Anda di halaman 1dari 19

1.

Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)


Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) adalah pembangkit yang mengandalkan
energi mekanis dari uap untuk menghasilkan energi listrik. Dalam PLTU, energi primer
yang dikonversikan menjadi energi listrik adalah bahan bakar. Konversi energi tingkat
pertama yang berlangsung dalam PLTU adalah konversi energi primer menjadi energi
panas (kalor). Hal ini dilakukan dalam ruang bakar dari ketel uap PLTU. Energi panas ini
kemudian dipindahkan ke dalam air yang ada dalam pipa ketel untuk menghasilkan uap
yang dikumpulkan dalam drum dari ketel, uap dari drum ketel dialirkan ke turbin uap.
Dalam turbin uap, energi (enthalpy) uap dikonversikan menjadi enegri mekanis
penggerak generator, dan akhirnya energi mekanik dari turbin uap ini dikonversikan
menjadi energi listrik oleh generator. (Salahu, 2022)

Gambar 1. Proses Konversi Energi di PLTU

PLTU ITSS berlokasi di Morowali, Sulawesi Tengah, mempunyai 4 unit operasional


pembangkit listrik yang keempatnya berkapasitas 350 MW. Peralatan utamanya yaitu
boiler, turbin, kondensor dan generator. Selama proses produksi digunakan sejumlah air
tawar sebagai media kerja dan diperoleh dari hasil pengolahan air sungai melalui
peralatan water treatment plant yang diharapkan air tersebut memenuhi syarat untuk
pengisian boiler. Selanjutnya air dialirkan ke boiler dan dipanaskan menggunakan bahan
bakar minyak atau bakar batubara. Uap hasil produksi boiler dialirkan ke turbin guna
menghasilkan tenaga mekanis untuk memutar generator dan menghasilkan tenaga listrik.
2. Prinsip Kerja
PLTU menggunakan fluida kerja air uap yang bersirkulasi secara tertutup. Siklus tertutup
artinya menggunakan fluida yang sama secara berulang-ulang. Urutan sirkulasinya secara
singkat adalah sebagai berikut :
Pertama air diisikan ke boiler hingga mengisi penuh seluruh luas permukaan
pemindah panas. Didalam boiler air ini dipanaskan dengan gas panas hasil pembakaran
bahan bakar dengan udara sehingga berubah menjadi uap.
Kedua, uap hasil produksi boiler dengan tekanan dan temperatur tertentu
diarahkan untuk memutar turbin sehingga menghasilkan daya mekanik berupa putaran.
Ketiga, generator yang dikopel langsung dengan turbin berputar menghasilkan
energi listrik sebagai hasil dari perputaran medan magnet dalam kumparan. Uap bekas
keluar turbin masuk ke kondensor untuk didinginkan dengan air pendingin agar berubah
kembali menjadi air. Air kondensat hasil kondensasi uap kemudian digunakan lagi
sebagai air pengisi boiler. Demikian siklus ini berlangsung terus menerus dan berulang-
ulang.
Putaran turbin digunakan untuk memutar generator yang dikopel langsung dengan
turbin sehingga ketika turbin berputar dihasilkan energi listrik dari terminal output
generator.

Gambar 2. Siklus fluida kerja sederhana (air uap) PLTU


3. Siklus Rankine
Siklus rankine banyak dugunakan untuk pembangkit termal yang menggunakan uap
sebagai media penggerak turbin. Ada 4 peralatan utama pada pembangkit dengan sistem
siklus rankineI yaitu:
a. Boiler
b. Turbin
c. Kondensor
d. Pompa

