Anda di halaman 1dari 17

TUGAS 2

INSTALASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS


(PLTG)

Oleh
Nama : Ilham Ilahiya
No. DP : 1370021048
Jurusan : Teknik Elektro

FAKULTAS TEKHNIK ELEKTRO


UNIVERSITAS KRISNADWIPAYANA
2016
Pembangkit Listrik Tenaga Gas
Sebuah pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) terdiri atas sebuah kompresor, ruang
pembakaran, dan turbin gas dengan generator listrik separti yang terlihat pada gambar 1.1.

Penyemprot bahan bakar

Gas buang
Ruang bakar

Udara
Atsmosfer
Generator

Kompresor Turbin

Gambar 1.1. Diagram system turbin gas sederhana

(sumber: Wiranto Arismunandar)

Gagasan tentang sistem turbin gas bukanlah suatu yang baru. Menurut Dr. J.T.
Retalliata sistem turbin gas sudah dikenal pada zaman Hero of Alexandria. Disain pertama
yang penting dibuat oleh John Barber, seorang inggeris, pada tahun 1791. sistem tersebut
bekerja dengan gas hasil pembakaran batu bara, kayu atau minyak bakar. Kompresor
digerakkan oleh turbin dengan perantaraan rantai roda gigi.

Pada tahun 1872 Dr. E. Stolze merancang sistem turbin gas dengan kompresor aksial
bertingkat ganda yang digerakkan langsung oleh turbin reaksi bertingkat ganda. Udara yang
keluar dari kompresor kemudian masuk ke dalam alat pemanas, yaitu sebuah alat untuk
menaikkan temperatur udara sebelum masuk ke dalam turbin. Sebagai fluida pemanas di
gunakan gas hasil pembakaran yang berasal dari sebuah ruang bakar khusus. Jadi, dalam
hal tersebut terakhir turbin bekerja dengan udara panas sebagai fluida kerjanya. Pengujian
terhadap sistem turbin gas tersebut dilaksanakan dalam tahun 1900 dan 1904, tetapi tidak
menunjukkan hasil yang memuaskan. Hal ini di sebabkan terutama karena pada waktu itu
efisiensi kompresornya sangat rendah.
Dalam tahap awal pengembangan gagasan sistem turbin gas telah pula di coba
penggunaan proses pembakaran pada volume konstan. Sistem tersebut untuk pertama
kalinya dibuat di Hanover pada tahun 1908, sesuai dengan konsepsi H. Holzworth. Tetapi
usaha tersebut dihentikan karena terbentur pada banyaknya masalah konstruksi ruang bakar
dan tekanan gas pembakaran yang berubah dengan besarnya beban, meskipun menurut teori
dapat diharapkan diperoleh efisiensi siklus yang lebih tinggi dari pada penggunaan proses
pembakaran tekanan konstan. Sistem turbin gas dengan proses pembakaran tekanan konstan
yang bekerja serupa dengan siklus sistem turbin gas modern dibuat oleh Societe des
Turbomoteurs di Paris pada tahun 1904. Konstruksinya di buat sesuai dengan desain
Armengaud dan Lemale yang menggunakan bahan bakar cair.
Selanjutnya perkembangan sistem turbin gas tidak berlangsung secepat harapan
orang. Hal tersebut disebabkan karena masih kurangnya pengetahuan tentang aero-
termodinamika, material serta teknologi pembuatan. Dengan demikian efisiensi turbin
maupun kompresor sangat rendah sehingga efisiensi total dari system turbin gas hanya
dapat mencapai beberapa persen saja.
Boleh dikatakan baru sekitar tahun 1935 sistem turbin gas mengalami kemajuan
pesat dimana dapat diperoleh efisiensi total sebesar 15%. Usaha untuk memperbaiki
konstruksi dan efisiensi berjalan terus, terutama menjelang berakhirnya perang dunia II.
Pada waktu tersebut penelitian yang dilakukan ditekankan pada kemungkinan penggunaan
sistem turbin gas sebagai mesin penggerak pesawat terbang pancar gas. Pesawat pancar gas
yang pertama diselesaikan pada awal tahun 1937, oleh Brithis Thomson Houston Co, untuk
Power Jets LTD.(Inggris), sesuai dengan konsepsi Frank Whittle (th. 1930).
Pengetahuan dan teknologi yang diperoleh dari usaha tersebut diatas diterapkan
untuk mengembankan system turbin gas, untuk berbagai tujuan penggunaan; misalnya:
sebagai mesin penggerak generator listrik dan mesin industri lainnya, kendaraan darat,
kapal laut, pesawat terbang, dan sebagainya. Pada waktu ini sistem turbin gas dibuat untuk
menghasilkan daya rendah sampai sebesar 100.000 kW. Sedangkan sebagai bahan bakar
dapat diunakan bahan bakar gas sampai dengan minyak berat. Serbuk batu bara pun dapat
digunakan, tetapi masih dalam taraf percobaan. Efisiensi kompresor dan turbin sudah
mencapai bilangan 80-95% dan temperatur kerjanya dapat mencapai 1.100 C. efisiensi
total dapat mencapai 25-35%.
Sistem turbin gas dapat dipasang dengan cepat dan biaya investasinya relatif rendah,
jika dibandingkan dengan instalasi turbin uap dan motor Diesel untuk pusat tenaga listrik. Di
samping itu dapat distart dari keadaan dingin sampai dapat dibebani penuh, dalam waktu yang
sangat singkat (dalam dua menit atau lebih sedikit). Hal tersebut terakhir membuat mesin ini
begitu ideal untuk mengatasi keadaan darurat dan melayani beban puncak.

