Oleh:
Bambang Sugiantoro
ABSTRACT
This analysis usually applied for bolier system using coal as fuel, Coal as fuel
need spesific requirements, Low or high heating value were calculating to know how
influens its for performance unit. The Purposes calculating Heat rate of fuel with direct
methode its to known input and output because the real this methode just need output
(steam) and heat inside (fuel regulating) for evaluate efisiensi of steam, calculating
methode was directly calculate coal consumptions with calorie value and divide a both
with load output generator.indirect methode or heat loss methode was standar of
basics test performance steam Generating, standar system for calculating use British
Standard, BS 845:1987 dan USA Standard ASME PTC-4-1 Power Test Code Steam
Generating Units. From realtionship of fluenced load grapich with Heat Rate the result
of regresi (r) = 0,92 and (r) = 0,97 that shown close relationship and corelated
coefisien was negatif (-) that shown for (Direct Methode) and (Indirect Methode).
A. LATAR BELAKANG
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) menggunakan bahan bakar Batu Bara.
Dalam pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dengan bahan bakar
Batu Bara dapat dikatakan efisien dan handal dapat dilihat salah satunya dari
performance atau unjuk kerja pembangkit tersebut. performance atau unjuk kerja dari
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) ternyata korelatif terhadap heat rate dalam
berbagai perubahan beban yang dibangkitkan.
Analisa unjuk kerja dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) sangat penting
dilakukan dalam rangka berbagai tujuan antara lain: Pertama, sebagai pembuktian
bahwa performance pembangkit sesuai dengan design dari pabrikan. Kedua, untuk
monitoring unjuk kerja umur suatu pembangkit, dimana semakin tua umur pembangkit
maka unjuk kerja (performance) akan semakin turun. Ketiga, sebagai bahan informasi
dan petunjuk di dalam perencanaan pemeliharaan suatu pembangkit listrik. Keempat,
untuk mengevaluasi kinerja masing-masing peralatan yang berpengaruh terhadap
performance pembangkit listrik.
Performance atau unjuk kerja Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) meliputi :
Heat Rate atau Tara Kalor, Efisiensi Boiler, Turbin-Generator, UAT (Unit Auxiliary
Transformer) atau pemakaian listrik untuk keperluan sendiri.dan efisiensi Plant atau
pembangkit secara kesuluruhan. Heat Rate atau Tara Kalor adalah kalor yang
dibutuhkan untuk menghasilkan satu KWh. Dimana Heat Rate akan semakin meningkat
dengan semakin bertambah umur suatu pembangkit listrik yang berbanding terbalik
dengan efisiensinya, efisiensi akan semakin menurun dengan bertambahnya umur
pembangkit listrik. Dengan fenomena seperti diatas maka sangat perlu dilakukan analisa
250
iteks ISSN 1978-2497
Intuisi Teknologi dan Seni
unjuk kerja suatu pembangkit agar dapat efisien dan handal sehingga bila terjadi
penurunan kinerja peralatan bahkan kerusakan dari suatu peralatan dapat dimonitor
sejak dini dan dapat langsung dilakukan tindakan agar jangan sampai terjadi penurunan
efisiensi sehingga tidak handal lagi.
B. PERUMUSAN MASALAH
Dalam Performance tes atau uji unjuk kerja pada Pembangkit Listrik Tenaga
Uap (PLTU) secara perhitungan tara kalor bahan bakar yang mempunyai beberapa
rumusan masalah yang akan kami bahas, antara lain :
1. Apakah Heat Rate atau Tara Kalor berpengaruh terhadap Efisiensi
Boiler?
2. Apakah ada pengaruh antara nilai kalor bahan bakar terhadap Efisiensi
UAT (Unit Auxiliary Transformer) dan Efisiensi Plant atau Pembangkit secara
keseluruhan?
Adapun tujuan analisa energi tearhadap unjuk kerja Pembangkit Listrik Tenaga
Uap (PLTU) dengan bahan bakar Batu Bara adalah :
1. Membuat sistem Uji Performance Test Pembangkit yang terdiri dari
performance Boiler, Turbin-Generator, UAT (Unit Auxiliary Transformer) atau
pemakaian sendiri dan sehingga di dapat Performance Plant atau Performance
PLTU .
D. BATASAN MASALAH
2. Data perhitungan diambil langsung dari DAS ( Data Aquicion System) CCR
(Central Control Room) PLTU dengan sistem Instrumentasi dan Kontrol
FOXBORO Invesys I/A series.
