Anda di halaman 1dari 20

NAMA : NAZRI ADLANI KOMARA

NIM : 0730020000015

KELAS : PENGERAK MULA TT

TURBIN GAS

1.1. Pengertian Gas-Turbine Engine

Gas-turbine engine adalah suatu alat yang memanfaatkan gas sebagai fluida untuk
memutar turbin dengan pembakaran internal. Didalam turbin gas energi kinetik
dikonversikan menjadi energi mekanik melalui udara bertekanan yang memutar roda
turbin sehingga menghasilkan daya. Sistem turbin gas yang paling sederhana terdiri
dari tiga komponen yaitu kompresor, ruang bakar dan turbin gas.
Pada mesin Gas Turbine Engine pada umumnya memiliki kompresor radial tahapan -
tunggal dan turbin, recuperator, serta foil bearings.

1.2. Prinsip Kerja Sistem Turbin Gas (Gas-Turbine Engine)

Udara masuk kedalam kompresor melalui saluran masuk udara (inlet). Kompresor
berfungsi untuk menghisap dan menaikkan tekanan udara tersebut, sehingga
temperatur udara juga meningkat. Kemudian udara bertekanan ini masuk kedalam
ruang bakar.

Di dalam ruang bakar dilakukan proses pembakaran dengan cara mencampurkan


udara bertekanan dan bahan bakar. Proses pembakaran tersebut berlangsung dalam
keadaan tekanan konstan sehingga dapat dikatakan ruang bakar hanya untuk
menaikkan temperatur.
Gas hasil pembakaran tersebut dialirkan ke turbin gas melalui suatu nozel yang
berfungsi untuk mengarahkan aliran tersebut ke sudu-sudu turbin. Daya yang
dihasilkan oleh turbin gas tersebut digunakan untuk memutar kompresornya sendiri
dan memutar beban lainnya seperti generator listrik, dll.

Setelah melewati turbin ini gas tersebut akan dibuang keluar melalui saluran buang
(exhaust).

Secara umum proses yang terjadi pada suatu sistem turbin gas adalah sebagai
berikut:

1. Pemampatan (compression) udara di hisap dan dimampatkan.

2. Pembakaran (combustion) bahan bakar dicampurkan ke dalam ruang bakar dengan


udara kemudian di bakar.

3. Pemuaian (expansion) gas hasil pembakaran memuai dan mengalir ke luar melalui
nozel (nozzle).

4. Pembuangan gas (exhaust) gas hasil pembakaran dikeluarkan lewat saluran


pembuangan.

Pada kenyataannya, tidak ada proses yang selalu ideal, tetap terjadi kerugian -
kerugian yang dapat menyebabkan turunnya daya yang dihasilkan oleh turbin gas dan
berakibat pada menurunnya performa turbin gas itu sendiri.

Kerugian-kerugian tersebut dapat terjadi pada ketiga komponen sistem turbin


gas. Sebab - sebab terjadinya kerugian antara lain:

 Adanya gesekan fluida yang menyebabkan terjadinya kerugian tekanan (pressure


losses) di ruang bakar.
 Adanya kerja yang berlebih waktu proses kompresi yang menyebabkan terjadinya
gesekan antara bantalan turbin dengan angin.

 Berubahnya nilai Cp dari fluida kerja akibat terjadinya perubahan temperatur dan
perubahan komposisi kimia dari fluida kerja.

 Adanya mechanical loss, dan sebagainya.

1.3. Klasifikasi Turbin Gas

Turbin gas dapat dibedakan berdasarkan siklusnya, kontruksi poros dan lainnya.
Menurut siklusnya turbin gas terdiri dari:

1. Turbin gas siklus tertutup (Close cycle)


Dalam sistim siklus tertutup, fluida kerja (biasanya gas helium atau udara)
bersirkulasi dalam suatu sirkuit tertutup. Fluida ini dipanaskan dalam suatu penukar
panas sebelum masuk menuju turbin, dan didinginkan setelah keluar turbin dan
melepaskan panas yang berguna. Sehingga maka fluida kerjanya bersih dan tidak
menyebabkan korosi ataupun erosi.

