknis yang telah ditentukan, sehingga kinerja sistem tidak optimal dan cepat
rusak.
Pada umumnya, penerapan SESF dilaksanakan di daerah perdesaan yang
sebagian besar daya belinya masih rendah, sehingga pengembangan SESF sangat
tergantung pada program Pemerintah.

Belum ada industri pembuatan sel surya di Indonesia, sehingga ketergantungan


pada impor sangat tinggi. Akibatnya, dengan menurunnya nilai tukar rupiah
terhadap dolar menyebabkan harga modul surya menjadi semakin mahal.

2.7.2 Kendala Pengembangan Surya Termal

Berikut ini berbagai kendala yang dialami dalam pengembangan energi surya
termal, yaitu :

Teknologi energi surya termal untuk memasak dan mengeringkan hasil pertanian
masih sangat terbatas. Teknologi surya termal masih belum berkembang karena
sosialisasi ke masyarakat luas masih sangat rendah

Meskipun harganya relatif murah, daya beli masyarakat masih rendah.

Sumber daya manusia (SDM) di bidang surya termal masih sangat terbatas. Saat
ini, SDM hanya tersedia di Pulau Jawa dan terbatas lingkungan perguruan.

26
BAB III
CADANGAN ENERGI MATAHARI

3.1 Potensi Energi Surya

Tabel Produksi Energi Matahari 2001-2010

27
Potensi Radiasi Matahari

Sumber: Wikipedia, the free encyclopedia.htm

Average solar irradiance, watts per square metre

Sumber: Wikipedia, the free encyclopedia.htm

28
Energi matahari dipancarkan ke permukaan dan diradiasikan ke dalam
ruang angkasa. Dalam perjalarannya ke permukaan, 30% energi matahari akan
direfleksikan dan disebar kembali ke angkasa, memberikan bumi dan atmosfer
albedo sekitar 30%, sementara itu sebanyak 19% diabsorbsi oleh atmosfer dan
awan serta 51% diabsorbsi oleh permukaan [Ahrens, 2003].

Pantulan kembali dari permukaan bumi ke angkasa berupa energi panas-


sinar inframerah (longwave radiation), energi panas tersebut sebagian besar tidak
dapat menembus kembali lapisan gas-gas atmosfer hanya sebagian kecil yang
dapat lolos keluar. Tidak semua gelombang panjang yang dipantulkan kembali
oleh bumi dapat menembus atmosfer menuju angkasa luar karena sebagian
dihadang dan diserap oleh gas rumah kaca (GRK).

Di dalam inti matahari terjadi reaksi termonuklir atau reaksi rantai


protonproton (reaksi p-p), yaitu pada empat proton terjadi fusi membentuk inti
baru yang mengandung dua proton dan dua neutron. Dari reaksi ini dapat
dihasilkan energi sebesar 25 MeV atau 0,4 x 10-4 erg. Energi akibat kehilangan
sejumlah massa tersebut dapat dinyatakan dalam :

E = m . c2

Dengan c adalah cepat rambat cahaya dan m adalah jumlah massa yang
hilang. Dengan demikian kuantitas energi (E), jumlahnya akan semakin besar,
sehingga total energi yang dihasilkan dari tak berhingga reaksi fusi yang terjadi
pada inti matahari dalam tiap detiknya akan sangat besar.

29
Gambar 8. Posisi Matahari (sumber : http://openlearn.open.ac.uk)

Posisi matahari dan kedudukan wilayah dipermukaan bumi memberikan


pengaruh nyata terhadap potensi energi surya pada suatu wilayah. Potensi ini akan
berubah tiap waktu, tergantung dari kondisi atmosfer, dan tempat (garis lintang)
serta waktu (hari dalam tahun dan jam dalam hari). Indonesia yang berada dalam
wilayah khatulistiwa mempunyai potensi energi surya yang cukup besar sepanjang
tahunnya. Energi surya sangat berpotensi untuk dimanfaatkan secara langsung
sebagai sumber energi alternatif.

Pemanfaatan energi surya ini dapat dilakukan secara termal maupun


melalui energi listrik. Pemanfaatan secara termal dapat dilakukan secara langsung
dengan membiarkan objek pada radiasi matahari, atau menggunakan peralatan
yang mencakup kolektor dan konsentrator surya. Informasi mengenai ketersediaan
energi matahari merupakan hal penting dalam rangka mendukung usaha
pemanfaatan energi matahari secara optimal. Pengetahuan mengenai besarnya
radiasi matahari pada suatu lokasi merupakan hal yang penting dalam beberapa
aplikasi energi matahari seperti desain arsitektur dan dan kenyamanan termal
bangunan, sistem pemenfaatan energi matahari (photovoltaic/PV, solar
concentrator, solar collector) dan lain-lain [Mubiru, 2008].

