Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU)

PEMBANGKIT ENEERGI LISTRIK

Dosen Pengampu : Nurhalim S.T., M.T.

Disusun Oleh :

Abdul Aziz (2007113726)

Muhammad Alfharizi S (2007125920)

Randa Pratama Zulfa (2007113733)

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS RIAU

2023
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
PLTU atau Pembangkit Listrik Tenaga Uap adalah sebuah pembangkit listrik yang
menggunakan tenaga uap atau nergy uap untuk menghasilkan pasokan tenaga listrik.Bentuk
utama pemanfaatan nergy ini sebenarnya nergy mirip dengan prinsip kerja dari pembangkit
listrik tenaga panas bumi dimana sebagai tenaga penggeraknya menggunakan sebuah
generator yang akan dihubungkan ke sebuah turbin pembangkit yang kemudian akan di olah
menjadi tenaga listrik.Tenaga penggerak utama dalam proses pembentukan nergy ini adalah
sebuah nergy nergy yang berasal dari uap panas dan juga kering. Untuk pembangkit listrik
tenaga uap sendiri sebenarnya mengguanakan bahan bakar yang berasal dari batu bara atau
minyak bakar yang berasal dari nergy fosil. Sejak abad ke 18, mesin uap reciprocating sudah
digunakan untuk sumber tenaga mekanik, dengan perbaikan penting yang dilakukan oleh
James Watt. Pusat pembangkit listrik komersil komersial petama di New York dan London.
Pada tahun 1882, juga menggunakan mesin uap reciprocating. Sebagai ukuran generator
meningkat, akhirnya turbin mengambil alih karena efisiensi yang lebih tinggi dan biaya
konstruksi yang lebih rendah. Pada tahun 1920 setiap stasiun pusat yang lebih besar dari
beberapa ribu kilowatt akan menggunakan penggerak utama turbin.
Di Indonesia sendiri Batubara merupakan bahan bakar fosil dengan harga yang
kompetitif dan lebih murah jika dibandingkan bahan bakar minyak dan bahan bakar gas.
Indonesia memiliki sumberdaya batubara yang sangat besar dengan jumlah 125,28 miliar ton
dan cadangan yang dapat ditambang sebesar 32,36 miliar ton. Selama 10 tahun terakhir
(2005-2014) produksi batubara Indonesia terus meningkat rata – rata 4% setiap tahunnya,
sebagai upaya memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun ekspor. Berdasarkan data Dirjen
Minerba 2015, produksi batubara selama tahun 2014 berjumlah 458 juta ton, dari jumlah
tersebut 382 juta ton diekspor dan 76 juta ton dikonsumsi di dalam negeri. Konsumen terbesar
batubara di dalam negeri adalah PLN untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) sebesar
46,15 juta ton (64,00%)
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar


Pembangkit Listrik Tenaga Uap ini memiliki dua jenis bahan bakar yaitu batu bara dan
minyak panas bumi.
1. Pembangkit Listrik Tenaga Uap Bahan Bakar Batu Bara
Pembangkit listrik tenaga uap berbahan bakar batu bara ini merupakan bahan
bakar batu bara yang terdiri dari bituminus dan sub bituminus. Selain dua komponen
pembentuk uap batu bara tersebut, saat ini beberapa perusahaan besar pembangkit
listrik tenaga uap juga mulai juga mulai menggunakan lignit sebagai energi
pembangkit tenaganya.