3. Uji Performance test atau unjuk kerja hanya untuk mengitung dan mengetahui
Heat Rate atau Tara Kalor, efisiensi Boiler, Turbin-Generator, UAT (Unit
Auxiliary Transformer) atau pemakaian listrik untuk keperluan sendiri dan
efisiensi Plant atau pembangkit secara kesuluruhan.
251
iteks ISSN 1978-2497
Intuisi Teknologi dan Seni
4. Metode perhitungan dalam uji Performance test atau unjuk kerja mengunakan
pedoman dari British Electricity International (Modern Power Station Practice).
E. TINJAUAN UMUM
Secara umum PLTU merupakan suatu mesin konversi energi, dimana energi
primer yang di konversikan menjadi energi listrik adalah bahan bakar, disini
menggunakan bahan bakar batubara dan saat awal menggunakan HSD (high speed
diesel). Konversi tingkat pertama adalah konversi energi primer menjadi energi (kalor)
panas.yang dilakukan di dalam ruang bakar dari ketel uap PLTU. Energi panas
kemudian dipindahkan ke dalam air yang ada dalam pipa ketel untuk menghasilkan uap
yang dikumpulkan dalam boiler.
Uap dari boiler dialirkan dengan nozel untuk memutar turbin uap, dimana energi
(entalphy) uap di konversikan menjadi energi mekanis penggerak generator dan
akhirnya energi mekanik dari turbin uap ini di konversikan menjadi energi listrik oleh
generator. Secara skematis proses tersebut dapat di lihat pada gambar di bawah ini:
200 M STACK
RUANG BAKAR
BAHAN BAKAR TURBIN GENERATOR
BATUBARA CONVEYOR JARINGAN
TRANSMISI 150 KV
Gambar1SiklusUmumPLTU
(KemanIsmuranto,PengenalanPLTU2005hal5)
Siklus Rankine
Siklus Rankine atau siklus tenaga uap merupakan siklus teoritis paling
sederhana yang mempergunakan uap sebagai medium kerja sebagaimana dipergunakan
pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).
Gambar dibawah memperlihatkan skema dari pembangkit Listrik Tenaga Uap
yang terdiri atas komponen-komponen terpenting yaitu : Boiler, Turbin Uap, Pompa dan
Kondensor.
Empat proses dalam siklus Rankine adalah :
1-2 : kompresi isentropik di pompa
2-3 : P = konstan, penambahan panas di boiler
3-4 : ekspansi isentropik pada turbin
4-1 : P = konstan, pembuangan panas dikondenser
252
iteks ISSN 1978-2497
Intuisi Teknologi dan Seni
253
iteks ISSN 1978-2497
Intuisi Teknologi dan Seni
Keterangan gambar :
1-2 Expansi adiabatis uap didalam turbin.
2-3 Pengembunan uap pada p dan T konstan didalam kondensor.
3-4 Penaikan tekanan adiabatis didalam pompa 6-1
4-5 Pemanasan menuju titik didih pada p konstan
5-6 Pendidihan / perubahan fasa pada p dan T konstan
6-1 Pemanasan lanjut uap pada p kostan
Titik K =Titik kritis = 225,65 kg/cm2 374,150C
Setelah kita mengetahui proses keliling PLTU dan siklus rankine maka kita
dapat menghitung efisiensi siklus tersebut yaitu dengan rumus : (Habib Rochani,
Termodynamic & Heat Balance, 2006)
Q1 Q 2
=
Q1
luas 45612'3'luas 322'3'
=
luas 45612'3'
Dimana :
Q1= Jumlah panas yang diberikan pada boiler = G ( i1 i4)
Q2= Jumlah panas yang dilepas dikondensor.= G(i2 i3)
Peningkatan efisiensi dapat dicapai dengan menggunakan proses pemanasan
ulang. Proses pemanasan ulang ini terlihat pada gambar dan skema di bawah ini, yaitu
Turbin uap terbagi dua bagian yaitu bagian Turbin Tekanan Tinggi (TT) dan bagian
Turbin Tekanan Rendah (TR). Uap yang telah dipakai pada taraf pertama meninggalkan
bagian TT pada titik 3 dan dialirkan kembali ke boiler untuk pemanasan ulang
(Reheater), kemudian dialirkan kembali masuk ke turbin pada titik 4 dan dipakai oleh
bagian TR turbin uap tersebut.