2. Turbin gas siklus terbuka (Open cycle)


Hampir seluruh sistim turbin gas yang tersedia saat ini, pada berbagai sektor
penggunaan, beroperasi pada siklus Brayton terbuka (juga dikenal dengan siklus
Joule bila ketidak dapat baliknya diabaikan) dimana komp resor mengambil udara
dari atmosfir dan membawanya pada tekanan yang lebih tinggi ke pembakar. Suhu
udara juga meningkat karena kompresi. Unit yang lebih tua dan lebih kecil beroperasi
pada perbandingan tekanan sekitar 15:1, sementara unit yang lebih baru dan lebih
besar beroperasi pada perbandingan tekan mendekati 30:1.

Udara dikirimkan melalui sebuah diffuser ke ruang pembakaran yang bertekanan


konstan, dimana bahan bakar diinjeksi dan dibakar. Diffuser menurunkan kecepatan
udara ke nilai yang dapat diterima dalam pembakar. Terdapat penurunan tekanan/
pressure drop di dalam pembakar sekitar 1,2%. Pembakaran berlangsung dengan
udara berlebih. Gas buang keluar pembakar pada suhu tinggi dengan konsentrasi
oksigen sampai 15-16%. Semakin tinggi suhu pada siklus ini, akan semakin tinggi
efisiensi siklusnya. Batas atasnya ditentukan daya tahan material turbin terhadap
suhu, juga oleh efisiensi sudu-sudu pendingin. Batasan suhu pada teknologi terbaru
adalah sekitar 1300°C.
Gas buang yang bersuhu dan bertekanan tinggi ini menuju turbin gas menghasilkan
kerja mekanis untuk menggerakan kompresor dan beban (generator listrik). Gas
buang meninggalkan turbin pada suhu yang cukup besar (450-600 ° C), yang ideal
untuk dimanfaatkan kembali panas yang bersuhu tinggi. Untuk pemanfaatan yang
lebih efisien, dipengaruhi oleh boiler pemanfat kembali panas yang bertekanan
tunggal atau ganda.

Steam yang dihasilkan dapat memiliki tekanan dan suhu yang tinggi, yang
menjadikannya cocok tidak hanya untuk proses termal saja namun juga untuk
menggerakkan turbin uap sehingga menghasilkan energi tambahan.

Pada umumnya perbedaan dari turbin gas siklus tertutup dan terbuka adalah
berdasarkan siklus fluida kerja. Pada turbin gas siklus terbuka, akhir ekspansi fluida
kerjanya langsung dibuang ke udara atmosfir, sedangkan untuk siklus tertutup akhir
ekspansi fluida kerjanya didinginkan untuk kembali ke dalam proses awal.

Sedangkan dalam industry, turbin gas umumnya diklasifikasikan dalam dua jenis
yaitu:

1. Turbin Gas Poros Tunggal (Single Shaft)

Turbin jenis ini digunakan untuk menggerakkan generator listrik yang menghasilkan
energi listrik untuk keperluan proses di industri.

2. Turbin Gas Poros Ganda (Double Shaft)

Turbin jenis ini merupakan turbin gas yang terdiri dari turbin bertekanan tinggi dan
turbin bertekanan rendah, dimana turbin gas ini digunakan untuk menggerakkan
beban yang berubah seperti kompresor pada unit proses.
1.4. Siklus-Siklus Turbin Gas

Pada dasarrnya terdapat tiga siklus turbin gas yang dikenal secara umum yaitu

1. Siklus Ericson

Merupakan siklus mesin kalor yang dapat balik (reversible) yang terdiri dari dua
proses isotermis dapat balik (reversible isotermic) dan dua proses isobarik dapat balik
(reversible isobaric). Proses perpindahan panas pada proses isobarik berlangsung di
dalam komponen siklus internal (regenerator), dimana effisiensi termalnya adalah :
hth = 1 – T1/Th

dimana :

T1 = temperatur buang

Th = temperatur panas

2. Siklus Stirling

Merupakan siklus mesin kalor dapat balik, yang terdiri dari dua proses isotermis
dapat balik (isotermal reversible) dengan volume tetap (isokhorik). Efisiensi
termalnya sama dengan efisiensi termal pada siklus Ericson.

3. Siklus Brayton

Siklus ini sering dikembangkan pada aplikasi turbin gas. Dan prosesnya yang paling
sederhana dan ideal menggunakan udara ideal, dimodelkan oleh seorang ilmuwan
bernama Brayton pada tahun 1873.

Dengan melibatkan kompresi dan ekspansi pada entropi konstan, disertai


penambahan dan pembuangan kalor pada tekanan konstan. Berbeda dengan siklus
bolak-balik lain, seperti siklus diesel, otto, stirling atau siklus lain yang
mengkombinasikan isentropi, isobarik, isotermal dan/atau isokorik.

