Anda di halaman 1dari 54

BAB II

PUSAT LISTRIK TENGA UAP


2.1. Pusat Listrik Tenaga Uap.
Dalam PLTU, energi primer yang dikonversikan menjadi energi listrik
adalah bahan bakar. Baban bakar yang digunakan dapat berupa batubara (padat),
minyak (cair), atau gas. Ada kalanya PLTU menggunakan kombinasi beberapa
macam bahan bakar.
Konversi energi tingkat pertama yang berlangsung dalam PLTU adala
konversi energi primer menjadi energi panas (kalor). Hal ini dilakukan dalam
ruang bakar dari ketel uap PLTU. Energi panas ini kemudian dipindahkan ke
dalam air yang ada dalam pipa ketel untuk menghasilkan uap yang dikumpulkan
dalam drum dari ketel. Uap dari drum ketel dialirkan ke turbin uap. Dalam turbin
uap, energi uap dikonversikan menjadi energi mekanis penggerak generator, dan
akhirnya energi mekanik dari turbin uap ini dikonversikan menjadi energi listrik
oleh generator. Secara skematis, proses tersebut di atas digambarkan oleh Gambar
2.1. Siklus uap dan air yang berlangsung dalam PLTU yang dayanya
relatif besar, di atas 200 MW

Gambar 2.1 Main Flow Diagram PLTU


Gambar 2.1 menggambarkan siklus uap dan air yang berlangsung dalam PLTU,
yang dayanya relatif besar, di atas 200 MW. Untuk PLTU ukuran ini, PLTU
umumnya memiliki pemanas ulang dan pemanas awal serta mempunyai 3 turbin
yaitu turbin tekanan tinggi, turbin tekanan menengah, dan turbin tekanan rendah.

43
Bagian yang menggambarkan sirkuit pengolahan untuk suplai dihilangkan untuk
penyederhanaan sedangkan suplai air diperlukan karena adanya kebocoran uap
pada sambungan-sambungan pipa uap dan adanya blow down air dari drum ketel.
Air dipompakan ke dalam drum dan selanjutnya mengalir ke pipa-pipa air
yang merupakan dinding yang mengelilingi ruang bakar ketel. Ke dalam ruang
bakar ketel disemprotkan bahan bakar dan udara pembakaran. Bahan bakar yang
dicampur udara ini dinyalakan dalam ruang bakar sehingga terjadi pembakaran
dalam ruang. Pembakaran bahan bakar dalam ruang bakar mengubah energi kimia
yang terkandung dalam bahan bakar menjadi energi panas (kalor). Energi panas
hasil pembakaran ini dipindahkan ke air yang ada dalam pipa air melalui proses
radiasi, konduksi, dan konveksi.
Untuk setiap macam bahan bakar, komposisi perpindahan panas berbeda,
misalnya bahan bakar minyak banyak memindahkan kalori hasil pembakarannya
melalui radiasi dibandingkan bahan bakar lainnya. Untuk melaksanakan
pembakaran diperlukan oksigen yang diambil dari udara. Oleh karena tiu,
diperlukan pasokan udara yang cukup dalam ruang bakar. Untuk keperluan
memasok udara dalam ruang bakar, diperlukan kipas (ventilator) tekan dan kipas
isap yang dipasang masing-masing pada ujung masuk udara ke ruang bakar dan
pada ujung keluar udara dari ruang bakar. Gas hasil pembakaran dalam ruang
bakar setelah setelah diberi “kesempatan” memindahkan energi panasnya ke air
yang ada di dalam pipa air ketel, dialirkan melalui saluran pembuangan gas buang
untuk selanjutnya dibuang ke udara melalui cerobong. Gas buang sisa
pembakaran ini masih mengandung banyak energi panas karena tidak semua
energi panasnya dapat dipindahkan ke air yang ada dalam pipa air ketel. Gas
buang masih mempunyai suhu di atas 400o C ini dimanfaatkan untuk memanasi,
bahagian penting dari PLTU antara lain:
1. Pemanas Lanjut (Super Heater)
Di dalam pemanas lanjut, mengalir uap dari drum ketel yang menuju ke turbin
uap tekanan tinggi. Uap yang mengalir dalam pemanas lanjut ini mengalami
kenaikan suhu sehingga uap air ini semakin kering, oleh karena adanya gas buang
di sekeliling pemanas lanjut.

44
2. Pemanas Ulang (Reheater).
Uap yang telah digunakan untuk menggerakkan turbin tekanan tinggi,
sebelum menuju turbin tekanan menengah, dialirkan kembali melalui pipa yang
dikelilingi oleh gas buang. Di sini uap akan mengalami kenaikan suhu yang
serupa dengan pemanas lanjut.
3. Economizer.
Air yang dipompakan ke dalam ketel, terlebih dahulu dialirkan melalui
economizer agar mendapat pemanasan oleh gas buang. Dengan demikian suhu air
akan lebih tinggi ketika masuk ke pipa air di dalam ruang bakar yang selanjutnya
akan mengurangi jumlah kalori yang diperlukan untuk penguapan (lebih
ekonomis).
4. Pemanas Udara.
Udara yang akan dialirkan ke ruang pembakaran yang digunakan untuk
membakar bahan bakar terlebih dahulu dialirkan melalui pemanas udara agar
mendapat pemanasan oleh gas buang sehingga suhu udara pembakaran naik yang
selanjutnya akan mempertinggi suhu nyala pembakaran.
Dengan menempatkan alat-alat tersebut di atas dalam saluran gas buang,
maka energi panas yang masih terkandung dalam gas buang dapat dimanfaatkan
semaksimal mungkin. Sebelum melalui pemanas udara, gas buang diharapkan
masih mempunyai suhu di atas suhu pengembunan asam sulfat (H 2SO4), yaitu
sekitar 18000 C. Hal ini perlu untuk menghindari terjadinya pengembunan asam
sulfat di pemanas udara. Apabila hal ini terjadi, maka akan terjadi korosi pada
pemanas udara dan pemanas udara tersebut akan menjadi rusak (keropos). Energi
panas yang timbul dalam ruang pembakaran sebagai hasil pembakaran, setelah
dipindahkan ke dalam air yang ada dalam pipa air ketel, akan menaikkan suhu air
dan menghasilkan uap. Uap ini dikumpulkan dalam drum ketel .

45
.Uap yang terkumpul dalam drum ketel mempunyai tekanan dan suhu yang
tinggi di mana bisa mencapai sekitar 100 kg/cm dan 530 0C. Energi uap yang
tersimpan dalam drum ketel dapat digunakan untuk mendorong atau memanasi
sesuatu (uap ini mengandung enthalpy). Drum ketel berisi air di bagian bawah
dan uap yang mengandung enthalpy di bagian atas. Uap dari drum ketel dialirkan
ke turbin uap, dan dalam turbin uap, energi (enthalpy) dari uap dikonversikan
menjadi energi mekanis penggerak generator.
Turbin pada PLTU besar, di atas 150 MW, umumnya terdiri dari 3
kelompok, yaitu turbin tekanan tinggi, turbin tekanan menengah, dan turbin
tekanan rendah. Uap dari drum ketel mula-mula dialirkan ke turbin tekanan tinggi
dengan terlebih dahulu melalui pemanas lanjut agar uapnya menjadi kering.
Setelah keluar dari turbin tekanan tinggi, uap dialirkan ke pemanas ulang untuk
menerima energi panas dari gas buang sehingga suhunya naik. Dari pemanas
ulang, uap dialirkan ke turbin tekanan menengah. Keluar dari turbin tekanan
menengah, uap langsung dialirkan ke turbin tekanan rendah. Turbin tekanan
rendah umumnya merupakan turbin dengan aliran uap ganda dengan arah aliran
yang berlawanan untuk mengurangi gaya aksial turbin. Dari turbin tekanan
rendah, uap dialirkan ke kondensor untuk diembunkan. Kondensor memerlukan
pendingin untuk mengembunkan uap yang keluar dari turbin tekanan rendah.
Oleh karena itu, banyak PLTU dibangun di pantai, karena dapat menggunakan air
laut sebagai air pendingin kondensor dalam jumlah yang besar. Di lain pihak,
penggunaan air laut sebagai air pendingin menimbulkan masalah-masalah sebagai
berikut:
a. Material yang dialiri air laut harus material anti korosi (tahan air laut).
b. Binatang laut ikut masuk dan berkembang biak dalam saluran air pendingin
yang memerlukan pembersihan secara periodik.
c. Selain binatang laut, kotoran air laut juga ikut masuk dan akan menyumbat
pipa-pipa kondensor sehingga diperlukan pembersihan pipa kondensor secara
periodik.
d. .Ada risiko air laut masuk ke dalam sirkuit uap. Hal ini berbahaya bagi sudu-
sudu turbin uap. Oleh karena itu, harus dicegah

46
Setelah air diembunkan dalam kondensor, air kemudian dipompa ke tangki
pengolah air. Dalam tangki pengolah air, ada penambahan air untuk
mengkompensasi kehilangan air yang terjadi karena kebocoran. Dalam tangki
pengolah air, air diolah agar memenuhi mutu yang diinginkan untuk air ketel.
Mutu air ketel antara lain menyangkut kandungan NaCl, CO2, dan derajat
keasaman (pH). Dari tangki pengolah air, air dipompa kembali ke ketel, tetapi
terlebih dahulu melalui Economizer. Dalam Economizer, air mengambil energi
panas dari gas buang sehingga naik, kemudian baru mengalir ke ketel uap
Pada PLTU yang besar, di atas 150 MW, biasanya digunakan pemanas awal
ke heater, yaitu pemanas yang akan masuk ke economizer sebelum masuk ke
ketel uap. Pemanas awal ini ada 2 buah, masing-masing menggunakan uap yang
diambil (di-tap) dari turbin tekanan menengah dan dari turbin tekanan rendah
sehingga didapat pemanas awal tekanan menengah dan pemanas awal tekanan
rendah.

Gambar 2.2. PLTU Surabaya


Untuk men-start PLTU dari keadaan dingin sampai operasi dengan beban
penuh, dibutuhkan waktu antara 6-8 jam. Jika PLTU yang telah beroperasi
dihentikan, tetapi uapnya dijaga agar tetap panas dalam drum ketel dengan cara
tetap menyalakan api secukupnya untuk menjaga suhu dan tekanan uap ada di
sekitar nilai operasi (yaitu sekitar 5000 C dan sekitar 100 kg/cm 2) maka untuk

47
mengoperasikannya kembali sampai beban penuh diperlukan waktu kira-kira I
jam. Waktu yang lama untuk mengoperasikan PLTU tersebut di atas terutama
diperlukan untuk menghasilkan uap dalam jumlah yang cukup untuk operasi
(biasanya dinyatakan dalam ton per jam). Selain waktu yang diperlukan untuk
menghasilkan uap, yang cukup untuk operasi, juga perlu diperhatikan masalah
pemuaian bagian-bagian turbin. Sebelum di-start, suhu turbin adalah sama dengan
suhu ruangan.
Pada waktu start, dialirkan uap dengan suhu sekitar 5000C. Hal ini harus
dilakukan secara bertahap agar jangan sampai terjadi pemuaian yang berlebihan
dan tidak merata.

Gambar 2. 3 Boiler PLTU


Pemuaian yang berlebihan dapat menimbulkan tegangan mekanis
(mechanical stress) yang berlebihan, sedangkan pemuaian yang tidak merata
dapat menyebabkan bagian yang bergerak (berputar) bergesekan dengan bagian
yang diam, misalnya antara. ,sudu-sudu jalan turbin dengan sudu-sudu tetap yang
menempel pada rumah turbin.
Apabila turbin sedang berbeban penuh kemudian terjadi gangguan yang
menyebabkan pemutus tenaga, (PMT) generator yang digerakkan turbin trip,
maka turbin kehilangan beban secara mendadak. Hal ini menyebabkan putaran
turbin akan naik secara mendadak dan apabila hal ini tidak dihentikan, maka akan

48
merusak bagian-bagian yang berputar pada turbin maupun pada generator, seperti:
bantalan, sudu jalan turbin, dan kumparan arus searah yang ada pada rotor
generator. Untuk mencegah hal ini, aliran uap ke turbin harus dihentikan, yaitu
dengan cara menutup katup uap turbin. Pemberhentian aliran uap ke turbin
dengan menutup katup uap turbin secara mendadak menyebabkan uap
mengumpul dalam drum ketel sehingga tekanan uap dalam drum ketel naik
dengan cepat dan akhirnya menyebabkan katup pengaman pada drum membuka
dan uap dibuang ke udara. Bisa juga sebagian dari uap di by pass ke kondensor.

Dengan cara by pass ini tidak terlalu banyak uap yang hilang sehingga
sewaktu turbin akan dioperasikan kembali banyak waktu dapat dihemat untuk
start. Tetapi sistem by pass memerlukan biaya investasi tambahan karena
kondensor harus tahan suhu tinggi dan tekanan tinggi dari by passDari uraian di
atas tampak bahwa perubahan beban secara mendadak memerlukan pula langkah
pengurangan produksi uap secara mendadak agar tidak terlalu banyak uap yang
harus dibuang ke udara. Langkah pengurangan fluksi dilakukan dengan
mematikan nyala api dalam ruang bakar ketel dan mengurangi pengisian air ketel
ini bahwa walaupun nyala api dalam ruang bakar padam, masih cukup banyak
panas yang tinggal dalam ruang bakar untuk menghasilkan ua p sehingga pompa
pengisi ketel harus tetap mengisi air ke dalam ketel untuk mencegah penurunan
level air dalam drum yang tidak dikehendaki.
Mengingat masalah-masalah tersebut di atas yang menyangkut masalah
proses produksi uap dan masalah-masalah pemuaian yang terjadi dalam turbin,
sebaiknya PLTU tidak dioperasikan dengan persentase perubahan-perubahan
beban yang besar.
Efisiensi PLTU banyak dipengaruhi ukuran PLTU, karena ukuran PLTU
menentukan ekonomis tidaknya penggunaan pemanas ulang dan pemanas awal.
Efisiensi thermis dari PLTU berkisar pada angka 35-38%.