Perlu dilakukan diversifikasi pemanfaatan sumber energi selain fosil yang


memiliki keterbatasan dan rentan memicu kerusakan lingkungan. Diversifikasi ini

30
dapat dimulai dengan melakukan pendayagunaan energi matahari yang sangat
potensial dan tak terbatas terutama untuk wilayah Indonesia.

3.2 Cadangan Energi Matahari Di Indonesia


Indonesia pada khatulistiwa yang memungkinkan sinar matahari dapat
optimal diterima di permukaan bumi di hampir seluruh Indonesia. Indonesia
dikaruniai penyinaran matahari lebih dari 6 jam sehari atau sekitas 2.400 jam
dalam setahun. Energi surya dimuka bumi Indonesia mempunyai intensitas antara
0,6-0,7 kW/m2, betapa melimpahnya energi yang sebagian besar terbuang sia-sia
ini. Tantangan, bagaimana mengembangkan pemanfaatan sumber energi ini. Bagi
Indonesia upaya pemanfaatan energi surya mempunyai berbagai keuntungan yang
antara lain adalah :

Energi ini tersedia dengan jumlah yang besar di Indonesia.

Sangat mendukung kebijakan energi nasional tentang penghematan,


diversifikasi dan pemerataan energi.

Memungkinkan dibangun di daerah terpencil karena tidak memerlukan


transmisi energi maupun transportasi sumber energi.

Teknologi ini masih relatif baru di Indonesia , hal ini dimungkinkan karena
ilmu pengetahuan dan teknologi Indonesia masih sangat terpengaruh oleh
teknologi dari negara-negara Barat yang pada umumnya negara-negara tersebut
mempunyai 4 musim, sehingga kurang mendapatkan sinar matahari kalupun
mendapat sinar namun dengan jumlah yang tidak terlalu besar.
Sedang di Indonesia seharusnya sel surya ini mendapatkan perhatian
khusus, sebab Indonesia yang merupakan daerah tropis dan di daerah katulistiwa
maka Indonesia mempunyai karakteristik angin yang kurang baik (sangat
fluktuatif) dibanding dengan karakteristik angin di negara negara Barat namun

31
sangat menguntungkan untuk energi matahari yang rata-rata mendapat sinar
matahari 6 jam dalam sehari dengan cuaca yang sangat mendukung.

Tabel 1. Potensi Energi Terbarukan di Indonesia (2001)

Jenis Energi Terbarukan Potensi (MW) Kapasitas Pemanfaatan


Terpasang (MW) (%)
Large Hydro
75.000 42.000 5,600

Biomassa 50.000 302 0,604

Geothermal 20.000 812 4,060

Mini/Mikro Hidro 459 54 11,764


156.487 3,19 X 10-3
Tenaga Surya 5
5,38 X 10-3
Energi Angin 9286 0.50
311.232 5373.5 22,03
Jumlah

Sumber: Ditjen Listrik & Penmanfaatan Energi (2001)

Tabel 2. Potensi energi baru dan terbarukan di Indonesia (2007)

Sumber : Dept. ESDM, 2008

Tabel 3. Potensi Sumber Daya Energi Surya di Beberapa Kota di Indonesia.


