Anda di halaman 1dari 19

Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU)




Ade Murti Susepto MS (G1D005001)
Program Studi Teknik Elektro Universitas Bengkulu


Abstrak
Pusat pembangkit listrik tenaga uap pada saat ini masih menjadi pilihan dalam konversi
tenaga dengan skala besar dari bahan bakar konvensional menjadi daya dalam memenuhi
kebutuhan permintaan beban yang besar. Pembangkit listrik ini menggunakan bahan bakar
konvensional (batubara,minyak, atau gas alam) untuk membangkitkan panas dan uap pada boiler.
Uap tersebut kemudian dipakai untuk memutar turbin yang dikopel langsung dengan generator
sinkron, setelah melewati turbin uap, uap yang bertekanan dan bertemperatur tinggi yang berasal
dari boiler tadi menjadi uap bertekanan dan bertemperatur rendah, kemudian uap ini masuk ke
kondensor dan panas atau temperatur uap ini kemudian diserap oleh kondensor sehingga uap
tersebut berubah menjadi air yang kemudian dipompakan kembali menuju boiler, sisa panas yang
dibuang oleh kondensor tadi mencapai setengah dari jumlah panas semula yang masuk. Hal ini
menyebabkan efisiensi suatu turbin uap lebih kecil dari 50%..

Kata Kunci : Bahan bakar konvensional, boiler, turbin, panas, uap, kondensor, efisiensi.

I. DASAR TEORI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP
1.1 Siklus Energi Mesin Tenaga
Pada PLTU energi sebagai suatu arus panas dihasilkan dari pembakaran bahan bakar
fosil/konvensional. Energi berupa panas tersebut digunkan untuk memanaskan boiler dan
menghasilkan uap yang bertekanan dan bertemperatur tinggi. Energi berupa panas
dikonversikan menjadi energi mekanikal yang menggerakkan /memutar sebuah generator,
perubahan energi panas menjadi mekanikal dan energi listrik ini melalui suatu siklus
konversi energi yang sangat bergantung pada jumlah panas, pola suhu dan suhu lingkungan
atau suhu penerima panas yang tersedia (dalam hal ini boiler). Suatu siklus panas menerima
sejumlah energi panas pada suatu suhu tertentu, dan merubah sebagian energi panas itu
menjadi kerja, membuang atau meneruskan yang selebihnya kepada lingkungan atau
Created by Ade Murti Susepto MS
1
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
penerima panas itu sebagai energi kerugian pada suhu yang lebih rendah (dalam hal ini
dapat dilihat pada fungsi kondensor).
Gambar 3.1 memperlihatkan suatu siklus panas umum pada koordinat suhu dan
entropi. Luas 1-2-b-a merupakan jumlah energi panas pada suhu T
1
yang diterima oleh
medium kerja pada suhu T
2
. luas 1-2-3-4 merupakan energi yang bermanfaat. Siklus ini
dikenal dengan nama Siklus Carnot yang merupakan siklus ideal, dimanas dalam keadaanya
tidak akan pernah dijumpai. Efisiensi termal mesin menurut Siklus Carnot adalah :

1
2
1
2 1
1
T
T
T
T T
=

=

dimana:
T
1
=Suhu sumber energi, (K) dan
T2 =Suhu penerima energi (K).







T
1
T
2
1 2
3
4
a b
SUHU
ENTROPI
Gambar 3.1(a) Siklus Panas Ideal Carnot

Namun dalam kenyataan sehari-hari silkus energi tampak pada gambar 3.1 (b). suhu
T
1
bukanlah konstan seperti gambar 3.1(a) melainkan merupakan lengkung 1-2 yang tidak
rata. Sedangkan suhu T
2
naik dari 3-4 menjadi 3-4, dan jumlah energi terbuang adalah
sesuai dengan luas 3-4-a-b, yang lebih besar dari luas 3-4-a-b.

T
1
T
2
1
2
3 4
a b
SUHU
ENTROPI
3'
b'







Gambar 3.1(b). Siklus Realistik Panas Carnot
Created by Ade Murti Susepto MS
2
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
Pada sebuah PLTU. Agar efisiensi menjadi setinggi mungkin, maka perbandingan
T
2
/T
1
harus sekecil mungkin. Suhu T
2
adalah suhu lingkungan misalnya 303 K. suhu T
1
adalah suhu uap, misalnya 600C atau 873 K. efisiensi mesin dengan demikian menjadi 1-
303/873 =0,6529 atau 65,39 %. Meningkatkan efisiensi akan sangat sulit, karena suhu
lingkungan adalah fakta, sedangkan menaikkan suhu uap akan terbentur pada daya tahan
materialnya.
Dalam siklus energi maka sangat penting diperhatikan fakter jenis sumber energi
yang dipakai untuk proses pembakaran, siklus uap, mesin yang digunkan misalnya boiler
uap, serta meedium penerima panas dengan suhu terendah (kondensor).

