Anda di halaman 1dari 27

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS DAN UAP (PLTGU)

JARINGAN DISTRIBUSI

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS DAN UAP

A. Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU)


PLTGU adalah gabungan antara PLTG dengan PLTU, dimana panas dari gas buang dari PLTG digunakan
untuk menghasilkan uap yang digunakan sebagai fluida kerja di PLTU. Dan bagian yangdigunakan untuk
menghasilkan uap tersebut adalah HRSG (Heat Recovery Steam Generator).PLTGU merupakan suatu instalasi
peralatan yang berfungsi untuk mengubah energi panas (hasil pembakaran bahan bakar dan udara) menjadi energi
listrik yang bermanfaat. Pada dasarnya, sistem PLTGU ini merupakan penggabungan antara PLTG dan PLTU. PLTU
memanfaatkan energi panasdan uap dari gas buang hasil pembakaran di PLTG untuk memanaskan air di HRSG (Heat
RecoverySteam Genarator), sehingga menjadi uap jenuh kering. Uap jenuh kering inilah yang akan digunakanuntuk
memutar sudu (baling-baling) Gas yang dihasilkan dalam ruang bakar pada Pusat Listrik TenagaGas (PLTG) akan
menggerakkan turbin dan kemudian generator, yang akan mengubahnya menjadienergi listrik. Sama halnya dengan
PLTU, bahan bakar PLTG bisa berwujud cair (BBM) maupun gas(gas alam). Penggunaan bahan bakar menentukan
tingkat efisiensi pembakaran dan prosesnya. Prinsipkerja PLTG adalah sebagai berikut, mula-mula udara dimasukkan
dalm kompresor dengan melalui air filter / penyaring udara agar partikel debu tidak ikut masuk ke dalam kompresor
tersebut.
Padakompresor tekanan udara dinaikkan lalu dialirkan ke ruang bakar untuk dibakar bersama bahan bakar.
Disini, penggunaan bahan bakar menentukan apakah bisa langsung dibakar dengan udara atau tidak.turbin uap. Jika
menggunakan BBG, gas bisa langsung dicampur dengan udara untuk dibakar. Tapi jikamenggunakan BBM harus
dilakukan proses pengabutan dahulu pada burner baru dicampur udara dandibakar. Pembakaran bahan bakar dan udara
ini akan menghasilkan gas bersuhu dan bertekanan tinggiyang berenergi (enthalpy). Gas ini lalu disemprotkan ke
turbin, hingga enthalpy gas diubah oleh turbinmenjadi energi gerak yang memutar generator untuk menghasilkan
listrik. Setelah melalui turbin sisagas panas tersebut dibuang melalui cerobong/stack. Karena gas yang disemprotkan
ke turbin bersuhutinggi, maka pada saat yang sama dilakukan pendinginan turbin dengan udara pendingin dari
lubangudara pada turbin.Untuk mencegah korosi akibat gas bersuhu tinggi ini, maka bahan bakar yang digunakan
tidak boleh mengandung logam Potasium, Vanadium, dan Sodium.

B. Prinsip Kerja PLTGU

Dalam operasinya, unit turbin gas dapat dioperasikan terlebih dahulu untuk menghasilkan daya listrik sementara gas
buangnya berproses untuk menghasilkan uap dalam ketel pemanfaat gas buang. Kira-kira 6 (enam) jam kemudian,
setelah uap dalam ketel uap cukup banyak, uap dialirkan ke turbin uap untuk menghasilkan daya listrik. Cara kerja
PLTGU dapat di lihat pada gambar 1.1
Gambar 1.1 Cara kerja PLTGU

Gambar 1.2. Skema sebuah Blok PLTGU yang terdiri dari 3 unit PLTG dan sebuah unit PLTU

C. Proses Produksi Listrik Pada PLTGU


Secara umum sistem produksi tenaga listrik pada PLTG/U dibagi menjadi dua siklus, yaitu sebagai berikut
:
a a. Siklus Terbuka (Open Cycle)
Siklus Terbuka merupakan proses produksi listrik pada PLTGU dimana gas buangan dari turbin gas langsung
dibuang ke udara melalui cerobong saluran keluaran. Suhu gas buangan di cerobong saluran keluaran ini mencapai
550°C. Proses seperti ini pada PLTGU dapat disebut sebagai proses pembangkitan listrik turbin gas yaitu suatu proses
pembangkitan listrik yang dihasilkan oleh putaran turbin gas. Proses produksi listrik pada PLTGU ditunjukkan pada
gambar 1.3.

Gambar 1.3. Siklus Terbuka (PLTGU)


Ketrerangan Gambar
1. Barge/Kapal, alat pengangkut bahan bakar minyak (BBM)
2. Pumping house
3. Fuel Pump
4. Electric/diesel motor
5. Air filter, penyaring udara agar partikel debu tidak masuk ke dalam compressor
6. Compressor, menaikkan tekanan udara untuk dibakar bersama bahan bakar
7. Combustion system, Membakar bahan bakar dan udara serta menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan dan
energi tinggi.
8. Gas turbine, mengubah energi gas menjadi energi gerak yang memutar generator..
9. Stack/Cerobong asap, membuang sisa gas panas dari turbine
10. Generator, menghasilkan energi listrik
11. Main transformer

a b. Siklus Tertutup (Closed Cycle)