2. Pembangkit Listrik Tenaga Uap Bahan Bakar Minyak Panas Bumi


Pada pembangkit jenis ini juga menggunakan sebuah generator yang akan
dihubungkan dengan turbin pembangkit yang mana manfaatkan tenaga minyak bumi
yang memiliki panas berkekuatan besar.
Pada bagian minyak panas bumi ini hanya dimanfaatkan uap panasnya saja
yang digunakan yang digunakan untuk tenaga pembangkit listrik. Pemanfaatan energi
semacam ini memang lebih di dominasi selain energinya lebih kuat pemanfaatan
bahan bakar minyak bumi juga lebih banyak digunakan di berbagai negara termasuk
juga yang ada di Indonesia.
2.2 Prinsip Kerja
Pembangkit listrik tenaga uap adalah pembangkit listrik yang menggunakan energi
kinetik dari uap air untuk menghasilkan energi listrik. PLTU menggunakan siklus Rankine di
dalam proses operasinya. Siklus Rankine adalah siklus termodinamika yang mengubah panas
menjadi kerja. PLTU memiliki 3 siklus konversi energi dalam operasinya, yaitu:
1. Konversi energi kimia dari bahan bakar menjadi energi panas dalam bentuk uap
bertemperatur dan bertekanan tinggi.
2. Konversi energi panas menjadi energi mekanik untuk memutar generator.
3. Konversi energi mekanik menjadi energi listrik.
Siklus kerja PLTU yang merupakan siklus tertutup dapat digambarkan dengan diagram T – s
(Temperatur – entropi). Siklus ini adalah penerapan siklus rankine ideal. Adapun urutan
langkahnya adalah sebagai berikut :

 a – b : Air dipompa dari tekanan P2 menjadi P1. Langkah ini adalah langkah kompresi
isentropis, dan proses ini terjadi pada pompa air pengisi.
 b – c : Air bertekanan ini dinaikkan temperaturnya hingga mencapai titik didih. Terjadi di
LP heater, HP heater dan Economiser.
 c – d : Air berubah wujud menjadi uap jenuh. Langkah ini disebut vapourising
(penguapan) dengan proses isobar isothermis, terjadi di boiler yaitu di wall tube (riser)
dan steam drum.
 d – e : Uap dipanaskan lebih lanjut hingga uap mencapai temperatur kerjanya menjadi uap
panas lanjut (superheated vapour). Langkah ini terjadi di superheater boiler dengan proses
isobar.
 e – f : Uap melakukan kerja sehingga tekanan dan temperaturnya turun. Langkah ini
adalah langkah ekspansi isentropis, dan terjadi didalam turbin.
 f – a : Pembuangan panas laten uap sehingga berubah menjadi air kondensat. Langkah ini
adalah isobar isothermis, dan terjadi didalam kondensor.
Siklus Rankine
Siklus Rankine merupakan siklus yang menggunakan uap sebagai fluida kerja sebagaimana
digunakan pada sebuah PLTU. Diagram dibawah merupakan diagram siklus rankine, diagram
T-s

1. Proses 1-2 : Kompresi isentropis pada pompa = Fluida kerja (misalnya air) dipompa
dari tekanan rendah ke tekanan tinggi. Pada tahap ini fluida kerja berfase cair sehingga
hanya membutuhkan energi yang relatif kecil untuk proses pemompaan.
2. Proses 2-3 : Penambahan kalor pada tekanan konstan di boiler = Air bertekanan tinggi
memasuki boiler untuk dipanaskan. Di sini air berubah fase menjadi uap jenuh. Proses
ini berlangsung pada tekanan konstan.
3. Proses 3-4: Ekspansi isentropis pada turbin = Uap jenuh berekspansi pada turbin
sehingga menghasilkan kerja berupa putaran turbin. Proses ini menyebabkan
penurunan temperatur dan tekanan uap, sehingga pada suhu turbin tingkat akhir
kondensasi titik air mulai terjadi.
4. Proses 4-1: Pelepasan kalor pada tekanan konstan pada kondensor = Uap basah
memasuki kondenser dan didinginkan sehingga semua uap berubah menjadi fase cair.

