Berikut skema dan cara kerja pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP):
Keterangan gambar:
1. Sumur uap, mengambil uap panas yang didapatkan dari kantung uap di perut
bumi
2. Steam receiving header
3. Separator
4. Demister
5. Governing valve
6. Turbine, mengubah energi uap menjadi energi gerak yang memutar generator
7. Generator, menghasilkan energi listrik
8. Main transformer
9. Transmission line, penyalur energi listrik ke konsumen
10. Condenser, mengembunkan uap menjadi air
11. Sumur reinjection, menyuntikkan air kembali ke perut bumi (tanah).
12. Tanah
Sebagai contoh PLTP adalah PLTP Padang Aro. Berdasaran sumber dari
JarrakOnline, Proses pengeboran untuk pembangkit listrik tenaga panas bumi
(geothermal) di Pekonina, Nagari Pauh Duo, Kecamatan Pauah Duo, Kabupaten
Solok Selatan, Sumatera Barat sudah dimulai Agustus 2012.
Dari survei yang telah dilakukan ditemukan tujuh titik pengeboran geotermal di Solok
Selatan, tetapi satu sumur di antaranya berada di kawasan perkebunan teh dan sudah
dipastikan tidak dapat dimanfaatkan. Empat titik lagi akan dilihat dari hasil yang
diperoleh dari penggalian dua sumur pada tahap awal tahap survey. Dari enam sumur
yang direncanakannya akan dibor, diperkirakan dapat menghasilkan tenaga listrik
sedikitnya 400 mega watt (MW). Untuk tahap awal akan dibor dua sumur dengan
target tenaga listrik yang dihasilkan 1x120 MW.
Pengeboran akan dilakukan hingga kedalaman dua sampai tiga kilometer dengan
jangka waktu pengeboran selama satu bulan untuk masing-masing sumur. Dia
menyebutkan, tenaga listrik yang dihasilkan oleh geothermal itu diperkirakan baru
dapat dimanfaatkan pada 2016.
Cara kerja pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) sendiri sebenarnya bukan hal
yang baru, prinsip kerja dari PLTP ini hampir sama seperti cara kerja pembangkit listrik
tenaga uap (PLTU), yaitu mengandalkan tekanan dari uap, menggunakan air yang
dipanaskan agar menjadi uap. Hanya saja dalam menghasilkan uap digunakan bahan
bakar yang berbeda, jika pada PLTU dibantu oleh bahan bakar seperti gas, minyak, batu
bara, dimana bahan bakar tersebut adalah bahan bakar yang tidak dapat diperbarui, lain
dengan PLTP ini.
Pertama dalam cara kerja dari PLTP, air yang ada di tangki diinjeksikan ke dalam bumi
hingga mencapai titik dimana terjangkau oleh sumber panas bumi. Jika disemakan
maka pipa injeksi hingga mencapai diatas sumber panas bumi. Dengan begitu, setelah
air memanas akan berubah menjadi uap,namun sebelum menuju ke turbin, uap air
dipisahkan terlebih dahulu dari air yang masih terbawa, proses ini dilakukan di
separator. Baru setelah itu uap kering menuju ke turbin dan menggerakkan generator
yang digunakan untuk pembangkit listrik.
Selanjutnya uap didinginkan di dalam mesin pendingin dan proses tersebut berulang
kembali. Dengan mengandalkan panas bumi, kita tak perlu mengkhawatirkan
pemborosan dari bahan bakar yang tak dapat diperbarui, karena panas bumi akan terus
ada selama bumi ini belum hancur.
bahan bakarnya adalah batubara dengan kadar abu yang tidak terlalu rendah dan
berukuran
maksimum sekitar 30mm. Selain itu, karena adanya pembatasan sebaran ukuran butiran
batubara yang digunakan, maka perlu dilakukan pengurangan jumlah fine coal yang ikut
tercampur ke dalam batubara tersebut. Alasan tidak digunakannya batubara dengan kadar
abu yang terlalu rendah adalah karena pada metode pembakaran ini, batubara dibakar di
atas lapisan abu tebal yang terbentuk di atas kisi api (traveling fire grate) pada stoker
boiler.
Gambar Stoker Boiler
ICFBC
Ruang pembakaran utama (primary combustion chamber) dan ruang pengambilan
panas (heat recovery chamber) dipisahkan oleh dinding penghalang yang terpasang
miring. Kemudian, karena pipa pemanas (heat exchange tube) tidak terpasang
langsung pada ruang pembakaran utama, maka tidak ada kekhawatiran terhadap
keausan pipa sehingga pasir silika digunakan sebagai pengganti batu kapur untuk
media FBC. Batu kapur masih tetap digunakan sebagai bahan pereduksi SOx, hanya
jumlahnya ditekan sesuai dengan keperluan saja.
Gambar ICFBC
IGCC
pada sistem ini terdapat alat gasifikasi (gasifier) yang digunakan untuk menghasilkan
gas, umumnya bertipe entrained flow. Yang tersedia di pasaran saat ini untuk tipe
tersebut misalnya Chevron Texaco (lisensinya sekarang dimiliki GE Energy), E-Gas
(lisensinya dulu dimiliki Dow, kemudian Destec, dan terakhir Conoco Phillips ), dan
Shell. Prinsip kerja ketiga alat tersebut adalah sama, yaitu batubara dan oksigen
berkadar tinggi dimasukkan kedalamnya kemudian dilakukan reaksi berupa oksidasi
sebagian (partial oxidation) untuk menghasilkan gas sintetis (syngas), yang 85% lebih
komposisinya terdiri dari H2 dan CO. Karena reaksi berlangsung pada suhu tinggi, abu
pada batubara akan melebur dan membentuk slag dalam kondisi meleleh (glassy slag).
Adapun panas yang ditimbulkan oleh proses gasifikasi dapat digunakan untuk
menghasilkan uap bertekanan tinggi, yang selanjutnya dialirkan ke turbin uap.