Jika pada Siklus Terbuka gas buang dari turbin gas langsung dibuang melalui cerobong saluran
keluaran, maka pada proses Siklus Tertutup, gas buang dari turbin gas akan dimanfaatkan terlebih dahulu untuk
memasak air yang berada di HRSG (Heat Recovery Steam Generator). Kemudian uap yang dihasilkan dari HRSG
tersebut akan digunakan untuk memutar turbin uap agar dapat menghasilkan listrik setelah terlebih dahulu memutar
generator. Jadi proses Siklus Tertutup inilah yang disebut sebagai proses Pembangkitan Listrik Tenaga Gas Uap yaitu
proses pembangkitan listrik yang dihasilkan oleh putaran turbin gas dan turbin uap.
Daya listrik yang dihasilkan pada proses Siklus Terbuka tentu lebih kecil dibandingkan dengan daya listrik
yang dihasilkan pada proses produksi listrik Siklus Tertutup. Pada prakteknya, kedua siklus diatas disesuaikan dengan
kebutuhan listrik masyarakat. Misalnya hanya diinginkan Siklus Terbuka karena pasokan daya dari Siklus Terbuka
sudah memenuhi kebutuhan listrik masyarakat. Sehingga damper (stack holder) yang membatasi antara cerobong gas
dan HRSG dibuat close, dengan demikian gas buang dialirkan ke udara melalui cerobong saluran keluaran. Dan
apabila dengan Siklus Terbuka kebutuhan listrik masyarakat belum tercukupi maka diambil langkah untuk
menerapkan Siklus Tertutup. Namun demikian dalam sistem mekanik elektrik, suatu mesin akan lebih baik pada
kondisi selalu beroperasi, karena apabila mesin berhenti akan banyak mengakibatkan korosi, perubahan pengaturan
(setting), mur atau baut yang mulai kendur dan sebagainya. Selain itu dengan selalu beroperasi lebih mengefektifkan
daya, sehingga daya yang dihasilkan menjadi lebih besar. Jadi secara garis besar untuk produksi listrik di Pembangkit
Listrik Tenaga Gas Uap dibagi menjadi 2 proses berikut ini :
1) Proses Pembangkitan Listrik Turbin Gas.
2) Proses Pembangkitan Listrik Turbin Uap
Gambar 1.4. Diagram Alir PLTGU

Keterangan Gambar:
1. Kapal Tongkang 12. Drum
2. Rumah Pompa 13. Turbin Uap (steam turbine)
3. Pompa Bahan Bakar (fuel pump) 14. generator
4. Motor Cranking 15. condenser (kondensor)
5. Filter Udara (air filter) 16. Pompa Condenser
6. Couple (penghubung) 17. deaerator (pemisah gelembung udara)
7. Ruang Bakar (combustion chamber) 18. feed water pump (pompa penyedia air)
8. Turbin Gas (gas turbine) 19. Trafo Step-up (11.5/150 kV)
9. katup pengatur (katup seleksi) 20. Trafo Step-up (11.5/150 kV)
10. generator 21. switch yard
11. HRSG 22. transmission line (saluran transmisi)

1) Proses Pembangkitan Listrik Turbin Gas


Pada proses pembangkitan listrik turbin gas, motor cranking digunakan sebagai pemutar awal saat turbin
belum menghasilkan tenaga dengan menggunakan energi listrik yang diambil dari jaringan listrik 150 kV / 500 kV
Jawa-Bali. Motor cranking ini berfungsi memutar compressor sebagai penghisap udara luar. Udara luar ini akan
diubah menjadi udara berpartikel (atomizing) untuk sebagian kecil pembakaran dan sebagian besar sebagai pendingin
turbin.
Bahan bakar berupa solar/HSD dialirkan dari kapal tongkang ke dalam rumah pompa BBM HSD kemudian
di pompa lagi dengan pompa bahan bakar (fuel pump) yang akan dialirkan ke dalam ruang bakar (combustion
chamber). Pada saat bahan bakar yang berasal dari pompa bahan bakar dan udara atomizing yang berasal
dari compressor bercampur di dalam combustion chamber, secara bersamaan busi (spark plug) memercikkan api
untuk menyulut pembakaran. Gas panas yang dihasilkan dari proses pembakaran inilah yang akan digunakan sebagai
penggerak turbin gas, sehingga listrik dapat dihasilkan oleh generator. Daya yang dihasilkan mencapai 100 MW untuk
tiap Generator Turbin Gas. Karena tegangan yang dihasilkan dari generator masih rendah maka pada tahap selanjutnya
tegangan ini akan disalurkan ke trafo utama untuk dinaikkan menjadi 150 KV. Pada proses Siklus Terbuka gas
buangan dari turbin gas yang temperaturnya berkisar 500-5500C akan langsung dibuang melalui cerobong saluran
keluaran.

2) Proses Pembangkitan Listrik Turbin Uap


Gas bekas yang ke luar dari turbin gas dimanfaatkan lagi setelah terlebih dulu diatur oleh katup pengatur
(selector valve) untuk dialirkan ke dalam boiler/ HRSG untuk menguapkan air yang berasal dari drum penampung air.
Uap yang dihasilkan dipakai untuk memutar turbin uap yang terkopel dengan generator sehingga dapat menghasilkan
tenaga listrik. Uap bekas dari turbin uap diembunkan lagi di condenser, kemudian air hasil kondensasi di pompa
oleh Pompa Kondensat, selanjutnya dimasukkan lagi ke dalam deaerator dan oleh feed water pump dipompa lagi ke
dalam drum untuk kembali diuapkan. Inilah yang disebut dengan Siklus Tertutup/combined cycle. Jadi secara singkat
dapat dikatakan bahwa Siklus Tertutup merupakan rangkaian Siklus Terbuka ditambah dengan proses pemanfaatan
kembali gas buang dari proses Siklus Terbuka untuk menghasilkan uap sebagai penggerak turbin uap.

D. Komponen Sistem PLTGU


Sistem PLTGU dapat dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu: sistem GTG, HRSG dan STG.
a a. Sistem Generator Turbin Gas (Gas Turbine Generator)
Turbin adalah suatu pesawat pengubah daya dari suatu media yang bergerak misalnya air, udara, gas dan uap,
untuk memutar generator sehingga menghasilkan tenaga listrik. Pada PLTG/U, media yang digunakan untuk memutar
turbin adalah gas panas yang didapatkan dari pembakaran bahan bakar yang sudah dicampur udara dalam ruang bakar.
Udara pembakaran didapat dari kompresor yang terpasang satu poros dengan turbin. Karena konstruksinya
yang demikian, maka daya yang dihasilkan tidak sepenuhnya untuk memutarkan generator, tetapi sebagian besar untuk
memutarkan kompresor sehingga menyebabkan efisiensi PLTG/U rendah.
Pada prinsipnya turbin gas di PLTG Muara Karang menggunakan sistem terbuka. Pada sistem ini gas buang
yang telah dipakai untuk memutar turbin masih mempunyai suhu 514 0C dan tekanan yang tinggi sekitar 1 atm, yang
nantinya pada sistem tertutup digunakan untuk memanaskan HRSG (Heat Recovery Steam Generator).