Selanjutnya, siklus Rankine sederhana dapat dianalisis dengan menggunakan persamaan yang
dikemukakan oleh (A. Yunus. Cengel, A. M. Boles, 1989)

(𝑞𝑖𝑛 − 𝑞𝑜𝑢𝑡) + (𝑤𝑖𝑛 − 𝑤𝑜𝑢𝑡) = ℎ𝑒 − ℎ𝑖 .................................................................................... (1)


Persamaan tersebut merupakan penyederhanaan dari steady-flow energy equation per satuan
massa dengan menganggap bahwa perubahan energi kinetik dan potensial dari uap sangat
kecil dan dapat diabaikan.
Pada kondisi 1, air masuk ke pompa sebagai cairan jenuh yang kemudian dikompresi secara
isentropis hingga tekanannya naik menjadi tekanan kerja boiler. Penambahan tekanan tersebut
menyebabkan volume spesifik dan temperatur air naik, seperti ditunjukkan pada diagram T-s

𝑤 𝑝𝑢𝑚𝑝,𝑛 = ℎ2 − ℎ1 (pompa)...................................................................................................... (2)

𝑤 𝑝𝑢𝑚𝑝,𝑛 = 𝑣 (𝑃2 − 𝑃1) ............................................................................................................ (3)

Dimana ℎ1 = ℎ 𝑓 @ 𝑃1 dan 𝑣 ≅ 𝑣1 = 𝑣𝑓 @ 𝑃1 ............................................................................... (4)

Pada kondisi 2, air masuk ke boiler masih dalam kondisi cair jenuh. Boiler merupakan tempat
berpindahnya kalor dari reaksi pembakaran boiler ke air, dimana air akan berubah fasanya
dari kondisi cair jenuh menjadi superheated vapor (uap jenuh). Kalor tersebut berasal dari
reaksi pembakaran bahan bakar yang biasanya berupa batu bara, gas, minyak, atau biomassa.

𝑄𝑖𝑛 = ℎ3 − ℎ (boiler) .................................................................................................................


(5)

Pada kondisi 3, air keluar dari boiler dan menuju ke turbin dalam kondisi superheated. Pada
turbin, uap akan berekspansi secara isentropis dan “menabrak” sudu-sudu turbin hingga
berputar sehingga menghasilkan kerja. Kerja tersebut dapat digunakan untuk membangkitkan
listrik dengan menghubungkannya dengan generator. Ketika berekspansi dan memutar turbin,
tekanan uap akan turun dan kondisi uap berubah dari uap jenuh menjadi fasa campuran
(dengan kualitas yang masih cukup tinggi).

𝑤 𝑡𝑢𝑟𝑏𝑖𝑛𝑒,𝑢𝑡 = ℎ3 − ℎ4 (turbin)................................................................................................... (6)

Pada kondisi 4, uap masuk ke kondensor. Pada kondensor, terjadi pelepasan kalor dari uap
menuju ke media pendingin pada tekanan konstan. Pelepasan panas tersebut menyebabkan
fasa uap berubah menjadi air dengan kondisi cair jenuh. Air tersebut kemudian akan masuk
kembali ke pompa pada kondisi 1 dan melengkapi siklus.

𝑄𝑜𝑢𝑡 = ℎ4 − ℎ1 (kondensor)....................................................................................................... (7)

Pada diagram T-s, kurva kondisi 2 – 3 merupakan daerah penambahan kalor ke air pada boiler
dan kurva kondisi titik 4 – 1 merupakan daerah pelepasan kalor pada kondensor. Selisih
antara keduanya (daerah yang dilingkupi kurva siklus) merupakan kerja bersih/netto yang
dihasilkan dari siklus. Efisiensi termal siklus Rankine adalah:
wturbin −w pump ( h3 −h4 ) −( h2−h1 )
❑th = = ........ … ................................(8)
Q¿ (h3−h2 )

Kerja netto sama dengan kalor masukan netto, oleh karena itu efisiensi thermal juga dapat
dituliskan sebagai berikut
Q¿ −Qout Q
❑th = =1− out ...................................................... … … … … ...(9)
Q¿ Q¿