49
2.2. Pemeliharaan PLTU
Bagian-bagian PLTU yang memerlukan pemeliharaan secara periodik
adalah bagian-bagian yang berhubungan dengan gas buang dan air pendingin,
yaitu pipa-pipa air, ketel uap dan pipa-pipa air pendingin termasuk pipa
kondensor. Pipa-pipa semua memerlukan pembersihan secara periodik. Pada pipa
air ketel umumnya banyak abu yang menempel dan perlu dibersihkan agar proses
perpindahan panas dari ruang bakar ke air melalui dinding pipa tidak terhambat.
Walaupun telah ada soot blower yang dapat gunakan untuk menyemprotkan air
pembersih pada pipa air ketel, tetapi tidak semua bagian pipa air ketel uap dapat
dijangkau oleh air pembersih soot blower ini sehingga diperlukan kesempatan
untuk pembersihan bagian yang tidak teryangkau oleh soot blower tersebut.
Saluran air pendingin, terutama jika menggunakan air laut, umumnya ditempeli
binatang laut yang berkembang biak dan juga ditempeli kotoran air laut sehingga
luas penampang efektif dari saluran tersebut menurun. Untuk mengurangi
binatang laut ini ada chlorination plant yang menyuntikkan gas klor ke dalam. air
pendingin (air laut) ini. Oleh karena itu, secara periodik saluran air pendingin
(baik yang berupa saluran terbuka maupun pipa) luar secara periodik dibersihkan.
Pipa kondensor yang juga dilalui air pendingin, dan karena penampangnya kecil,
pipa ini juga memerlukan pembersihan yang lebih sering dari pada bagian saluran
air pendingin yang lain.Untuk pembersihan pipa air kondensor tidak memerlukan
penghentian operasi dari unit pembangkitnya, hanya memerlukan penurunan
beban karena pipa kondensor dapat dibersihkan secara bertahap. Pipa kondensor
PLTU yang digunakan ada yang terbuat dari tembaga dan ada yang terbuat dari
titanium.
Daya hantar panas tembaga lebih baik daripada titanium, tetapi kekuatan
mekanisnya tidak sebaik titanium. Oleh karena itu, pada unit PLTU yang besar,
misalnya pada Unit 400 MW, digunakan pipa titanium karena diperlukan pipa
yang panjang. Karena daya hantar panas titanium tidak sebaik daya hantar panas
tembaga, maka soal kebersihan dinding pipa titanium lebih memerlukan perhatian
dari pada pipa tembaga. Itulah sebabnya, pada penggunaan pipa titanium
dilengkapi dengan bola-bola pembersih. Sambungan pipa kondensor dengan

50
dindingnya merupakan bagian yang rawan terhadap kebocoran. Apabila terjadi
kebocoran, maka air laut yang mengandung NaCl masuk ke dalam sirkuit air ketel
dan sangat berbahaya bagi ketel uap maupun bagi turbin. Tingkat kebocoran ini
dapat dilihat dari daya hantar listrik air ketel. Apabila daya hantar listrik ini
tinggi, hal ini berarti bahwa tingkat kebocoran kondensor tinggi.
Semua peralatan yang ada dalam saluran gas buang perlu dibersihkan secara
periodik, yaitu pemanas lanjut, pemanas ulang, economizer, dan pemanas udara.
Bagian-bagian PLTU lain yang rawan kerusakan dan perlu perhatian/pengecekan
periodik adalah:
1 Bagian-bagian yang bergeser satu sama lain, seperti bantalan dan
roda gigi.
2. Bagian yang mempertemukan dua zat yang suhunya berbeda,
misalnya kondensor dan penukar panas (heat exchanger).
3. Kotak-kotak saluran listrik dan saklar-saklar.
Karena sebagian besar dari pekerjaan pemeliharaan tersebut di atas
memerlukan penghentian operasi unit yang bersangkutan apabila dilaksanakan,
maka pekerjaan-pekerjaan tersebut dilakukan sekaligus sewaktu unit menjalani
overhaul yang dilakukan secara periodik yakni sekali dalam 10.000 jam operasi
untuk waktu kira-kira 3 minggu. Dibandingkan dengan ketel uap, turbin uap tidak
banyak memerlukan pemeliharaan asal saja kualitas uap terjaga dengan baik. Oleh
karena itu, pemeriksaan turbin uap dapat dilakukan dalam setiap 20.000 jam
operasi.
2.2.1. Penyimpanan Bahan Bakar
Karena banyaknya bahan bakar yang ditimbun di PLTU, maka perlu
perhatian khusus mengenai pengelolaan penimbunan bahan bakar agar tidak
terjadi kebakaran. Seharusnya di sekeliling tangki BBM dibangun bak pengaman
yang berupa dinding tembok. Volume bak pengaman ini harus sama dengan
volume tangki sehingga kalau terjadi kebocoran besar, BBM ini tidak mengalir ke
mana-mana karena semuanya tertampung oleh bak pengaman tersebut. Pada
penimbunan batubara, harus dilakukan pembalikan serta penyiraman batubara
agar tidak terjadi penyalaan sendiri.

51
Pada penimbunan bahan bakar minyak (BBM), harus dicegah terjadinya
kebocoran yang dapat mengalirkan BBM tersebut ke bagian instalasi yang
bersuhu tinggi sehingga dapat terjadi kebakaran. Pada penggunaan gas sebagai
bahan bakar, pendeteksian kebocoran bahan bakar gas (BBG) lebih sulit
dibandingkan dengan kebocoran bahan bakar minyak (BBM). Oleh karena itu,
pada penggunaan gas, alat-alat pendeteksian kebocoran harus dapat diandalkan
untuk mencegah terjadinya kebakaran. Pengawasan kebocoran gas hidrogen yang
digunakan sebagai bahan pendingin generator serupa dengan pengawasan
kebocoran BBG, mengingat gas hidrogen juga mudah terbakar. Karena risiko
terjadinya kebakaran pada PLTU besar, maka harus ada instalasi pemadam
kebakaran yang memadai dan personil perlu dilatih secara periodik untuk
menghadapi kemungkinan terjadinya kebakaran.

2.2.2. Ukuran PLTU


Dari uraian dalam beberapa sub bab terdahulu, tampak bahwa dalam
instalasi PLTU terdapat banyak peralatan. Faktor utama yang menentukan ukuran
PLTU yang dapat dibangun adalah tersedianya bahan bakar dan air pendingin,
selain tanah yang cukup luas. Mengingat hal-hal ini, maka PLTU baru ekonomis
dibangun dengan daya terpasang di atas 10 MW per unitnya. Semakin besar daya
terpasangnya, semakin ekonomis. Secara teknis, PLTU dapat dibangun dengan
daya terpasang di atas 1.000 MW per unitnya. Unit PLTU milik PLN yang
terbesar saat ini adalah 600 MW di Suralaya, Jawa Barat.

2.2.3.Masalah Lingkungan
Gas buang yang keluar dari cerobong PLTU mempunyai potensi mencemari
lingkungan. Oleh karena itu, ada penangkap abu agar pencemaran lingkungan
dapat dibuat minimal. Selain abu halus yang ditangkap di cerobong, ada bagian-
bagian abu yang relatif besar, jatuh dan ditangkap di bagian bawah ruang bakar.
Abu dari PLTU, baik yang halus maupun yang kasar, dapat dimanfaatkan untuk
bahan bangunan sipil. Walaupun abunya telah ditangkap, gas buang yang keluar
dari cerobong masih mengandung gas-gas yang kurang baik bagi kesehatan
manusia, seperti SO2, NOx, dan CO2. Kadar dari gas-gas ini tergantung kepada

52
kualitas bahan bakar, khususnya batubara yang digunakan. Bila perlu, harus
dipasang alat penyaring gas-gas ini agar kadarnya yang masuk ke udara tidak
melampaui batas yang diizinkan oleh pernerintah.
2.2.4. Penggunaan Bahan Kimia
Pada PLTU, digunakan bahan kimia yang dapat menimbulkan masalah
lingkungan. Bahan-bahan kimia tersebut digunakan pada:

1. Air pendingin dari air laut, untuk membunuh binatang dan tumbuhan laut agar
tidak menyumbat saluran air pendingin. Air pendingin dari air laut diperlukan
dalam jumlah besar, yaitu beberapa ton per detik. Air laut mengandung
berbagai bakteri (mikroorganisme) yang dapat tumbuh sebagai tanaman dan
menempel pada saluran sehingga mengurangi efektivitas dan efisiensi sistem
pendinginan PLTU. Untuk mengurangi pengaruh mikro-organisme ini ke
dalam saluran air disuntikkan gas klor (Cl2) untuk membunuh mikroorganisme
ini. Penyuntikan gas klor ini tidak dilakukan secara kontinu untuk mencegah
kekebalan mikroorganisme.
2. Air pengisi ketel, yang telah melalui economizer, suhunya bisa mencapai
sekitar 20000C. Untuk itu, air pengisi ketel sebelum melalui economizer, dalam
pengolah air ketel, ditambah soda lime untuk mencegah timbulnya endapan
pada pipa ketel uap. Bahan kimia ini akhirnya akan terkumpul dan harus
dibuang secara periodik (blow down). Mutu air ketel harus dijaga agar tidak
merusak bagian-bagian ketel maupun bagian-bagian turbin. Hal-hal yang harus
dijaga adalah:
a. Kekerasan (hardness) dari air yang menyangkut kandungan garam kalsium dan
magnesium. Pada umumnya kedua logam tersebut membentuk garam dengan
karbonat, hidrat, sulfat, dan hidrokarbonat (HCO 3 OH-, S04 2- , C02).
Garam-garam ini pada tekanan dan suhu tinggi mudah mengendap disebabkan
kelarutannya yang kecil. Endapan akan menempel pada dinding dalam pipa
ketel dan menjadikan lapisan isolasi kerak panas (scaling) sehingga
mengurangi efisiensi ketel dan juga dapat menimbulkan pemanasan setempat
yang berlebihan.

53
Untuk mencegah tejadinya endapan (scaling) ini, sebelum dipompakan ke
economizer, air dilunakkan (softening) terlebih dahulu. Proses pelunakan ini
menggunakan soda lime (campuran antara KOH dan atau NaOH dengan
Ca(OH)2)) sehingga timbul reaksi kimia.Setelah penambahan soda lime, dalam
air ketel masih terkandung CaS04 dan CaC12 (hasil klorinasi). Untuk
mengeliminasi garam-garam kalsium ini ditambahkan soda ash (kalsium
karbonat = Na2C03). Setelah itu dilakukan filtrasi (penapisan) untuk
menghilangkan garam-garam yang mengendap.
b. Gas clor (Cl) yang sifatnya sangat korosif mungkin terbawa melalui kebocoran
kondensor. Gas ini harus dibersihkan dari ketel. Seperti tersebut dalam butir a,
air pendingin disuntik dengan gas klor sehingga dapat tejadi kebocoran ini.
Untuk menangkap gas klor dapat digunakan filter arang.
c. Kotoran-kotoran lain yang terbawa dalam air pengisi ketel dapat disaring
dengan saringan mekanis, misalnya pasir dan airnya diberi tekanan.
d. Untuk mencegah scaling (kerak) atau korosi oleh air pengisi ketel, nilai pH air
pengisi ketel perlu dikontrol agar berada pada nilai antara 9.5 sampai 11. pH
diatur dengan penambahan buffer phospat.

e. Misalnya bila terlalu tinggi maka dapat ditambahkan NaH2P04 atau Na2HP04,
dan bila pH terlalu rendah dapat ditambahkan Na3PO4 pH diatur hingga
mendekati 1011. pH yang terlalu tinggi akan memicu tejadinya scaling.
Alkalinitas yang tinggi disebabkan oleh berbagai macam unsur yang ada dalam
air ketel di mana dapat menghasilkan buih dan menyebabkan carry over.
f. Jumlah mineral yang ada dalam air ketel dapat juga dikontrol dengan cara
melakukan serangkaian proses demineralisasi. Kation seperti magnesium dan
kalsium dapat dihilangkan dengan proses penukaran ion dengan ion hidrogen,
sementara anionnya tertinggal dalam air ketel dengan bentuk, misalnya asam
sulfat H2SO4, asam klorida HCI, dan lain-lain. Bila air ketel kemudian
dilewatkan dalam vacum deaerator untuk mengurangi 02 dan C02 kemudian
dilewatkan lagi dalam proses penukar anion, maka asam-asam yang tertinggal

54
dalam larutan akan dihilangkan dan menghasilkan air yang mungkin lebih
murni dari air destilasi.
g. Kadar oksigen (02) juga harus dibatasi karena 02 merusak ketel maupun turbin
pada suhu di atas 2000C. Hal ini dilakukan dalam deaerator di mana air pengisi
ketel disemprotkan menjadi butir-butir kecil dan dalam arah berlawanan (ke
atas) disemprotkan uap panas yang akan menangkap OT. Segala endapan yang
terjadi pada proses pengolahan air pengisi ketel ini harus dibuang melalui
proses blow down dari air drum ketel dan harus memenuhi syarat lingkungan.
Makin tinggi tekanan uap ketel, makin tinggi kemungkinan terjadi scaling.
Begitu pula acuan ini mengajukan nilai pH air pengisi ketel sebaiknya antara
10 dan ll.