Gambar 3. Diagram T-S Siklus Rankine


Pada siklus rankine, air mengalami empat proses sesuai gambar 3 di atas, yaitu:
a. Proses C-D: Proses ini dinamakan proses kompresi-isentropik karena saat
dipompa secara ideal tidak ada perubahan entropi yang terjadi
b. Proses D-F: Air bertekenan tinggi tersebut masuk ke boiler untuk mengalami
proses dipanaskan secara isobarik (tekanan konstan).
c. Proses F-G: Proses ini terjadi pada turbin uap. Uap kering dari boiler masuk
ke turbin dan mengalami proses ekspansi secara isentropik.
d. Proses G-C: Uap air yang keluar dari turbin uap masuk ke kondensor dan
mengalami kondensasi secara isobarik. (Komarudin, Saputro, & Wahuningsih,
2020)
4. Komponen Utama Pembangkit Listrik Tenaga Uap
Proses pembangkit listrik tenaga uap menggunakan tiga peralatan vital utama yang
mempunyai fungsi secara garis besar sebagai berikut, diantaranya:
a. Boiler
Boiler adalah suatu perangkat pembangkit yang berfungsi untuk mengubah air
menjadi uap. Boilert terdiri dari pipa-pipa berisi air. Pada bagian dasar terdapat
furnace yang berfungsi untuk melakukan pembakaran guna menghasilkan panas.
Panas ini akan digunakan untuk menguaokan air tang berada di pipa-pipa tersebut.
Dan uap ini akan menggerakan turbin. Uap yang dihasilkan boiler adalah uap
super heat dengan tekanan dan temperatur yang tinggi. Jumlah produksi uap
tergantung pada luas permukaan pemindah panas, laju aliran, dan panas
pembakaran yang diberikan. Boiler yang kontruksinya terdiri dari pipa-pipa berisi
air disebut dengan water tube boiler (boiler pipa air).
Pada unit pembangkit, boiler juga biasa disebut dengan steam generator
(pembangkit uap) mengingat arti kata boiler hanya pendidih, sementara pada
kenyataannya dari boiler dihasilkan uap superheat bertekanan tinggi.
Gambar 4. Tata Letak PLTU Pulverizer
Ditinjau dari bahan bakar yang digunakan, maka PLTU dapat dibedakan menjadi:
 PLTU Batubara
 PLTU Minyak
 PLTU gas
 PLTU nuklir

Jenis PLTU batubara masih dapat dibedakan berdasarkan proses pembakarannya,


yaitu PLTU dengan pembakaran batubara bubuk (pulverized coal/ PC boiler) dan
PLTU dengan pembakaran batu bara curah (Circulating Fluidized Bed/CFB
Boiler).
Gambar 5. Tata Letak CFB Boiler Batubara

b. Turbin Uap

Turbin uap berfungsi untuk merubah energi panas yang terkandung dalam uap
menjadi energi mekanik dalam bentuk putaran. Uap dengan tekanan dan
temperatur tinggi mengalir melalui nosel sehingga kecepatannya naik dan
mengarah dengan tepat untuk mendorong sudu-sudu turbin yang dipasang
pada poros. Akibatnya poros turbin bergerak menghasilkan putaran (energi
mekanik).

Uap yang telah melakukan kerja di turbin tekanan dan temperatur turun
hingga kondisinya menjadi uap basah. Uap keluar turbin ini kemudian
dialırkan kedalam kondensor untuk didinginkan agar menjadi air kondensat,
sedangkan tenaga putar yang dihasilkan digunakan untuk memutar generator.
Gambar 6. Turbin Uap PLTU ITSS

Berikut adalah spesifikasi Turbin Uap PLTU PT. ITSS:

Type : N350-24.2/566/566

Manufacture : Shanghai Electric

Inlet steam pressure : 24.2 MPa

Reheat steam pressure : 4.6275 Mpa

Exhaust pressure : 8.5 kPa

Rated speed : 3000 r/min

Inlet steam temperature : 566°C

Reheat steam temperature : 566°C

Cooling water temperature : 30°C

c. Kondensor
Kondensor adalah peralatan untuk merubah uap menjadi air. Proses
perubahan nya dilakukan dengan cara mengalirkan uap ke dalam suatu
ruangan 14 yang berisi pipa-pipa (tubes). Uap mengalir diluar pipa-pipa
sedangkan air sebagai pendingin mengalir di dalam pipa-pipa. Kondensor
seperti ini disebut kondensor tipe surface (permukaan). Kebutuhan air untuk
pendingin di kondensor sangat besar sehingga dalam perencanaan biasanya
sudah diperhitungkan. Air pendingin diambil dari sumber yang cukup
persediannya, yaitu dari danau, sungai atau laut. Posisi kondensor umumnya
terletak dibawah turbin sehingga memudahkan aliran uap keluar turbin untuk
masuk kondensor karena gravitasi. Laju perpindahan panas tergantung pada
aliran air pendingin, kebersihan pipa-pipa dan perbedaan temperatur antara
uap dan air pendingin. Proses perubahan uap menjadi air terjadi pada tekanan
dan temperatur jenuh, dalam hal ini kondensor berada pada kondisi vakum.
Karena temperatur air pendingin sama dengan temperatur udara luar, maka
temperatur air kondensat nya maksimum mendekati temperatur udara luar.
Apabila laju perpindahan panas terganggu, maka akan berpengaruh terhadap
tekanan dan temperatur.