Efisiensi siklus Rankine dapat ditingkatkan untuk menghasilkan kerja netto yang sama dengan
konsumsi bahan bakar yang lebih sedikit. Pada dasarnya teknikteknik untuk meningkatkan
efisiensi siklur Rankine adalah dengan memperluas daerah yang dilingkupi oleh kurva siklus
pada diagram T-s. Efisiensi siklus Rankine ditingkatkan dengan cara:
a. Menurunkan Tekanan Operasi Kondensor
b. Pemanasan Uap lanjut (Steam Superheating)
c. Menaikkan Tekanan Kerja Boiler

2.3 Komponen
Sistem Pembangkit tenaga listrik tenaga uap memiliki beberapa komponen utama dan
komponen pendukung, yaitu:

1. Boiler
Boiler atau penguap adalah sebuah alat berbentuk bejana tertutup yang digunakan
untuk menghasilkan uap. Uap dihasilkan dari proses pembakaran bahan bakar seperti batu
bara. Didalam boiler terdapat dua sistem diantaranya adalah sistem air dan sistem bahan
bakar. Sistem air atau uap terdiri dari dua katup yaitu sistem air masuk (water-inlet) dan
uap air keluar (steam-outlet). Sistem water-inlet mengatur jumlah komposisi air yang
masuk kemudian steam outlet mengatur jumlah uap air yang keluar. Berikut ini adalah
beberapa jenis boiler yang terdapat pada PLTU
a. Fire Tube Boiler
Prinsip kerja dari fire tube boiler adalah memanfaatkan induksi thermal atau panas
hasil pembakaran bahan bakar pada dinding boiler untuk menciptakan uap. Selain
digunakan pada pembangkit, boiler jenis ini sering digunakan pada lokomotif uap.

b. Water Tube Boiler


Water tube boiler adalah jenis boiler yang menyirkulasikan air didalam tabung, air
dipanaskan secara eksternal oleh pembakaran bahan bakar. Berbeda dengan fire tube
boiler yang menyirkulasikan gas panas hasil pembakaran.

c. Packaged Tube Boiler


Packaged tube boiler merupakan jenis boiler yang digunakan pada pembangkit energi
listrik skala kecil. Ukuran jenis boiler ini memungkinkan boiler untuk dapat
dipindahkan atau dipasang pada lokasi-lokasi yang kecil.
2. Turbin
Turbin uap merupakan komponen di dalam sistem PLTU yang mengubah energi panas
menjadi energi gerak. Uap air yang sebelumnya telah dipanaskan oleh boiler menjadi
bertekanan, tekanan itulah yang dimanfaatkan untuk menggerakkan turbin. Turbin
memiliki baling-baling yang di desain untuk dapat menerima tekanan uap air kemudian
menghasilkan energi mekanik.

3. Kondensor
Kondensor berfungsi untuk mengkondensasi sisa uap air yang telah melewati turbin untuk
diubah menjadi cair untuk disirkulasikan kembali ke dalam sistem. Kondensor dibantu
oleh cairan pendingin dalam proses kerjanya seperti air, gas hidrogen dan lain sebagainya.
4. Generator
Generator adalah komponen yang membangkitkan energi listrik dengan mengubah energi
mekanik. Generator yang digunakan dalam sistem pembangkit adalah generator arus
bolak-balik dengan tegangan dan frekuensi yang disesuaikan di setiap negaranya. Sebagai
contoh Jerman memiliki spesifikasi tegangan 220V/60 Hz. dan Indonesia memiliki
spesifikasi tegangan 220V/50Hz.

5. Desalination
Plant Desalination Plant adalah komponen pendukung pembangkit listrik tenaga air,
fungsi utama dari bagian ini adalah mengubah air laut menjadi air tawar menggunakan
metode penyulingan. Hal ini ditujukan untuk menghilangkan sifat korosif dari air laut. Air
hasil desalinasi kemudian digunakan sebagai air pendingin kondensor.