Gambar .5 Skema dan diagram T-S Siklus PLTU dengan pemanasan ulang
(Abdul Kadir, Pembangkit Tenaga Listrik, 1996, 18)
254
iteks ISSN 1978-2497
Intuisi Teknologi dan Seni
Keterangan gambar :
1 2 : Proses pemberian panas atau kalor dari pembakaran bahan bakar pada air hingga
menjadi uap kering pada boiler (superheater)
2 3 : Uap berekspansi sehingga sudu turbin tekanan tinggi terdorong dan berputar.
3 4 :Uap setelah berekspansi dengan turbin tekanan menengah dipanaskan kembali
pada boiler (reheater)
4 5 : Uap berekspansi sehingga sudu turbin tekanan Rendah terdorong dan berputar.
5 6 :Uap dari turbin tekanan rendah dikondensasikan pada kondensor
6 1 :Air dari kondensor dipompa ke dalam boiler untuk dipanaskan kembali
Dengan siklus regeneratif sebagian dari energi yang berada dalam rangkaian
panas dipertahankan beredar dalam rangkaian itu. Hal ini dilakukan misalnya dengan
cara memanaskan air yang keluar dari kondensor dengan uap yang dipinjam (ekstraksi)
dari turbin sebelum dimasukkan ke boiler. Secara singkat bahwa efisiensi PLTU rata-
rata sekitar 25%. Namun, hal ini dapat diperbaiki dengan cara pengambilan kembali
sebagian dari panas latent dalam turbin yaitu dengan penambahan peralatan extraction,
sebagian uap turbin dialirkan ke tangki air pemanas kondensat dari air ketel. Sehingga
kalor dalam uap turbin tidak semua terbuang ke dalam kondensor.
Extraction 4
255
iteks ISSN 1978-2497
Intuisi Teknologi dan Seni
Keterangan :
1. Furnace 12. Gland steam condenser
2. Water Wall 13. Low Pressure Heater
3. Steam Drum 14. Deaerator
4. Superheater 15. Deaerator Tank
5. High Pressure Turbin (HPT) 16. Booster pump for turbin driven BFP
6. Re-Heater 17. Turbin driven BFP
7. Intermediet Pressure Turbin (IPT) 18. Booster pump for motor driven BFP
8. Low Pressure Turbin (LPT) 19. Motor driven BFP
9. Condenser 20. High Pressure Heater
10. Condensate Pump 21. Economizer
11. Condensate polisher 22. Generator
Pembakaran batu bara di dalam Furnace (ruang bakar) memanasi air secara
konveksi pada pipa-pipa air (water wall) di sekeliling ruang bakar. Kemudian uap yang
dibentuk masuk ke steam drum, dalam steam drum uap dipisahkan dengan air
menggunakan separator. Air masuk ke down comer lalu melewati header kemudian
menuju water wall lagi, sedangkan untuk uap, masuk ke pemanas lanjut (Superheater).
Pada superheater uap dipanasi lagi dengan gas panas sehingga menjadi uap
kering. Uap kering masuk ke turbin tekanan tinggi setelah melalui katup utama Main
Stop Valve (MSV) dan Control Control (CV) berekspansi pada sudu-sudu turbin,
kemudian uap masuk ke reheater dan sebagian uap ada yang diekstraksikan untuk
memanasi pemanas tekanan tinggi (High Pressure Heater) HPH 1 dan HPH 2). Uap
yang masuk ke reheater (yang terdapat dalam boiler) dipanaskan kembali menggunakan
gas panas. Setelah dari Reheater lalu uap masuk ke turbin tekanan menengah
berekspansi pada sususudu turbin kemudian uap masuk ke turbin tekanan rendah dan
sebagian uap ada yang diekstraksikan untuk memanasi Pemanas Tekanan Tinggi (High
Pressure Heater) HPH 3 dan Deaerator. Uap yang keluar dari turbin tekanan
menengah selanjutnya masuk ke turbin tekanan rendah.dengan dua arah aliran yaitu
pada bagian kanan dan kiri. Setelah memutar sudu-sudu turbin, uap masuk ke dalam
kondensor dan sebagian uap ada yang diekstraksikan untuk memanasi pemanas tekanan
rendah (Low Pressure heater) (LPH 5, LPH 6, LPH 7, dan LPH 8).