Penggunaan air murni hasil destilasi dalam desalinization plant sangat


membantu pengolahan air pengisi ketel jika dibandingkan dengan penggunaan air
sumur yang mengandung banyak macam zat PLTU yang menggunakan bahan
bakar batubara menghasilkan 2 macam abu:
1. Abu dari bagian bawah ruang bakar, bentuknya besar, bisa dijadikan
bahan lapisan pengeras jalan.
2. Abu cerobong yang ditangkap oleh electrostatic precipitator, bisa
dipakai sebagai bahan campuran beton.
Dari uraian di atas tampak bahwa abu yang merupakan limbah PLTU batubara
dapat diproses sehingga menjadi produk tambahan.
2.3. Instalasi Pengolah Air Ketel
Adanya blow down air dari drum ketel untuk membuang bahan-bahan kimia
menyebabkan perlu adanya suplisi air ketel. Suplai air ini bisa berasal dari
Perusahaan Air Minum (PAM). Air dari PAM walaupun layak minum bagi
manusia belum tentu memenuhi syarat sebagai air ketel. Sumur, yang dibuat
dengan bor tanah. Air sumur ini umumnya membawa banyak mineral yang ada di
dalam tanah seperti silika dan kalsium. Mineral-mineral ini bisa merusak ketel
sehingga harus dibuang.
2.3.1. Air Laut yang Disuling (Didestilasi)

55
Penyulingan air laut ini dilakukan dalam destalination plant, di mana air
laut diuapkan kemudian diembunkan kembali. Air hasil sulingan ini kemungkinan
mengandung gas Cl2 dan NaCI yang sangat berbahaya bagi ketel, turbin dan
bagian bagian lain dari instalasi PLTU. Oleh karenanya harus dihindarkan
keberadaannya dalam air ketel. Dibanding dengan air yang berasal dari sumber-
sumber tersebut di atas, air sungai atau air dari danau relatif paling banyak
mengandung kotoran dan zat-zat yang tidak diinginkan sehingga proses
pembersihannya paling sukar. Instalasi pengolah air ketel berfungsi untuk
membersihkan air yang berasal dari sumber-sumber tersebut agar memenuhi
syarat sebagai air ketel dalam arti tidak akan merusak.

Proses fisik dilakukan dengan melewatkan air pengisi ketel melalui


saringan-saringan untuk menyaring kotoran-kotoran yang dikandung air ketel
tersebut. Kadang-kadang air ketel ini perlu ditekan agar bisa melalui ruangan
yang kerapatannya tertentu, sesuai dengan kondisi air ketel yang akan disaring.
Pada penggunaan air sungai dan air danau seringkali diperlukan klorinasi
(penyuntikan dengan gas C12) untuk membunuh binatang-binatang yang ada dalam
air tersebut, agar terjadi pengumpulan binatang-binatang (bersarang) dalam
instalasi pengolah air ketel. Dalam proses ini bisa terjadi gumpalan yang perlu
diendapkan dengan bantuan bahan kimia tertentu. Setelah gumpalan mengendap,
kemudian endapan dibuang secara mekanis, sehingga didapat air yang jernih.
Air yang telah dijernihkan ini maupun air yang telah jernih yang berasal
dari PAM, sumur, atau dari penyulingan air laut, kemudian perlu dilunakkan
dengan proses kimia. Reaksi kimia ini menimbulkan berbagai endapan yang harus
disaring oleh saringan (filter). Proses pemurnian pendahuluan, al ngkah
berikutnya adalah langkah demineralisasi, yaitu suatu proses kimia untuk
menghilangkan mineral-mineral yang masih terdapat dalam air ketel. Dalam
proses demineralisasi ini dilakukan pengambilan mineral-mineral yang masih ada
dalam air ketel melalui pertukaran ion. Untuk ini digunakan 2 macam resin yaitu
resin kation dan resin anion. Resin kation mempunyai ion positif hidrogen H2
yang ditempelkan pada polimer yang bermuatan negatif Ion-ion hidrogen positif

56
ini dimaksudkan untuk menangkap kation dari kalsium, magnesium dan natrium.
Berbeda dengan resin kation, resin anion mem punyai ion negatif hidroksida yang
ditempelkan pada polimer positif. Ion hidroksida negatif ini digunakan untuk
menangkap ion-ion positif dari suffat klorida dan karbonat.
Cation dan anion yang sudah kotof dengan ion-ion negatif dan ion-ion
positif ini bisa dibersihkan (diregenerasi) dengan melalukan asam pada resin
kation dan basa pada resin anion. Kation yang telah banyak menangkap banyak
ion-ion negatif dan kalsium, magnesium dan natrium sehingga terbentuk basa
Ca(OH)21, Mg(OH)2 dan Na(OH)2. "Kotoran" berupa basa ini bisa dibersihkan
dengan menggunakan larutan asam misalnya H2SO4. Anion yang "kotor"
mengandung banyak asam H2SO4, HCI, dan H2CO3. Untuk membersihkan
"kotoran" ini bisa digunakan larutan basa misalnya NaOH. Mineral-mineral yang
ada dalam air ketel secara bertahap dibersihkan.

Dekarbonator berfungsi mengelul dengan cara meniupkan udara ke arah


atas dalam aliran air yang mengalir ke bawaharkan C02 yang larut dalam air kete,
sehingga gas C02 yang larut dalam air tertiup keluar. Secara fisik proses ini
berlangsung seperti Gambar III.28 berlangsung dalam tangki-tangki baja disertai
dengan pompa-pompa penggerak air dan ditambahkan dengan saringan-saringan.

Gambar 2.4 Rangkaian proses demineralisasi

57
Gambar 2. 5 Rangkaian Air Ketel
Uap

Dalam deaerator air disemprotkan melalui sprinkle sehingga menjadi butir-


butir kecil yang kemudian jatuh mengalir di atas pelat baja, terus ke bawah dan
akhirnya keluar. Di sisi lain, uap panas dimasukkan dan mengalir ke atas,
bertentangan dengan arah aliran-aliran air. Proses ini dimaksudkan memperluas
dan menipiskan permukaan aliran air sehingga. Air yang keluar dari instalasi
demineralisasi masih mengandung gas-gas oksigen dan amoniak. Untuk
mengeluarkan gas-gas ini, air ketel yang keluar dari instalasi demineralisasi
dialirkan ke deaerator. Gambar III.29 menunjukkan rangkaian air ketel uap.
menjadi seluas mungkin. Dengan proses ini gas oksigen yang ada dalam air ketel
diharapkan keluar dan tertiup keluar bersama uap panas. Keberadaan gas oksigen
dalam air ketel sangat tidak diharapkan karena sifatnya yang korosif. Gas C02 di
sebagian besar sudah keluar dalam dekarbonizer. Pembuangan gas deaerator
berlangsung efektif pada nilai pH rendah mulai kira-kira 8,3 dan pada nilai pH =
4,3 pembuangan bisa 100%. Sedangkan untuk gas amonia (NH 3) adalah mulai pH
= 7,0 dan bisa 100% pada pH = 11,0. Setelah keluar dari instalasi pengolah air
ketel, sebelum masuk economizer, air ketel masih diberi zat kimia hydrazin untuk
mencegah terjadinya korosi dengan dinding pipa ketel mengingat suhunya sesudah
economizer bisa mencapai 2000C.
Dari uraian dalam sub bab ini, tampak bahwa pengolahan air ketel secara garis
besar terdiri dari:

58
1. Proses fisik/mekanis berupa penyaringan melalui saringan yang terjadi dalam
saringan. Ada proses penyaringan yang menggunakan fenomenaosmosa pada
membran yang dikombinasi dengan tekanan.
2. Proses reaksi kimia seperti yang diuraikan sedangkan proses kimia yang tejadi
seperti diuraikan dalam pasal ini merupakan proses kimia elektro, yaitu
pertukaran ion yang terjadi dalam instalasi demineralisasi.
3. Proses pelepasan gas secara fisik, yang terjadi dalam deaerator
kadang-kadang dipakai juga alat pelepas gas (degasfier) dalam bentuk yang
berbeda.
Kualitas air ketel perlu dijaga secara kontinu karena kualitas air ketel yang
tidak memenuhi syarat akan merusak peralatan PLTU yang dilaluinya baik ketika
berbentuk cair (air) maupun ketika berbentuk uap.
2.4. Pemeliharaan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Perak
Pemeliharaan mempunyai maksud dan tujuan yaitu usaha untuk
mempertahankan / mengembalikan kondisi unit/ peralatan agar tetap dalam
kondisi prima, dalam arti siap dan handal setiap diperlukan. Operasi siklus dapat
berjalan dengan baik jika pemeliharaan alat pada sistem berfungsi dalam
membantu kerja siklus tersebut. Secara umum jenis pemeliharaan dibagi menjadi
4 yaitu:
1. Pemeliharaan Rutin
Pemeliharaan ini dilakukan secara berulang dengan interval waktu
maksimum 1 (satu) tahun, dan dapat dilaksanakan pada saat unit beroperasi
maupun tidak beroperasi. Pemeliharaan rutin berjalan (on line maintenance)
dilakukan pada kondisi unit beroperasi dan pemeliharaan rutin pencegahan
(preventive maintenance) dilakukan dengan rencana waktu yang telah
ditetapkan, misalnya harian, mingguan atau bulanan dalam periode 1 (satu)
tahun.
2. Pemeliharaan Periodik
Pemeliharaan periodik ialah pemeliharaan yang dilakukan berdasarkan
jam operasi (Time Base Maintenance), maupun berdasarkan monitor kondisi
peralatan (Condition Monitoring Base Maintenance). Pemeliharaan ini pada

59
umumnya dilakukan dalam kondisi unit/ peralatan tidak beroperasi, dengan
sasaran untuk mengembalikan unit/peralatan pada performance atau unjuk
kerja semula (Commissioning), atau setelah overhaul sebelumnya.
3. Pemeliharaan Khusus
Pemeliharaan yang direncanakan dan dilaksanakan secara khusus, dengan
sasaran untuk memperbaiki/meningkatkan performance mesin/unit.
Pemeliharaan khusus didasarkan atas pelaksanaan inspection sebelumnya, dan
juga didasarkan atas pelaksanaan Predictive Maintenance. Pemeliharaan
khusus dapat dilaksanakan pada saat pemeliharaan periodik maupun diluar
pemeliharaan periodik.
4. Pemeliharaan Prediktif (Predictive Maintenance)
Ialah pemeliharaan yang didasarkan atas analisa dan evaluasi kondisi
operasi mesin dengan sasaran mengoptimalkan ketersediaan mesin
pembangkit dan biaya pemeliharaan. Pelaksanaan yang dilakukan
dalam pemeliharaan prediktif antara lain:
a. Mengadakan pemeriksaan dan monitoring secara kontinyu terhadap
peralatan pada saat operasi atau pada waktu dilaksanakan inspection/
overhaul.
b. Mengadakan analisa kondisi peralatan atau komponen peralatan.
c. Membuat estimasi sisa umur operasi peralatan sampai memerlukan
perbaikan/ penggantian berikutnya.
d. Mengevaluasi hasil analisa untuk menentukan interval inspection.
2.5. Unsur-unsur Pokok Bahan Bakar
Bahan bakar adalah material yang pada kondisi tertentu dapat membentuk
reaksi pembakaran dengan oksigen dan dari reaksi tersebut akan dihasilkan panas.
Ditinjau dari unsur pembentuknya, bahan bakar di bedakan menjadi 2 macam
yaitu bahan bakar fosil dan bahan bakar mineral
Berdasarkan wujudnya, bahan bakar fosil di bedakan menjadi :
1. Bahan bakar padat (Batubara, kayu, arang, dan sebagainya.)
2. Bahan Bakar Cair (Residu, Solar, dan sebagainya)
3. Bahan Bakar Gas (LPG, LNG dan sebagainya)

60
Tiap-tiap jenis bahan bakar tersebut memiliki kandungan unsur kimia dengan
persentase yang berbeda-beda .
Contoh unsur-unsur pokok yang terkandung dalam tiap-tiap jenis bahan bakar
tipikal
seperti tersebut diatas adalah :
1. Unsur - unsur Pokok Bahan Bakar Padat (Batubara ) Tipikal, seperti tabel 2.1

Tabel 2.1
Unsur-unsur Batubara
COAL

Carbon 59,0 %
Hidrogen 3,8 %
Sulphur 1,6 %
Oksigen 7,4 %
Nitrogen 1,2 %
Ash 16,0 %
Moisture 11,0 %
100,0 %

61
2. Unsur -unsur Pokok Bahan Bakar Cair (Residu) Tipika, seperti tabel 2.2
Tabel 2.2
Unsur-unsur Batubara

HEAVY FUEL OIL

Carbon 84,4 %
Hidrogen 11,5 %
Sulphur 3,2 %
Oxygen 0,2 %
Nitrogen 0,3 %
Ash 0,1 %
Moisture 0,5 %
100, 0 %

3. Unsur - unsur Pokok Bahan Bakar Gas Tipikal, seperti tabel 2.3

Tabel 2.3
Unsur-unsur gas

Moisture Content Nil %


Ash Nil %
Carbon 74,06 %
Hidrogen 24,30 %
Sulphur Trace %
Oxygen 0,45 %
Nitrogen 1,20 %
Helium 0,02 %
Gross Calorific Valve 50 985 KJ /kg
Nett Calorific Value (21 920) (Btu/lb)
45 766 (Btu /lb)
(19 676)

2.6. Analisa air dan uap PLTU

62
Analisa air dan uap terdiri dari :
2.6.1. Siklus Air Uap PLTU
Pembangkit listrik di PLTU adalah dengan memanfaatkan siklus air dan
uap. Bila sejumlah air dipanaskan maka akan terjadi kenaikan temperatur dengan
kenaikan sedikit pada volumenya. Kemudian pada suhu tertentu terjadi penguapan
dimana temperaturnya konstan dan volumenya naik dengan cepat. Pada saat air
telah menguap semuanya maka volume dan temperatur akan terus naik menjadi
uap panas lanjut. Kondisi seperti ini uap mempunyai energi dalam (entalpi) yang
tinggi dan dapat dimanfaatkan untuk energi lain. Dengan mengalirkan uap ini
pada sudu-sudu turbin maka akan timbul energi gerak yaitu berupa gerak putar
pada poros turbin. Energi inilah yang selanjutnya dipakai sebagai penggerak mula
dari generator sehingga dihasilkan tenaga listrik. Uap yang telah dipakai pada
turbin kemudian ditampung pada kondensor untuk dikondensasikan dan
selanjutnya disirkulasi kembali.