3.2. Turbin Gas

Gambar sebuah turbin gas


( sumber : Penggerak Mula Turbin. Wiranto Arismunandar )

Turbin gas adalah turbin dengan gas sebagai fluida kerjanya. Sebenarnya turbin gas
hanyalah merupakan komponen dari suatu sistem turbin gas. Sistem turbin gas yang paling
sederhana terdiri dari tiga komponen utama, yaitu: kompresor, ruang bakar, dan turbin.
Sebuah turbin gas pada umumnya memiliki suatu tingkat efisiensi yang rendah, pemakaian
bahan bakarnya tinggi dan gas buang yang meninggalkan turbin masih memiliki suhu yang
tinggi sekali. Oleh sebab itu pemakaian spesifik bahan baker turbin gas adalah tinggi, dan
sebuah PLTG karenanya sering dipakai khusus sebagai pembangkit tenaga listrik beban
puncak. Adapun prinsip kerja turbin adalah mesin penggerak, dimana energi fluida kerja
dipergunakan langsung untuk memutar roda turbin. Jadi berbeda yang terjadi pada mesin
torak, pada turbin tidak terdapat bagian mesin yang bergerak translasi. Bagian turbin yang
berputar dinamai rotor atau roda turbin. Sedangkan bagian yang tidak bergerak dinamai
stator atau rumah turbin. Roda turbin terletak di dalam rumah turbin dan roda turbin
memutar poros daya yang menggerakkan atau memutar bebannya. Pada PLTG ini beban
turbin berupa generator listrik.
Pada roda turbin terdapat sudu dan fluida kerja yang mengalir melalui ruang
diantara sudu tersebut. Apabila kemudian ternyata bahwa roda turbin dapat berputar, maka
tentu ada gaya yang bekerja pada sudu. Gaya tersebut timbul karena terjadinya perubahan
momentum dari fluida kerja yang mengalir diantara sudu. Jadi sudu haruslah dibentuk
sedemikian rupa sehingga dapat terjadi perubahan momentum pada fluida kerja tersebut.
Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada gambar di bawah ini.

Gambar diagram sebuah turbin gas sederhana


(sumber :Turbin gas dan motor propulsi. Wiranto Arismunandar)
Gambar sebuah roda turbin
(sumber :Turbin gas dan motor propulsi. Wiranto Arismunandar)

Gambar : Pandangan muka dan irisan memanjang sebuah roda turbin


(sumber :Turbin gas dan motor propulsi. Wiranto Arismunandar)
Ada beberapa macam yaitu. Siklus Brayton, Siklus Turbin Gas Regeneratif, dan
Siklus Kombinasi.
A. Siklus Brayton
Siklus ideal dari sistem turbin gas sederhana adalah siklus Btayton. Sistem turbin
gas sederhana dengan siklus terbuka menggunakan ruang terbuka menggunakan ruang
bakar sedangkan sistem turbin gas sederhana dengan siklus tertutup menggunakan alat-alat
penukar kalor.

Ruang bakar

Kompre
sor Turbin

Gambar : Siklus Brayton


(sumber: Wiranto Arismunandar)

Turbin gas bekerja atas dasar prinsip siklus tenaga gas Brayton atau joule yang
merupakan suatu standar siklus udara. Proses-proses yang terjadi terdiri atas:
P (2 ) (3)

(1) (4)
V
1 2 Kompesi isentropic,
2 3 Penambahan energi pada tekanan konstan,
3 4 Pengembangan isentropic,
4 1 Pembuangan panas pada tekanan konstan.
Efisiensi termal untuk siklus ini yang ideal adalah :
Q Q
12 41
1 1
Q (V /V )k 1
di mana: 12 21
Q1-2 = Energi yang ditambahkan pada keadaan 1 2,
Q4-1 = Energi yang dibuang pada keadaan 4 1,
V2/V1 = Rasio Kompresi,
K = Rasio panas spesifik = 1, 3 1, 4 untuk udara sebagai medium standar.