d. Generator
Tujuan utama dari kegiatan di PLTU adalah menghasilkan energi listrik.
Produksi energi listrik merupakan target dari proses konversi energi di PLTU.
Generator dikopel langsung dengan turbin, akan menghasilkan tegangan
listrik manakala turbin berputar. Proses konversi energi didalam generator
adalah dengan memutar medan magnet didalam kumparan. Rotor generator
sebagai medan magnet menginduksi kumparan yang dipasang pada stator
sehingga timbul tegangan diantara kedua ujung kumparan generator. Untuk
membuat rotor agar menjadi medan magnet, maka dialirkan arus DC ke
kumparan rotor. Sistem pemberian arus DC kepada rotor agar menjadi magnet
ini disebut eksitasi.
Gambar 7. Generator PLTU PT. ITSS

Berikut adalah spesifikasi generator PLTU PT. ITSS:

Type : QPSN-350-2

Daya aktif : 350 MW

Daya semu : 412 MVA

Tegangan Eksistansi : 354 V

Arus Eksistansi : 2950 A

Tegangan : 20 kV

Frekuensi : 50 Hz

Arus : 11887 A

Tekanan hidrogen pendingin : 0.41 MPa


e. Cara Kerja Generator
Ketika turbin sebagai penggerak mulai diputar pada putaran normal, Rotor
Generator diberikan arus listrik penguat medan magnet yang menghasilkan
Flux, besaran Flux medan magnet yang timbul pada Kutub Rotor bergantung
pada besarnya arus penguat medan yang diberikan. Flux listrik dari medan
magnet Rotor ini diinduksikan kebalikan Stator yang menimbulkan gaya
gerak listrik (ggl) / tegangan pada ujung terminal belitan Stator Generator.
Ketika tegangan Stator Generator sudah sesuai dengan tegangan kerjanya dan
frekuensi listriknya sama, Generator bisa disinkronkan (paralel) dengan
jaringan listrik (jaring-jaring).
Ketika jaringan mendapatkan beban listrik, akan menimbulkan arus Stator dan
Flux induksi bertambah, sebagai fungsi dari besarnya listrik yang mengalir
kejaringan. Besarnya arus Stator ini mengakibatkan gaya tarik menarik pada
Stator dan kutub medan magnet yang menimbulkan energi tarik menarik juga
bertambah besar yang harus diterima / disediakan oleh mesin penggerak
(turbin) (Sabir & Salsabila, 2022)