Gambar 1.2. Diagram Alir GTG Muara Karang (Siklus Terbuka).

Mula-mula rotor (kompresor dan turbin) di putar oleh alat penggerak awal yaitu motor listrik. Kemudian
kompresor menghisap udara atmosfer dan menaikan tekanan beberapa kali lipat (1-8) tekanan semula. Udara
bertekanan tinggi tersebut masuk ke dalam ruang bakar dimana ruang bakar itu pula ditempatkan sejumlah bahan
bakar dan dinyalakan oleh busi. Untuk ruang bakar lainnya cukup dengan disambung penyalanya dan busi hanya
menyala beberapa detik saja. Akibat dari pembakaran akan menaikan suhu dan volume dari gas bahan bakar tersebut,
sekali terjadi percikan maka terjadi pembakaran selama bahan bakar disemprotkan ke dalamnya.
Gas yang yang dihasilkan mempunyai tekanan dan temperatur tinggi kemudian berekspansi dalam sebuah
turbin dan selanjutnya ke atmosfir (melalui saluran keluaran) untuk Siklus Terbuka. Pembakaran akan terus
berlangsung selama aliran bahan bakar tidak berhenti. Pada saat gas panas masuk ke dalam turbin gas, gas tersebut
memutarkan turbin, kompresor, alat bantu dan generator. Diagram Alir GTG ditunjukkan oleh gambar 1.2.
Komponen–komponen utama sistem GTG adalah sebagai berikut:
1) Cranking Motor adalah motor yang digunakan sebagai penggerak awal atau start up sistem GTG. Motor
cranking mendapat suplai listrik tegangan 6 kV yang berasal dari switch gear.
2) Filter Udara merupakan filter yang berfungsi untuk menyaring udara bebas agar udara yang mengalir menuju
ke kompresor merupakan udara yang bersih.
3) Kompresor berfungsi mengkompresi udara dalam turbin gas.
4) Ruang bakar, berfungsi sebagai tempat pembakaran di dalam sistem turbin gas. Dapat berupa ruang bakar tunggal
atau terdiri dari ruang – ruang bakar yang banyak.
5) Turbin, berfungsi untuk mengekspansi gas panas hingga menghasilkan energi mekanis untuk menggerakkan
generator.
6) Generator berfungsi sebagai pembangkit energi listrik dimana di dalamnya terjadi proses perubahan dari
energi mekanik ke listrik.

Sedangkan untuk peralatan pendukung sistem turbin gas, adalah sebagai berikut :
1) Sistem Pelumas (Lube Oil Sistem)
Fungsi utama sistem pelumas ini adalah untuk melumasi bearing–bearing baik untuk bearing turbin gas maupun
bearing generator. Di samping itu juga digunakan sebagai penyuplai minyak untuk sistem hidrolik pada Pompa
Minyak Hidrolik (hydraulic Oil Pump). Mula–mula sebelum turbin gas dioperasikan, maka Pompa Minyak Pembantu
( AOP = Auxiliary Oil Pump) dihidupkan untuk menyuplai minyak pelumas ke dalam bearing turbin gas dan generator
untuk selanjutnya diputar pada putaran turning gear atau dalam keadaan pendinginan (on cooldown) pada putaran
lebih dari 30 rpm, dengan tujuan agar ketika pengidupan (start up), gaya geser (friction force) yang terjadi antara metal
bearing dengan poros turbin gas dan generator dapat dikurangi. Kemudian setelah turbin gas mulai berjalan dan
putaran mulai naik sampai putaran normal, maka suplai minyak pelumas akan diambil alih dari AOP ke Main Lube
Oil Pump (MOP), di mana pompa ini diputar melalui hubungan antara Accessories gear atau Load Gear dengan poros
turbin gas.
2) Sistem bahan Bakar (Fuel Oil Sistem)
Sistem pembakaran untuk PLTG/U ini menggunakan minyak HSD (High Speed Diesel). Pada proses penyaluran
bahan bakar, dilakukan melalui instalasi perpipaan yang menghubungkan tangki penampungan sampai ke ruang
bakar. Aliran bahan bakar dari tangki penampung dipompa dengan transfer pump melalui flowmeter untuk
perhitungan pemakaian. Kemudian untuk mendapakan hasil pembakaran yang maksimal maka dipasang Main Oil
Pump yang terpasang dan berputar melalui hubungan dengan poros turbin gas dengan Accessories Gear. Dan untuk
mengatur jumlah aliran bahan bakar yang masuk ke ruang bakar diatur dengan Katup Kendali (control valve) yang
berfungsi sebagai governor.
3) Sistem Pendingin (Cooling Sistem)
Ketika minyak pelumas digunakan untuk melumasi bearing – bearing pada turbin gas dan generator, mengakibatkan
temperatur dari minyak pelumas ini menjadi lebih tinggi, sehingga minyak pelumas tersebut perlu pendinginan.
Adapun sebagai media pendingin minyak pelumas digunakan air melalui sirkulasi di dalam heat exchanger dan untuk
mendinginkan air yang bertemperatur lebih tinggi akibat transfer panas di dalam heat exchanger, maka air pendingin
ini akan didinginkan dengan dihembuskan di kisi – kisi radiator. Demikian sirkulasi ini berlangsung secara tertutup
dan untuk mensirkulasi air pendingin digunakan Water Cooling Circulating Pump.
4) Sistem Hidrolik (Hydraulic Sistem)
Sistem hidraulik digunakan untuk menggerakkan Main Stop Valve, di mana didalam mekanisme operasinya untuk
membuka dan menutup main stop valve diperlukan hidrolik yang diambil dari Piping Sistem pelumas turbin gas
kemudian dipompa dengan hydraulic oil pump. Adapun fungsi dari main stop valve adalah untuk menghentikan laju
aliran bahan bakar minyak saat unit terjadi gangguan atau untuk membuka saluran bahan bakar pada sistem
perpindahan bahan bakar (katub utama bahan bakar).

a b. HRSG (Heat Recovery Steam Generator)