2.6.2. Analisa Air


Kendala umum yang dihadapi pada siklus air-uap adalah korosi dan
pengerakan pada laluan siklus dan pipa ketel. Usaha yang dilakukan untuk
mengendalikan timbulnya korosi dan pengerakan adalah dengan pengontrolan
kualitas air seluruh sistem PLTU baik air sebelum masuk boiler maupun setelah
keluar boiler. Dua macam pengontrolan kualitas air yang dikenal sesuai dengan
fungsinya yaitu sistem pengontrolan kontinue dan sistem pengontrolan periodik.
Sistem pengontrolan secara periodik biasanya dilakukan di laboratorium dan
dalam topik ini tidak dibahas secara mendalam. Sistem pengonrolan kontinue
biasanya dilaksanakan dilapangan dan dapat dimonitor di ruang kontrol PLTU.
Alat untuk memonitor kualitas air disebut "Water Analyzer". "Water Analyzer"
yang diperlukan suatu pembangkit (PLTU) untuk memonitor kualitas air/uap
beserta lokasi pengambilan sampelnya adalah :

1. pH Analyzer
4. Deaerator inlet dan outlet

63
5. Economizer
6. Extraction pump discharge
7. Water treatment plant
2. Konductivity Analyzer
8. Condensor hot well legs
9. Extraction pump discharge
10. Down stream polishing plant
11. Feed pump discharge
12. Boiler blow down
3. Dissolved Oxygen Analyzer
13. Extraction pump discharge
14. Deaerator inlet & outlet
15. Feed pump discharge
16. Economizer inlet
4 Silica Analyzer
17. Water treatment plant
18. Drum steam
2.6.3. Akibat Dari Kualitas Air-Uap Yang Tidak Memenuhi Syarat
Korosi, pengerakan dan carry-over pada siklus PLTU disebabkan oleh
kualitas air-uap yang tidak memenuhi syarat. Korosi adalah proses kerusakan
logam yang disebabkan oleh proses reaksi kimia atau proses reaksi elektro kimia
dengan lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses reaksi tersebut.

Lingkungan yang menyebabkan terjadi korosi antara lain :

1. pH air terlalu rendah atau terlalu tinggi


2. Kandungan oksigen terlarut dalam air terlalu tinggi
Pengerakan adalah proses menempelnya garam-garam yang terlarut dalam
air pada permukaan pipa/logam. Hal ini disebabkan temperatur air naik. Penyebab
terbentuknya kerak antara lain disebabkan oleh kandungan silika dan konductivity
air terlalu tinggi. Carry-Over : ikutnya garam-garam yang terlarut pada air boiler

64
menuju ke aliran steam. Hal ini menyebabkan tercemarnya steam dan garam-
garam tersebut dapat menempel pada pipa-pipa superheater serta sudu-sudu trbin.

Supaya korosi, pengerakan dan carry-over dapat dikendalikan maka kualitas


air harus mengikuti batas-batas yang diijinkan. Harga batas zat-zat yang diijinkan
dalam air pengisi dan air boiler dapat dilihat pada tabel 2.4.

Tabel 2.4. Water quality control normal operasi dan batasnya


Item Sample pH Condutivi Cation N2H4 SiO2 Cl Fe Cu Do
ty Conducti-
(Pd (ppm) (ppm) (ppm) (ppm) (ppm) (ppm)
25C) (s/cm) vity

( s/cm)

Cond Upper Limit 9,5 7 0,3


ensa- Maximum 9,3 5 0,2 0,0008 0,005 0,1 42
tor
Available 9,0 . 0,1 0,008 0,003 20
Minuman g,0 3 0,1 0,004 0,002 10
Lower Limit 8,5 - - 5

Upper Limit 9,5 7 0,020 70 5 7


Feed Maximum 9,3 5 0,2 0,040 0,010 0,1 50 5 5
Water Available 9,0 4 0,1 0,020 0,005 10 - 5
Minuman g,0 3 0,1 0,005 0,002 5 - 5
Lower Limit 8,5 -
Upper Limit 9,5 50 0,3 0,1
Boiler Maximum 9,3 18 0,04 0,2 0,1
Water Available 9,0 14 0,02 0,15
Minuman g,0 10 0,005 0,1
Lower Limit 8,5 -
Stea Upper Limit 9,5 7 0,02
m Maximum 9,3 5 0,005
Available 9,0 4 0,002
Minuman g,0 3 0,002

65
Lower Limit 8,5 -

1. Prosedur start dingin


Didalam menjalankan PLTU, kegiatan pengoperasian dapat dibedakan
menjadi tiga, yaitu
a) Start dan pembebanan
b) Kegiatan saat berbeban
c) Penurunan beban dan stop (shut down)
2..Persiapan Start Dingin
Sebelum memulai start, maka terlebih dahulu harus dilakukan persiapan
(pre start check) atau pemeriksaan sebelum start yang mencakup seluruh sistem
dan atau alat bantu unit. Ukuran dan kapasitas unit PLTU dari waktu ke waktu
semakin besar dengan demikian jumlah alat bantunya juga semakin banyak dan
makin rumit. Tetapi langkah yang penting didalam start, tetap sama berapapun
ukuran unit. Gambar 8.1 menunjukan contoh pre start check. Butir pemeriksaan
sebelum start dan waktu yang diperlukan untuk start dapat bervariasi tergantung
pada temperatur saat turbin mulai start.
Dengan adanya daftar (check list) pemeriksaan sebelum start memudahkan
petugas operasi, sehingga memastikan bahwa langkah yang dilakukan dalam
urutan yang benar. Keberhasilan suatu start dan pembebanan unit sangat
tergantung pada persiapannya. Jangka waktu start dari kondisi dingin mungkin
dilakukan lebih dari satu shift regu operator, sehingga dengan adanya lembar
pengecekan sebelum start dapat diketahui mana yang sudah selesai dikerjakan dan
mana yang belum.
Start dingin artinya start dalam keadaan semua peralatan dingin, yaitu
temperaturnya sama atau mendekati temperatur atmosfire dan semua atau hampir
semua alat bantu dalam keadaan stop. Unit PLTU yang dalam keadaan dingin
adalah unit yang telah stop lama. Biasanya karena overhaul atau ada pekerjaan
pemeliharaan yang memerlukan waktu lama. Oleh karena telah stop relatip lama

66
apalagi jika habis dilakukan overhaul, maka persiapan dan pemeriksaan sebelum
start harus dilakukan per sistem dengan teliti.
Pada saat overhaul banyak peralatan yang diisolasi dengan mengunci katup
atau damper dalam keadaan tertutup. Maka pada saat persiapan semua kunci harus
dibuka dan ijin untuk bekerja direlease (ditutup). Demi untuk keandalan dan
kelangsungan pengoperasian, maka peralatan-peralatan kembar yang hanya
dapat dioperasikan separuhnya, sebaiknya unit tidak dinyatakan siap operasi ,
karena bila terjadi gangguan pada alat yang operasi, tidak ada lagi cadangannya.
2.7. Prosedur Operasi
Kegiatan start unit PLTU memerlukan kordinasi dan kekompakan kerja
suatu tim. Hal ini karena banyaknya peralatan yang harus ditangani (dioperasikan)
dan adanya keterkaitan atau ketergantungan operasi antara satu sistem peralatan
dengan peralatan lainya. Untuk menghindari kesalahan operasi, memastikan
urutan yang benar dan menentukan jumlah personil serta lamanya (waktu) start,
maka prosedur start dibuat dalam bentuk jalur start, gambar 8.2 memperlihatkan
contoh jalur kritis start . Sesuai dengan pengelompokan bagian PLTU, kegiatan
start juga dapat dibagi menjadi start ketel, start turbin dan sinkronisasi alternator.
Lembaran pemeriksaan Sebelum start (pre start check)
Unit : I
Sistem / alat : Pompa air pendingin utama (CWP)
Tanggal : ……………………. Diperiksa Oleh

…………………..
No. Uraian Keadaan Keterangan
1 Stop gate pada sisi isap pompa
2 Level minyak didalam gear box Terangkan
normal
3 Katup pengatur set didalam
jalur pasok minyak bantalan Terbuka
4 Katup discharge CW 1A, 1B
5 Drain pipa keluar CW 1A, 1B Tertutup
6 Level minyak didalam tangki Tertutup
normal

67
7 saringan (strainer) air pendingin
bersih
8 Katup pengatur pada pasok air
untuk mekanikal seal Terbuka
9 Pompa hidrolik untuk katup
discharge dipilih pada posisi
ON di switch gear
10 Semua lampu instrumen
menyala pada panel lokal
Gambar 2.6 Contoh Lembar Pre Start Ceck
2.7.1. Start Ketel

Ketel sebagai alat penghasil uap harus dioperasikan lebih dahulu dibanding
turbin. Tetapi beberapa peralatan bantu turbin sudah harus dioperasikan bersama
dengan start ketel, seperti sistem pendingin, pelumas dan sebagainya.
Pengoperasian ketel dari keadaan dingin memerlukan pengendalian yang kritis
karena temperaturnya masih rendah, belum ada penguapan dan sirkulasi air - uap.
1. Purging
Sebelum dilakukan penyalaan api yang pertama, ketel harus dipurging
(dibilas) dengan cara mengalirkan udara ke ruang bakar dengan aliran 30 % beban
penuh, dan semua laluan udara dan gas diketel harus dibuka. Tujuan dari purging
adalah untuk mencegah terjadinya ledakan atau pembakaran spontan. Ledakan
atau pembakaran spontan dapat terjadi akibat adanya bahan bakar yang masuk ke
ketel tetapi tidak terbakar. Hal ini terjadi karena pembakaran tidak sempurna atau
gagalnya penyalaan, misalnya pada beban rendah atau pada saat shut down.
Bahan-bakar yang tidak terbakar tetapi mendapat pemanasan, akan menguap
menjadi gas yang mudah terbakar. Oleh karena itu setiap kali start ketel, sebelum
menyalakan ignitor yang pertama, ketel (ruang bakar) harus di purging untuk
membuang gas yang dapat terbakar. Lama purging biasanya sekitar 5 menit.
Purging juga harus dilakukan pada saat ketel shut down dan ketel trip.
Persaratan purging yang utama adalah :
Aliran udara lebih besar 30 %
a. Katup bahan bakar tertutup

68
b. Level drum  minimum.
Setelah purging selesai harus segera dilakukan penyalaan dengan ignitor.
Apabila tidak segera dilakukan penyalaan ketel akan memberi alarm dan minta
dipurging lagi. Demikian pula apabila penyalaan gagal, ketel minta untuk di
purging lagi.
2. Star Dingin
Prosedur Start Ketel dari keadaan dingin dapat dibagi menjadi 3 tahap
yaitu :

a. Pemanasan Sebelum Terjadi Penguapan dan Sirkulasi


Tujuan dari start ketel adalah menghasilkan uap dengan tekanan dan
temperatur yang cukup untuk membuat turbin dalam waktu sesingkat
mungkin. Namun untuk mencapai tujuan ini, memperhatikan kemampuan
material ketel menerima perubahan. Perubahan temperatur yang terlalu cepat
menyebabkan stress (termal stress) dan pemanasan berlebih (overheating)
yang merusak. Oleh karena itu kenaikan temperatur dan tekanan harus
dilakukan secara bertahap. Parameter yang membatasi laju kenaikan
temperatur adalah temperatur metal pipa-pipa ketel, dan temperatur metal
superheater / reheater.
Pada tahap ini panas keluar (output heat) masih sangat kecil, hanya
melalui drain, sirkulasi air di ketel belum ada, dan penguapan juga belum
ada sehingga pipa-pipa superheater / reheater masih kosong. Untuk
memberikan panas (input heat ) yang kecil, jumlah burner ignitor yang
dioperasikan dan aliran bahan bakarnya harus di batasi. Posisi dan bentuk
nyala api juga harus di perhatikan, dianjurkan untuk mengoperasikan burner
elevasi paling bawah, karena cenderung untuk menaikkan tekanan dan
posisinya jauh dari metal superheater/reheater. Pada ketel jenis sirkulasi yang
dibantu atau sirkulasi paksa yang menggunakan pompa untuk sirkulasi,
masalah temperatur pipa ketel saat start tidak perlu dipersoalkan.
b. Pemanasan Setelah Terjadi Sirkulasi
Setelah mengalami pemanasan pada tahap pertama, temperatur air
naik, tekanan juga naik diatas tekanan atmosfir, sehingga terjadi sirkulasi air

69
dan penguapan. Pada tahap kedua ini kenaikan temperatur pipa masih
dibatasi, tetapi timbul masalah perbedaan temperatur drum, karena
pemanasan yang tidak merata dan ketebalan dinding drum itu sendiri. Hal ini
dapat menimbulkan sterss termal yang pada akhirnya bisa menyebabkan
keretakan pada drum. Parameter yang membatasi kenaikan temperatur adalah
perbedaan temperatur antara,
1). Dinding atas dan dinding bawah drum (top and bottom)
2). Bagian dalam dan bagian luar drum (inner and outer)

Pada tahap ini pipa-pipa superheater sudah dialiri uap walaupun kecil.
Selain itu panas (energi) yang keluar dari ketel juga sudah meningkat, yaitu
memlalui drain - drain. Oleh karena itu panas masuk juga dapat dinaikkan
sedikit dengan menambah aliran bahan bakar dan jumlah burner.
c. Pemanasan Setelah Terjadi Aliran Uap Keluar Ketel.
Tahap ini adalah ketika turbin mulai start. Syarat untuk mengalirkan
uap adalah temperatur uap harus cocok dengan temperatur metal turbin dan
tekanan uap cukup tinggi untuk memutar turbin. Apabila kondisi turbin
dingin maka temperatur uap harus superheat dihubungkan dengan
tekanannya. Pada tahap ini sebagian uap dari ketel sudah digunakan untuk
ejektor, perapat poros (gland) turbin dan sebagainya. Panas keluar ketel
sedikit meningkat sehingga panas masuk juga harus ditambah, dengan
menambah aliran bahan bakar. Tetapi aliran uap masih rendah, oleh karena
itu temperatur metal superheater/reheater tetap harus dipantau jangan sampai
terjadi pemanasan berlebih.
2.7.2. Faktor yang Membatasi Start Turbin
Turbin terdiri dari bagian yang diam disebut casing dan bagian yang
berputar disebut rotor. Jarak atau celah antara rotor dengan casing sangat kecil
sehingga dapat terjadi gesekan apabila pengoperasiannya tidak mengikuti
prosedur yang benar Pada waktu turbin beroperasiuap mengalir kedalam turbin
dan bersentuhan dengan casing dan rotor. Kondisi uap yang bertekanan dan
temperatur tinggi menyebabkan metal turbin akan memuai dan menyusut

70
mengikuti perubahan temperatur uap masuk. Untuk mencegah kerusakan turbin,
terutama pada saat start turbin harus memperhatikan beberapa parameter.
1. Perbedaan Pemuaian
Turbin akan memuai dan menyusut tergantung dari temperatur uap
masuk. Pada saat start apalagi start dingin temperatur uap pasti lebih tinggi
dari temperatur metal turbin. Karena rotor mempunyai massa yang relatif
lebih kecil dibanding masa casing, rotor akan memuai lebih cepat dibanding
casing. Perbedaan pemuianan antara rotor dan casing harus dibatasi, sebab
apabila tidak, dapat terjadi gesekan (rub) baik pada arah radial maupun
dalam arah aksial sehingga dapat merusak turbin. Setiap turbin dilengkapi
dengan parameter perbedaan pemuaian (diferential expansion) yang
dipasang pada panel turbin. Instrumen ini mengukur perbedaan pemuaian
relatif antara rotor dengan casing.
Pada saat start turbin perbedaan harus diperhatikan jangan sampai
melebihi batasan yang telah ditentukan. Pemuaian casing biasanya diarahkan
ke pedestal (depan) turbin dan diberi ruang memuai melalui sliding feet. Oleh
karena itu sliding feet harus diberi pelumasan yang baik, sebab bila tidak,
hal ini dapat menghambat pemuaian casing yang memang lebih lambat dari
rotor.