No Kota Provinsi Tahun Radiasi

32
Pengukuran rata- rata

1 Banda Aceh Aceh 1980 4.1

2 Palembang Sumatera Selatan 1979 1981 4.95

3 Menggala Lampung 1972 1979 5.23

4 Rawasragi Lampung 1965 1979 4.13

5 Jakarta Jakarta 1965 1981 4.19

6 Bandung Jawa Barat 1980 4.15

7 Lembang Jawa Barat 1980 5.15

8 Citius, Tangerang Jawa Barat 1980 4.32

9 Darmaga, Bogor Jawa Barat 1980 2.56

10 Serpong, Jawa Barat 1991 1995 4.45


Tangerang

11 Semarang Jawa Tengah 1979 1981 5.49

12 Surabaya Jawa Timur 1980 4.30

13 Kenteng, Yogyakarta 1980 4.50


Yogyakarta

14 Denpasar Bali 1977 1979 5.26

15 Pontianak Kalimantan Barat 1991 1993 4.55

16 Banjarbaru Kalimantan 1979 1981 4.80


Selatan

17 Banjarmasin Kalimantan 1991 1995 4.57


Selatan

18 Samarinda Kalimantan 1991 1995 4.17


Timur

33
19 Menado Sulawesi Utara 1991 1995 4.91

20 Palu Sulawesi Tenggara 1991 1994 5.51

21 Kupang Nusa Tenggara 1975 1978 5.12


Barat

22 Waingapu, Sumba NusaTenggara 1991 1995 5.75


Timur Timur

23 Maumere Nusa Tenggara 1992 1994 5.7


Timur

Sumber : Rencana Induk Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan, 1997.


Direktorat Jenderal Listrik dan Pengembangan Energi, DESDM

PLTS di Indonesia

Gambar 9. PLTS di Indonesia (sumber majalahenergi.com/nasional)

Memperhatikan kesuksesan Arab Saudi dalam mengaplikasikan


pembangkit listrik PV sebagai pensuplai energi listrik untuk penerangan
terowongan, Indonesia dapat pula meniru kesuksesan tersebut bila adanya
keseriusan dari pemerintah Indonesia di bidang ini.Penduduk Indonesia yang
berjumlah sekitar 220 juta, sebagian besar tinggal di pedesaan dan masih banyak
yang belum mendapatkan akses terhadap energi listrik.Sehingga perlu suatu

34
kebijakan yang dapat mendorong penyediaan energi khususnya listrik bagi
masyarakat pedesaan.

Pemerintah Indonesia telah berupaya untuk menyediakan energi bagi


masyarakat pedesaan terutama listrik.Pemerintah telah mencanangkan program
listrik masuk desa bahkan program listrik bertenaga sumber daya lokal seperti
tenaga surya. Namun semua itu belum cukup, karena masih banyak daerah
pedesaan terutama di daerah terpencil yang belum terjangkau karena sulitnya
medan dan besarnya biaya dan investasi yang diperlukan.

Penerapan PLTS oleh BPPT dimulai dengan pemasangan 80 unit PLTS


(Solar Home System, Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya untuk Lampu
Penerangan Rumah) di Desa Sukatani, Jawa Barat pada tahun 1987. Setelah itu
pada tahun 1991 dilanjutkan dengan proyek Bantuan Presiden (Banpres Listrik
Tenaga Surya masuk Desa) untuk pemasangan 3.445 unit SHS di 15 propinsi yang
dinilai layak dari segi kebutuhan (tidak terjangkau oleh PLN), kemampuan
masyarakat setempat (pembayaran dengan cara mencicil) dan persyaratan teknis
lainnya.

Semenjak tahun 2005, Pemerintah optimis terhadap program-program


energi yang dirancangnya melalui Blueprint Pengelolaan Energi Nasional.Banyak
jenis energi baru dan terbarukan (EBT) mulai dinyatakan untuk dikelola secara
resmi dan serius di tataran nasional.Salah satunya energi surya, dimana
merupakan salah satu perhatian pemerintah dalam meningkatkan aplikasi energi
alternatif di Indonesia.Energi surya difokuskan untuk memenuhi kebutuhan energi
pada sektor Pembangkitan Tenaga Listrik serta menangani kebutuhan energi
Rumah Tangga dan Bangunan Komersial. Pemerintahpun telah membuat
Roadmap Energi Surya untuk mendeskripsikan target-target spesifik dalam
mewujudkan keinginan negara ini.

Saat ini Indonesia telah memiliki Pembangkit Listrik Tenaga Surya yang
berlokasi di pulau Bali, Sumbawa dan Maluku Utara. PLTS yang terdapat di pulau

35
Bali yakni di daerah Karangasem dan Bangil menghasilkan energi listrik sebesar 1
megawatt. Sedangkan di Sumbawa menghasilkan energi listrik sebesar 900 KWP
dan di Maluku Utara tepatnya di daerah Morotai menghasilkan energi listrik
sekitar 600 KWP. Selain ketiga PLTS tersebut, pihak PLN masih merencanakan
pembangunan PLTS diberbagai pulau di Indonesia ditahun 2014 mendatang.

3.3 Potensi dan Pengembangan Energi Surya di Sumatera Selatan

Di Sumatera Selatan potensi energi surya tidak terlalu besar. Hal tersebut
terlihat dari gambar dibawah ini.