1.2 Siklus Tenaga Uap
Siklus Rankine, atau siklus tenaga uap, merupakan siklus teoritis paling sederhana
yang mempergunakan uap sebagai medium kerja sebagaimana pada sebuah pusat listrik
tenaga uap. Gambar 3.2 memperlihatkan skema dari pusat listrik tenaga uap (PLTU) yang
terdiri atas komponen-komponen terpenting yaitu : boiler, turbin uap, dan kondensor.
J umlah energi masuk sebagai bahan bakar melalui boiler adalah E
m
, sedangkan energi
efektif yang tersedia pada poros turbin adalah energi kerja E
k
. energi yang terbuang melalui
kondensor adalah E
b
. dengan menganggap semua rugi-rugi lainnya termasuk E
b
,maka dapat
disimpulkan bahwa :
E
m
= E
k
+E
b
Sedangkan untuk efisiensi kerja dapat ditulis :

m
b m
m
k
E
E E
E
E
= =

Dalam gambar 3.2(b), merupakan suatu diagram suhuentropi bagi konstelasi
menurut gambar 3.2(a), luas 1-2-3-4 merupakan energi keluaran E
k
, sedangkan luas a-b-3-4
merupakan energi terbuang E
b
. luas wilayah a-b-2-1 mewakili jumlah masukan E
m
. untuk
meningkatkan daya guna siklus ini dapat dilakukan dengan merunkan tekanan kondensor.
Secara ideal tekanan kondensor yang terendah adalah tekanan jenuh sesuai suhu terendah
dari air pendingin atau udara yang dipakai sebagai penerima. Dalam diagram suhu-entropi
hal ini berarti menurunkan garis suhu 4-3. hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan air
pendingin pada kondensor yang mempunyai suhu yang lebih rendah. Akan tetapi hal ini
sangat terbatas, karena air pendingin yang dapat dipakai hanyalah apa yang tersedia, yaitu
air laut, air sungai, atau air danau yang ada.

Created by Ade Murti Susepto MS
3
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)












(a)











(b)

Gambar 3.2 Siklus Tenaga Uap

Peningkatan efisiensi dapat pula dicapai dengan menggunakan proses pemanasan
ulang. Proses pemanasan ulang terlihat pada gambar 3.3(a). turbin uap terbagi dua bagian,
yaitu bagian Tekanan Tinggi (TT) dan bagian Tekanan Rendah (TR). Uap yang telah
dipakai pada taraf pertama meninggalkan bagian TT pada titik 3 dan dialirkan kembali ke
boiler untuk pemanasan ulang, kemudian dimasukkan lagi ke turbin pada titik 4 dan dipakai
oleh bagian TR turbin uap tersebut.
Luas 1-2-3-4-5-6 dari gambar 3.3(b) yang mewakili jumlah energi yang
dimanfaatkan, dengan demikian menjadi lebih besar dan daya guna, atau efisiensi termal
dari pusat tenaga listrik menjadai lebih besar pula. Untuk mesin-mesin yang lebih besar
Created by Ade Murti Susepto MS
4
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
pemansan ulang dapat dilakukan hingga 2 kali, dan turbin uap terbagi atas tiga bagian yaitu
Tekanan Tinggi (TT) Tekanan Menengah (TM) dan Tekanan Rendah (TR).













(a)















(b)

Gambar 3.3. PLTU dengan Proses Pemanasan Ulang

Created by Ade Murti Susepto MS
5
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
Menurut Abdul Kadir (1996:18) Dalam apa yang disebut siklus regeneratif,
sebagian dari energi yang berada di dalam rangkaian panas dipertahankan beredar dalam
rangkaian itu. Hal demikian dilakukan dengan misalnya memanaskan air yang keluar dari
kondensor dengan uap yang dipinjam dari turbin, sebelum dimasukkan ke boiler
sebagaimana pada gambar 3.4(a). lengkung suhu entropi menjadi sebagaimana tampak pada
gambar 3.4(b)










(a)














(b)

Gambar 3.4. PLTU dengan Siklus Regeneratif

Created by Ade Murti Susepto MS
6
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
Pada gambar 3.5 memperlihatkan arus energi sebuah PLTU batubara dengan daya
terpasang 100 MW. Adalah sangat menarik melihat bahwa boiler harus memiliki daya
sebesar 250 MW, sedangkan energi terbuang pada kondensor adalah 125 MW dan pada
cerobong 25 MW.

















