Anda di halaman 1dari 38

Prinsip Kerja Turbin Gas

Turbin gas adalah sebuah mesin panas pembakaran dalam, proses kerjanya seperti motor
bakar [gambar] yaitu udara atmosfer dihisap masuk kompresor dan dikompresi, kemudian
udara mampat masuk ruang bakar dan dipakai untuk proses pembakaran, sehingga diperoleh
suatu energi panas yang besar. Energi panas tersebut diekspansikan pada turbin dan
menghasilkan energi mekanik pada poros.
Sisa gas pembakaran yang ke luar turbin menjadi energi dorong (turbin gas pesawat terbang).
Jadi jelas bahwa turbin gas adalah mesin yang dapat mengubah energi panas menjadi energi
mekanik atau dorong. Persamaan turbin gas dengan motor bakar adalah pada proses
pembakarannya yang terjadi di dalam mesin itu sendiri.
Disamping itu proses kerjanya adalah sama yaitu: hisap, kompresi, pembakaran, ekspansi dan
buang. Perbedaannya adalah terletak pada konstruksinya. Motor bakar kebanyakan bekerja
gerak bolak-balik (reciprocating) sedangkan turbin gas adalah mesin rotasi, proses kerja
motor bakar bertahap (intermiten), untuk turbin gas adalah kontinyu dan gas buang pada
motor bakar tidak pernah dipakai untuk gaya dorong.

Turbin gas bekerja secara kontinyu tidak betahap, semua proses yaitu hisap, kompresi,
pembakaran dan buang adalah berlangsung bersamaan. Pada motor bakar yang prosesnya
bertahap yaitu yang dinamakan langkah, yaitu langkah hisap, kompresi, pembakaran,
ekspansi dan langkah buang. Antara langkah satu dan lainnya saling bergantung dan bekerja
bergantian. Pada proses ekspansi turbin gas, terjadi perubahan energi dari energi panas mejadi
energi mekanik putaran poros turbin, sedangkan pada motor bakar pada langkah ekspansi
terjadi perubahan dari energi panas menjadi energi mekanik gerak bolak-balik torak. Dengan
kondisi tersebut, turbin gas bekerja lebih halus dan tidak banyak getaran.
.
Prinsip Kerja Turbin Gas
Pada gambar dibawah adalah salah satu mesin turbin gas pesawat terbang, adapun cara
kerjanya adalah sebagai berikut. Motor starter dinyalakan, kompresor berputar dan mulai
bekerja menghisap udara sekitar, udara kemudian dimampatkan. Udara pada tahap pertama
dimampatkan dahulu pada kompresor tekanan rendah, diteruskan kompresor tekanan tinggi.
Udara mampat selanjutnya masuk ruang bakar, bercampur dengan bahan bakar yang sudah
disemprotkan.

Campuran bahan bakar-udara mampat kemudian dinyalakan dan terjadi proses pembakaran.
Gas hasil proses pembakaran berekspansi pada turbin, terjadi perubahan dari energi panas
menjadi energi putaran poros turbin, sebagian gas pembakaran menjadi gaya dorong. Setelah
memberikan sisa gaya dorongnya, gas hasil pembakaran ke luar melalui saluaran buang. Dari
proses kerja turbin gas pesawat terbang tersebut, dihasilkan daya turbin yang digunakan
untuk menggerakan kompresor, menghasikan daya dorong, dan menggerakan peralatan bantu
lainnya.

Turbin gas yang dipakai industri dapat dilihat pada gambar dibawah dan cara kerjanya sama
dengan turbin gas pesawat terbang. Motor starter dinyalakan untuk memutar kompresor,
udara segar terhisap masuk dan dimampatkan. Kemudian udara mampat dengan temperatur
dan tekanan yang cukup tinggi (200C, 6 bar) mengalir masuk ruang bakar bercampur dengan
bahan bakar.
Campuran udara mampat bahan-bakar kemudian dinyalakan dan terjadi proses pembakaran,
temperatur gas pembakaran naik drastis. Gas pembakaran dengan temperatur tinggi (6 bar,
750C) berekspansi pada turbin, sehingga terjadi perubahan energi, dari energi panas menjadi
energi putaran poros turbin. Gas pembakaran setelah berekspansi di turbin, lalu ke luar
sebagai gas bekas. Selanjutnya, turbin gas bekerja dengan putaran poros turbin, yaitu sebagai
sumber tenaga penggerak kompresor dan generator listrik.