Dengan pompa kondensat, air dipompa dari hotwell menuju deaerator dengan
melalui condensate polishing (bertujuan untuk mempertahankan agar kualitas air tetap
baik). Kemudian air mengalir melewati gland steam condenser ( pemanas dari sisa uap
perapat poros turbin) dilanjutkan ke pemanas tekanan rendah (Low Pressure Heater)
LPH 8, LPH 7, LPH 6 dan LPH. 5). Semua ini adalah pemanas tertutup, jadi antara
yang dipanasi dan yang memanasi tidak kontak secara langsung yaitu air terdapat pada
pipa dan uap pemanas terdapat pada bagian luarnya.
Setelah pemanas tekanan rendah (Low Pressure Heater) LPH 5 kemudian air
masuk ke deaerator, disini uap dan air panas bertemu secara langsung (bercampur).
Kemudian air dan kondensatnya ditampung di deaerator tank. Dengan pompa pengisi
air panas dialirkan menuju economizer dengan melewati pemanas awal tekanan tinggi
(HPH 3 , HPH 2 dan HPH 1) yang semuanya merupakan pemanasan tertutup.
256
iteks ISSN 1978-2497
Intuisi Teknologi dan Seni
Dalam economizer air dipanasi dengan menggunakan gas panas yang sudah
dilewatkan dari superheater dan reheater. Kembali air masuk ke steam drum yang
kemudian terjadi sirkulasi alam yaitu untuk air yang belum menguap dari steam drum,
menuju down comer lalu mengalir ke ring header kemudian ke water wall dan uap yang
dihasilkan menuju ke steam drum dan begitu seterusnya.
1. Drying
Drying adalah proses penguapan/pengeringan moisture di dalam batubara.
Moisture dalam batubara terbagi menjadi dua jenis yaitu: dalam bentuk free water (air
bebas) yang terletak diantara pori-pori batubara dan dalam bentuk bounded water (air
terikat) yang terserap di dalam struktur permukaan batubara.
2. Devolatilization
Ketika proses drying telah selesai maka partikel batubara mulai mengalami
perubahan komposisi dengan melepas volatile. Volatile adalah kandungan gas-gas yang
ada di batubara. Selama volatile keluar dari pori-pori batubara, external oxygen tidak
dapat masuk penetrasi ke dalam partikel. Proses devolatilization dikenal juga sebagai
tahap pyrolysis. Laju devolatilization dan produk pyrolysis tergantung pada temperature
dan tipe bahan bakar. Dalam proses pyrolysis akan terjadi pelepasan carbon monoxide,
hydrocarbon, dan soot. Bersamaan dengan lepasnya volatile, akan terjadi diffuse oxygen
sehingga produk pyrolysis mulai terbakar. Semakin tinggi kadar Volatile Matter maka
batubara akan semakin mudah terbakar dan pembakaran akan semakin stabil.
3. Char Combustion
Tahap akhir dari proses pembakaran batubara adalah char combustion. Saat
devolatilization komplit, yang tersisa dari batubara adalah carbon char dan ash. Carbon
char sangat porous (berpori) sehingga oxygen dapat berdiffusi ke dalam char menembus
lapisan luar (externally layer) dan terus ke dalam partikel char. Laju terbakarnya char
tergantung pada laju reaksi kimia dari reaksi carbon-oxygen di permukaan char dan laju
diffusi internal oxygen dalam lapisan batas (boundary layer). Reaksi permukaan
menghasilkan CO yang kemudian bereaksi di luar partikel membentuk CO2. Reaksi
permukaan akan menaikkan temperature char sekitar 100-200oC diatas temperatur gas.
Laju terbakarnya char juga tergantung pada konsentrasi oxygen, temperature gas,
Reynold number gas flow, ukuran partikel char dan porosity dari char. Reaksi carbon
char dengan oxygen di permukaan akan membentuk karbon monoksida (CO) dan
karbon dioksida (CO2), tetapi produk utamanya adalah karbon monoksida :
C + O2 CO (a)
257
iteks ISSN 1978-2497
Intuisi Teknologi dan Seni
Permukaan carbon akan bereaksi dengan korbon dioksida dan uap air :
C + CO2 2CO (b)
C + H2 O CO + H2 (c)
Reaksi reduksi (b) dan (c) secara umum lebih lambat dibandingkan reaksi
oksidasi (a) dan untuk pembakaran biasanya hanya reaksi (a) yang dipertimbangkan.