5. Sistim Udara Pembakaran dan Gas Buang


Udara diambil/dihisap dari atmosfir dengan Forced Draft Fan. Temperature udara
yang masuk melalui FDF ± 30ºC dan tekanan nya ± 6 bar. Udara diteruskan melaui air
preheater. Didalam air preheater, temperature udara mengalami peningkatan menjadi ±
70º C, karena proses heat exchanger (perpindahan panas) dengan media pemanas main
steam yang diambil dari ASH lalu dialirkan ke tube-tube di Air preheater kemudian udara
dari air preheater diteruskan menuju Air Heater. Udara masuk ke air heater dipanaskan
oleh elemen pemanas air heater yang sebelumnya elemen ini telah dipanaskan oleh flue
gas.
Temperature udara yang dihasilkan melalui air heater ± 265 ºC. Udara dari air
heater masuk ke wind box. Fungsi wind box, udara diteruskan ke masing-masing burner
yang digunakan sebagai udara pembakaran (combustion air) diruang bakar (furnace).
Didalam ruang bakar terjadi proses pembakaran yang mengasilkan proses flue gas
sebagai heat exchanger (perpindahan panas) ke tube-tube didalam boiler. Temperature
flue gas yang dihasilkan di ruang bakar.± 1130ºC.
Flue gas sisa pembakaran di ruang bakar akan mengalir ke secondary
superheater. Temperatur flue gas yang masuk keruang secondary superheater ± 800º C
dan akan memanaskan steam menjadi uap kering untuk yang kedua kali, sehingga uap
kering ini siab untuk memutar turbin.
Flue gas dari secondary superheater akan masuk ke primary superheater dengan
temperatur ± 600 ºC. Di primary superheater, flue gas akan memanaskan uap basah
keluaran dari steam drum untuk menjadi uap kering untuk pertama kali.
Flue gas keluaran dari Primary Superheater yang memiliki temperature ± 460 ºC,
akan melalui economizer untuk pemanasan awal air pengisi (feed water). Pemanasan
awal air pengisi ini bertujuan untuk meningkatkan effisiensi boiler.
Flue gas dari economizer akan memanaskan air heater. Air Heater berfungsi
memanaskan awal udara pembakaran, dengan media pemanas element-element pemanas
yang telah dipanaskan oleh flue gas sebelum di buang melalui stack. Temperature flue
gas yang keluar dari air heater turun menjadi ± 150 ºC. kemudian flue gas dengan
temperature ± 150 inilah yang dibuang melalui stack. (Wibisana, 2018)

6. Siklus Air dan uap (Water and Steam Cycle)


Siklus air dan uap di PLTU Belawan Unit III berawal dari Water Treatment Plant
(WTP), air yang dipompa dari deep well di tretment agar memenuhi persyaratan untuk air
umpan boiler menggunakan sistem Ion Anion dan Mixbed. Air yang telah memenuhi
syarat akan pompakan ke hotwell dibawah condensor. Kemudian akan di pompakan oleh
Condensate Pump menuju Feed Water Tank (FWT). Sebelum mencapai FWT air ini akan
dipanaskan awal di vacum ejector, gland steam condensor (GSC) dan low pressure heater
(LPH) menggunakan uap ekstraksi dari turbin. Air didalam FWT dipanaskan secara direct
contact menggunakan uap ekstraksi dari turbin, fungsinya untuk menghilangkan kadar
Oksigen yang tekandung di dalam air. Kemudian air akan di pompakan menggunakan
Boiler Feed Pump (BFP) menuju boiler drum. Sebelum mencapai boiler drum air ini
mendapatkan pemanasan awal lagi di High Pressure Heater (HPH) menggunakan uap
ekstraksi dari turbin, dan di economizer menggunakan pemanas dari sisa gas buang hasil
pembakaran. Air di dalam boiler drum akan turun mengisi pipa-pipa evaporator atau riser.
Di dalam pipa-pipa inilah air ini mendapatkan panas dari pembakaran di dalam furnace,
air yang menjadi uap akan naik menuju boiler drum secara alami berdasarkan perbedaan
masa jenis. Di dalam drum uap akan mengalir menuju superheater untuk mendapatkan
pemanasan lanjut agar menjadi uap kering atau superheated steam. Pemanasan ini terjadi
di primary superheater dan secondary superheater. Uap kering bertekanan 89 bar dan
temperatur 513⁰C di alirkan menuju turbin. Di turbin uap tersebut di ekspansikan untuk
memutar turbin. Uap yang telah digunakan untuk memutar turbin akan masuk dalam
condensor untuk di kondensasikan menjadi air lagi dan di pompakan lagi menuju boiler.
Turbin yang berputar 3000 rpm di couple dengan generator, sehingga generator akan
menghasilkan listrik. (Sabir & Salsabila, 2022)