6. Demineralizer
Demineralizer berfungsi untuk menghilangkan kandungan mineral di dalam air. Sebagai
fluida dalam sistem pembangkitan air disyaratkan untuk terbebas dari mineral seperti besi
dan sebagainya. Air yang mengandung mineral memiliki tingkat konduktivitas yang tinggi
sehingga berisiko menyebabkan kegagalan sistem kelistrikan maupun korosi di dalam
sistem fluida.
7. Chlorination Plant
Unit ini berfungsi untuk menghasilkan senyawa kimia natrium hipochlorit (NaOCl) yang
difungsikan untuk memanipulasi kesadaran mikroorganisme laut. Hal ini ditujukan untuk
meminimalisir risiko perkembangbiakan mikroorganisme di dalam saluran pipa.

8. Coal Handling
Unit Coal Handling Unit atau unit pengolahan batu bara adalah unit yang bertanggung
jawab atas distribusi batu bara di dalam pembangkit tenaga listrik uap. Unit pengolahan
batu bara bekerja mulai dari kedatangan batu bara, penghancuran batu bara dan feeding
batu bara ke dalam boiler.

9. Ash Handling
Unit Ash Handling Unit atau unit pengolahan abu merupakan unit yang bertanggung
jawab atas sisa bahan bakar hasil dari pembakaran. Didalam ash handling unit terdapat
komponen tambahan yaitu filter untuk memfiltrasi sisa abu pembakaran sehingga tidak
mencemari lingkungan.
2.4 Efisiensi PLTU
Efisiensi energi yang dihasilkan dari pemanasan bahan bakar yang diperlukan
biasanya antara 33% sampai 48%. Sama seperti semua mesin pemanas, efisiensi pembangkit
listrik tenaga uap sangat terbatas sesuai hukum termodinamika. Masing-masing pembangkit
listrik memiliki keterbatasan efisiensi yang berbeda. Contohnya di Amerika Serikat, sebagian
besar stasiun tenaga air memiliki nilai efisiensi mencapai 90%, sedangkan turbin angin
memiliki efisiensi sebesar 59,3% sesuai dengan pembatasan hukum Betz.
2.5 Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan Pembangkit Listrik Tenaga Uap Sebagai salah satu sistem penyedia listrik
yang paling banyak digunakan di Indonesia, ada sejumlah kelebihan dari PLTU, antara lain:
 Murah, karena energi yang bersumber dari batubara harganya terjangkau dan
kenaikannya tidak terlalu signifikan, bahkan saat ini harganya terus menurun. Harga
batubara pun jauh lebih murah dibandingkan dengan bahan bakar tenaga angin,
biomassa, maupun surya.
 Dapat bekerja secara berkelanjutan selama 24 jam.
 Jumlah cadangan batu bara di Indonesia sampai saat ini masih sangat melimpah.
Sehingga untuk kedepannya, jenis pembangkit listrik ini dapat bekerja secara optimal.
 Sifat batubara mudah terbakar sehingga cepat dalam menghasilkan energi panas untuk
penguapan.
 Untuk pertambangan, pemrosesan, transportasi, serta penggunaan batubara,
infrastrukturnya telah tersedia.
 Batubara sebagai sumber energi awal mudah disimpan, dikirim kemanapun. Hal ini
jauh lebih efisien dibandingkan energi primer lainnya, misalnya air, angin, dan
sebagainya.
 Batubara dapat diperoleh di seluruh dunia. Terdapat banyak cadangan batubara di
kawasan Amerika Utara, Asia, Eropa, hingga Australia.
 Produk akhir dari batubara dapat digunakan oleh industri lain, misalnya industri
semen.
 Load Factor PLTU tinggi, yaitu dapat mencapai 80%.
 Sebagai penghasil batubara, Indonesia dapat menggunakan bahan bakar tersebut dari
negaranya sendiri tanpa perlu impor atau bergantung ke negara lainnya.
Kekurangan Pembangkit Listrik Tenaga Uap dibalik keuntungan yang diperoleh dari
PLTU, terdapat beberapa kekurangan atau kelemahan. Isu lingkungan merupakan sisi yang
perlu dikritisi dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap, antara lain:
 Pembakaran batubara akan menghasilkan zat berbahaya bagi kesehatan, seperti
sulphur dioxide. Efek paling buruk dari kontaminasi zat tersebut adalah penyakit
pernapasan jika pembakaran dari batubara tidak terkontrol.
 Ekstrasi batubara memerlukan investasi mahal. Kondisi ini menyebabkan harga listrik
dari sumber satu ini terus menerus mengalami kenaikan.
 PLTU berpotensi menghasilkan gas rumah kaca. Sedangkan turbin angin
menghasilkan gas CO2 delapan kali lebih rendah dibandingkan yang dihasilkan dari
PLTU.
 Penambangan batubara berpotensi merusak lingkungan dan cukup berbahaya untuk
jangka panjang.
 PLTU dinilai tidak ramah terhadap flora dan fauna yang ada di sekitar pembangkit.
 Limbah yang dihasilkan dapat mencemari perairan penduduk yang berada di
sekitarnya.
 Abu terbang merupakan sisa dari hasil pembakaran PLTU. Sisa pembakaran ini
merupakan zat yang sangat beracun. Selain itu, dengan adanya sisa pembakaran
tersebut kualitas udara yang ada di sekitar kawasan akan menurun.
 Jutaan ton limbah dihasilkan dari operasional PLTU batubara. Limbah tersebut
mengandung berbagai zat berbahaya dan terus menumpuk membawa dampak buruk
pada kondisi lingkungan.
 Perubahan topografi dari alam yang terjadi karena adanya penambangan batubara.
Bekas galian yang tidak lagi digunakan akan membuat penampakan alam berubah
drastis.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Pembangkit listrik tenaga uap merupakan jenis pembangkit listrik konvensional yang
menggunakan bahan bakar batu bara atau tidak terbarukan. Pembangkit listrik tenaga uap
memanfaatkan panas yang dihasilkan dari pembakaran batu bara hingga memanaskan air
hingga menjadi uap didalam boiler. Siklus yang digunakan adalah siklus tertutup (close loop)
yaitu fluida yang digunakan selalu digunakan secara berulang-ulang. Fluida yang digunakan
dalam hal ini adalah air. Bahan yang digunakan untuk mendinginkan uap air diantaranya
adalah air laut, gas hidrogen, refrigerasi dan sebagainya.