Dengan mengatur ukuran batubara (70% lolos 200 mesh) maka untuk ukuran /diamater
yang sama maka burnout time dari batubara juga akan relatif sama.
Jadi total waktu yang dibutuhkan batubara untuk terbakar sempurna adalah
merupakan penjumlahan dari drying time, pyrolysis time dan burnout char time.
Optimasi pembakaran batubara dicapai bila moisture batubara saat masuk ke ruang
bakar hanya tinggal sebesar 1%. Sisanya harus telah menguap (drying) saat di dalam
pulverizer dan coal pipe. Hal ini bertujuan agar batubara saat akan masuk ke ruang
bakar telah tepat pada tahap devolatilization, yaitu mulai terbentuk api. Sisa 1%
moisture dimaksudkan sebagai batas aman agar tidak terjadi pre-combustion (sebelum
terbakar) di dalam pipa. Dari data batubara terlihat bahwa kandungan moisture batubara
Low Rank mempunyai moisture lebih tinggi sehingga total waktu untuk pembakaran
batubara juga semakin tinggi. Artinya akan terjadi delay combustion di furnace. Selain
waktu terbakarnya batubara, yang perlu diperhatikan adalah kecepatan aliran batubara
ke dalam furnace. Semakin cepat aliran batubara maka jarak tempuh dari pembakaran
api akan semakin jauh. Low rank mempunyai nilai kalor lebih rendah sehingga butuh
batubara dan udara lebih banyak, otomatis kecepatan aliran juga tinggi. Dua faktor
tersebut, waktu dan kecepatan, akan menentukan waktu tinggal batubara (resident time)
di dalam furnace.
Untuk mengetahui efisiensi dari Boiler digunkan Metode Langsung atau lebih
dikenal dengan metode input-output karena kenyataan bahwa metode ini hanya
memerlukan keluaran (steam) dan panas masuk (bahan bakar) untuk evaluasi efisiensi.
Efisiensi ini dapat dievaluasi dengan menggunakan rumus:
(www.energyefficiencyasia.org)
Panas Keluar
Efisiensi boiler () = X 100 %
Panas Masuk
Q X ( Hg - Hf)
Efisiensi boiler () = X 100 %
B X HHV
258
iteks ISSN 1978-2497
Intuisi Teknologi dan Seni
Dimana :
Q = Jumlah steam yang dihasilkan per jam ( T/H)
Hg = Entalpi steam jenuh dalam kkal/kg steam
Hf = Entalpi air umpan dalam kkal/kg air
B = Jumlah bahan bakar yang digunakan per jam (T/H)
HHV = Nilai kalor dari bahan bakar (Kcal/Kg)
Sedangkan untuk mendapatkan efisiensi thermal maka dapat dihitung dengan rumus :
Efisiensi thermal = (860/ PHR) X 100 %.
Metode langsung mempunyai keuntungan dan kerugian, dimana Keuntungan
dari metode langsung (Direct Methode) adalah :
a. Dapat dengan cepat mengevaluasi efisiensi pembangkit.