2. Stres Termal (thermal stress)


Stres termal merupakan fungsi dari perbedaan temperatur (t) pada
suatu logam. Makin tinggi perbedaan temperatur, makin besar stres yang
harus ditanggung oleh logam tersebut. Dalam kondisi yang ekstrim, stres
yang berlebihan dapat mengakibatkan keretakan pada logam. Perbedaan
temperatur dapat disebabkan oleh laju kenaikkan temperatur yang terlalu
cepat atau proses pemanasan yang tidak merata. Karena itu pada saat start
turbin dari keadaan dingin, ada tahapan dimana turbin ditahan pada putaran
tertentu dalam jangka waktu tertentu. Ini dimaksudkan untuk memberi
kesempatan pemerataan pemanasan (heat soak) untuk mencegah perbedaan

71
temperatur yang berlebihan. Turbin-turbin modern biasanya dilengkapi
dengan peralatan instrumen untuk mendeteksi tingkat stres (stress lavel) yang
terjadi. Bila tingkat stres melebihi batas yang telah ditentukan, alarm akan
berbunyi sebagai peringatan.
Dalam keadaan start turbin yang dilakukan secara otomatis
(Automatic Turbin Start up), tingkat stres yang berlebihan akan memberikan
signal komando (otomatis) sehingga kenaikkan putaran turbin tidak berlanjut
untuk sementara (hold). Hal ini berlangsung sampai tingkat stres turun dan
berada dalam batas yang diizinkan.
3. Eksentrisitas (eccentrcity)
Eksentrisitas menyatakan ketidak lurusan (lendutan) yang terjadi pada
poros dan dinyatakan dalam satuan panjang (mm). Eksentrisitas yang
berlebihan dapat menimbulkan getaran (vibrasi). Pada kondisi yang ekstrim
bahkan dapat mengakibatkan terjadinya gesekan (rub) antara rotor dengan
stator (casing). Karena itu eksentrisitas harus selalu dijaga dan diusahakan
agar tetap berada pada batas yang diizinkan. Untuk itu turbin juga dilengkapi
dengan peralatan instrument yang mendeteksi dan mengindikasikan besarnya
eksentrisitas agar selalu dapat dipantau setiap saat.
4. Getaran (vibrasi)
Getaran (vibrasi) adalah gerakan bolak-balik relatif terhadap posisi
semua (kondisi stationer / rest). Getaran hampir selalu terjadi pada semua
komponen mesin. Getaran dapat dinyatakan dalam berbagai besaran.Adapun
besaran-besaran yang dipergunakan untuk menyatakan getaran adalah :
displacement, kecepatan (velocity) dan percepatan (acceleration). Getaran
pada turbin harus selalu dijaga agar tidak melampaui batas yang telah
ditetapkan. Selama start turbin, getaran yang timbul harus selalu dimonitor
untuk mencegah terjadinya kerusakan yang fatal.
Selain faktor-faktor operasional tersebut diatas, masih banyak faktor-
faktor lain yang juga perlu mendapat perhatian serius selama start turbin.
Salah satu contoh adalah kemungkinan terjadinya kerusakan pada turbin yang
disebabkan oleh air (water damage). Pada periode start, kemungkinan

72
terjadinya kondensasi uap didalam turbin masih tinggi. Adanya air didalam
turbin dapat mengakibatkan kerusakan (erosi) terhadap sudu-sudu. Untuk
mencegah hal ini, pada bagian bawah casing turbin dipasang beberapa saluran
pembuang air (drain). Jadi selama periode start, seluruh saluran drain casing
harus dalam keadaan terbuka. Untuk memastikannya, maka sebelum start
turbin dan pada saat start, katup drain (biasanya tipe steam trap) tersebut
harus di cek dalam kondisi terbuka, katup ini baru boleh ditutup setelah
turbin berbeban.
2.7.3. Start Turbin
Persyaratan untuk melakukan start turbin antara lain adalah :
1. Persiapan sudah selesai
2. Sistem perapat poros sudah beroperasi
3. Vakum kondensor telah cukup diatas batas minimum
4. Jenis start turbin ditentukan oleh temperatur metal turbin tingkat
pertama sebelum uap masuk turbin .
Tahapan start turbin sesuai dengan jenis start dan mengikuti kurva yang
dibuat oleh pabrik pembuat turbin Kenaikan putaran turbin dilakukan secara
bertahap dan dengan memperhatikan parameter tersebut diatas. Laju kenaikan
(akselerasi) putaran tergantung pada jenis start. Pada proses ini turbin ditahan
pada putaran tertentu untuk pemerataan panas (heat sook) dan pemuaian.
Pada start dingin, pada putaran tertentu turbin ditrip untuk mengecek kerja
sistem penutup cepat (trip) dan mengecek adanya gesekan (rub check). Selain
parameter tersebut diatas harus diperhatikan pula putaran kritis turbin. Turbin
tidak boleh ditahan pada putaran kritisnya, putaran kritis harus dilewati dengan
cepat, yaitu dengan menaikan laju kecepatan (percepatan ). Putaran kritis akan
menimbulkan getaran yang besar sehingga dapat menyebabkan kerusakan turbin.
Bagi turbin yang startnya menggunakan stop valve, ketika putaran turbin
mendekati putaran nominalnya, maka dilakukan transfer valve, dari stop valve ke
governor valve. Ketika putaran mencapai nominal, kadang kala dilakukan
pengujian peralatan proteksi turbin (turbin protective device). Setelah turbin

73
sinkron dengan jaringan, putaran turbin dipertahankan konstan dengan mengatur
aliran uap masuk turbin.
2.7.4. Sinkronisasi Alternator
Sinkronisasi alternator artinya menyerempakan putaran alternator dengan
putaran jaringan. Hal ini dapat dilakukan apabila turbin telah mencapai putaran
nominalnya. Persiapan untuk sinkronisasi antara lain adalah memasukkan PMT
eksitasi (field breaker) dan membuat tegangan alternator hingga harga
nominalnya. Kemudian pindahkan pengatur tegangan ke posisi otomatis.
Setelah itu lakukan sinkronisasi dengan cara menyamakan
1. Tegangan
2. Frekuensi
3. Sudut fasa
Antara alternator dengan sistem jaringan. Langkah pertama yaitu
menyamakan frekuensi, kemudian tegangan dan terakhir sudut fasa atau
perbedaan fasa. Menyamakan frekuensi dengan cara mengatur aliran uap masuk
turbin dengan governor valve.Menyamakan tegangan dengan cara mengatur arus
eksitasi ke generator. Menyamakan sudut fasa dengan cara mempercepat atau
memperlambat putaran dengan pembukaan governor valve. Apabila ketiga
persyaratan tercapai sinkronisasi dapat dilakukan . Begitu terjadi sinkron, beban
alternator harus segera dinaikkan hingga minimum load. Apabila setelah sinkron
beban tidak naik, maka relay reverse power akan kerja untuk men trip turbin.
Relay ini berfungsi mengamankan turbin dari overheating, karena alternator
menjadi motor
2.8. Pembebanan
Setelah turbin menyelesaikan start dan alternator sinkron dengan sistem
jaringan, maka tahap selanjutnya adalah tahap pembebanan. Parameter yang
harus dipantan pada tahap ini masih tetap temperatur, yaitu temperatur uap dan
tekanan uap keluar ketel. Kebutuhan energi (panas) untuk ketel harus sesuai
dengan energi yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan pembebanan.
Apabila beban berubah maka energi masuk ketel juga harus berubah agar
selalu terjadi keseimbangan. Perubahan energi masuk ketel adalah dengan
merubah akliran bahan bakar dan udara. Apabila dengan merubah kedua besaran

74
tersebut keseimbangan antara energi masuk dan energi keluar ketel tidak tercapai,
maka banyaknya burner yang dioperasikan harus ditambah atau dikurangi .
Selain harus dipertahankan keseimbangan antara energi masuk dan energi keluar
ketel aliran air dan uap juga harus dijaga seimbang. Hal ini dilakukan dengan
mengatur aliran air pengisi masuk ketel , Ketidak seimbangan yang tidak segera
diatasi dapat menyebabkan ketidak stabilan pengoperasian ketel dan bila
dibiarkan ketel akan trip. Ketel trip artinya katup bahan bakar menutup sehingga
aliran bahan bakar ke ruang bakar terhenti dan pembakaran padam.
2.8.1.Pembebanan Turbin
Pembebanan turbin dilakukan secara bertahap dengan memperhatikan tersedianya
energi keluar ketel dan pemerataan panas pada turbin. Untuk start dingin biasanya pada
beban minimum ditahan beberapa lama. Kecepatan penambahan bebanpun harus
dikontrol jangan sampai mengakibatkan gangguan pada ketel maupun turbin. Pada beban
tertentu, biasanya 20%, dilakukan pengoperasian pemanas air pengisi (feed heater)
dengan membuka katup-katup uap ekstraksi (bled steam) . Pada tahap pembebanan
parameter yang harus diperhatikan pada turbin adalah, tekanan dan temperatur uap masuk
turbin, tekanan pelumas bantalan, vibrasi dan vakum kondensor
1. Prosedur start hangat
Pada umumnya jenis start dibedakan menjadi 3, yaitu
- Start dingin (cold start)
- Start hangat (warm start )
- Start panas (hot start)

Faktor yang menentukan jenis start adalah temperatur metal tingkat pertama
turbin (First Stage Metal Temperatur). Jadi yang menentukan jenis start adalah
temperatur di turbin, dan bukan diketel, mengapa ?
Hal ini karena pertama, uap yang masuk ke turbin tidak boleh sembarang
harus dengan tekanan dan temperatur tertentu tergantung dari temperatur metal
tadi . Tujuannya adalah agar uap yang sampai ke turbin tidak jenuh atau
terkondensasi didalam turbin sebab apabila hal ini terjadi dapat mengakibatkan
erosi, poros bergeser atau menjadi turbin air.
Yang kedua perbedaan temperatur antara uap dan metal turbin tidak boleh
terlalu besar, sebab dapat mengakibatkan termal stress dan memuai atau mengusut

75
terlalu cepat menyebabkan kelelahan material turbin. Sementara pada ketel
pengaturan kenaikan temperatur dan tekanan pada saat start lebih mudah
dilakukan, yaitu dengan mengatur aliran bahan bakar dan udara .
Turbin dirancang untuk memikul beban pada kecepatan tertentu dengan
tekanan dan temperatur uap tertentu. Mesin (turbin) akan bekerja normal apabila
diperoleh kondisi yang stabil, yaitu gradien panas yang benar mulai dari sisi
masuk hingga sisi keluar. Semua clereance dalam batas normal ekspansi dan
kelurusan poros harus dibawah batas yang ditentukan. Start dalam keadaan hangat
memerlukan perlakuan yang berbeda dari start dalam keadaan dingin atau panas.
Karena temperatur turbin sudah cukup panas (antara >120 < 350 oC), maka uap
masuk turbin harus mempunyai temperatur dan tekanan yang sesuai dengan
temperatur turbin.
Apabila turbin turbin dalam dalam keadaan hangat, ketel pun biasanya juga
masih cukup panas. Oleh karena itu untuk mencapai temperatur dan tekanan uap
yang sesuai dengan temperatur turbin, jangka waktunya lebih pendek dibanding
dengan start dingin. Pada start hangat, pemanasan di ketel dapat langsung
menggunakan burnerminyak apabila temperatur uap masih cukup tinggi.
Persyaratan start turbin adalah apabila temperatur dan tekanan uapnya telah
sesuai dengan temperatur netral turbin .
Yang dimaksud sesuai adalah :
1. Temperatur uapnya lebih tinggi dari temperatur metal turbin
2. Temperatur uapnya superheat > 55 0C dihubungkan dengan
tekanannya.
3. Tekanan cukup tinggi untuk menurut turbin diteruskan dengan sinkron
dan pembebanan.
2. Prosedur Operasi dan Pembebanan
Karena kondisi turbin masih cukup panas, sehingga tahapan start turbin
menjadi lebih singkat. Pengecekan gesekan (rub check) dengan mentrip turbin
turbin tidak perlu lagi. Tetapi heat soak masih diperlukan dan harus dipantau.
Temperatur uap jatuh dimetal turbin sebaiknya lebih tinggi dari temperatur
metalnya, walaupun lebih rendah masih diperbolehkan. Apabila jatuh temperatur