Energi panas yang terkandung dalam gas buang/saluran keluaran turbin gas yang temperaturnya masih
0
cukup tinggi (sekitar 563 C) dialirkan masuk ke dalam HRSG untuk memanaskan air di dalam pipa–pipa pemanas
(evaporator), selanjutnya keluar melalui cerobong dengan temperatur sekitar 150 0C. Air di dalam pipa–pipa pemanas
yang berasal dari drum mendapat pemanasan dari gas panas tersebut, sebagian besar akan berubah menjadi uap dan
yang lain masih berbentuk air. Campuran air dan uap selanjutnya masuk kembali ke dalam drum. Di dalam drum, uap
dipisahkan dari air dengan menggunakan pemisah uap yang disebut Separator. Uap yang sudah terpisah dari air
selanjutnya dipanaskan lebih lanjut, sehingga kemudian dapat digunakan untuk menggerakkan turbin uap, sedangkan
air yang tidak menjadi uap disirkulasikan kembali ke pipa–pipa pemanas, bersama–sama dengan air pengisi yang baru.
Demikian proses ini berlangsung terus menerus selama unit beroperasi. Gambar 1.3 sistem HRSG

Gambar 1.3. Sistem HRSG

c. Sistem Generator Turbin Uap (Steam Turbine Generator)


Turbin uap adalah suatu penggerak mula yang mengubah energi potensial uap menjadi kinetik, energi kinetik
ini selanjutnya diubah menjadi energi mekanik dalam bentuk putaran poros turbin. Poros turbin, langsung atau dengan
bantuan roda gigi reduksi, dihubungkan dengan mekanisme yang digerakannya. Tergantung dari jenis mekanik yang
dipisahkan, turbin uap dapat digerakan pada berbagai bidang industri, dan untuk pembangkit listrik.
Pengubahan energi potensial menjadi energi kinetik dalam bentuk poros dilakukan dalam berbagai cara.
Turbin uap secara umum diklasifikasikan ke dalam tiga jenis, impuls, reaksi dan gabungan, tergantung pada cara
perolehan pengubahan energi potensial menjadi energi kinetik akibat semburan uap.
a) Komponen utama Sistem STG adalah sebagai berikut.
1. Turbin Uap (Steam Turbine), berfungsi untuk mengekspansi uap superheat hingga menghasilkan energi mekanis
untuk menggerakkan generator.
2. Generator, berfungsi untuk menghasilkan energi listrik di mana di dalamnya terjadi proses perubahan energi
mekanis menjadi energi listrik.
3. Kondensor (Condenser), berfungsi sebagai penampung air condensate sekaligus sebagai tempat pendinginan uap
bekas hasil ekspansi turbin uap dimana media air laut digunakan sebagai media pendinginnya.
4. Tangki air Pengisi (Feed Water Tank), tangki ini berisi air murni sebagai tandon pengisi air condenser.
5. Pompa air Pengisi (Feed Water Pump), pompa ini memindahkan air pengisi dari tangki air pengisi ke condenser dan
menjaga level condenser tetap pada kondisi normal.

b) Peralatan Pendukung Sistem Turbin Uap adalah sebagai berikut.


1. Sistem minyak pelumas turbin uap digunakan untuk melumasi bearing turbin uap dan bearing generator, dimana
pada sistem ini terdapat peralatan Main Lube Oil Pump (MOP), Lube Oil Pump (LOP), Emergency Oil Pump (EOP)
dan Lube Oil Cooler. Mula–mula pada kondisi dimana turbin uap masih dalam putaran turning gear, maka sistem
pelumasan akan didistribusikan dan disirkulasi minyak, dengan main lube oil pump. Selanjutnya setelah turbin uap
berputar dan sampai kondisi berbeban, maka seluruh sistem pelumasan akan didistribusikan dan disirkulasikan minyak
pelumas ini dengan menggunakan main lube oil pump (MOP) dan lube oil pump (LOP).
2. Sistem Pendingin Minyak Pelumas digunakan untuk mendinginkan temperatur minyak pelumas yang tinggi setelah
digunakan untuk melumasi bearing – bearing turbin uap dan generator yang kemudian dialirkan masuk ke dalam lube
oil cooler, di mana media pendingin yang digunakan adalah air (Closed Cycle Cooling Water). Air yang bertemperatur
tinggi setelah digunakan untuk mendinginkan minyak pelumas akan didinginkan di dalam heat exchanger dengan
media pendinginnya diambil dari air laut melalui Pompa Sirkulasi Air (discharge circulating water pump).
3. Sistem Hidrolik pada sistem turbin uap digunakan untuk membuka maupun menutup Katup Penghenti Utama (main
stop valve) dan menggerakkan control valve (Governor) pada pipa suplai uap superheat untuk memutar turbin. Di
mana yang digunakan untuk sistem hidrolik ini merupakan minyak hidrolik yang tertampung di dalam tangki dan
disuplai dengan menggunakan pompa minyak hidrolik (hydraulic oil pump).
4. Sistem Pendingin Siklus Tertutup ini terdiri dari Closed Cycle Cooling Water Heat Exchanger (CCCW), Closed
Cycle Cooling Water Pump (CCCWP). Sirkulasi air pendingin ini digunakan untuk mendinginkan turbin uap Lube
Oil Cooler (LOC), turbin uap Generator Hydrogen Cooler (GHC) dan Hydraulic Oil Cooler serta bearing – bearing
pompa di HRSG. Air dari sisi outlet CCCW yang bertemperatur lebih rendah setelah didinginkan dengan air laut yang
diambil dari sisi discharge CWP akan digunakan sebagai media pendingin di dalam LOC dan GHC selanjutnya dari
sisi outlet peralatan ini, air yang bertemperatur lebih tinggi dipompa menggunakan CCCWP masuk ke dalam CCCW,
demikian siklus air ini berlangsung secara tertutup.