Metode tidak langsung atau lebih dikenal dengan metode kehilangan panas (heat
loss methode), juga merupakan metode standar acuan untuk menguji performance
pembangkit listrik tenaga uap. Pedoman dalam melakukan pengujian dengan metode
tidak langsung adalah British Standard, BS 845:1987 dan USA Standard ASME PTC-4-
1 Power Test Code Steam Generating Units.
Untuk melakukan perhitungan Efisiensi boiler dapat dihitung dengan mengurangkan
bagian kehilangan panas dari 100 yaitu : (www.energyefficiencyasia.org)
259
iteks ISSN 1978-2497
Intuisi Teknologi dan Seni
H. NERACA PANAS
260
iteks ISSN 1978-2497
Intuisi Teknologi dan Seni
I. Metode Perhitungan
Sedangkan untuk Net Plant Heat Rate dapat dihitung dengan rumus :
261
iteks ISSN 1978-2497
Intuisi Teknologi dan Seni
Metode tidak langsung adalah juga dikenal dengan metode kehilangan panas
(heat loss), maka yang pertama harus dilakukan adalah menghitung efisiensi boiler
yaitu dengan melakukan pengurangan bagian kehilangan panas dari 100, dimana dapat
di tulis :
Efisiensi boiler (n) = 100 - (i + ii + iii + iv + v + vi + vii)
Dimana kehilangan yang terjadi dalam boiler adalah kehilangan panas yang diakibatkan
oleh:
viii. Kerugian Kalor Karbon Tidak Terbakar Di Fly Dan Slag Ash (Lc)
Wuc X 8055
LC = X 100 %
Hf
Dimana :
Hf = High Heating Value
Wuc = Carbon in Ash (Fly dan Bottom ash)
ix. Kerugian Kalor Gas Asap Kering ( Lg)
WG' X C PG' X ( t G t RA )
Lg =
Hf
Dimana :
WG' = kg of dry gas per kg as fired fuel
Cpg = Specific Heat Dry Flue Gas (From Table)
TG' = Flue Gas Outlet Temperature Air Heater
TRA = Air Inlet Boiler Temperature
x. Kerugian Kalor Moisture Di Bahan Bakar ( Lmf)
mf X (hsp hw)
Lmf =
hf
Dimana :
mf = Pounds moisture per lb of as fired fuel by laboratory analysis
262
iteks ISSN 1978-2497
Intuisi Teknologi dan Seni
CO X 5644 X C
LCO = X 100 %
(CO 2 + CO) . Hf . 100
263
iteks ISSN 1978-2497
Intuisi Teknologi dan Seni
Gms (Ims - Ifw) + Ghrh (Ihrh - Icrh) + Gshs (Ifw - Ishs) Grhs (Ihrh - Irhs)
HR =
GGO
Dimana :
ms = Main steam flow Gshs = Superheater Spray Flow
Ims = Main steam Enthalpy Grhs = Reheater Spray Flow
Ghrh = Hot reheat steam flow Ishs = Superheater Spray Water enthalpy
hrh = Hot reheat steam enthalpy Irhs = Reheater Spray Water enthalpy
Gfw = Feed Water Flow GGO = Gross Generator Output
Ifw = Feed Water enthalpy UAT = Pemakaian Sendiri
Gcrh = Cold reheat steam flow HHV = High heating Value coal calorie
Icrh = Cold reheat steam enthalpy B = Coal Consumption
860
Efisiensi Turbin-Generator = x 100 %
H R (heat rate)
860
PHR =
Efisiensi Pembangkit Bruto
264
iteks ISSN 1978-2497
Intuisi Teknologi dan Seni
NPHR (Net Plan Heat Rate) atau Tara Kalor bersih yaitu : (Power Plant Engineering.
McGraw-Hill Higher Education (Asia), 2002, 74)
860
NPHR =
Efisiensi Pembangkit Bersih
Data hasil pengujian yang penulis tampilkan adalah data hasil pengolahan
dari data yang diambil dari uji performance, dalam jangka waktu dua jam yang
diambil tiap 30 menit yang di ambil rata-ratanya. Data yang penulis akan tampilkan
adalah sebagaian data yang akan di pergunakan di dalam perhitungan dan
analisanya. Berikut ini tabel data hasil kalkulasi pengujian di PLTU .
Sebagai contoh untuk pengolahan dan perhitungan diambil data pada beban
300 MW, kemudian hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel hasil perhitungan pada
masing-masing beban.