76
uap dimetal turbin lebih rendah, terjadi penyusutan, padahal turbin nantinya akan
bebani, sehingga temperatur dan tekanan uap di ketel harus dinaikkan. Sehingga
turbin akan menyusut, sebentar kemudian akan memuai ketika temperatur uap
sudah lebih tinggi dari pemperatur metalnya. Oleh karena itu dianjurkan
temperatur uap lebih tinggi dari temperatur metal, karena nantinya temperatur dan
tekanan uap harus dinaikkan agar cukup untuk pembebanan.
Laju kenaikkan (percepatan) dapat lebih cepat dan turbin cukup ditahan
sekali pada putaran tertentu selama waktu tertentu (tergantung kurva start turbin
dari pabrik) untuk pemerataan panas dan stress termal. Jangka waktu heat soak
juga lebih pendek dibanding pada start dingin.
Pada saat turbin dalam proses start, ketel menyesuaikan dengan terus
menaikan temperatur dan tekanan uapnya, sehingga ketika pembebanan nanti
temperatur dan tekanan uapnya sudah cukup tinggi. Parameter yang membatasi
laju kenaikkan temperatur uap di ketel tetap harus diperhatikan, sebagaimana
pada start dingin. Begitu putaran turbin mencapai 3000 Rpm (normal) dapat
langsung dilakukan sinkronisasi, tidak perlu melakukan pengujian peralatan
pengaman (proteksi) turbin. Pembebanan dapat dilakukan dengan laju yang lebih
tinggi dari pada start dingin, dan penahanan pada beban minimum cukup sebentar
saja. Selanjutnyabeban dapat dinaikkan hingga maksimum, tergantung dari pasok
uap dari ketel.
Pada beban sekitar 10 % dari beban penuh dapat dilakukan pemindahan
pasok listrik untuk pemakaian sendiri, yang sebelumnya dari luar (sistem)
dipindah dari generator sendiri.
2.8.2,Prosedur start panas
Start pada kondisi panas sangat berbeda dengan start pada kondisi dingin.
Pada kondisi panas, baik di ketel maupun di turbin tidak diperlukan lagi periode
pemanasan karena temperaturnya sudah diatas batas temperatur transisi. Oleh
karena itu waktu yang diperlukan untuk start panas jauh lebih singkat dibanding
dengan start dingin.
1.Persyaratan

77
Unit disebut start panas apabila temperatur metal tingkat pertama turbin
350 oC. Dalam keadan ini temperatur ketel pun tidak jauh berbeda,
sehingga.begitu pembakaran dimulai begitu pembakaran dimulai dapat segera
memproduksi uap dengan temperatur dan tekanan yang sesuai untuk memutar
turbin.
2. Prosedur Operasi dan Pembebanan
Begitu purging (pembilasan) selesai, penyalaan dapat langsung
menggunakan burner minyak karena temperatur di ketel masih tinggi. Karena
perbedaan temperatur antara uap dan metal turbin hanya sedikit , maka waktu
yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur dan tekanan uap relatif singkat.
Parameter yang membatasi terhadap kenaikan temperatur uap di ketel masih tetap
sama, yaitu perbedaan temperatur di drum, dan temperatur metal superheater /
reheater. Waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan temperatur dan tekanan uap
masuk turbin hanya sekitar 1 jam, lihat kurva start panas, pada gambar 10.1
Dalam kondisi temperatur metal turbin masih tinggi, kemungkinan
kondensor masih vakum karena baru stop sebentar. Namun apabila vakum
kondensor sudah di break, maka pembuatan vakum (start ejektor/vakum pump)
dapat dilakukan bersamaan dengan start burner di ketel. Karena temperatur metal
turbin masih tinggi, maka start (rolling) turbin dapat dilakukan dengan cepat,
tidak perlu pemerataan panas (heat soak) dan laju kecepatan (percepatan) nya
dapat lebih tinggi. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai putaran 3000 Rpm
dari putaran turning gear, sekitar 10 menit, lihat kurva start panas. Pembebanan
juga dapat dinaikkan langsung dari 0 MW ke beban penuh 100 % tanpa perlu
adanya penahanan pada beban tertentu. Laju kenaikan beban lebih tinggi
dibanding pada start hangat.

2.8.3. Sistem Kontrol dan Pengaman Ketel


Kualitas uap hasil produksi ketel harus dijaga konstan sesuai dengan
kebutuhan turbin. Untuk mendapatkan kualitas uap sesuai yang diinginkan serta
menjamin keselamatan manusia dan peralatan ketel, maka dibuat sistem kontrol
otomatis dan sistem pengamanan ketel terhadap kemungkinan gangguan yang

78
serius. Sistem kontrol yang baik juga mendukung tercapainya efesiensi ketel
sesuai rancangan.
Parameter yang harus dikontrol agar diperoleh harga yang sesuai rancangan
sehingga efisiensinya oftimal adalah :
1. Tekanan uap masuk turbin
2. Suhu uap keluar superheater (main steam)
3. Suhu uap keluar reheater
4. Tekanan ruang bakar
5. Permukaan (level) air drum
6. Suhu rata-rata sisi dingin pemanas udara.
Kegagalan sistem kontrol otomatis dapat menyebabkan penyimpangan
harga suatu parameter melebihi batasannya. Untuk mengamankan peralatan ketel
dari kemungkinan terjadinya kerusakan, maka dipasang sistem pengaman. Sistem
pengaman akan men trip ketel (menutup aliran bahan bakar) bila parameter
dibawah ini melebihi harga settingnya.
1. Suhu uap superheater atau atau reheater tinggi
2. Permukaan air drum rendah atau tinggi
3. Tekanan ruang bakar tinggi atau rendah
4. FD fan trip
5. Motor penggerak pemanas udara trip
6. Nyala api (pembakaran) hilang
7. Aliran udara pembakaran rendah
8. Turbin atau generator trip
1. Kontrol Ketel
Kontrol ketel dapat dikelompokkan atas .
a. Tekanan uap masuk turbin .
Tekanan uap masuk turbin di set di ketel (boiler master) sebagai acuan
untuk menentukan jumlah bahan bakar dan aliran udara pembakaran.
Besarnya tekanan uap disesuaikan dengan beban. Pada beban parsial,
tekanan lebih rendah dari pada beban nominal
b. Suhu uap keluar superheater (main steam)

79
Kontrol suhu uap dapat dilakukan dengan beberapa cara antara
lain adalah :
1) Tilting burner
2) Menambah excess air (kelebihan udara)
3) Resirkulasi gas
4) Desuperheater atau attemperator
c. Suhu uap keluar reheater.
Kontrol suhu uap keluar reheater sama dengan pengaturan suhu
uap keluar superheater. Hanya disini pengaruh resirkulasi gas lebih besar
bila dibanding terhadap suhu uap keluar superheater.
d. Tekanan ruang bakar
Pada ketel balanced draft tekanan ruang bakar dijaga selalu konstan
sedikit lebih rendah dari atmosfir dengan mengatur damper gas masuk ID
fan. Tetapi pada ketel pressurised tekanan ruang bakar bervariasi sesuai
dengan beban. Pada beban tinggi tekanan bertambah tinggi dan pada
beban rendah tekanan lebih rendah.
e. Permukaan air drum
Selama ketel beroperasi permukaan air didalam drum dipertahankan
konstan pada normal water level. Pengaturan ini dilakukan dengan
mengatur aliran air pengisi yang mendapat input sinyal dari aliran uap.
level air didrum, dan aliran air pengisi. Pengaturan aliran dapat dengan
control valve tetapi ada juga yang menggunakan kecepatan pompa yang
bervariasi .
f. Suhu rata-rata sisi dingin pemanas udara
Pada ketel dengan pembakaran minyak suhu rata-rata pemanas udara
pada sisi dingin harus dijaga diatas batas titik embun (dew point) sulfur.
Titik embun sulfur tergantung pada besarnya kelebihan udara, tetapi
berkisar 110oC . Oleh karena itu suhu rata-rata pemanas udara sisi dingin
dijaga diatas 115 oC. Apabila hal ini tidak tercapai dapat diatur dengan
membuka pemanas awal udara pembakaran yang biasanya menggunakan
uap. Pada ketel batubara suhu pemanas ini tidak begitu penting

80
diperhatikan, karena kadar sulfur pada batubara jauh lebih rendah
dibanding pada minyak.
2. Pengaman Ketel

Apabila suhu uap superheater atau reheater lebih tinggi dari harga
nominalnya, maka sistem kontrol akan memberikan alarm. Penurunan
suhu harus segera dilakukan, sebab apabila tidak. Dan suhunya naik terus,
maka ketel akan trip, peng tripan ini adalah untuk mencegah kerusakan
pipa superheater atau reheater akibat panas yang berlebihan. Panas yang
berlebihan akan menyebabkan pipa tersebut mengalami creep dan defleksi
sehingga strukturnya berubah. Apa bila panas lebih yang diterima tidak
terlalu lama maka usia pipa menjadi lebih pendek dan apabila lebih lama,
maka pipa dapat menjadi berubah strukturnya dan rusak.
Permukaan air drum yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya carry
over, yaitu terbawanya titik-titik air dalam uap (uap basah). Uap basah
apabila masuk kedalam pipa superheater dapat menyebabkan water
hammer, dan apabila masuk ke turbin dapat menyebabkan erosi, atau
bahkan gaya aksial yang besar sehingga poros bergeser. Pada beberapa
ketel permukaan air drum tinggi tidak mengakibatkan ketel trip, tetapi
hanya memberi alarm. Permukaan air drum yang rendah dapat
menyebabkan terjadinya carry under, yaitu terbawanya gelembung -
gelembung gelombang uap kedalam pipa-pipa air ketel. Adanya
gelembung-gelembung uap dalam air ketel menyebabkan pendinginan
terhadap pipa-pipa berkurang sehingga menimbulkan panas berlebihan.
a. Tekanan ruang bakar tinggi atau rendah
Tekanan ruang bakar yang terlalu tinggi dapat menyebabkan dinding
batu tahan api diketel menjadi runtuh dan nyala api dan panas hasil
pembakaran menyebar kesegala arah sehingga bagian ruang bakar yang
paling lemah akan menderita arah. Tekanan ruang bakar yang terlalu rendah
menyebabkan kebocoran udara masuk ruang bakar (pada ketel balance draft)

81
Pada ketel apapun jenisnya tekanan ruang bakar yang rendah menyebabkan
turbulensi menjadi kurang sempurna.
b. FD fan Trip
Sebagai pemasok udara pembakaran FD fan harus bekerja terus
menerus selama ketel beroperasi. Bila Fdfan trip akan menyebabkan
kebutuhan udara pembakaran menjadi tidak tersedia, sehingga apabila bila
dibiarkan masuk ruang bakar tidak akan terbakar karena tidak ada udara.
c. Motor Penggerak Pemanas Udara Trip
Perpindahan panas dari gas buang ke udara pembakaran dilakukan
melalui elemen pemanas udara tetapi apabila pemanas udara yang berputar
penggeraknya trip, maka perpindahan panas dari gas buang ke udara
pembakaran tidak terjadi, karena media perantaranya berhenti.

d. Nyala Api (pembakaran) Hilang.

Kelangsungan pembakaran tergantung pada aliran udara dan bahan


bakar serta panas. Apabila proses pembakaran gagal, nyala api hilang, maka
aliran bahan bakar ke ruang bakar harus segera dihentikan. Adanya bahan
bakar yang mengalir ke ruang bakar dan tidak terbakar dapat menimbulkan
resiko terjadinya ledakan (explosif).
e. Aliran Udara Pembakaran Rendah
Untuk menghasilkan pembakaran yang sempurna jumlah udara harus
dibuat berlebih. Jumlah udara yang secara teoritis pas apalagi kurang akan
mengakibatkan pembakaran tidak sempurna.
f. Turbin atau Generator Trip
Besarnya produksi uap dari ketel tergantung pada besarnya beban
yang dipikul turbin atau generator . Apabila secara tiba-tiba beban hilang
akibat generator atau turbin trip, maka ketel akan mengalami kelebihan
produksi uap yang besar. Oleh karena itu apabila ketel dapat secara
mengurangi produksinya sehingga tidak maka menimbulkan kelebihan

82
produksi, maka kelangsungan operasi ketel tidak terganggu. Tetapi apabila
tidak, maka ketel harus di stop untuk memproduksi uapnya.
2. 9. Sistem Kontrol dan Pengaman Turbin
Kontrol turbin dilakukan untuk mendapatkan putaran yang selalu konstan
3000.Rpm.Walaupun beban berubah Putaran turbin dijaga selalu konstan oleh
katup governor yang mendapat sinyal dari putaran . Katup governor berfungsi
mengatur jumlah aliran uap masuk turbin. Model pengaturannya dapat mengikuti
perubahan beban (free govenor ) atau menjaga beban konstan (load limit).
Untuk mencegah perubahan putaran (swing) yang cepat karena gangguan
beban (sistem jaringan), maka pengatur putaran turbin dilengkapi load anticipator
atau auxiliary governor yang akan bekerja membuka sesaat katup drain control
oil pada saat putaran naik tinggi dengan cepat. Dengan membuka drain control
oil maka katup governor sesaat menutup, dan ketika putaran, sudah kembali ke
harga nominal katup drain control oil menutup lagi sehingga katup governor
berfungsi normal kembali.
Selain itu karena turbin beroperasi dengan kecepatan yang tinggi dan
elemen clearance nya kecil, maka harus dilindungi dari kemungkinan terjadinya
gesekan yang akan merusak dengan memasang peralatan pengaman (proteksi).
Pengaman turbin antara lain adalah
1. Vakum kondensor rendah
2. Kecepatan lebih (over speed)
3. Tekanan minyak pelumas bantalan rendah
4. Bantalan aksial
5. Vibrasi tinggi
apabila salah satu dari parameter diatas kerja akan men trip turbin,
kecuali parameter vibrasi tinggi ada yang men trip unit, ada yang hanya
memberi alarm saja..
2.9.1. Kontrol Turbin
Tujuan dari kontrol turbin adalah untuk memperoleh putaran turbin yang
stabil 3000 Rpm, pada beban yang bervariasi. Alat untuk mengatur putaran atau
mengendalikan aliran massa uap masuk turbin adalah katup governor.