2.1. Siklus Brayton

Siklus ini merupakan siklus daya termodinamika ideal untuk turbin gas, sehingga saat
ini siklus ini yang sangat populer digunakan oleh pembuat mesin turbine atau
manufacturer dalam analisa untuk performance upgrading. Siklus Brayton ini terdiri
dari proses kompresi isentropik yang diakhiri dengan proses pelepasan panas pada
tekanan konstan. Dimana sebuah mesin tipe brayton terdiri dari tiga komponen yaitu :

 Suatu Gas Kompresor

 Suatu Ruang Pencampuran

 Suatu Expander

Mesin yang menerapkan prinsip kerja Siklus Brayton pada umumnya akan menarik
udara ambient ke piston kompresor, di mana terjadi proses kompresi; secara idealnya
merupakan sebuah Proses Isentropic. Udara terkompresi kemudian berjalan melalui
ruang pencampuran bahan bakar pada tekanan – konstan, yang secara idealnya
merupakan sebuah Proses Isobarik.

Kemudian campuran udara bertekanan dan bahan bakar kemudian dinyalakan dalam
sebuah ekspansi silinder dan energi dilepaskan, yang akan menghasilkan udara panas
dan produk pembakaran dimana nantinya udara panas yang dihasilkan digunakan
untuk menggerakkan turbin dan menggerakkan kompresor itu sendiri.

Pada siklus Bryton tiap-tiap keadaan proses dapat dianalisa secara berikut:
Dimana :

 Proses 1 ke 2 (kompresi isentropik), Kerja yang dibutuhkan oleh kompresor


dimana udara ambient ditarik kedalam kompresor sehingga menjadi udara
bertekanan.

 Proses 2 ke 3, Pemasukan bahan bakar pada tekanan konstan dimana udara yang
dikompresi kemudian bergerak menuju ruang pembakaran, dimana bahan bakar akan
dibakar, dimana proses ini terjadi pada tekanan konstan, karena ruangan ini hanya
terbuka untuk aliran masuk dan keluar.

 Proses 3 ke 4, Ekspansi isentropik didalam turbin dimana pencampuran udara


bertekanan dan bahan bakar akan melepaskan energy yang akan menggerakkan turbin
dan menggerakkan kompresor.

 Proses 4 ke 1, Pembuangan panas pada tekanan konstan ke udara ( Pelepasan


Panas ).

Sehingga secara aktualnya Siklus Brayton memiliki 4 tahapan proses yaitu :

1. Proses adiabatik – Compression


2. Proses isobarik – Penambahan panas

3. Proses adiabatik – Ekspansi

4. Proses isobarik –Pelepasan panas

Dalam Siklus Brayton , effisiensi proses pada umumnya dapat mempengaruhi rasio
dari tekanan dan perubahan output daya yang spesifik dapat mempengaruhi kenaikan
temperature masuk turbin gas. Dimana hal ini diperlihatkan dari grafik berikut:
2.2. Siklus Ericsson

Siklus Ericsson ini dinamai oleh seorang penemu bernama John Ericsson, yang
merancang dan membangun banyak mesin panas yang didasarkan pada berbagai
siklus termodinamika.

Ia dihormati dengan menciptakan dua siklus mesin kalor unik dan mengembangkan
mesin praktis didasarkan pada siklus ini. Siklus pertama sangat mirip dengan apa
yang sekarang kita sebut "Siklus Brayton", dan Siklus kedua dengan pengecualian
yang menggunakan pembakaran eksternal yang sering disebut dengan “Siklus
Ericsson”.

Secara idealnya , Siklus Ericsson memiliki 4 tahapan proses yanbg hampir


menyerupai Siklus Brayton dengan beberapa sedikit perbedaan diantaranya :

 Proses 1 - 2 merupakan Kompresi isotermal. Dimana ruang kompresi diasumsikan


intercooled, sehingga gas mengalami kompresi isotermal. Udara terkompresi
mengalir ke tangki penyimpanan pada tekanan konstan. Dalam siklus yang ideal,
tidak ada perpindahan panas di seluruh dinding tangki.

 Proses 2 - 3 merupakan Tambahan Panas Secara Isobarik. Dimana dari tangki,


udara terkompresi mengalir melalui pemicu regenerasi dan meng pick - up panas
pada tekanan konstan yang tinggi pada sebuah silinder.