E. Kelebihan dan Kekurangan PLTGU


a. Keuntungan PLTGU
1. Gas panas keluaran dari turbin gas dapat digunakan untuk memanaskan air sehingga menjadi uap untuk
menggerakkan turbin uap
2. Meningkatkan efisiensi menjadi sebesar 40-50%
3. Efisiensi bahan bakar

a b. Kekurangan PLTGU
1. Peningkatan biaya
2. Peningkatan luas area yang dibutuhkan

F. Kesimpulan
Dari pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa penggunaan PLTGU dapat mengurangi biaya
pembangkitan listrik bila dibandingkan dengan menggunakan PLTG saja. Hal ini dapat dipahami karena dengan
menambahkan HRSG dan PLTU dapat meningkatkan tenaga listrik yang dihasilkan tanpa menambah bahan bakar
serta meningkatkan efisiensi panas dari sekitar 24 % untuk PLTG menjadi sekitar 42 % untuk PLTGU.
Berdasarkan harga gas bumi sekarang ini, PLTGU masih dapat bersaing biaya pembangkitannya bila
dibandingkan dengan pembangkit listrik termal lainnya. Di samping itu waktu pembangunan PLTGU yang cepat
merupakan hal yang mendorong dipilihnya PLTGU, khususnya untuk memenuhi lonjakan permintaan tenaga listrik.
Dengan kemungkinan pengembangan PLTGU yang cukup besar dan teknologi PLTGU di Indonesia masih
belum pernah digunakan maka perlu dipersiapkan tenaga trampil. Pembangunan PLTGU dalam waktu dekat ini
diharapkan akan memberi pengalaman dalam pengoperasian dan perawatan PLTGU.

ARTIKEL 2

Konsep Dasar Peningkatan Efisiensi PLTGU


Hendra YudisaputroMay 1, 20160

Berdasarkan siklus Carnot dinyatakan bahwa efisiensi termal maximum dari suatu
siklus ideal adalah;

ηC = (Tw – Tk)/Tw

Dimana :

C = Efisiensi Siklus Carnot


Tw = Temperature dari energi yang dimasukan.

Tk = Temperature dari Iingkungan.

Karena terdapat beberapa faktor yang dapat menimbulkan kerugian panas (heat
losses)maka efisiensi termal siklus aktual selalu lebih kecil dari efisiensi termal siklus
Carnot, sehingga tidak ada satupun suatu mesin yang memiliki efisiensi termal
menyamai efisiensi termal siklus Carnot.

Terdapat 2 (dua) bentuk kerugian (losses) yang dibedakan menjadi energitic


losses dan exergitic losses. Energitic losses sebagian besar berupa losses panas
yang disebabkan oleh kerugian panas radiasi dan konveksi, dan keseluruhan losses
tersebut selalu ada pada setiap proses atau siklus. Sedangkan exergitic losses adalah
kerugian internal yang disebabkan oleh sifat tidak – mampu – balik suatu proses atau
akibat irreversibilitas suatu proses sesuai hukum thermodinamika ke-dua.

Terdapat dua hal utama penyebab efisiensi termal pada proses aktual selalu lebih kecil
dari efisiensi siklus Carnot, diantaranya adalah :

1. Terjadinya perbedaan temperature yang cukup tinggi (temperature differential) pada sumber
kalor yang dimasukkan terhadap suhu suatu proses siklus. Sebagai contoh pada suatu
pembangkit Iistrik tenaga uap (PLTU) konvensional, suhu maximum dari uap kerja sekitar
810 K (537°C), sedangkan suhu ruang bakar pada boiler mencapai 2000 K (1727°C).
2. Perbedaan suhu dari kalor yang dibuang ke Iingkungan cukup tinggi, contohnya apabila
suhu gas buang dari cerobong (exhaust gas stack) mencapai 132°C, sedanhkan suhu
ambient (lingkungan) 32°C, atau suhu gas buang jauh lebih tinggi dari suhu lingkungan.
Secara teoritis usaha terbaik untuk dapat meningkatkan efisiensi proses adalah dengan
cara memperkecil perbedaan antar kedua suhu diatas, yaitu dengan meningkatkan
suhu masuk siklus (topping temperature) setinggi mungkin dan menurunkan suhu gas
buang dari siklus (bottom temperature) serendah mungkin.

Pertimbangan disain dari siklus – gabungan PLTGU adalah berdasarkan kedua hal
tersebut. Pada siklus gas (Turbin Gas) yang dioperasikan open cycle (siklus tunggal),
suhu masuk siklus dapat mencapai temperature yang sangat tinggi
(1070°C atau l343°K) karena energy yang disuplai, secara langsung diolah di dalam
ruang bakar GT tanpa melalui sarana atau peralatan penyerap kalor, sedangkan suhu
gas buangnya masih sangat tinggi (529°C atau 802°K), sedangkan pada siklus uap
(PLTU), suhu uap masuk relative tidak tinggi (482°C atau 755°K), sedangkan
exhaustnya pada fluida dalam kondensor cukup rendah yaitu (42°C atau 315°K).
Dengan menggabungkan kedua siklus tersebut yaitu siklus gas sebagai topping
temperature dan siklus uap sebagai bottom temperature, maka efisiensi termal suatu
proses gabungan dapat ditingkatkan
ARTIKEL 3

BAB V PLTGU

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kebutuhan tenaga listrik di Indonesia waktu demi waktu meningkat, sedangkan potensi
sumberdaya energi semakin menipis sehingga program penghematan energi menjadi faktor yang
sangat penting diper-hatikan dalam program penyediaan tenaga listrik. Ada beberapa teknologi
pembangkit tenaga listrik yang memanfaatkan energi alternatif diluar BBM diantaranya : PLT Gas,
PLTU batubara, PLTU Biomassa, PLT Angin, PLT Gelombang, PLT Surya, PLT Nuklir dsb.
Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik dan secara simultan menghemat
penggunaan sumberdaya energi adalah dengan memanfaatkan energi yang terkandung dalam gas
buang (exhaust gas) dari Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG). Pemanfaatan energi gas buang
tersebut dilakukan dengan mengkombinasikan sistem PLTG dengan sistem PLTU sehingga
menjadi Pembangkit Listrik Tenaga Gas-Uap (PLTGU).
Pembangkit-pembangkit listrik di Indonesia pada saat ini masih banyak yang menggunakan
BBM/HSD (High Speed Diesel) sebagai bahan bakar utama dalam pengoperasian pembangkit
listrik tersebut. Disamping biaya produksi listrik pembangkit berbahan bakar minyak relatif mahal
dibandingkan dengan jenis bahan bakar lain, ketersediaannya juga semakin terbatas.