Sumber : Dokumen_374 Proyeksi Potensi Energi Surya

Gambar 10. Radiasi Matahari di Indonesia

Dari hasil estimasi model pemetaan secara Spasial, dapat dikatakan bahwa
semakin tua warna biru yang terlihat berarti semakin besar intensitas radiasi
matahari yang tercancar ke daerah tersebut. Pada gambar diatas, sumatera Selatan
memiliki warna yang mendekati putih, hal ini menandakan intensitas radiasi yang
ada pada Sumatera Selatan sangatlah kecil sehingga dapat dikatakan bahwa
Sumatera Selatan kurang berpotensi untuk pengembangan energi surya. Namun
tidak menutup kemungkinan untuk memanfaatkan energi surya seperti yang saat

36
ini dilakukan pemerintah dengan membuat panel-panel surya untuk
menghidupkan lampu lalu lintas jalan saat ini.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Energi surya merupakan sumber energi yang ramah lingkungan karena
tidak memancarkan emisi karbon berbahaya yang berkontribusi terhadap
perubahan iklim seperti pada bahan bakar fosil. Setiap watt energi yang
dihasilkan dari matahari berarti kita telah mengurangi pemakaian bahan bakar
fosil, dan dengan demikian kita benar-benar telah mengurangi dampak
perubahan iklim. Penelitian terbaru melaporkan bahwa rata-rata sistem rumah
surya mampu mengurangi 18 ton emisi gas rumah kaca di lingkungan setiap
tahunnya. Energi surya juga tidak memancarkan oksida nitrogen atau sulfur
dioksida yang berarti tidak menyebabkan hujan asam atau kabut asap.
Energi surya merupakan energi alternatif yang memiliki potensi cukup
besar di Indonesia. Energi terbarukan ini telah dikembangkan dengan dua
metode yaitu energi surya fotovoltaik yang secara umum dikenal sebagai
Pembangkit Listrik Tenaga Surya Fotovoltaik (PLTS Fotovoltaik) dan energi
surya termal yang mana pemanfaatannya di Indonesia masih dilakukan secara
tradisional, seperti untuk mengeringkan hasil pertanian dan perikanan secara
langsung. Namun pengembangan ini masih belum bisa dikatakan optimal
karena energi yang termanfaatkan hanya baru beberapa persen dari energi
yang ada terlebih lagi adanya kendala-kendala yang menyebabkan pemerintah
kurang memperhatikan potensi energi surya ini.
Matahari merupakan sumber energi yang benar-benar bebas untuk
digunakan oleh setiap orang. Tidak ada yang memiliki Matahari, jadi setelah
Anda menutupi biaya investasi awal, pemakaian energi selanjutnya dapat
dikatakan gratis.

37
4.2 Saran

Panel surya juga perlu untuk ditingkatkan efisiensinya. Untuk mencapai


tingkat efisiensi yang memadai dibutuhkan lokasi instalasi yang luas, dan panel
surya ini idealnya diarahkan ke matahari, tanpa hambatan seperti pohon dan
gedung tinggi, untuk mencapai tingkat efisiensi yang diperlukan.

Energi surya membutuhkan solusi penyimpanan energi murah dan efisien


karena matahari adalah sumber energi intermiten (tidak kontinyu).

Proyek-proyek energi surya skala besar (pembangkit listrik tenaga surya yang
besar) akan membutuhkan lahan yang luas, dan banyak air untuk tujuan
pendinginan.

Banyak daerah di dunia yang tidak memiliki cukup sinar matahari untuk
menjadikan energi surya bernilai ekonomis. Karena itu, solusi ilmiah yang lebih
maju sangat diperlukan untuk membuat energi surya menjadi komersial di daerah-
daerah tersebut.

Untuk saat ini pengembangan energi surya di Indonesia masih sangat


terbatas mengingat bergitu banyak kendala yang dihadapi pemerintah seperti :
tingginya biaya modul surya yang merupakan komponen utama teknologi energi
surya fotovoltaik, ketergantungan impor sel surya akibat belum adanya industri
pembuatan sel surya di Indonesia serta minimnya pengetahuan masyarakat
mengenai pemeliharaan sel surya juga menyebabkan kinerja sel surya tidak
optimal dan sering mengalami kerusakan. Untuk itu penulis menyarankan agar
pemerintah memperhatikan aspek-aspek tersebut dengan mendirikan infrastruktur
dan sarana pengembangan energi surya di Indoesia agar keinginan bangsa ini akan
pemenuhan energi surya dapat terealisasikan dengan cepat dan terarah.

38

Anda mungkin juga menyukai