 Proses 3 - 4 merupakan Ekspansi isotermal. Dimana Ruang Silinder dipanaskan


secara eksternal dan gas mengalami ekspansi isothermal.

 Proses 4 - 1 merupakan Pelepasan Panas Secara Isobarik. Sebelum udara sisa


dilepaskan maka akan melewati kembali pemicu regenerasi, sehingga pendinginan
gas pada tekanan konstan rendah, dan memanaskan pemicu regenerasi untuk siklus
berikutnya.
2.3.Perbandingan Siklus Ericsson Dengan Siklus Stirling

Siklus Ericsson sering dibandingkan dengan siklus Stirling, karena memiliki


kesamaan pada desain mesin yang didasarkan pada mesin pembakaran eksternal
dengan regenerators.

Siklus Ericsson mungkin paling mirip dengan jenis "double-acting" dari Mesin
Stirling, di mana piston displacer juga bertindak sebagai kekuatan piston. Secara
teoritis, kedua siklus ini memiliki apa yang disebut efisiensi ideal, yang merupakan
tertinggi yang diperbolehkan oleh hukum kedua termodinamika.

2.4. Perbandingan Siklus Ericsson Dengan Siklus Brayton

Siklus Ericsson pertama yang dikembangkan sekarang sering disebut juga sebagai
"Brayton Siklus" dan biasanya diterapkan pada putaran mesin jet untuk pesawat
terbang. Sedangksan Siklus Erricson Kedua merupakan siklus yang paling diterapkan
atau digunakan, yang sering disebut sebagai "Ericsson siklus".

Siklus Kedua Ericson pada dasarnya melebihi turbin gas ideal Siklus Brayton, karena
beroperasi dengan intercooled multitahap kompresi, dan multitahap ekspansi dengan
pemanasan dan pendinginan. Dibandingkan dengan siklus Brayton yang
menggunakan kompresi dan ekspansi adiabatic, Siklus Kedua Erricson menggunakan
kompresi isotermal dan ekspansi, sehingga akan menghasilkan lebih bersih kerja per
stroke. Dan juga penggunaan regenerasi dalam siklus Ericsson meningkatkan
efisiensi dengan mengurangi panas masukan yang diperlukan.

Perbandingan antara Siklus Brayton dengan Siklus Erricson pada umumnya dapat
dilihat dari table berikut :
Cycle/Process Compression Heat Expansion Heat
Addition Rejection

Ericsson (First, adiabatic isobaric adiabatic isobaric


1833)
Ericsson (Second, isothermal isobaric isothermal isobaric
1853)
Brayton (Turbine) adiabatic isobaric adiabatic isobaric

2.5. Penyimpangan Siklus Ideal Dari Gas Turbin

Dalam operasinya Gas Turbin Generator banyak mengalami penyimpangan sehingga


dapat mengubah siklus idealnya. Penyimpangan siklus Brayton pada GTG ( Gas
Turbine Generator ) berpengaruh pada daya yang dihasilkan. Analisis siklus Brayton
pada GTG merupakan langkah awal untuk mencari letak permasalahan yang terjadi
pada GTG. Performa GTG dapat dilihat dengan menganalisis diagram T – S dan P- V
berikut ini :
Dari diagram P – V dan T – S diatas, maka daya keluaran Gas Generator dapat
ditunjukkan dengan luasan diagram, yang dapat diperbesar dengan beberapa cara :

1. Memperbesar tekanan (P) keluaran kompresor.

2. Menurunkan temperatur (T) masuk kompresor.

3. Meningkatkan temperatur pembakaran.

Selain itu, penurunan daya keluaran (MW) GTG dapat berasal dari beberapa hal
berikut ini :

1. Inefisiensi kompresi

Inefisiensi kompresi pada umumnya terjadi di kompresor. Hal ini kemungkinan


disebabkan oleh :

 Temperatur udara luar naik dan kualitas udara yang buruk berpengaruh pada
turunnya CPD.

 Sudu - sudu kompresor kotor berpengaruh pada turunnya flow udara masuk.

 Adanya clearance loss (kebocoran udara).

 Adanya cacat pada sudu kompresor.

2. Inefisiensi ekspansi

Inefisiensi ekspansi pada umumnya terjadi di turbin. Hal ini dapat menurunkan
efisiensi siklus, dimana penyebabnya hampir sama dengan di kompresor diantaranya ;

 Adanya cacat pada sudu turbin hal ini berhubungan dengan sudut kecepatan yang
berpengaruh pada gaya fungsional turbin.