1. Metode Langsung ( Direct Methode)
B x HHV
PHR (Plan Heat Rate) =
GGO
160,23 x 4460
=
300
= 2382,09 Kcal/kWh
860
Efisiensi Thermal = x 100 %
PHR
860
= x 100 %
2382,09
= 36,10 %
Gms (Ims - Ifw) + Ghrh (Ihrh - Icrh) + Gshs (Ifw - Ishs) + Grhs (Ihrh - Irhs)
HR =
GGO
= 8038,1 x 0,239
= 1921,11 Kcal/Kwh
860
Efisiensi Turbin-Generator = x 100 %
H R (heat rate)
860
= x 100 %
1921,11
= 44,77 %
Untuk menghitung efisiensi Boiler maka harus menghitung kehilangan panas
yang terjadi, yaitu dengan melakukan pengujian dan analisis dari laboratorium yang
ditunjuk. Untuk data pengujian ini telah dilakukan oleh lembaga independen yaitu
Sucofindo yang terlampir dalam sertifikat sampling dan analisis dalam lampiran laporan
ini. Dimana kehilangan yang terjadi dalam boiler adalah kehilangan panas yang
diakibatkan oleh:
Kerugian Kalor Karbon Tidak Terbakar Di Fly Dan Slag Ash (Lc)
266
iteks ISSN 1978-2497
Intuisi Teknologi dan Seni
Wuc X 8055
Lc = X 100 %
Hf
0,0001 X 8055
= X 100 %
4460
Lc = 0,020 %
WG' X C PG' X ( t G t RA )
Lg =
Hf
Dimana :
WG' = kg of dry gas per kg as fired fuel
Cpg = Specific Heat Dry Flue Gas (From Table)
TG'= Flue Gas Outlet Temperature Air Heater
TRA = Air Inlet Boiler Temperature
WG = (44,01 . 14,78 + 32,00 .2,4375 + 28,02 . + 28,01 . 82,78 ) X 46,670 + 12,01 + 0,18
12,01. ( 14,78 + 0) 100 32,07 100
WG = 8,02 kg/kg
WG' X C PG' X ( t G t RA )
Lg =
Hf
8,02 X 0,24 X ( 166,95 28,36)
=
4460
Lg = 5,98 %
267
iteks ISSN 1978-2497
Intuisi Teknologi dan Seni
mf X (hsp hw)
Lmf =
hf
Dimana :
mf = Ppounds moisture per lb of as fired fuel by laboratory analysis
hsp= enthalpy of vapour at partial pressure at exit gas temperature
hsp = Enthalpy of vapour at 0.07 atm =0.0071 Mpa,
at tg = 673.72 Kcal/kg
hw = Enthalpy of saturated liquid at tRA = 29.52 Kcal.kg
mf X (hsp hw)
Lmf =
hf
29,81 X (673,72 29,52)
=
4460
Lmf = 4,31 %
268
iteks ISSN 1978-2497
Intuisi Teknologi dan Seni
28,02 . N 2 Cb 12,01 S N
X + X -
Wa = 1,3012 X 12,01 (CO + CO) 100 32,07 100 100
2
Wa = 7,83 kg/kg
Wma X Wa X ( Hsp - hRv)
Lma = X 100 %
Hf
CO X 5644 X C
LCO = X 100 %
(CO 2 + CO) . Hf . 100
0 X 5644 X 2,83
= X 100 %
(14,78 + 0) . 4460 . 100
LCO = 0 %
269
iteks ISSN 1978-2497
Intuisi Teknologi dan Seni
Setelah diketahui kerugian kalor total / Heat Loss Total (L), maka efisiensi boiler dapat
dihitung sebagai berikut :
Efisiensi Boiler = 100 % - Total Kehilangan Panas/Heat Total Loss (L)
= 100 % - 15,88
= 84,12 %
Efisiensi Auxiliary ( pemakaian listrik untuk keperluan sendiri)yaitu:
300000 - 12400
UAT = x 100 %
300000
= 95,87 %
860
PHR = x 100
Efisiensi Pembangkit Bruto
860
= x 100
37,15
= 2314,94 Kcal/Kwh
NPHR (Net Plan Heat Rate) atau Tara Kalor bersih
270
iteks ISSN 1978-2497
Intuisi Teknologi dan Seni
860
NPHR = x 100
Efisiensi Pembangkit Bersih
860
= x 100
35,61
= 2415,05 Kcal/Kwh
K. ANALISA GRAFIK
Data-data yang telah diolah diatas kemudian akan ditampilkan dalam grafik
hubungan antara perubahan beban terhadap unjuk kerja pembangkit listrik tenaga uap
(PLTU) yang meliputi : Heat Rate (plant heat rate dan net plant heat rate), Efisiensi
turbin-generator, efisiensi boiler, efisiensi UAT dan efisiensi plant, baik dengan metode
langsung dan metode tidak langsung yang dapat dilihat pada tabel hasil perhitungan
pada beban 180 MW, 240 MW dan 300 MW adalah sebagai berikut:
a. Grafik Hubungan antara perubahan beban terhadap unjuk kerja pembangkit listrik
tenaga uap, dengan metode langsung ( direct Methode ) adalah :
2800
2700
y = -3.0491x + 3250
2600 2
R = 0.8358
2500
2400
2300
150 180 210 240 270 300 330
Beban (MW)
Grafik 4.1 Grafik Hub. Perubahan Beban Terhadap Plant Heat Rate ( PHR )