7. Klasifikasi Batubara
Secara umum batubara digolongkan menjadi lima tingkatan, yaitu:
a. Peat ditandai dengan kondisi fisik berwarna kecoklatan dan struktur berpori,
memiliki kadar air sangat tinggi, nilai kalori sangat rendah, kandungan sulfur sangat
tinggi, dan kandungan abu sangat tinggi. Nilai Calory Peat adalah 1.700- 3.000
kcal/kg.
b. Lignite ditandai dengan kodisi fisik berwara hitam dan sangat rapuh, nilai kalori
rendah, kandungan air tinggi, kandungan abu tinggi, dan kandungan sulfur tinggi.
Nilai kalori Lignite adalah 1.500- 4.500 kcal/kg.
c. Bituminous / Sub-Bituminous Coal ditandai dengan warna hitam mengkilat, struktur
kurang kompak, kandungan karbon tinggi, nilai kalori tinggi, kandungan air sedikit,
kandungai abu sedikit, dan kandungan sulfur sedikit. Nilai kalori Bituminous/ Sub-
Bituminous adalah 7.000-8.000 kcal/kg.
d. Anthracite ditandai dengan warna hitam sangat mengkilat, struktur kompak,
kandungan karbon sangat tinggi, nilai kalor sangat tinggi, kandungan air sangat
sedikit, kandungan abu sangat sedikit, dan kandungan sulfur sangat sedikit. Nilai
kalori Anthacite lebih besar atau sama dengan 8.300 kcal/kg. (Salahu, 2022)
Klasifikasi Batubara Menurut ASTM atau American Society for Testing and Material
yaitu:
a. Batubara berperingkat tinggi (Fixed Carbon> 69%) menggunakan parameter jumlah
karbon tetap (Fixed Carbon) dan zat terbang (Volatile Matter).
b. Batubara berperingkat rendah (Fixed Carbon< 69%) menggunakan parameter
berdasarkan nilai kalorinya.

Berdasarkan nilai kalor dibagi menjadi tiga, yaitu:

a. Batubara tingkat tinggi (High Rank) Batubara tingkat tinggi meliputi Meta
Anthracite, Anthracite, dan Semi Anthracite.
b. Batubara tingkat menengah (Moderate Rank) Batubara tingkat menengah meliputi
Low Volatile Bituminous Coal, dan High Volatile Coal.
c. Batubara tingkat rendah (low rank) batubara tingkat rendah meliputi sub-bituminous
coal, dan Lignite.

Istilah Bahan bakar Fosil Padat (Solid Fossil Fuels) yang sering dipakai dalam literatur
biasanya mencakup batubara maupun gambut. Sedangkan batubara seringpula dibagi
menurut urutan Lignit (atau batubara muda), batubara Subbituminus (Sub Bituminous
Coal), batubara Bituminus (Bituminous Coal) dan Antrasit (Anthracite).

8. Konsep Umum Heat Rate Analysis


Heat Rate merupakan parameter yang umum digunakan untuk menilai efisiensi
suatu power plant. Heat rate menunjukkan jumlah kalori/panas yang dibutuhkan untuk
menghasilkan per kWh listrik dari generator. Semakin besar nilai Heat Rate maka
semakin jelek efisiensi power plant, dan semakin kecil nilai Heat Rate maka semakin
efisien power plant tersebut.
Heat Rate Improvement Reference Manual (1998,21), Menyatakan :
Heat rate is defined in units of Btu/kWh (kJ/kWh) and is simply the amount of
heat input into a system divided by the amount of power generated by a system.
Berdasarkan output yang digunakan sebagai dasar perhitungan, perumusan heat rate
dibagi menjadi dua macam, yaitu :
a. Netto Heat Rate : yaitu perhitungan heat rate dengan menggunakan data kWh
netto dari output generator. Yang dimaksud kWh netto adalah jumlah dari travo
generator setelah dikurangi pemakaian sendiri.
b. Gross Heat Rate : yaitu perhitungan heat rate dengan menggunakan data Gross
Generator Output (GGO). Yang dimaksud GGO adalah jumlah total output kWh
dari travo generator
Untuk melihat perkembangan kondisi efisiensi unit, maka perlu dibandingkan antara Heat
Rate Reference dengan kondisi heat rate unit saat ini. Semakin besar gap yang dihasilkan
berarti semakin besar pula degradasi efisiensi dari power plant tersebut. Untuk heat rate
reference, digunakan dua sumber data, yaitu:
a. As Bulit Heat Rate : yaitu data-data heat rate dari commisioning test atau Best
Performance test setelah rehabilitasi. Data ini digunakan sebagai sumber data utama
untuk reference data.
b. As Design Heat Rate : yaitu data-data heat rate dari Design Power Plant Document.
Data ini digunakan jika terdapat data yang tidak ditemukan pada data As Built Heat
rate.