B. Siklus Turbin Gas Regeneratif


Efesiensi turbin gas dapat ditingkatkan dengan memanfaatkan gas buang
yang meninggalkan turbin dan yang masih memiliki suhu tinggi untuk
memanaskan udara sebelum dimasukkan kedalam ruang pembakaran (gambar
1.2). Hal itu dilakukan dengan sebuah pemanas udara. Setelah meningalkan
kompresor, pada titik 2 udara memasuki pemanas udara, dan dipanaskan dengan
gas buang yang meninggalkan turbin. Dengan demikian sebagian dari energi yang
terkandung dalam gas buang masih dapat dimanfatkan. Udara dimasukkan
kedalam ruang pembakaran setelah dipanaskan dalam ruang pemanas udara,
yang juga disebut regenerator. Namun demikian, sebuah PLTG pada umumnya
masih memiliki efisiensi yang rendah.
Pemanas Udara

Eb 6 5

2
Ruang
pembakaran

Em

4 turbin

kompresor Ek

1 udara

Gambar 1.2. Siklus Turbin Gas Regeneratif


(sumber: Abdul Kadir)

C. Siklus Kombinasi
Peningkatan efisiensi sebuah pembangkit tenaga listrik dapat diperoleh dengan
menggabungkan siklus tenaga uap Rankine dengan siklus tenaga gas Brayton. Hal ini
dilakukan dalam pembangkit tenaga listrik siklus kombinasi, Karena merupakan suatu
kombinasi anatra PLTG dan PLTU, pusat tenaga listrik ini juga disebut Pembangkit Listrik
Tenaga Gas Uap (PLTGU). Gas buang yang meninggalkan turbin gas mempunyai suhu
yang masih tinggi, sehingga memiliki jumlah energi yang cukup besar. Suhu yang tinggi ini
dimanfaatkan dengan memasukkannya ke dalam boiler pada titik 4, untuk memproduksi
uap bagi turbin uap. Dapat terjadi, bahwa boiler memperoleh tambahan bahan baker pada
titik 5 untuk mendapatkan daya yang lebih besar bagi siklus uap pusat tenaga listrik ini.
2.2 Komponen komponen Pembangkit Listrik Tenaga Gas

Komponen yang ada pada Pembangkit Listrik Tenaga Gas adalah sebagai berikut:

3 4
1

Gambar blok sebuah Turbin Gas


(sumber:Wiranto Arismunandar)

Dari gambar blok diatas dapat di jelaskan komponen-komponen dari Pembangkit


Listrik tenaga Gas adalah sebagai berikut:
1. Kompresor
Gambar potongan suatu kompresor aksial-radial
(Sumber : Turbin Pompa dan Kompresor)
Gambar : Potongan memanjang kompresor aksial-radial
(Sumber : Turbin Pompa dan Kompresor)

2. Ruang Pembakaran
3. Turbin Gas

4. Generator
2.3 Prinsip Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Gas

Bahan Bakar
udara

Cerobong Asap

Ruang Bakar
Generator

Turbin
kompresor

Tenaga listrik

Adapun prinsip kerja dari Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) adalah sebagai
berikut :
Pembangkit Listrik Tenaga Gas membutuhkan udara yang bersih dan dalam jumlah
yang tak terhingga. Proses beroperasinya PLTG adalah sebagai berikut :
Untuk beroperasi PLTG menggunakan penggerak mula yaitu mesin diesel yang
akan digunakan untuk memutar kompresor sampai putaran tertentu, sehingga kompresor
akan berfungsi. Setelah kompresor mulai berfungsi kompresor akan menghasilkan udara
yang bertekanan tinggi. Udara yang dihasilkan tersebut kemudian akan mampatkan atau
dikompresi didalam kompresor.
Udara hasil pengkompresian tersebut kemudian disaring dan salurkan ke ruang
pembakaran bersama dengan bahan bakar yang telah dipompa keruang pembakaran. Pada
proses pembakaran diharapkan terjadi pada tekanan yang konstan agar menghasilkan gas
pembakaran yang bertemperatur tinggi. Gas yang dihasilkan inilah yang akan digunakan
untuk memutar turbin dan pada gilirannya generator yang sudah dikopel dengan turbin akan
bergerak.dan generator yang berputar akan menghasilkan tenaga Listrik.
Sisa gas yang terjadi selama proses pembakaran akan dibuang ke udara melalui
cerobong cerobong asap. Gas buang yang keluar dari turbin gas bertemperatur antara 400
700C, oleh karena itu masih dapat dimanfaatkan sebagai fluida pemanas pada ketel uap.
Disamping itu, gas buang pada sistem turbin gas masih banyak mengandung oksigen karena
sistem turbin gas menggunakan campuran bahan bakar dan udara. Jadi jika dianggap perlu
gas buang masih dapat digunakan untuk membakar bahan bakar didalam ketel uap,
sehingga temperatur gas dapat dinaikkan.
Pada ruang bakar dan turbin gas sudah terjadi yang namanya panas, untuk
mendinginkan ruang bakar serta turbin gas digunakan aliran udara dari kompresor.