Gambar 3.5. Arus Energi Sebuah PLTU Batubara 100 MW
Created by Ade Murti Susepto MS
7
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
II. KOMPONEN-KOMPONEN UTAMA PLTU DAN FUNGSINYA
Struktur dasar dan komponen-komponen utama sebuah pusat listrik tenaga uap (PLTU)
dapat dilihat padagambar 3.6. sebuah boiler bekerja sebagai tungku, memindahkan panas berasal
dari bahan bakar yang membakar kepada barisan-barisan pipa air yang mengelilingi api. Api harus
senantiasa dalam keadaan mengalir yang dilakukan dengan menggunakan pompa.

1
2
3 4
5
6
7
8
9
P
Q
2
Q
1
Q
3
10
P
P
Air Pendingin
11


















Gambar 3.6. Komponen-komponen Utama Pembangkit Listri Tenaga Uap
Keterangan:
1. Boiler
2. Drum
3. Turbin Tekanan Tinggi
4. Turbin Tekanan Menengah
5. Turbin Tekanan Rendah
6. Kondensor
7. Pemanas Awal
8. Pembakar Batubara
9. Kipas Udara Masuk
10. Kipas Udara Buang
11. Generator
P Pompa
Q
1
Pipa-pipa Boiler
Q
2
Superhiter
Q
3
Pemanas Ulang
Created by Ade Murti Susepto MS
8
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
Created by Ade Murti Susepto MS
Sebuah drum berisi air dan uap bertekanan dan suhu tinggi menghasilkan uap yang
diperlukan turbin. Drum itu juga menerima air pengisi yang diterima dari kondensor. Air pengisi
boiler dipompakan dari luar masuk ke dalam boiler dengan mengunakan pompa air pengisian boiler
(Boiler Feed Water Pump) dari tekanan 1 bar hingga mencapai tekanan kerja p bar di dalam boiler.
Air yang digunakan untuk mengisi boiler adalah air hasil destilasi/penyulingan (air distiler) yang
telah bebas dari zat-zat pencemar yang terkandung dalam air pada umumnya seperti debu padat,
zat-zat terapung, garam, gas-gas terlarut, mapun koloid-koloid.
Air dalam tersebut kemudian dipanaskan dengan menggunakan bahan bakar konvensioanl
yang ada sehingga terbentuklan uap bertekanan dan bertemperatur tinggi, uap tersebut kemudian
mengalir ke turbin tekanan tinggi setelah melewati superheater guna meningkatkan suhu uap sampai
dengan kira-kira 500C 600C dengan demikian uap juga menjadi kering dan efisiensi seluruh
PLTU meningkat, menurut Djokosetyoardjo (2003:304) superheater ialah alat untuk memanaskan
uap kenyang menjadi uap yang dipanaskan lebih lanjut (steam superheater). Uap yang dipanaskan
lebih lanjut bila digunakan untuk melaukan kerja dengan jalan ekspansi di dalam turbin uap tidak
akan cepat mengembun, sehingga mengurangi kemungkinan timbulnya bahaya yang disebabkan
oleh terjadinya pukulan balik (back stroke) yang diakibatkan mengembunnya uap belum pada
waktunya sehingga menimbulkan vakum di tempat yang tidak semestinya di daerah ekspansi.
Adapun istilah uap kenyang ialah uap yang dalam keadaan seimbang dengan air yang dibawahnya,
maksudnya ialah uap yang mempunyai tekanan dan temperatur mendidih yang sama dengan
tekanan dan temperatur mendidih air yang ada dibawahnya dan apabila didingingkan akan segera
mengembun menjadi air.
Uap yang mengalir pada Turbin tekanan tinggi mengakibatkan Turbin tersebut berputar
sehingga merubah energi panas menjadi energi mekanikal putaran Turbin tersebut dikopel pada
sebuah generator sinkron yang merubah energi mekanik pada turbin menjadi energi listrik. Setelah
melewati turbin, uap bertekanan dan bertemperatur tinggi tersebut mengalami penurunan suhu
sehingga menjadi uap bertekanan dan bertemperatur rendah. Untuk meningkatkan efisiensi panas
dan menghindari terjadinya kondensasi terlampau dini, uap ini kemudian dilewatkan kembali pada
sebuah pemanas ulang (superheater), yang juga terdiri atas barisan-barisan pipa yang dipanaskan.
Uap yang meninggalkan pemanas ulang (hasil pemanasan ulang) dialirkan ke turbin tekanan
menengah, sehingga memutar turbin tekanan menengah, turbin ini juga dikopel pada generator
sinkron yang sama dengan turbin tekanan tinggi. Turbin tekanan menengah ini ukurannya lebih
besar dari turbin tekanan tinggi, karena dengan, menurunnya tekanan uap, volume akan menjadi
naik. Setelah melewati turbin tekanan menengah uap kemudian dialirkan ke turbin tekanan rendah
dan memutar turbin tekanan rendah yang dikopel pada generator yang sama dengan kedua turbin

Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
Created by Ade Murti Susepto MS
sebelumnya, turbin tekanan rendah ini memiliki ukuran yang lebih besar lagi, uap yang telah
melewati turbin tekanan rendah lalu dialirkan ke dalam kondensor.
Uap yang telah melewati turbin tekanan rendah kemudian memasuki kondensor dan
didinginkan oleh air pendingin sehingga terjadi kondensasi yang menyebabkan uap tersebut
menjadi air. Air pendinginnya biasanya berasal dari air laut, sungai atau danau terdekat. Air hangat
yang meninggalkan kondensor kemudian dipompa ke sebuah pemanas awal sebelum kembali ke
drum boiler. Pemanas awal memperoleh panas dari uap yang diambil dari turbin tekanan tinggi.
Menurut berbagai literatur, hal demikian meningkatkan efisiensi keseluruhan PLTU.
Bahan bakar yang dipakai bisanya terdiri atas bautbara, minyak bumi, atau gas alam.
Sebelum memasukkan ke pembakar boiler, batubara digiling terlebih dahulu. Demikian pula
minyak bakar perlu dipanaskan, sebelum dapat dialirkan ke pembakar boiler. Sebuah kipas
digunakan untuk mengatur masuknya udara ke dalam boiler dalam jumlah besar sebagaimana
diperlukan guna pembakaran dan sebuah kipas lain mengatur agar semua gas buangan melewati
berbagai alat pembersih sebelum dialirkan ke cerobong dan dilepaskan di udara bebas, kipas ini
menciptakan isapan cerobong paksa sehingga terjadi perbedaan berat jenis yang cukup besar antara
udara dan gas asap.
Cerobong digunakan untuk mengalirkan gas asap ke luar dari boiler dengan kecepatan
tertentu, dan digunkan untuk mnegatasi geseran yang terjadi terhadapa aliran gas asap, mulai dari
rangka bakar atau pembakar (burner), hingga keluar dari cerobong. Dengan kata lain : untuk
menimbulkan isapan cerobong atau stack Draught, selain itu untuk membunag gas asap setinggi
mungkin sehingga tidak mengganggu lingkungan sekitarnya. Timbulnya isapan ceobong asap
disebabkan oleh perbedaan Berat J enis, antara Berat jenis udara dengan berat jenis gas asap.
Generator listrik terpasang pada poros sama dengan ketiga turbin.
Selain komponen-komponen utama yang tersebut di atas, sebuah PLTU masih memiliki
ratusan lagi komponen dan alat lain guna menjalankan seluruh sistem, seperti katup uap, pembersih
air , pompa minyak pelumas , dan lain sebagainya. Sistem air pedingin, yang terdiri atas tempat air
masuk dan kembali ke laut, seungai tau danau. Kemudian adanya menara pendingin. Kemudian
instalasi untuk membuat air bersih bagi boiler dan bilaman pendinginan generator dilakukan dengan
hidrogen, terdapat pula sebuah instalasi hidrogen. Sebuah PLTU batubara juga memerlukan fasilitas
penerimaan batubara dari kereta api atau dari laut/sungai, serta sebuah halaman batubara dengan
fasilitas penggilingan. Banyak PLTU yang juga dilengkapi dengan fasilitas untuk memanfaatkan
abu terbuangnya, guna dibuat batu bata bagi bangunan atau jalnan. Dan tidak kalah pentingnya
perlu adanya fasilitas untuk mengurangi pencemaran. Agar partikel-partikel tidak dibuang ke udara
melalui cerobong, dipergunakan presipirator elektrostatik, dan guna mengurangi emisi belerang
digunkan peralatan desulfurisasi gas buang (fluegas desulfurization, FDG). Sulfur sering terdapat

Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
Created by Ade Murti Susepto MS
pada batubara. Untuk mengurangi masalah ini dikembangkan apa yang disebut teknologi batubara
bersih.

III. KARAKTERISTIK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP
Ada banyak parameter yang dapat digunkan dalam anasilis masalah-masalah yang terkait
dengan pengendalian operasi sebuah sitem tenaga listrik. Salah satu parameter penting
pengoperasian secara ekonomis adalah karakteristik masukan dan keluaran satuan pembangkit
listrik termal. Skema satuan boiler-turbin-generator terlihat pada gambar 4.1. satuan ini terdiri atas
boiler tunggal yang menghasilkan uap untuk menggerakkan satu set trubin generator tunggal.
Keluaran satuan ini adalah energi listrik yang dihubungkan tidak hanya pada sistem umum
pemakaian tenaga listrik, akan tetapi juga pada sistem peralatan pusat tenaga listrik itu sendiri.
Suatu turbin uap memerlukan 2 hingga 6 persen dari keluaran bruto guna keperluan bebagai
peralatan seperti pompa, kipas, lampu, dan lain sebagainya. Dengan demikian terdapat masukan
bruto dan keluara neto. Masukan bruto adalah bahan bakar persatuan waktu, berupa nilai panas H
kCal/jam. Keluaran neto merupakan daya listrik P MW yang disediakan guna keperluan jaringan.