B. Perumusan Masalah
1. Pemanfaatan HRSG untuk meningkatkan efisiensi pembangkit.
2. Pemanfaatan bahan bakar HSD yang diversifikasi menjadi gas alam pada parameter kinerja
PLTGU.
Heat Recovery Steam Generator

A. Pengertian Heat Recovery Steam Generator ( HRSG )


HRSG (Heat Recovery Steam Generator) adalah ketel uap atau boiler yang
memanfaatkan energi panas sisa gas buang suatu unit turbin gas untuk memanaskan air dan
mengubahnya menjadi uap, dan kemudian uap tersebut dipergunakan untuk menggerakkan
turbin uap. Pada umumnya boiler HRSG tidak dilengkapi pembakar (burner) dan tidak
mengkonsumsi bahan bakar, sehingga tidak terjadi proses perpindahan/penyerapan panas
radiasi. Proses perpindahan/penyerapan yang terjadi hanyalah proses konveksi dan
konduksi dari gas buang turbin gas ke dalam air yang akan di proses menjadi uap melalui
elemen-elemen pemanas di dalam ruang boiler HRSG.

Gambar 5.1 Skema PLTGU

Boiler HRSG sangat bermanfaat untuk meningkatkan hasil guna (efisiensi) bahan
bakar yang dipakai pada unit turbin gas, yang selanjutnya akan menggerakkan unit turbin
uap. Sistem pembangkit listrik yang memanfatkan proses ini disebut Pusat Listrik tenaga
Gas dan Uap (PLTGU) atau unit pembangkit siklus kombinasi CCPP (Combined Cycle
Power Plant). Boiler HRSG adalah bagian penting PLTGU. Dimana unit pembangkit
PLTGU disebut juga Blok PLTGU.
Siklus Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) adalah gabungan siklus Brayton
turbin gas dan siklus Rankine turbin uap. Boiler HRSG merupakan bagian dari siklus
Rankine.

Gambar 5.2 Skema HRSG


Gambar 5.3 Diagram PLTGU

Diagram T-S yang menggambarkan keseluruhan proses ditunjukkan pada Gambar.


Diagram I menyatakan daur Brayton untuk turbin gas dan diagram II menyatakan daur
Rankine untuk turbin uap.
Kapasitas produksi uap yang dapat dihasilkan HRSG tergantung pada kapasitas
energi panas yang masih dikandung gas buang dari unit turbin gas, yang berarti tergantung
pada beban unit turbin gas. Pada dasarnya, turbin gas yang beroperasi pada putaran tetap,
aliran udara masuk kompresor juga tetap; perubahan beban turbin yang tidak konstan
dengan aliran bahan bakar tetap, sehingga suhu gas buang juga berubah-ubah mengikuti
perubahan beban turbin gas.
Gambar 5.4 Alur Gas Buang Turbin Gas

Suhu gas buang unit turbin gas tetap konstan diperoleh dengan cara mengatur
pembukaan sirip-sirip pemandu aliran udara masuk (IGV, Inlet Guide Vane) guna
mengatur laju aliran udara masuk ke kompressor, dimana suhu gas buang sebagai umpan
baliknya.
Sebagian boiler HRSG dapat dilengkapi dengan pembakaran tambahan untuk
meningkatkan kapasitas produksi uapnya; dan sebagian produksi uapnya dapat digunakan
untuk keperluan pemanasan aplikasi lainnya (cogeneration). Dengan pembakaran
tambahan ini, kestabilan produksi uap HRSG dapat di pertahankan, sehingga kestabilan
turbin uap yang menggunakan uap ini dapat dijaga, walaupun beban turbin gas berubah-
ubah; dan juga suhu gas buang turbin gas (aliran udara masuk kompressor) tidak harus
dijaga tetap konstan (tidak diharuskan pengaturan IGV).
1. Bagian – Bagian HRSG
Heat Recovery Steam Generator terdiri dari beberapa elemen yaitu Superheater,
Evaporator dan Ekonomizer yang masing-masing memiliki fungsi yang berbeda. Pada sub bab
di bawah akan dijelaskan fungsi dari masing-masing elemen.
a. Superheater
Superheater merupakan alat yang berfungsi untuk menaikan temperatur uap jenuh
sampai menjadi uap panas lanjut (superheat vapour). Uap panas lanjut bila digunakan untuk
melakukan kerja dengan jalan ekspansi di dalam turbin atau mesin uap tidak akan mengembun,
sehingga mengurangi kemungkinan timbulnya bahaya yang disebabkan terjadinya pukulan
balik atau back stroke yang diakibatkan mengembunya uap belum pada waktunya sehingga
menimbulkan vakum di tempat yang tidak semestinya didaerah ekspansi.
b. Evaporator
Evaporator merupakan elemen HRSG yang berfungsi untuk mengubah air hingga
menjadi uap jenuh, pipa-pipa evaporator pada ketel uap biasanya terletak pada lantai (water
floor) dan juga pada dinding (water wall). Pada pipa ini uap jenuh pada kualitas 0,80 – 0,98,
sehingga sebagian masih berbentuk fase cair. Evaporator akan memanaskan uap air yang turun
dari drum uap (steam drum) yang masih dalam fase cair agar berbentuk uap jenuh sehingga
bisa diteruskan menuju Superheater.

Suhu gas buang unit turbin gas tetap konstan diperoleh dengan cara mengatur
pembukaan sirip-sirip pemandu aliran udara masuk (IGV, Inlet Guide Vane) guna mengatur
laju aliran udara masuk ke kompressor, dimana suhu gas buang sebagai umpan baliknya.