Pada komponen PLTU terdapat tiga jenis boiler yaitu Fire tube boiler, Packaged boiler
dan Water tube boiler. Desalination plant merupakan perangkat pembangkit yang berfungsi
untuk menetralkan kadar garam pada air laut yang akan digunakan sebagai media pendingin
uap air. Chlorination plant adalah perangkat yang digunakan untuk memberikan kandungan
klorin pada media pendingin, hal ini ditujukan untuk mematikan mikroorganisme yang dapat
tumbuh dan menyumbat saluran pendinginan uap air. terdapat juga Coal handling unit adalah
bagian pembangkit yang bertanggung jawab untuk mensuplai batu bara kedalam boiler. Batu
bara yang disupplai ke dalam boiler adalah batu bara yang sudah berbentuk abu atau ash. Dan
terakhir ada Ash handling unit merupakan bagian yang berfungsi untuk mengontrol abu sisa
pembakaran batu bara.
DAFTAR PUSTAKA

[1] N. Yuniarti and I. W. Aji, “Modul Pembelajaran Pembangkit Tenaga Listrik,” Jur.
Pendidik. Tek. Elektro FT. Univ. Negeri Yogyakarta, pp. 41–48, 2019.
[2] L. Talayansa, S. Widodo, and A. Anshariah, “Analisis Emisi So2 Hasil Pembakaran
Batubara Pada Pltu Jeneponto,” J. Geomine, vol. 5, no. 2, pp. 2015–2018, 2017, doi:
10.33536/jg.v5i2.131.
[3] F. Mukhlis, “Pembangkit Listrik Tenaga Uap,” Program Studi Teknik Energi.
Politeknik Negeri Jakarta, 2017

Anda mungkin juga menyukai