Boiler
Uap
Turbin
Uap
Generator
Pemakaian
sendiri
Peralatan
PLTU
Bruto Neto
Masukan
bahan bakar
Keluaran









Gambar 4.1. Satuan BOILER-TURBIN-GENRATOR

Gambar 4.2 memperlihatkan grafik masukan-keluaran sebuah satuan uap dalam bentuk ideal.
Masukan berupa bahan bakar (kCal/jam) dan keluaran dalam bentuk daya listrik P MW. Dapat juga
dilihat adanya daya minimum dan daya maksimum. Batas minimum beban ditentukan oleh
stabilitas pembakaran bahan bakar serta kendala-kendala desain mesin. Misalnya, terdapat banyak
satuan superkritikal tidak dapat beroperasi di bawah 30 persen kemampuan desain. Suatu arus
minimum 30 persen diperlukan guna mendinginkan pipa-pipa dalam tungku boiler. Turbin
umumnya tidak banyak memiliki kemampuan untuk memikul beban lebih.

Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
Created by Ade Murti Susepto MS
Karekteristik pemakaian panas, yaitu H/P (kcal/jam) terhadap daya P (MW) terlihat pada
gambar 4.3. grafik ini merupakan kebalikan karakteristik efisien sebuah mesin. Satuan-satuan
turbin uap biasanya memiliki efisiensi sekitar 35 persen, atau kira-kira 2500 hingga 3000 kCal/J am.













Gambar 4.2 Grafik Masuk-Keluaran Turbin Uap & Generator













Gambar 4.3 Karakteristik Pemakaian Panas

Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
Created by Ade Murti Susepto MS
IV. Potensi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Indonesia
Meningkatnya konsumsi listrik Nasional turut memicu peningkatan penggunaan beberapa
jenis bahan bakar dalam pembangkitan tenaga listrik adapun jenis bahan bakar yang digunakan oleh
pembangkit listrik yang mengalami peningkatan tertinggi selama periode tersebut adalah bahan
bakar gas bumi, kemudian diikuti pemakaian panasbumi yang mengalami peningkatan sebesar,
batubara, minyak solar, dan tenaga air. Adapun pemakaian minyak diesel dan minyak bakar untuk
pembangkit listrik selama kurun waktu 12 tahun terjadi penurunan. Penurunan pemakaian minyak
diesel ini terutama terjadi di pulau J awa dan Sumatera dimana di kedua wilayah tersebut telah
terdapat jaringan transmisi,sehingga diperlukan pembangkit dengan kapasitas besar dalam
memenuhi kebutuhan listriknya. Kebutuhan listrik pada beban puncak di J awa dan Sumatera saat ini
sebagian besar dipenuhi oleh ,PLTG, PLTU dan PLTGU, serta sebagian kecil oleh PLTD dan
tenaga air.

IV.1 Pemanfaatan Bahan Bakar
Potensi suatu pembangkit dapat dilihat dari pemanfaatan bahan bakar yang ada,
pemanfaatan bahan bakar untuk pembangkit listrik selama tahun 1990 s.d.tahun 2002 ditunjukkan
ada Tabel 1, sedangkan pangsa kebutuhan bahan bakar menurut jenis ditunjukkan pada Grafik 1.
Pemanfaatan bahan bakar selama tahun 1990 s.d. tahun 2002 meningkat dari 70,15 juta SBM tahun
1990 menjadi 174,73 juta SBM tahun 2002. Pada periode tersebut pemakaian bahan bakar fosil
pada pembangkit listrik meningkat, dimana peningkatan tersebut didorong oleh peningkatan
pemanfaatan batubara dan gas alam, sedangkan pemakaian bahan bakar minyak terutama minyak
diesel/solar dan minyak bakar terutama di pulau J awa menurun. Pemanfaatan bahan bakar minyak
khususnya minyak diesel/solar untuk pembangkit listrik masih dominan di luar J awa. Hal ini
disebabkan sebagian besar wilayah di luar J awa belum terhubung dengan jaringan transmisi.
Disamping itu, dominasi pengunaan listrik di luar J awa adalah untuk penerangan sehingga beban
listrik di siang hari (off-peak) sangat rendah dibanding di malam hari (peak). Kondisi ini
menyebabkan tidak mungkin membangun pembangkit listrik skala besar, seperti PLTU batubara
dan lain-lain.







Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
Created by Ade Murti Susepto MS

































IV.2 Kapasitas Pembangkit Listrik

Seperti diketahui bahwa kebutuhan listrik nasional diperkirakan terjadi peningkatan.
Peningkatan kebutuhan listrik tersebut memerlukan dukungan kapasitas pembangkit listrik.
Menurut hasil analisis BPPT menggunakan Model MARKAL, kapasitas pembangkit listrik
diperkirakan tumbuh dari 23,26 GW pada tahun 2003 menjadi 63,16 GW pada tahun 2020. J enis
pembangkit listrik terbesar pada tahun 2003 adalah PLTU-B (Pembangkit Listrik Tenaga Uap
Batubara) dengan kapasitas sekitar 5,32 GW atau sekitar 23%. Peranan PLTU-B dalam memenuhi
kebutuhan listrik pada tahun 2020 cukup siginifikan yang mencapai sekitar 24% terhadap total
kapasitas pembangkit asional atau sekitar 15,19 GW. Peningkatan kapasitas PLTU-B relatif terbatas
karena dalam kajian prakiraan kapasitas pembangkit listrik nasional jangka panjang sudah
mempertimbangkan kendala infrastruktur pelabuhan penerima batubara di J awa.
Selain PLTU-B, jenis pembangkit yang diperlukan untuk memenuhi peningkatan kebutuhan
listrik tersebut adalah pembangkit listrik berbahan bakar gas bumi, seperti PLTG dan PLTGU. Total

Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
Created by Ade Murti Susepto MS
kapasitas PLTG-G pada tahun 2020 diperkirakan mencapai 11,51 GW, sedangkan kapasitas
PLTGU-G mencapai 8,36 GW. Tingginya kapasitas PLTG-G dan PLTGU-G tersebut disebabkan
karena dalam kajian prakiraan kapasitas pembangkit listrik nasional jangka panjang kendala
pasokan gas untuk pembangkit listrik dianggap tidak ada. Namun, seperti diketahui bahwa
pemanfaatan gas bumi nasional lebih difokuskan untuk memenuhi kebutuhan sektor industri baik
sebagai bahan bakar maupun sebagai bahan baku. Pemanfaatan gas bumi pada sektor industri
adalah sebagai substitutor BBM.
Berbeda dengan PLTU-B, PLTG-G, dan PLTGU, kapasitas PLTD diperkirakan akan meningkat
relatif terbatas namun secara total pangsanya menurun. Penurunan pangsa PLTD karena semakin
berkembangnya jaringan transmisi nasional, terutama di Kawasan Timur Indonesia, sehingga
diperlukan pembangkit skala besar yang lebih ekonomis.


IV.1.3 Kebutuhan Bahan Bakar di Luar Jawa

Kebutuhan bahan bakar untuk pembangkit listrik di luar J awa juga diperkirakan meningkat
135,98 juta SBM pada tahun 2020. Peningkatan kebutuhan bahan bakar untuk pembangkit listrik di
luar J awa lebih tinggi daripada J awa, sehingga pangsa bahan bakar di luar J awa pada tahun 2020
meningkat menjadi 35,8% terhadap total konsumsi bahan bakar untuk pembangkit listrik nasional
yang pada tahun 2003 baru mencapai 25,6%.
Pangsa kebutuhan bahan bakar untuk pembangkit listrik pada tahun 2020 akan bergeser
dimana kebutuhan BBM berupa minyak solar dan minyak bakar pangsanya akan menurun.
Penurunan pangsa BBM tersebut akan diiringi dengan peningkatan kebutuhan bahan bakar non-
BBM dengan pangsa yang bervariasi, masing-masing batubara sebanyak 33,4%, gas bumi sejumlah
24,5%, tenaga air sebesar 33%, panasbumi sebanyak 2,8%, dan biomasa sejumlah 0,1%. Penurunan
kebutuhan BBM untuk pembangkit listrik disebabkan oleh lebih mahalnya harga BBM, tersedianya
jaringan transmisi, dan terbatasnya pasokan BBM.
Peningkatan kebutuhan batubara terutama berlangsung di hampir seluruh wilayah di luar
J awa mengingat pemanfaatan batubara sebagai bahan bakar PLTU-B akan menghasilkan biaya
produksi listrik yang relatif lebih murah dibanding bahan bakar lainnya. Peningkatan pemanfaatan
gas bumi sebagai bahan bakar pembangkit listrik akan berlangsung pada wilayah yang terdapat
lapangan gas bumi, seperti di Sumatera Utara, Riau, Sumatera Selatan, Kalimantan Timur, dan
Sulawesi Selatan. Pemanfaatan gas bumi berupa LNG untuk pembangkit listrik juga akan
berlangsung pada wilayah-wilayah yang tidak mempunyai dan lokasinya jauh dari sumberdaya
energi, seperti Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Utara. Pemanfaatan panasbumi diperkirakan
akan berlangsung pada wilayah Sulawesi Utara dan Nusa Tenggara Timur. Peningkatan

Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
Created by Ade Murti Susepto MS
pemanfaatan PLTA umumnya akan berlangsung pada wilayah Sumbagsel, S2J B (Sumatera Selatan-
J ambi-Bengkulu), dan Sulawesi Selatan, serta dalam jumlah yang terbatas (PLTM) terjadi di
wilayah Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, dan Papua.

IV.4 Kesimpulan
Dari gambaran tentang analisis pemanfaatan energi pada pembangkit listrik nasional dapat
diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Secara umum, pola pemakaian jenis bahan bakar di Indonesia sama seperti di J awa, karena
produksi listrik di J awa mencapai 75% terhadap produksi listrik nasional. Dapat dikatakan
bahwa dengan telah tersedianya jaringan transmisi tegangan tinggi di J awa, hampir seluruh
pembangkit listrik berskala besar dipasang di J awa termasuk PLTU sehingga Pulau J awa
merupakan tempat dengan potensi terbesar untuk pembangunan PLTU.
2. Hasil kajian menunjukkan bahwa pangsa batubara di J awa yang sebelumnya mendominasi
pembangkitan listrik dari tahun 2003 sampai tahun 2020 menurun, dan peranannya
digantikan oleh gas alam dimana pangsanya dalam pembangkitan listrik tahun 2003 sebesar
24% menjadi 45% pada tahun 2020. Penurunan pangsa batubara tersebut karena adanya
kendala keterbatasan infrastruktur pelabuhan batubara di J awa. Sehingga potensi PLTU
yang tepat adalah PLTU-G (Pembangkit Listrik Tenaga Uap Gas), yaitu PLTU dengan
bahan bakar Gas.
3. Kebutuhan bahan bakar untuk pembangkit listrik di luar J awa diperkirakan meningkat.
Peningkatan kebutuhan bahan bakar untuk pembangkit listrik di luar J awa lebih tinggi
daripada J awa, sehingga pangsa bahan bakar di luar J awa pada tahun 2020 meningkat
terhadap total konsumsi bahan bakar untuk pembangkit listrik nasional. Peningkatan
kebutuhan batubara terutama berlangsung di hampir seluruh wilayah di luar J awa mengingat
pemanfaatan batubara sebagai bahan bakar PLTU-B akan menghasilkan biaya produksi
listrik yang relatif lebih murah dibanding bahan bakar lainnya. J adi secara umum daerah-
daerah di Indonesia memiliki potensi yang cukup besar dalam pengembangan Pembangkit
Listrik Tenaga Uap (PLTU), terlebih lagi PLTU-B.


Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
Created by Ade Murti Susepto MS
V. Potensi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Bengkulu
Bengkulu merupakan salah satu provinsi tergabung pada kawasan S2J B (Sumatera Selatan
J ambi Bengkulu) sehingga bila membahas masalah sistem pembangkit, maka tidak tidak dapat
dipisahkan dengan dua provinsi lainnya terutama untuk pembangkit listrik dengan skala besar
seperti PLTU.
Total kapasitas pembangkit listrik pada wilayah S2J B selama periode 2003 s.d. 2020
diasumsikan meningkat dengan laju pertumbuhan 10,9% per tahun dari 262,5 MW dengan produksi
listrik sebesar 480,07 GWh pada tahun 2003 menjadi 4.509,5 MW dengan produksi listrik sebesar
21.614,78 GWh pada tahun 2020. Dari seluruh wilayah yang memasok listrik pada wilayah S2J B,
Sumatera Selatan yang paling banyak membutuhkan listrik, walaupun pada tahun 2003, kapasitas
pembangkit listrik yang terpasang di Sumatera Selatan lebih rendah dari pada J ambi, yaitu 106,7
MW untuk Sumatera Selatan; 134,1 MW untuk J ambi; dan 1,7 MW untuk Bengkulu. Namun pada
akhir periode, kapasitas pembangkit listrik yang terpasang di Sumatera Selatan lebih tinggi dari
pada wilayah lainnya,yaitu 4159,8 MW untuk Sumatera Selatan; 223,2 MW untuk J ambi; dan 126,5
MW untuk Bengkulu.
Apabila ditinjau berdasarkan produksi listrik per wilayah ternyata 51% dari total produksi
listrik di wilayah S2J B tahun 2003 berasal dari Bengkulu, 41% berasal dari Sumatera Selatan, dan
sisanya 8% berasal dari Lampung. Sedangkan pada tahun 2020, produksi listrik terbesar berasal dari
Sumatera Selatan yang mencapai 99,85%. Besarnya produksi listrik di Sumatera Selatan disebabkan
selain kebutuhan listrik di Sumatera Selatan lebih tinggi dibandingkan J ambi dan Bengkulu, juga
Sumatera Selatan kaya akan sumber energi, sehingga pembangunan pembangkit listrik di Sumatera
Selatan lebih menguntungkan. Selain itu, dengan adanya jaringan interkoneksi menyebabkan
kelebihan listrik yang diproduksi dapat disalurkan ke wilayah J ambi dan Bengkulu. Adapun
kapasitas pembangkit listrik per jenis pembangkit pada sistem pembangkitan di wilayah S2J B tahun
2003 s.d. 2020 dapat dilihat pada gambar 4.4 dibawah ini