Sebagian boiler HRSG dapat dilengkapi dengan pembakaran tambahan untuk


meningkatkan kapasitas produksi uapnya; dan sebagian produksi uapnya dapat digunakan
untuk keperluan pemanasan aplikasi lainnya (cogeneration). Dengan pembakaran tambahan
ini, kestabilan produksi uap HRSG dapat di pertahankan, sehingga kestabilan turbin uap yang
menggunakan uap ini dapat dijaga, walaupun beban turbin gas berubah-ubah; dan juga suhu
gas buang turbin gas (aliran udara masuk kompressor) tidak harus dijaga tetap konstan (tidak
diharuskan pengaturan IGV).
c. Ekonomiser
Ekonomiser terdiri dari pipa-pipa air yang di tempatkan pada lintasan gas asap setelah
pipa evaporator. Pipa-pipa ekonomiser dibuat dari bahan baja atau besi tuang yang sanggup
untuk menahan panas dan tekanan tinggi. Ekonomiser berfungsi untuk memanaskan air pengisi
sebelum memasuki steam drum dan evaporator sehingga proses penguapan lebih ringan
dengan memanfaatkan gas buang dari HRSG yang masih tinggi sehingga memperbesar
efisiensi HRSG karena dapat memperkecil kerugian panas pada HRSG tersebut. Air yang
masuk pada evaporator sudah pada temperatur tinggi sehingga pipa-pipa evaporator tidak
mudah rusak karena perbedaan temperatur tidak terlalu tinggi.
d. Preheater
Preheater merupakan pemanas awal air yang dipompakan dari kondensor sebelum
masuk tangki air umpan (feed water tank). Pada HRSG preheater bertujuan menaikan suhu
sebelum masuk tangki air umpan, yang nantinya akan diteruskan ke ekonomiser. Umumnya
preheater ini menempati posisi lintasan gas asap sebelum meninggalkan ketel

B. Perhitungan Efisiensi HRSG


Dalam suatu sistem, analisis berpusat pada daerah dimana materi dan energi
mengalir melaluinya. Kesetimbangan laju energi pada sistem dapat dilihat pada gambar.
2
dan dituliskan sebagai berikut :

Sedangkan kesetimbangan laju energinya dapat ditulis dalam persamaan berikut :


Laju aliran energi panas yang dibutuhkan air menjadi uap ( h Q).

Dapat dicari dengan menggunakan persamaan (2).


Pada persamaan diatas diasumsikan :
1. Sistem dalam kondisi tunak.
2. Perubahan laju aliran energi potensial dan laju aliran energi kinetik diabaikan.
3. Adanya kerja yang masuk ke sistem, maka persamaannya menjadi :

Laju aliran energi panas gas buang yang diberikan kepada HRSG ( eg Q).

Gas buang adalah gas yang berasal dari proses pembakaran yang suhunya relative
tinggi terhadap suhu atmosfer. Dalam proses pembakaran tersebut bahan bakar dibakar
dengan udara yang akan menghasilkan produk pembakaran yang berupa gas buang yang
mengandung berbagai senyawa gas antara lain, H2O, CO2 dan N2 ditambah dengan O2,
jika pemberian udara dilakukan secara berlebihan. Besarnya energi panas yang terkandung
dalam gas buang yang diberikan kepadaHRSG ( eg Q) tersebut dapat diketahui dengan
persamaan berikut ini :
VERSIFIKASI BAHAN BAKAR HSD

Kebutuhan akan tenaga listrik di Indonesia pada saat ini semakin meningkat. BBM (Bahan
Bakar Minyak) sebagai bahan bakar utama dalam pembangkitan listrik mengalami penurunan
dalam jumlah yang tersedia sehingga harga BBM (Bahan Bakar Minyak) menjadi mahal. Pada
saat ini telah di kembangkan teknologi Combined Cycle dengan Diversifikasi Bahan Bakar dari
HSD (High Speed Diesel)/BBM menjadi gas alam pada instalasi pembangkit listrik. Dari hasil
investigasi dapat disimpulkan Biaya operasi dan perawatan untuk PLTGU yang menggunakan
bahan bakar gas alam akan jauh lebih murah.dibandingkan bahan bakar HSD. Biaya produksi
PLTGU yamg beroperasi pada beban 199 MW dengan pola konfigurasi 1-1-1 adalah Rp 172 /kWh
untuk bahan bakar gas alam dan Rp 941 /kWh untuk bahan bakar HSD.
Pada kondisi ideal, efisiensi termal sistem PLTGU (CC) tanpa supplementary firing
(11)sekitar 1,5 x efisiensi termal turbin gas (GT). Oleh karena itu Daya listrik (MW) setiap blok
PLTGU seharusnya adalah 6 1,5 x daya listrik (MW) GT terkait (11).
Efisiensi termal dari sistem turbin gas , sistem turbin uap dan sistem PLTGU diberikan pada
persamaan 1 ,2 dan 3 yaitu (10) :

Dengan mensubstitusikan persamaan 1 dan 2 ke persamaan 3 maka didapat :

Jika sistem beroperasi hanya sebagai siklus turbin gas maka terdapat tiga pola pengoperasian
yaitu :
1. Pola dengan 1 turbin gas
2. Pola kombinasi dengan 2 turbin gas
3. Pola kombinasi dengan 3 turbin gas Untuk itu kita perlu mendapatkan persamaan untuk
mencari efisiensi total termal jika turbin gas beroperasi dengan pola kombinasi ( 2 atau 3
turbin gas ).
Untuk pola kombinasi dengan 2 turbin gas efisiensi totalnya adalah :

Jika kedua turbin beroperasi pada beban yang sama, untuk praktisnya kita dapat
mengasumsikan Qin1 = Qin2 ; maka,

Untuk pola kombinasi dengan 3 turbin gas rumusnya menjadi :