Perbedaan antara data As Design dan As Built Heat Rate dipengaruhi kondisi-kondisi
berikut :

1. Penurunan tekanan di pipa Ekstraksi Uap turbin

2. Penurunan tekanan di Reheater

3. Penurunan Turbin HP, IP dan LP Effisiensi

4. Penurunan desian boiler ( Aliran sprai air Superheat & Reheat, kebutuhan excess air,
preheater efficiency) (Sabir & Salsabila, 2022)

5. Kualitas bahan bakar

Dalam menganalisa kontribusi tiap equipment dalam kenaikan heat rate maka
perlu dipetakan besarnya sumbangan kenaikan heat rate tiap equipment. Untuk
memetakanya maka dibuatlah Pareto Heat Rate yang digunakan sebagai dasar untuk
melakukan Heat Rate Gap Analysis.
Setelah itu diambil beberapa contributor terbesar naiknya heat rate, kemudian
dilakukan analisa Root Cause-nya. Dari root cause tersebut kemudian dilakukan
penyusunan tidak lanjut (Action Plant/idea generation). Tindak lanjut yang dilakukan
bisa berupa : perubahan Prosedur / insruksi kerja, atau strategi dalam pola operasi dan
program pemeliharaan.

Dengan melakukan Heat Rate Gap Analysis diharapkan akan terjadi perbaikan
heat rate yang signifikan pada power plant. Sebab program-program yang dilaksanakan
bisa lebih tepat sasaran, sehingga akan membawa hasil yang lebih optimal. (Salahu,
2022)

9. Dasar Perhitungan Heat Rate Analysis


Secara umum perhitungan heat rate adalah energi dari bahan bakar yang di
masukan kedalam boiler untuk proses pembakaran di bagi dengan energi listrik yang di
hasilkan oleh generator, secara matematis dituliskan sebagai berikut :
Mfuel × HHV
PHR = P
(Pers 1)

Energi listrik yang dihasilkan generator tidak seluruhnya ditransmisikan ke jaringan,


namun sebagian daya digunakan untuk pemakaian sendiri menjalankan motor-motor dan
pompa. Jadi perhitungan heat rate untuk itu di bagi menjadi dua, yaitu Gross dan netto.
Jika Power Output yang dipergunakan untuk perhitungan adalah total output
generator tanpa di kurangi pemakaian sendiri, maka persamaan Gross Plan Heat Rate
adalah :
Mfuel × HHV
GPHR = PG (Pers 2)

Jika yang dipergunakan adalah perhitungan netto atau pemakaian sendiri di


masukan dalam perhitungan, maka persamaan Netto Plan Heat Rate adalah:
Mfuel × HHV
NPHR = PG −P S (Pers 3)

Untuk pelaksanaan Heat Rate Analysis maka perlu dibuat breakdown kontribusi
masing-masing equipment terhadap kenaikan Heat Rate. Metode yang digunakan dalam
Heat Rate Analysis ini, mengacu pada dokumen best practice EPRI (Heat rate reference
improvement manual). Pengelompokkan point heat loss dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Operator Controllable
 Temperatur Flue gas masuk Air Heater
 Temperatur Uap masuk turbin
 Tekanan uap masuk turbin
 Spray air ke Desuperheater

b. Unit Controllable
 Daya Pemakaian Sendiri
 Temperatur akhir Feed water
 Main steam flow
 Condenser vaccum

c. Turbine Component
 Turbine Efficiency

d. Cycle Component
 Performa Boiler Feed Pump
 Feed Water Heater yang tidak dioperasikan
 Isolation cycle

e. Boiler Component
 Kadar air pada bahan bakar
 Kadar Hidrogen dalam bahan bakar
 Kebocoran Air Heater
 Efektivitas Air Heater
 Temperatur udara masuk Air Heater

f. Other losses
 Make Up water
 Unexplained gap
(Wibisana, 2018)
10. Heat Rate Analysis Methods
Ada beberapa metode analisis heat rate antara lain adalah:
a. Metode Energi Input-Output
Metode energi input-output merupakan metode sederhana untuk
menentukan performance pembangkit melalui nilai heat rate karena hanya
melibatkan sedikit parameter yaitu dari nilai kalor bahan bakar, jumlah
bahan bakar yang masuk ke dalam boiler dan energi yang dibangkitkan.
Metode ini secara umum digunakan oleh operator control room atau
perencanaan dan pengendalian operasi untuk keperluan transaksi niaga
pembelian energi listrik dengan kondisi normal operasi. Perhitungan heat
rate dengan metode ini dapat di hitung menggunakan persamaan berikut.
Jumlah Bahan Bakar × Nilai Kalor HHV
Gross Plant Heat Rate =
Generator Power Output