83
Terdapat empat parameter yang saling mempengaruhi dalam kontrol
turbin, yaitu
1. Putaran
2. Beban
3. Aliran massa uap
4. Posisi katup governor
Didalam pengoperasian turbin parameter yang bervariasi adalah beban.
Apabila beban berubah, putaran akan berubah, sehingga untuk mengembalikan ke
putaran normal aliran massa uap harus berubah yaitu dengan mengubah posisi
katup governor. Tetapi pada saat turbin sedang load up, urutannya yang terjadi
sebaliknya, katup governor dirubah sehingga aliran massa uap berubah akibatnya
putaran turbin berubah dan akhirnya beban berubah.
Katup governor yang umum dipakai di PLTU adalah tipe governor hidrolik,
namun sekarang berkembang menjadi HE (hidrolik electronik) dan DEH (digital
electro hydraulic) . Gambar 11.1 menunjukkan diagram sederhana governor
hidrolik. Pompa governor berfungsi sebagai sensor terhadap perubahan putaran
apabila putaran berubah tekanan minyak keluar pompa berubah.

1. Vakum Kondensor Rendah


Vakum kondensor rendah akan menyebabkan aliran uap keluar turbin
(turbin exhaust) terhambat sehingga sebagian uap berhenti dan diputar oleh
sudu tingkat akhir. Hal ini dapat menyebabkan sudu tingkat akhir menjadi
overheating. Selain itu karena tekanannya naik uap cenderung menjadi basah
sehingga tingkat erosi terhadap sudu turbin meningkat.
2. Kecepatan Lebih (overspeed)
Turbin yang berputar dengan kecepatan 3000 Rpm, apabila
kecepatannya naik lebih tinggi lagi dapat menimbulkan masalah, yaitu
terjadinya gesekan antara rotor dengan casing. Putaran yang semakin tinggi
menyebabkan gaya sentrifugal semakin besar sehingga vibrasi juga naik.
Apalagi jika sampai kepada putaran kritisnya, vibrasi menjadi semakin besar
lagi.

84
3. Tekanan Minyak Pelumas Bantalan Rendah
Fungsi pelumas yang terpenting adalah mencegah kontak logam
dengan logam (memberi lapisan film) melunasinya. Pada putaran 3000 Rpm
gaya sentrifugal yang timbul juga cukup tinggi sehingga apabila tekanan
minyak pelumas rendah tidak mampu memberi lapisan film dan terjadi kontak
langsung logam dengan logam.
4. Bantalan Aksial
Posisi poros (rotor) turbin harus dijaga dalam kedudukan yang tetap di
dalam casing, karena clearancenya sangat kecil. Pada arah radial posisi ini dijaga
oleh bantalan jurnal dan pada arah aksial dijaga oleh bantalan aksial (thrust
bearing). Apabila rotor bergeser kearah aksial melebihi batas, maka bantalan
aksial menyetop pergeseran ini dan memberi sinyal untuk trip turbin.
5. Vibrasi Tinggi
Vibrasi dapat menyebabkan bergeseknya rotor dan casing sehingga
menimbulkan kerusakan yang serius. Vibrasi dapat disebabkan oleh banyak hal
antara lain oleh :
1. Missalignment
2. Unbalance
3. Gaya sentrifugal
2. 9.2. Prosedur shut down
Untuk menyetop unit dari dari keadaan berbeban, langkah-langkah atau
prosedur penyetopan harus diikuti dengan benar, Apabila pada saat start up
pemanasan, baik diketel maupun diturbin harus dilakukan secara bertahap, maka
pada proses penyetopan penurunan panas juga harus dilakukan secara bertahap.
Tetapi kadangkala karena sesuatu hal misalnya ada gangguan pada ketel atau
turbin yang dapat membahayakan keselamatan manusia atau dapat menyebabkan
kerusakan lebih serius pada peralatan tersebut bila beroperasi terus, maka unit
harus segera di stop dengan cepat. Penyetopan unit walaupun secara cepat
(darurat), tetapi harus tetap memperhatikan parameter tertentu dan sesuai
prosedur .
1. Normal Shut Down

85
Tahap pertama proses penyetopan unit adalah menurunkan beban
secara bertahap sesuai laju yang diinginkan . Penurunan ini harus
memperhatikan kondisi pengoperasian ketel. Ketel harus diatur untuk
mengurangi produksi uapnya, yaitu dengan mengurangi pembakaran. Pada
beban sekitar 10 % lakukan pemindahan pasok listrik dari generator dipindah
ke pasok dari luar melalui starting (station) transformer. Lakukan soot
blower pada pemanas udara, dan ruang bakar serta bagian lain yang dianggap
perlu.
Turunkan beban sambil mengurangi pembakaran di ketel, bila perlu
menyalakan ignitor untuk stabilitas penyalaan . Perhatikan katup resirkulasi
pompa air pengisi dan pompa kondensat. Katup-katup tersebut harus dapat
bekerja otomatis ketika aliran menjadi minimum. Semua katup isolasi untuk
spray water ke superheater dan reheater attemperator harus tertutup. Matikan
satu pompa air pengisi apabila pada operasi normal beroperasi dua. Apabila
stop ini direncanakan untuk waktu cukup lama, misalnya untuk keperluan
overhaul atau pemeliharaan biasanya perlu dilakukan pengujian-pengujian
tertentu. Oleh karena itu pada beban rendah ditahan untuk beberapa saat.
Selanjutnya turunkan beban hingga mendekati nol, dan buka PMT generator.
Kurangi aliran bahan bakar dan jumlah burner hingga minimum.
Pindahan sistem pengatur tegangan otomatis ke posisi manual
turunkan arus eksitasi dan buka PMT eksitasi (field breaker). Apabila akan
melakukan pengujuan overspeed dapat dilakukan saat ini jika tidak
diperlukan pengujian overspeed, tekan tombol trip turbin.
Periksa indikator katup penutup turbin (MSV dan RSV), dalam posisi
tertutup. Putaran turbin mulai turun, pompa pelumas bantu (AOP) harus
kerja. Katup penutup ketel (BSV) dapat ditutup, pembakaran (burner) agar
dimatikan semua . Matikan satu FD Fan dan ID fan serta PA fon, apabila
dalam operasi normal beroperasi dua. Pada putaran tertentu , buka vakum
kondensor (vakum breaker), kemudian stop pasok uap untuk peralatan (gland
seal) poros turbin dan stop gland steam exhauster.

86
Setelah putaran nol, start pompa pelumas bantalan dan start jacking oil
pump (bila ada) dan start turning gear.
1. Stop pompa pelumas bantu
2. Isi penuh drum kemudian stop pompa air pengisi.
3. Stop pompa kondensat
4. Stop semua fan
5. Stop semua minyak bahan bakar
2. Emergency Shut Down (Stop darurat)
Penyetopan darurat harus segera dilakukan apabila kondisi unit atau
bagian unit membahayakan keselamatan manusia atau mengakibatkan
kerusakan alat yang serius jika tidak segera distop . Gangguan tersebut
misalnya, terjadi kebakaran pada pemanas udara, pipa ketel pecah atau
vibrasi turbin mendadak tinggi. Prosedur penyetopannya adalah dengan
menurunkan beban secara cepat dibarengi dengan menyalakan ignitor untuk
stabilitas pembakaran yang relatif kecil. Katup isolasi spray water
superheater dan reheater attemperator harus ditutup. Pindahkan pasok listrik
untuk pemakaian sendiri pada beban sekitar 10 %. Matikan semua mill atau
burner minyak. Bila mill sudah selesai proses stop nya matikan PAF. Hal
yang sama juga dilakukan pada ketel minyak atau gas, pasok bahan bakar
distop dan peralatan bantu pembakaran minyak atau gas juga di stop.
Pada beban dan Mvar yang mendekati nol buka PMT generator dan
umumkan keseluruh unit bahwa unit telah tanpa beban. Sistem pengatur
tegangan otomatis dipindah ke manual dan eksitasi di nol kan, kemudian
PMT eksitasi dibuka. Proses penyetopan selanjutnya seperti pada stop
normal.
2.10. Proses pembakaran
Pembakaran adalah Reaksi kimia antara unsur - unsur dalam bahan bakar
dengan oksigen yang menghasilkan panas. Unsur - unsur utama dalam bahan
bakar yang dapat terbakar adalah Hidrogen (H2), Carbon ( C ) dan Sulfat ( S ).
Reaksi pembakaran dari masing-masing unsur tersebut adalah sebagaian
berikut:

87
Reaksi Pembakaran Hidrogen

2H2 + O2 2 H 2 O + panas

Hidrogen Oksigen

Reaksi Pembakaran Carbon :

C + O2 C O2 + panas (reaksi Pembakaran


Sempurna)

Carbon Oksigen
Reaksi Pembakaran Sulfur

S + O2 SO 2 + Panas

Sulfur Oksigen

Dari uraian persamaan reaksi pembakaran tersebut diatas, dapat


disimpulkan bahwa setiap proses pembakaran selalu memerlukan oksigen.
Banyaknya oksigen yang diperlukan untuk membakar setiap kg atau setiap liter
bahan tergantung pada komposisi bahan bakarnya.
Untuk memenuhi kebakaran oksigen bagi reaksi pembakaran bahan bakar
PLTU digunakan udara. Hal ini disebabkan karena selain mengandung oksigen,
udara juga tersedia dalam jumlah yang banyak dan dapat diperoleh secara cuma -
cuma.
Udara yang digunakan untuk proses pembakaran bahan bakar disebut udara
pembakaran. Melalui perhitungan persamaan reaksi pembakaran bahan seperti
diuraikan diatas, maka kebutuhan udara teoritis untuk membakar sempurna jenis
bahan bakar tertentu dapat diketahui.
2.10.1.Kebutuhan udara pembakaran
Meskipun kebutuhan udara teoritis untuk membakar sempurna jenis bahan
bakar tertentu dapat diketahui dengan pasti, tetapi ternyata hal ini belum
menjamin terjadinya proses pembakaran yang sempurna. Pada kenyataan
praktek, bila kita hanya memberikan jumlah udara sebanyak kebutuhan udara
teoritis, maka proses pembakaran tidak akan berlangsung dengan sempurna..

88
Gambar 3.1 Merupak contoh proses pembakaran dengan udara pembakaran
sejumlah kebutuhan udara teoritis.. Selain itu juga ada carbon tak terbakar yang
turut mengendap bersama abu-abu dan ini juga merupakan kerugian.
Semua kerugian tersebut adalah sebagai akibat dari proses pembakaran yang
tidak sempurna. Hal ini disebabkan karena dalam praktek pembakaran terdapat
berbagai kendala yang menghambat kesempurnaan proses pembakaran. Kendala -
kendala tersebut diantaranya adalah :
1. Distribusi ruang bakar yang tidak merata.
2. Percampuran antara bahan bakar dengan udara yang tidak homogen
3. Waktu bagi berlangsungnya proses pembakaran kurang
4. Adanya partikel - partikel yang menginterpose (menghalangi)
5. Partikel bahan bakar terlampau besar
Untuk memperoleh proses pembakaran yang sempurna, maka kendala-
kendala tersebut harus dapat diatasi. Salah satu usaha yang dilakukan untuk
mendapatkan proses pembakaran sempurna adalah dengan memberikana udara
lebih (Excess Air). Jadi pasok udara aktual yang diberikan selalu lebih besar dari
jumlah kebutuhan udara teoritis. Selisih antara banyaknya udara aktual dikurangi
dengan kebutuhan udara teoritis disebut : “udara lebih (Excess Air).
Banyaknya udara lebih biasanya dinyatakan dalam % dimana :
Udara aktual - udara teoritis
% udara lebih = x 100 %
Udara Teoritis

Jadi disatu pihak udara lebih akan mengurangi kerugian akibat pembakaran
tak sempurna, tapi dilain pihak udara lebih juga meningkatkan kerugian panas ke
cerobong. Oleh karena itu jumlah udara lebih tidak dapat dibuat sekehendak.
Penentuan % udara lebih merupakan kompromi antara kedua macam kerugian
tersebut. % udara lebih yang optimal. Selain faktor operasional, situasi ini
tentunya juga tergantung pada kondisi dan ujuk kerja dari peralatan seperti :
a.. Peralatan instrumentasi
b. Karakteristik sistem kontrol dan sebagainya

89
Disini, petugas pemeliharaan memegang peranan penting untuk selalu
mengusahakan agar semua peralatan senantiasa berada pada kondisi baik.
2.10.2. Kandungan sulfur dan permasalahannya
Salah satu unsur yang terkandung dalam bahan bakar adalah sulfur . Sulfur
bila dibakar akan menghasilkan panas. Dengan demikian sulfur juga memberikan
kontribusi terhadap nilai kalor bahan bakar. Meskipun begitu, adanya sulfur
didalam bahan bakar akan meningkatkan potensi pembentukan Asam Sulfat yang
sangat korosif terhadap logam. Mekanisme pembentukan Asam sulfat adalah
sebagai berikut Reaksi Pembakaran Sulfur :

S + O2 SO2
g. Dengan adanya udara lebih, reaksi selanjutnya akan berlangsung :

2 SO2 + O2 2 SO3

h. Dengan adanya uap air, akan terjadi reaksi :

SO3 + H 2O H 2 SO 4 (Asam, Sulfat)