Konsumsi bahan bakar spesifik (specific fuel consumption) dari PLTG adalah

1. Pengaruh bahan bakar terhadap laju aliran bahan bakar.


Jumlah laju aliran massa bahan bakar yang disuplai ke dalam ruang bakar
dipengaruhi oleh pembebanan, sebagaimana terlihat pada Gambar 3 dimana antara bahan
bakar gas alam dan bahan bakar HSD memiliki tingkatan laju aliran massa bahan bakar
yang berbeda pada tiap-tiap bebannya.
Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa perbedaan tingkatan konsumsi kedua bahan
bakar itu berkisar antara 0,43 % s/d 0,70 % tergantung dari pembebanan yang diterima
pada saat operasi. Jumlah laju aliran massa bahan bakar yang digunakan untuk menunjang
kerja power plant pada pembebanan yang bervariasi akan lebih efisien dengan
menggunakan bahan bakar gas alam, hal tersebut tidak lepas dari beberapa hal antara lain
sifat dari bahan bakar itu sendiri dan LHV (Lower Heating Value).
Besar kecilnya nilai laju aliran massa bahan bakar ini akan mempengaruhi nilai dari
panas yang disuplai ke dalam ruang bakar, sebagaimana terlihat pada Gambar 2 dan 3.
2. Pengaruh bahan bakar terhadap parameter kinerja HRSG (Heat Recovery Steam
(Generator)
Laju massa aliran gas masuk HRSG yang dihasilkan dari pembakaran HSD lebih
banyak dibandingkan dengan gas alam. Dengan demikian laju massa aliran gas yang keluar
stack juga akan lebih banyak dari hasil pembakaran HSD dari pada gas alam. Ini
menandakan bahwa tingkat polusi yang ditimbulkan oleh HSD lebih besar dari pada gas
alam. Kedua jenis bahan bakar memiliki tingkat temperatur gas stack outlet diatas
temperatur titik didih.

Gambar 5.5 Pengaruh Beban Terhadap Laju Aliran Bahan Bakar


Gambar 5.6 Kurva beban terhadap mf & Qin untuk bahan bakar Gas alam

Gambar 5.7 Kurva beban terhadap mf & Qin untuk bahan bakar HSD

Temperatur gas keluar stack dengan bahan bakar HSD lebih tinggi dari pada gas
alam, hal ini memang diharuskan karena HSD mengandung zat-zat yang bersifat korosif.
Tinggi rendahnya temperatur gas stack outlet tidak terlepas dari pengaruh perubahan nilai
beda temperatur titik pinch point ( ΔTPp ). Pinch point adalah perbedaan temperatur

terendah antara gas buang masuk economiser dengan fluida cair jenuh keluar economiser.
Semakin tinggi nilai pinch point maka temperatur gas stack outlet nya pun akan meningkat,
namun semakin tingginya nilai pinch point ini akan berdampak pada penurunan efisiensi
thermis PLTGU. Semakin rendahnya nilai pinch point maka temperatur gas stack outlet
nya akan menurun, dan semakin rendahnya nilai pinch point ini akan berdampak pada
meningkatnya nilai efisiensi thermis PLTGU. Batasan standar nilai pinch point ini adalah
11°C sampai dengan 28°C

Gambar 5.8 Kurva temperatur terhadap laju aliran bahan bakar pada sisi keluar HRSG

Gambar 5.9 Pengaruh beban terhadap effisiensi PLTGU


3. Pengaruh bahan bakar terhadap kinerja PLTGU
Dari hasil perhitungan didapat bahwa variasi pola kombinasi 1-1-1, 2-2-1, 3-3-1
dan pembebanan akan mempengaruhi nilai dari Specific Fuel Consumption (SFC), Net
Plant Heat Rate (NPHR), efisiensi thermis, dan biaya produksi PLTGU.
Apabila PLTGU beroperasi dengan 3GT atau 3-3-1, dan dibebani dengan 368,25
MW,akan didapat nilai effisiensi thermal sebesar ± 37,89 % untuk gas alam dan 35,23 %
untuk HSD. Karena target efisiensi thermal netto selalu > 40 %, maka mengoperasikan
PLTGU dengan beban 368,25 MW tentunya merugikan. Pada beban 368,25 MW tersebut,
beban rata-rata setiap GT adalah sekitar 82,6 MW/GT. Untuk memenuhi target efisiensi
thermal PLTGU, maka mesin harus beroperasi pada beban rata-rata setiap GT dengan pola
3-3-1 sebesar 92,75 MW, dan beban PLTGU total adalah 417,37 MW. Dengan beban
minimum PLTGU pola 3-3-1 ini akan didapat efisiensi thermal netto sebesar 40,27 %
untuk gas alam & 38,89 % untuk HSD.
Dari Gambar 5 dapat dilihat bahwa untuk beban 368,25 MW, dari kurva tersebut
apabila garis lurus ditarik terus keatas akan memotong kurva pola 2-2-1, dan dari
perpotongan garis dan kurva 2-2-1 tersebut tarik garis kekiri sampai memotong sumbu
efisiensi thermal 2-2-1, maka akan didapat efisiensi CCPP = ± 47,97 % untuk gas & 46,09
% untuk HSD. Hal ini menunjukkan bahwa pada beban hanya 368,25 MW akan lebih baik
apabila menggunakan pola kombinasi 2-2-1. Jika demikian dengan pola 2-2-1, pada beban
368,25 MW, maka setiap GT dioperasikan pada beban sekitar ( 368,25 MW / 1,482 ) : 2 =
122,75 MW. Jadi semakin besar beban rata-rata GT, maka semakin besar efisiensi thermal
PLTGU
Gambar 5.10 Pengaruh Beban dan Pola Operasi Terhadap Efisiensi PLTGU
Untuk daya total 300 MW, cara perhitungan sama dengan beban 368,25 MW,
dengan cara menghubung-hubungkan kurva pada Gambar 5. Atau dapat membaca pada
Tabel 1.

PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik dan secara simultan
menghemat penggunaan sumberdaya energi adalah dengan memanfaatkan energi
yang terkandung dalam gas buang (exhaust gas) dari Pembangkit Listrik Tenaga Gas
(PLTG). Pemanfaatan energi gas buang tersebut dilakukan dengan
mengkombinasikan sistem PLTG dengan sistem PLTU sehingga menjadi Pembangkit
Listrik Tenaga Gas-Uap (PLTGU) dengan Heat Recovery Steam Generator ( HRSG ).
2. HRSG (Heat Recovery Steam Generator) adalah ketel uap atau boiler yang
memanfaatkan energi panas sisa gas buang suatu unit turbin gas untuk memanaskan
air dan mengubahnya menjadi uap, dan kemudian uap tersebut dipergunakan untuk
menggerakkan turbin uap.
3. Untuk meningkatkan efisiensi dari suatu PLTGU dapat dengan cara mengversifikasi
bahan bakar HSD menjadi gas alam.
4. Semakin besar beban dasar ( GT ), maka efisiensi PLTGU juga semakin besar.

Anda mungkin juga menyukai