Dari uraian cara kerja turbin gas di atas, dapat disebutkan komponen-komponen mesin turbin
gas yang penting, yaitu kompresor, ruang bakar, dan turbin. Jadi, daya yang dihasilkan turbin
tidak hanya menggerakan beban, yaitu generator listrik, tetapi juga harus menggerakan
kompresor.
.
.
sumber: sunyoto, Teknik Mesin Industri (jilid 3)

GAS TURBINE GENERATOR


GAS TURBINE GENERATOR
DASAR GAS TURBINE
n FUNGSI UNIT :
Turbin gas berfungsi untuk menggerakkan mesin kerja seperti Kompressor atau
Generator listrik, sehingga dihasilkan sesuatu kerja berupa tekanan atau tenaga listrik
n KONSEP DASAR :
Prinsip kerja sebuah turbin bisa dicontohkan pada kincir angin, kecepatan putaran
kincir angin tergantung dari kuat nya hembusan angin yang ada, diameter sudu-sudu
dan beban dari kincir angin tersebut
n Pada turbine gas, tenaga penggerak sudu-sudu turbin berasal dari campuran udara
yang dikompresi
n Tenaga yang dihasilkan oleh turbin sebagian dipakai untuk menggerakkan Kompressor
yang mensupply udara dalam ruang bakar, sebagian lagi dipakai untuk keperluan lain,
misalnya pembangkit listrik dll
n Kompressor udara bergerak bersama-sama dengan turbin menghisap udara dari
atmosfir, kemudian dikirim ke ruang bakar.
n Didalam ruang bakar dimasukkan bahan bakar (gas bumi atau solar), dan kemudian
dinyalakan sehingga menjadi terbakar.
n Campuran udara dan hasil pembakaran yang bertekanan, mengalir dan mengembang
melalui sudu-sudu turbin dan menggerakkan rotor dari turbin gas tersebut.
n Gas panas setelah menggerakkan turbin, dialirkan ke atmosfir atau juga dimanfaatkan
panasnya untuk keperluan lain.
n Bisa juga gas buang tersebut masih dimanfaatkan untuk membangkitkan steam.
n Dari penjelasan diatas terlihat energi yang dibutuhkan oleh system pada hakekatnya
dipenuhi dari hasil pembakaran gas bumi di ruang bakar, sedangkan distribusi
energinya bisa digambarkan dengan gambar dibawah ini :

H1H2 adalah energi yang dibutuhkan untuk mengerakkan compressor (We).


H3-H4 adalah energi yang dibutuhkan untuk menggerakkan Turbin (Wt).
H2-H3 adalah energi yang dihasilkan oleh pembakaran gas bumi dan udara di ruang
bakar (Qh).
n Sedangkan energi yang diberikan ke USER, dalam hal ini Generator Listrik, adalah
selisih tenaga yang dihasilkan oleh turbin dikurangi dengan energi untuk
menggerakkan compressor atau Wt-Wc, tentu saja setelah energi untuk masing-masing
alat sudah dikalikan dengan effisiensinya.
n Karena produk akhir dari turbin gas adalah listrik dan sumber energi berasal dari gas
bumi, maka jumlah kebutuhan listrik akan mengontrol jumlah gas bumi yang
dibutuhkan untuk pembakaran dan operasi dari gas turbin.
n Untuk meningkatkan effisiensi pemakaian gas bumi, maka gas buang dari gas turbin,
dimanfaatkan untuk membangkitkan steam yang dinamakan Waste Heat Boiler
(WHB).

n
n
n
n
n
n
n
n

URAIAN PROSES
Bila starting system dari turbin diaktifkan dan cluth sudah tersambung, maka rotor
turbin akan ikut berputar dan unit yang terhubung pada rotor (compressor, turbin,
generator), juga akan ikut berputar.
Bila kompressor mulai berputar, maka udara luar akan terhisap oleh kompressor.
Untuk menhindari kompressor surging selama start-up, maka blow off valve dari stage11 akan terbuka dan Inlet Guide Vane (IGV) akan di setting pada posisi minimum.
Bila speed sudah mencapai 95%, valve pada stg-11 akan tertutup dan IGV mulai
bergerak membuka pada posisi normal operasi
Udara dari kompressor akan mengalir ke combustion chamber.
Fuel gas (gas alam / solar) dari battery limit akan masuk ke combustion chamber juga
bercampur dengan udara dan dinyalakan dengan bantuan sprak plug (busi).
Apabila satu burner sudah menyala, maka burner-burner berikutnya juga akan
mulainmenyala juga.
Gas panas dari combustion chamber, mengalir ke transition piece (10 buah) yang
terletak pada combustion chamber liner dan dari sini mengalir ke turbine yang terdiri
dari 3 stage.