2900
2800 y = -3.7127x + 3546.8
2
2700 R = 0.8605
2600
2500
2400
150 180 210 240 270 300 330
Beban ( MW)
Grafik 4.2 Grafik Hub. Perubahan Beban Terhadap Plant Heat Rate ( NPHR )
271
iteks ISSN 1978-2497
Intuisi Teknologi dan Seni
96
y = 0.0174x + 90.703
95.5 2
R = 0.9907
95
94.5
94
93.5
150 180 210 240 270 300 330
Beban (M W)
37.4
Efisiensi Plant Gross(%)
37.1
36.8 y = 0.0149x + 32.523
2
36.5 R = 0.9301
36.2
35.9
35.6
35.3
35
150 180 210 240 270 300 330
Beban (MW)
Grafik 4.8 Grafik Hub. Perubahan Beban Terhadap Efisiensi Plant (Gross)
272
iteks ISSN 1978-2497
Intuisi Teknologi dan Seni
Grafik 4.9 Grafik Hub. Perubahan Beban Terhadap Efisiensi Net Plant
2420
2400 y = -0.9773x + 2617.5
2
2380 R = 0.9336
2360
2340
2320
2300
150 180 210 240 270 300 330
Beban (MW)
Grafik 4.10 Grafik Hub. Perubahan Beban Terhadap Plant Heat Rate (PHR)
Dari masing-masing grafik yang terbentuk diatas maka dapat langsung
diketahaui persamaan garis regresi linier dan koefisien korelasi sederhana dengan
XY scatter diagram dari program Microsoft Office Excel.
Analisa grafik yang dapat dilihat pada grafik diatas adalah bahwa grafik
hubungan Perubahan Beban terhadap Heat Rate baik metode langsung maupun
Metode tidak langsung adalah persamaan garis yang terbentuk adalah nilai b adalah
selalu Negatif (-) dari rumus umum persamaan regresi linier yaitu : Y=a+bX.
Sedangkan bahwa grafik hubungan Perubahan Beban terhadap Efisiensi baik metode
langsung maupun Metode tidak langsung adalah persamaan garis yang terbentuk
adalah nilai b adalah selalu Positif (+).
273
iteks ISSN 1978-2497
Intuisi Teknologi dan Seni
2650
2600
2550
2500
2450
2400
2350
2300
2250
2200
2150
2100
2050
2000
1950
1900
150 180 210 240 270 300 330
Beban MW
PHR (Direct Methode) NPHR (Direct Methode)
PHR (Indirect Methode) NPHR (Indirect Methode)
Heat Rate (Indirect Methode) Linear (NPHR (Direct Methode))
Linear (NPHR (Indirect Methode)) Linear (PHR (Direct Methode))
Linear (PHR (Indirect Methode)) Linear (Heat Rate (Indirect Methode))
Grafik 4.12 Grafik Gabungan Hub. Perubahan Beban Terhadap Heat Rate
Grafik diatas dapat menggambarkan bahwa metode langsung persamaan garis
regresi liniernya lebih curam dan agak jauh dari titik yang terhubung sedangkan
Metode tidak langsung persamaan garis regresi liniernya lebih landai dan menyentuh
dari titik yang terhubung.
Sedangkan grafik gabungan dari hubungan Perubahan Beban terhadap
Efisiensi baik metode langsung maupun Metode tidak langsung adalah seperti
dibawah ini :
Dari grafik diatas dapat juga menggambarkan bahwa metode langsung
persamaan garis regresi liniernya lebih curam dan agak jauh dari titik yang
terhubung sedangkan Metode tidak langsung persamaan garis regresi liniernya lebih
landai dan menyentuh dari titik yang terhubung untuk hubungan antara Perubahan
Beban dengan Efisiensi.
L. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan serta analisa terhadap data yang
diperoleh, maka dapat diambil kesimpulan :
1. Dari grafik hubungan Perubahan Beban terhadap Heat Rate diperoleh regresi
(r) = 0,92 dan (r) = 0,97 yang menunjukan hubungan yang sangat erat/kuat
dan koefisien korelasi yang bertanda negatif (-) yang menunjukan hubungan
yang berlawanan, baik untuk metode langsung (Direct Methode) maupun
Metode tidak langsung (Indirect Methode).
274
iteks ISSN 1978-2497
Intuisi Teknologi dan Seni
7. Dari data perhitungan didapat bahwa Efisiensi dan Heat Rate paling optimal
adalah pada beban 300 MW, sehingga bila PLTU dioperasikan pada beban
penuh maka keuntungan terbesar dapat diperoleh.
DAFTAR PUSTAKA
275