2.3.1 Pemeliharaan PLTG


Pemeliharaan dibagi atas pemeliharaan rutin dan pemeliharaan periodic tahunan.
Pemeliharaan rutin pada umumnya tidak terlalu banyak mengingat bentuk unit yang
kompak. Pemeliharaan rutin hanya sekitar penggantian filter bahan bakar dan filter udara
serta koreksi karakteristik peralatan control yang dicapai menyimpang serta pembetulan
lainnya yang tidak memerlukan biaya tinggi.
Pemeliharaan periodic tahunan ditentukan oleh antara gabungan jumlah jam kerja
dan jumlah start yang telah dicapai. Secara sederhana dapat ditetapkan angka periodic
tersebut adalah 400 jam operasi untuk unit gahan bakar HSD, 6000 jam untuk unit yang
beoperasi dengan bahan bakar gas alam atau 300 jam start. Terdapat 4 kali pemeliharaan
periodic tahunan dalam satu siklus pemeliharaan yaitu:
1) Combustion Inspection berupa ruang bakar serta penggantian komponen-
komponennya yang didapat di rusak. Pemeliharaan ini dilakukan pada 6000
jam operasi yang pertama;
2) Hot Gas Path Inspectioan berupa pemeriksaan sudu-sudu tetap dan jalan
turbin dan ruang bakarnya disertai penggantian seperlunya, dilakukan pada
operasi 12 000 jam;
3) Cobution Inspection kedua pada operasi 18 000 jam;

2.4 Kelebihan dan Kekurangan Pembangkit Listrik Tenaga Gas


Suatu Pembangkit sudah pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Pada
Pembangkit Listrik Tenaga Gas ini juga memiliki kelebihan serta kekurangan di antaranya
sebagai berikut:

Kelebihan Pembangkit Listrik Tenaga Gas:


1. Start yang dilakukan bisa lebih cepat
2. Daya yang dihasilkan cukup besar 20 MW

Kekurangan Pembangkit Listrik Tenaga Gas:


1. Pembangkit ini beroperasi pada tegangan serta temperatur yang relative tinggi,
jadi tingkat kerusakan yang terjadi pada komponen-komponennya lebih cepat

2.6 Penentuan Lokasi untuk PLTG


Faktor lokasi dalam pembangunan suatu PLTG adalah sangat penting, karena hal ini
dapat menyangkut masalah pembangunannya dan pengoperasiannya sedangka faktor-faktor
yang harus diperhatikan dalam pemilihan lkasi Pembangkit adalah :

A. Faktor pusat beban


Pembanguan suatu PLTG sebaiknya di dekat pusat beban, hal ini bertujuan untuk
mengurangi biaya saluran transmisi tenaga listriknya. Dan juga sebaiknya ditempatkan pada
suatu daerah yang direncanakan sebagai daerah industri atau beban berkapasitas besar.

B. Faktor transportasi (untuk komponen-komponennya)


Faktor transportasi ini juga mendukung selama pengoprasiannya, misalnya
menjamin kontiyuitas suplai dari bahan bakarnya. Juga dalam masa pembangunannya
dimana untuk mengangkut komponen-komponen PLTG diperlukan transportasi yang cukup
memadai mengingat beratnya masing-masing komponen PLTG tersebut. Dengan mengingat
hal ini maka diusahakan agar PLTG dipilih pada suatu daerah yang sudah ada sarana dan
prasarana transportasinya.

C. Faktor penyaluran bahan bakar


Dasar pemilihan PLTG terhadap penyaluran bahan bakar yang relatif mudah dan
murah, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
a. Jenis dan jumlah kebutuhan bahan bakar PLTG;
b. Fasilitas dan kapasitas alat pengangkut;
c. Biaya pengangkutan;
d. Kepadatan lalu lintas, dll

Anda mungkin juga menyukai