 Adanya turbulensi yang dapat menghambat aliran yang disebabkan karena


penebalan baik di sisi inlet maupun outlet atau karena kekasaran permukaan sudu.
 Adanya clearance loss dari clearance yang terlalu besar antara sudu tetap dan
poros atau dari sealing yang tidak efektif menyebabkan energi panas tidak terserap
turbin dan lolos menjadi panas yang mengalir melalui celah antara sudu tetap dan
poros.

3. Inefisiensi pembakaran

Inefisiensi pembakaran terjadi di dalam ruang pembakaran. Hal ini mungkin


disebabkan oleh beberapa factor diantaranya :

 Terjadi penurunan Temperatur pembakaran dikarenakan flow bahan bakar turun


sehingga panas yang diberikan pada sistem juga turun mengakibatkan penurunan
daya.

 Pada sistem Base Load dengan Temperatur control pembukaan FSR (Fuel Stroke
Reference) dibatasi dengan exhaust Temp. Inefisiensi expansi pada turbin
menyebabkan Texhaust lebih cepat naik sehingga pembukaan FSR turun
menyebabkan flow bahan bakar berkurang dan panas yang diberikan berkurang.

3.1. Kesimpulan

1. Siklus Brayton merupakan siklus daya termodinamika ideal untuk turbin gas.
Dimana Siklus Brayton ini terdiri dari proses kompresi isentropik yang diakhiri
dengan proses pelepasan panas pada tekanan konstan.

2. Siklus Brayton pada umumnya terdiri atas 3 komponen penting yakni :

1). Gas Kompresor

2). Ruang Pembakaran


3). Expander

3. Siklus Brayton secara memiliki 4 tahapan proses yakni :

1. Proses adiabatik – Compression

2. Proses isobarik – Penambahan panas

3. Proses adiabatik – Ekspansi

4. Proses isobarik –Pelepasan panas

4. Siklus Ericson merupakan siklus daya termodinamika dengan mengguanakan


pembakaran eksternal dimana Siklus Ericson terdiri dari proses kompresi isothermal
dan diakhiri dengan proses pelepasan panas pada tekanan konstan.

5. Siklus Brayton pada umumnya terdiri atas 3 komponen penting yakni :

1. Gas Kompresor

2. Ruang Pembakaran

3. Regenarator

4. Expander

6.Siklus Brayton secara memiliki 4 tahapan proses yakni :

1. Proses Isotermal – Compression

2. Proses isobarik – Penambahan panas


3. Proses Isotermal – Ekspansi

4. Proses isobarik –Pelepasan panas

7. Siklus Ericson umumnya akan menghasilkan kerja yang lebih bersih dibandingkan
Siklus Brayton dan juga penggunaan regenerasi dalam siklus Ericsson yang dapat
meningkatkan efisiensi dengan mengurangi panas masukan yang diperlukan.

8. Dalam operasinya Gas Turbin Generator banyak mengalami penyimpangan -


penyimpangan sehingga dapat mengubah siklus idealnya.

Dimana Penyimpangan siklus Brayton pada GTG akan mempengaruhi daya keluaran
yang dihasilkan. Sehingga untuk mengatur daya keluaran dapat dilakukan dengan :

 Memperbesar tekanan ( P ) keluaran kompresor.

 Menurunkan temperatur ( T ) masuk kompresor.

 Meningkatkan temperatur pembakaran.

3.2. Saran

Siklus Ericson merupakan suatu siklus yang baik secara teoritis karena dapat
menghasilkan effisiensi yang ideal ( Tertinggi ) dari Hukum Kedua Thermodinamika
dan kerja yang lebih bersih daripada Siklus Brayton sehingga sangat cocok diterapkan
dalam Gas Turbine.
Daftar Pustaka

Smith, J.M , H. C. Van Ness and M.M Abbott. Intoduction to Chemical Engineering
Thermodynamics Sixth Edition. Mc Graw Hill.
Wahyudi Slamet , Deny Widhiyanuriyaman & Mega Nursasongko. 2003.
Thermodinamika Teknik II. Universitas Brawijaya.
Pedoman Effisiensi Energi Untuk Industri di Asia - www.energyefficiencyasia.org.

Anda mungkin juga menyukai