Gambar 4.4 Kapasitas Pembangkit Listrik per J enis Pembangkit pada
Sistem Pembangkitan di Wilayah S2J B tahun 2003 s.d. 2020

Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
Created by Ade Murti Susepto MS
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kawasan Sumatera Selatan lebih
berpotensi untuk pembangunan PLTU karena beban yang begitu besar serta sumber daya yang
cukup memadai. Sedangkan untuk kawasan Bengkulu dengan beban yang relatif lebih kecil dan
sumber daya bahan bakar yang sangat terbatas (hanya batubara) maka potensi untuk pembangunan
PLTU sangat kecil sehingga lebih baik untuk menggunakan pembangkit listrik tenaga air (PLTA)
seperti PLTA Musi yang mulai beroperasi pada bulan Oktober 2006 dan juga pembangkit bertenaga
Diesel (PLTD).

VI. Keunggulan dan Kelemahan PLTU
Keunggulan PLTU
o Dapat melayani beban dasar karena waktu start dan stop nya yang lama.
o Biaya operasional relatif lebih rendah dibanding pembangkit listrik lainnya.
o Tidak bergantung pada alam seperti halnya PLTA sehingga dapat beroperasi sepajang waktu
selama tersedianya bahan bakar konvensional.
o Dapat dibangun pada tempat yang memang memiliki potensi beban yang tinggi.
o Kemungkinan bahaya pencemaran lingkungan relatif kecil.

Kelemahan PLTU
o Dengan digunkannya bahan bakar konvensional, maka adanya kemungkinan PLTU akan
sulit dioperasikan dimasa depan karena persedian bahan bakar konvensional yang semakin
menipis.
o Tidak mampu melayani beban puncak karena waktu start nya yang lama.


Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
Created by Ade Murti Susepto MS
VII. PENUTUP
VII.1 Kesimpulan
1. Pembangkit Listrik Tenaga Uap sebagai salah satu cara pengkonversian energi dari bahan
bakar konvensional (minyak bumi, gas alam, maupun batubara) masih merupakan salah satu
pilihan dalam memenuhi kebutuhan energi listrik dalam skala besar.
2. Pembangkit Listrik Tenaga Uap sangat cocok dibangun untuk daerah perkotaan dimana
beban pemakain energi listrik sangat tinggi.
3. Efisiensi Pembangkit Listrik Tenaga Uap dalam menghasilkan enegi listrik adalah cukup
tinggi.
4. Pengembangan PLTU pada saat ini terkendala pada menipisnya bahan bakar
konvensional/bahan bakar fosil.

VII.2 Saran
1. Pembangunan PLTU harus sesuai dengan potensi bahan bakar konvensional yang ada
didaerah yang akan dibangun PLTU.
2. PLTU sangat berpotensi menimbulkan pemcemaran udara sehingga dalam perencanaan
pembangunan PLTU harus mengutamakan keselamatan lingkungan.

VIII. Daftar Pustaka
Agustian, Indra. 2003. Analisis Koordinasi Proteksi Overcurrent Relay Dengan Automatic Circuit
Recloser. Skripsi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta: tidak diterbitkan.
Djokosetyoardjo.2003. Ketel Uap. J akarta : Pradnya Paramita
Djokosetyoardjo.1990. Pembahasan Lebih Lanjut Tentang Ketel Uap. J akarta : Pradnya Paramita
Kadir, Abdul. 1996. Pembangkit Tenaga Listrik. J akarta :UI-PRESS
Muchlis,Moh dan Permana, Adi Dharma.2006. Proyeksi Kebutuhan Listrik PLN Tahuhn 2003 s.d
2020.,______________,1-29.
Zuhal.1988. Dasar Teknik Tenaga Listrik Dan Elektronika Daya. J akarta : PT Gramedia

Anda mungkin juga menyukai