b. Metode Effisiensi Boiler


Efisiensi Pembakaran Boiler secara umum menjelaskan kemampuan
sebuah burner untuk membakar keseluruhan bahan bakar yang masuk ke
dalam ruang bakar (furnace) boiler. Kerugian pada boiler perlu diketahui
untuk menentukan semua kerugian yang terjadi diboiler sehingga dapat
diketahui nilai efisiensi boiler, persamaanya untuk menentukan effisiensi
boiler sebagai berikut :
η=1−¿)

Kerugian-kerugian pada boiler yaitu:


 Kerugian akibat gas asap kering
Kerugian akibat gas asap kering adalah kerugian panas yang
terbawa oleh gas buang kering keluar dari cerobong ketel.
 Kerugian akibat kandungan air di bahan bakar
Kerugian akibat kandungan air dibahan bakar diakibatkan oleh
bahan bakar yang digunakan mengandung air.
 Kerugian akibat kandungan air dari pembakaran hidrogen
Kerugian ini akibat adanya hidrogen yang menyebabkan timbulnya
air sehingga untuk setiap kg air yang terkandung dalam bahan
bakar diperlukan sejumlah panas untuk mengubahanya menjadi
uap dan keluar bersama gas bekas ke cerobong
 Kerugian akibat kandungan air didalam udara
Kerugian yang terjadi akibat besarnya kandungan air di dalam
udara yang digunakan sebagai udara pembakaran. Kerugian akibat
karbon monoksida digas buang (Lco)
 Kerugian akibat permukaan radiasi dan konveksi (Lβ)
Kerugian berdasarkan permukaan radiasi dan konveksi yang terjadi
di pipa-pipa pemanas boiler, biasanya terjadi karena pipa kotor
(slugging).

c. Metode Turbine Heat Rate


Turbine Heat Rate merupakan salah satu indikator yang menunjukkan
performance dari kerja turbin. Turbine heat rate menunjukan perbandingan
dari energi total yang digunakan untuk memutar turbin, dengan energi
listrik netto yang dihasilkan oleh generator. Untuk menentukan besarnya
energi masuk dan energi keluar turbin, maka harus ditentukan besarnya
laju aliran massa uap ekstraksi dari setiap tingkatan turbin. Turbine Heat
Rate dapat dikalkulasi dengan persamaan: (Wibisana, 2018)
m(h1−h f )+mis (h1−his )
THR = (Pers4)
Pg
Baradaksa, I. (2018). Pengaruh Penggunaan Jumlah Tingkat Feed Water Heater Terhadap
Performance PLTU Paiton Unit 5. Malang: Universitas Brawijaya.
Komarudin, Saputro, A., & Wahuningsih, E. (2020). Analisis Kenaikan Plant Heat Rate PLTU
Sebelum Perbaikan Berkala Terhadap Kondisi Testing Komisioning. BINA TEKNIKA, 25-
33.
Sabir, N., & Salsabila, L. (2022). Efisiensi Pemakaian Bahan Bakar Pada PLTU Dengan
Menggunakan Metode Least Square. Makassar: Universitas Muhammadiyah Makassar.
Salahu, H. (2022). Pengaruh Batubara Terbakar dan Faktor Terhadap Output PLTU pada PT.
Pembangkit Jawa Bali Services Kecamatan Tidore Utara. Jurnal Teknik, 91-101.
Untoro, S., Ismail, N. R., Farid, A., & Suwandono, P. (2022). Analisa Efisiensi PLTU Paiton
Ketika High Pressure Heater (HPH 7) Inservice dan Outservice. Jurnal Energi dan
Teknologi Manufaktur (JETM), 07-12.
Wibisana, I. A. (2018). Analisis Heat Rate Terhadap Pengaruh Derating Dengan Bahan Bakar
Marine Fuel Oil (MFO). Medan: Universitas Medan Area.

Anda mungkin juga menyukai