Asam sulfat ini bila sampai membeku, akan menempel pada logam - logam
yang dilalui gas asap. Hal ini akan mengakibatkan berlangsungnya proses korosi
suhu rendah oleh Asam Sulfat terhadap logam-logam tersebut. Komponen ketel
yang paling sering terkena koreksi Asam Sulfat adalah elemen sisi dingin
pemanas udara (air Heater).
Salah satu cara untuk mengurangi resiko terhadap korosi Asam Sulfat
adalah mencegah pengembunan Asam Sulfat.. Hal ini dapat dicapai dengan
mengusahakan agar temperatur didaerah elemen sisi dingin pemanas udara selalu
lebih tinggi dari titik embunnya. Titik embun ini tergantung pada kandungan
Sulfur dalam bahan bakar serta % udara lebih
2.10.3. Campuran eksplosif
Ledakan (Explosion) adalah proses pembakaran yang berlangsung dalam
waktu relatif singkat disertai dengan gelombang - gelombang kejut (Shock
Waves) dan mengakibatkan kenaikkan tekanan yang cukup tinggi. Campuran

90
antara batubara bubuk (P.F) dengan udara pada perbandingan (ratio) tertentu juga
bersifat eksplosif.
.Diantara rentang perbandingan tersebut, Ratio yang bersifat paling Eksplosif
adalah 1 :10. Perlu diingat bahwa ledakan (Explosion) dapat terjadi bila kondisi
yang menyebabkan ledakan terpenuhi yaitu :
a. Ratio campuran berada pada Rentang Campuran Eksplosif.
b. Terdapat sumber penyalaan (Source of Ignition).
Berdasarkan kondisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa demikian banyak
lokasi di PLTU yang memiliki potensi besar terhadap terjadinya ledakan.
Disamping itu ada beberapa situasi yang memiliki resiko tinggi terhadap
kemungkinan terjadinya ledakan seperti :
a. Pada saat terjadi kebocoran batubara bubuk ( P.F) dari sistem.
b. Proses pembersihan deposit P.F yang ceroboh
c. Melakukan pekerjaan yang menimbulkan percikan bunga api (Las,
Gerinda) disekitar lokasi dimana terdapat deposit P.F.
d. Ketika mengeluarkan abu sisa pembakaran P.F yang masih
mengandung konsentrasi carbon tak berbakar tinggi ke atmosfir.
1. Terbentuknya Campuran Eksplosif dalam Mill
Terbentuknya Campuran Ekplosif di dalam Mill merupakan kejadian
yang rutin dan tak dapat dihindari. Hal ini umumnya terjadi pada saat
transisi yaitu ketika start maupun stop Mill. Pada saat transisi ini, campuran
selalu berubah dari campuran gemuk ke campuran kurus dan sebaliknya
..Dengan demikian kondisi ini akan selalu melewati daerah rentang
Campuran Eksplosif Selain kondisi transisi tersebut ada beberapa kondisi
abnormal yang juga dapat mengakibatkan terbentuknya campuran Eksplosif
didalam Mill seperti :
a. Pada saat Mill kehilangan pasok batubara.
b. Terbentuknya campuran kurus pada saat normal operasi. Hal ini dapat
disebabkan oleh gangguan yang terjadi pada sistem kontrol atau
indikator instrumen.

91
Pada kondisi seperti diatas , bila kemudian terdapat sumber penyalaan
(Source Of Ignition) yang cukup, maka ledakan didalam mill dapat terjadi.
Sumber penyalaan ini antara lain dapat berupa :
a. Api Akibat Pembakaran Spontan
Ini dapat terjadi bila temperatur udara primer terlalu tinggi.
Partikel - partikel batubara yang ditolak dan jatuh dari “clasifier”
merupakan partikel yang memiliki resiko tinggi terhadap terjadinya
pembakaran spontas.
b. Rambaran Api (Flash Back ) dari Ruang Bakar Ketel
Ini dapat terjadi bila kecepatan rambatan nyala api (velocity of
flame propagation) lebih tinggi dari kecepatan aliran campuran. Salah
satu kemungkinan dimana hal ini dapat terjadi adalah bila Mill
beroperasi pada beban yang terlalu rendah.

2, Terbentuknya Campuran Eksplosif dalam Ruang Bakar


Salah satu sebab terbentuknya campuran Eksplosif dalam Ruang Bakar
adalah karena terakumulasinya bubuk batubara dalam ruang Bakar. Ini dapat
merupakan akibat dari kegagalan penyalaan awal terhadap P. F. selain itu
juga dapat disebabkan oleh matinya nyala api burner (loss of ignition ) pada
saat normal operasi atau pembakaran tidak sempurna. Untuk mencegah
terjadinya ledakan dalam Ruang Bakar, maka setiap kali hal tersebut diatas
terjadi, Ruang Bakar harus dibilas (purge). Maksud pembilasan ini adalah
untuk membuang seluruh partikel yang dapat terbakar (combustible) dari
ruang makar.
Pembilasan dilakukan dengan mengalirkan udara dalam jumlah yang
cukup dalam jangka waktu tertentu. Pada saat pembilasan ini harus
diusahakan agar seluruh damper terbuka. Juga perlu diingat bahwa ketika
pembilasan ini, penangkap abu electrik (electrostatic presipitator) harus tidak
dioperasikan untuk menghindari kemungkinan terjadinya ledakan (explosion)
didalam E.P.
2.11. Bahan bakar bubuk batubara ( PF )

92
Kehalusan bubuk batubara (P.F) diukur dengan menggunakan saringan
pengukur standard. Ukuran lubang saringan dapat dinyatakan dengan m (micro
meter/micron) ataupun mesh. Ukuran lubang saringan yang banyak dipakai
menurut standard British .
Bahwa semakin tinggi nomor, saringan, semakin kecil ukuran partikel
batubara yang dapat lolos dari saringan tersebut. Sebagai contoh, partikel
batubara yang lolos dari saringan 150 m (100 mesh) tidak akan lolos melalui
saringan 75 m (200 mesh).
Tingkat kehalusan serbuk batubara dinyatakan dengan presentase
kuantitatif yang dapat lolos melalui saringan dengan ukuran tertentu. Untuk
jenis batubara bituminus, Mill dan clasifier harus dirancang agar dapat
menghasilkan produk dengan tingkat kehalusan 70 - 75 % lolos melalui
saringan 200 mesh. Untuk batubara dengan “Volatile Matter” rendah,
tingkat kehalusannya adalah 80 - 85 % lolos dari saringan 200 mesh.
Tingkat kehalusan serbuk batubara seperti ini telah dapat menjamin
terselenggaranya proses pembakaran yang memadai didalam ruang bakar.
Usaha yang dilakukan untuk menaikkan tingkat kehalusan batubara akan
meningkatkan pemakaian daya mill dan ini merupakan pemborosan. Untuk
menghindari pemborosan pemakaian daya mill, maka harus selalu
memonitor kondisi mill dan melakukan penyetelan bilamana perlu.
2.11.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Unjuk Kerja Mill
Untuk memperoleh output yang memadai secara kualitatif maupun
kuantitatif, tipe dan unjuk kerja mill merupakan faktor yang paling menentukan.
Seringkali out put mill tidak secara kuantitatif maupun tingkat kehalusan
butirannya. Apapun faktor-faktor penyebab yang dapat mempengaruhi unjuk
kerja mill antara lain adalah :
1. Indeks Ketergerusan (Grindability Index / Hardgrove Index).
Indek ketergerusan merupakan ukuran yang menyatakan tingkat
kekerasan batubara. Skala ukur dinyatakan dengan angka 0 - 100. Makin
tinggi nilai indeks ketergerusan berarti makin lunak batubara tersebut dan
sebaliknya. Secara umum, batubara bituminus memiliki rentang indeks

93
ketergerusan antara 45 - 60. Tetapi batubara dengan kadar volatile matter
lebih tinggi memiliki angka indeks ketergerusan yang lebih tinggi dengan
rentang antara 80 - 100.
Bila mill dirancang untuk menggiling batubara dengan indeks
ketergerusan 50, akan menghasilkan out put yang secara kuantitatif lebih
besar menakala dipakai untuk menggiling batubara dengan indeks
ketergerusan 65. Demikian pula sebaliknya. Karena itu out put mill
tergantung kepada indeks ketergerusan batubara.
Lembab / kadar air (moisture) dalam batu bara terdiri dari
“inherent moisture” dan “surface moisture”. Didalam mill, batubara
mengalami proses pengeringan akibat bercampur dengan udara panas. Pada
mill yang dirancang untuk menggiling batubara yang mengandung 12 - 15 %
lembab, secara umum mill tersebut dapat mengeringkan seluruh kandungan
surface moisture” dan separuh “inherent moisture”.
Bila mill tersebut dipakai untuk menggiling batubara dengan
kandungan lembab lebih tinggi, maka kebutuhan energi panas untuk proses
pengeringan meningkat. Manakala kebutuhan ini lebih besar dibanding
energi panas yang dapat diserahkan oleh udara pemanas, maka mill output
akan berkurang. Korelasi antara mill output dengan kandungan lembab
dalam batubara
2. Ukuran Bongkahan Batubara Masuk Mill
Makin besar ukuran bongkahan batubara masuk mill, makin tinggi
pula daya yang diperlukan mill untuk menggiling batubara tersebut hingga
memperoleh tingkatan kehalusan yang ditetapkan.Untuk daya penggerak
mill yang konstan, ukuran bongkahan batubara masuk mill akan
mengakibatkan variasi pada output mill tersebut
3. Keausan Pada Mill
Bila terjadi keausan pada komponen-komponen mill seperti “Roller”,
Grinding Ring “ dan sebagainya, otomatis output mill juga akan berkurang.
Tetapi penurunan output mill biasanya belum terdeteksi pada taraf keausan
yang belum parah. Pada tingkat keausan yang kronis, gejala penurunan

94
output baru terlihat dan biasanya sebera diikuti oleh penurunan output yang
dratis. Demikian pula halnya dengan kualitas output mill.
Tingkat kehalusan bubuk batubara keluar mill belum terpengaruh
apabila keausan mill masih dalam taraf awal. Kualitas output mill baru
terpengaruh pada saat keausan mill telah mencapai kondisi dimana
penurunan output mill telah menurun secara drastis.Hal ini diperlihatkan
pada gambar 6.5. Karena itu, pengecekan dan pemeriksaan terhadap
komponen-komponen mill harus dilakukan secara rutin dan intensif.

2.11.2. Bahan bakar minyak


Seperti telah disinggung pada paragrap sebelumnya bahwa untuk
memperoleh proses pembakaran yang sempurna didalam ketel, diperlukan udara
lebih (excess air). Disatu pihak, tanpa udara lebih proses pembakaran tidak akan
berlangsung sempurna..Tetapi dilain pihak, udara lebih akan meningkatkan
kerugian panas yang terbuang melalui cerobong. Karena itu, kuantitas udara lebih
harus dibuat seminimum mungkin tetapi masih cukup untuk menghasilkan proses
pembakaran sempurna. Ini dapat dicapai apabila luas bidang kontak antara bahan
bakar dengan oksigen sangat besar. Berhubung oksigen telah berwujud gas dalam
bentuk molekul-molekul, maka luas permukaannya sudah cukup besar.
Tetapi untuk bahan bakar padat dan cair, luas permukaannya masih relatif
rendah sehingga masih perlu diperbesar. Cara untuk memperbesar luas permukaan
bahan bakar tersebut adalah dengan memecah bahan bakar menjadi partikel yang
lebih kecil. Proses pemecahan bahan bakar seperti ini disebut otomatisasi. Untuk
memperjelas. Untuk bahan bakar batubara, proses ini dilaksanakan didalam mill.
Sedangkan untuk bahan bakar minyak dilaksanakan dibagian ujung dari burner.
Tingkat kehalusan bubuk batubara dapat diatur melalui penyetelan mill dan
clasifier. Pada bahan bakar minyak, kualitas atomisasi ditentukan oleh beberapa
faktor seperti :
1. Peralatan instrumentasi untuk pengendalian kualitas air
Untuk memantau kualitas air secara berkesinambungan diperlukan
peralatan pencatat (recorder) yang dipasang sesudah meter pemantau daya

95
hantar listrik, pH meter dan kadar oksigen terlarut. Beberapa PLTU bahkan
diperlengkapi dengan peralatan pencatat pemantauan silika, chlorida,
sodium, besi, tembaga, nickel, hydrazine dan soda kaustik. Kesulitan dari
peralatan pemantau tersebut, disamping biaya pemeliharaan yang tinggi
juga jarang terdapat dipasaran. Pemantauan unsur-unsur runutan, (Fe, Ni,
Cu, Na, SiO2) dapat dilakukan secara manual oleh seorang analis kimia di

laboratorium. Beberapa prinsip kerja dari peralatan pemantauan dijelaskan


pada bab berikut.

2. Pengukuran Dengan Colorimetric


Beberapa instrument pengukur kimia seperti yang umumnya dipakai
untuk menentukan reaktif silika, besi, chlorida berkadar tinggi , didasarkan
pada metoda analisis colorimetric secara manual. Penentuan dari metoda
tersebut berdasarkan reaksi kimia yang menghasilkan larutan yang
berlawanan dan itensitas warna yang timbul setara dengan konsentrasi dari
unsur kimia yang sedang dianalisis. Instrumentasinya dibuat sedemikian
rupa sehingga secara otomatik dapat menambah sejumlah tertentu reagen ke
dalam sejumlah ertentu dri sample.

Dasar pengukurannya dapat merupakan sample yang terputus-putus


(discrete) atau berkesinambungan, sedangkan warna sample yang
dikembangkan dilewatkan ke dalam suatu sel pengukuran. Sinar yang sudah
ditentukan terlebih dahulu panjang gelombangnya untuk penyerapan
absorbsi maksimum ditembuskan kedalam sel pengukur, sedangkan sinar
yang dilewatkan ditembuskan ke dalam suatu photo cell atau photo
multilier sehingga jumlah sinar yang diserapdapat diukur. Pengukuran sinar
yang diserap dapat dibandingkan dengan suatu larutan yang sudah diketahui
konsentrasinya, dengan cara pengerjaan sama seperti pada saat pengukuran
tersebut diatas.

96

Anda mungkin juga menyukai