n Tiap stege terdiri dari jajaran nozzle yang dilengkapi dengan turbine bucket.
n Di nozzle-nozzle ini kecepatan gas meningkat dan kenaikkan kecepatan gas kemudian
menggerakkan turbine bucket, sehingga seluruh rotor mulai berputar.
n Setelah melalui stage ketiga, gas kemudian mengalir ke exhaust duct untuk
dimanfaatkan panasnya sebagai pembangkit steam di Waste Heat Boiler (WHB).
n Pola aliran dari mulai udara masuk mengalir ke kompressor, ke ruang bakar bercampur
dengan fuel gas dan dipakai untuk menggerakkan turbin dan keluar ke exhaust duct,
dinamakan gas path
ALAT-ALAT UTAMA PADA GAS TURBIN
n KOMPRESSOR
Kompressor berfungsi untuk mensupply udara pembakaran dan pendinginan pada
bagian-bagian lainnya seperti dinding ruang bakar, rotor dan sudu-sudu turbin.
n RUANG BAKAR.
Ruang bakar terdiri dari burner, nozzle dan busi untuk penyalaan.
n FILTER UDARA
Agar udara yang dikompressi tidak mengandung kotoran-kotoran yang bisa mengotori
dan merusak sudu-sudu kompressor, maka udara harus di filter dulu.
Filter harus selalu dimonitor tingkat kekotorannya dan harus dilakukan penggantian
bila tingkat kekotorannya sudah mencapai tingkat tertentu.
n PRIME MOVER (PENGGERAK MULA)
Untuk memutar rotor pada saat pertama kali, maka dipasang suatu system penggerak
mula yang digerakkan oleh motor atau diesel.
Diesel dihubungkan dengan rotor turbin dengan sebuah coupling khusus (clutch), jika
putaran turbin sudah lebih tinggi dari putaran diesel, maka coupling akan secara
automatis akan terlepas.
n OIL SYSTEM.
Untuk menghindari keausan pada peralatan yang berputar dan untuk mengontrol
operasi dari peralatan, maka pada gas turbin dilengkapi dengan oil system.
Oil system pada gas turbin di tampung pada reservoir oli yang kemudian dipompakan
dan didistribusikan untuk :
A. LUBRICATING OIL : Sebagian besar oli dipakai untuk pelumasan bearing-bearing
pada kompressor dan generator.
B. Hydraulic oil ini adalah lube oil yang dipompakan lagi untuk keperluan penggerak
dari system kontrol peralatan-peralatan.
PENJELASAN
1. KOMPRESSOR
Salah satu komponen utama dari gas turbin adalah kompressor.
Yang dimaksud dengan kompressor adalah alat yang dipergunakan untuk
memanpatkan suatu fluida gas.
Bila suatu gas didalam suatu ruangan tertutup diperkecil volumenya, maka gas akan
mengalami pemanpatan atau biasa disebut kompressi, sehingga tekanan gas pada
ruangan tersebut akan naik atau bila gas dimasukkan pada suatu tempat dan diputar
dengan kecepatan tinggi, maka gas akan mengalami kenaikkan kecepatan dan tekanan
karena adanya gaya sentrifugal.
Secara umum kompressor dapat diklasifikasikan menjadi beberapa katagori:

n DIPLACEMENT KOMPRESSOR : Kompressor yang cara pemampatannya dicapai


dengan memperkecil ruang kompressi, kemampuan kompressi tinggi, tetapi flow yang
dihasilkan rendah.
Yang termasuk jenis kompressor ini:
A. Reciprocating kompressor
B. Rotary kompressor.
n TURBO KOMPRESSOR: Kompressor yang cara kompressinya terjadi karena gas
dinaikkan kecepatannya dengan bantuan impeller atau blade.
Gas masuk melalui sebuah inlet nozzle menuju ke blade atau impeller.
Pada blade atau impeller tenaga dipindahkan ke gas dengan bertambahnya kecepatan.
Setelah dari impeller, atau blade, gas kemudian dilewatkan ke diffuser dan return bend
dimana kecepatan dari gas akan diturunkan dengan mempersempit ruangan
(pengurangan volume).
Dengan adanya pengurangan kecepatan maka gas densitynya naik dan tekanan
menjadi lebih tinggi
n Dengan fungsi seperti diatas, maka turbo kompressor disebut sebagai Dynamic Mechine,
karena kompressi dicapai dengan cara adanya kerja dinamis dari blade dan diffuser.
Yang termasuk kompressor jenis ini :
A. CENTRIFUGAL KOMPRESSOR : Kompressor yang arah alirannya radial
terhadap shaft, berkemampuan menghasilkan flow dan tekanan tinggi.
B. AXIAL FLOW KOMPRESSOR : Arah alirannya sejajar dengan shaft,
berkemampuan menghasilkan flow yang sangat tinggi, tetapi dischargenya sangat
rendah. Kecepatan gas yang dihasilkan oleh putaran blade dirubah menjadi tekanan di
stator.
n Axial Flow Kompressor Yang terdiri dari rotor dan casing kompressor termasuk didalam
casing kompressor adalah Inlet Guide Vane (IGV) dan 2 outlet guide vane.
Udara mengalir diantara rotor dan stator blade dimana udara di kompressikan dari
satu stage ke stage berikutnya secara seri.
Blade pada rotor mensupply tenaga yang dibutuhkan untuk memanpatkan udara pada
setiap stage dan blade pada stator mengarahkan udara masuk ke blade rotor
berikutnya.
Udara hasil kompressi kemudian mengalir ke combustion chamber sebagai udara
pembakaran, sebagian udara dialirkan untuk pendinginan di turbin bucket dan sealing
di bearing.
BAGIAN-BAGIAN UTAMA DARI KOMPRESSOR UDARA
n 1. Rotor : terdiri dari rotor blade, wheels dan dilengkapi dengan thrust dan journal
bearing.
n 2. Stator : terdiri dari
a. Inlet casing, terdiri dari stator yang berfungsi mengarahkan aliran udara ke rotor
blade. Pada casing juga terdapat IGV yang berfungsi untuk mengontrol jumlah udara
yang dibutuhkan. IGV ring yang memutar Pinion Gear,
b. Forward casing, terdiri dari 4 stage stator pertama.
c. AFT casing, terdiri dari stage ke 5 sampai ke 10. Dari casing pada stage ke 5, udara
dikeluarkan digunakan untuk supply sealing dan cooling, sedangkan dari stage 11
dipakai untuk blow off pada saat start-up dan shut down..

d. Discharge casing, terdiri dari stage 11 s/d 17 dan terletak diantara forward dan aft
casing.
Bentuk blade dari stator dan rotor kompressor didesign seperti airfoil untuk
menghasilkan effisiensi yang tinggi.
Blade terletak pada wheel dan disusun berjajar seperti bulu pada ekor burung dara
(dove tail)
n Combustion Chamber
Combustion chamber atau ruang bakar adalah tempat dimana udara dari kompressor
dan fuel (gas bumi, solar) bercampur dan dibakar.
Ruang bakar juga dilengkapi dengan busi (sprak plug) untuk penyalaan pertama.
Untuk mendektesi nyala api dari burner, dipasang flame detector, bila burner mati
maka flame detector akan mengaktifkan interlock trip system.
Jumlah burner diruang bakar ada 10, dilengkapi dengan nozzle untuk menyemburkan
fuel dan udara agar pencampurannya bagus.
Jumlah fuel yang di injeksikan diatur oleh ratio valve yang diatur oleh system
pengontrolan di generator.
n Turbin
Pada prinsipnya sebuah turbin terdiri atas satu atau beberapa wheel yang
disekelilingnya mempunyai blade atau sudu-sudu.
Wheel yang diletakkan pada shaft akan berputar bila blades ditekan / didorong oleh
suatu fluida (gas atau cairan).
Campuran udara dan gas dari ruang bakar yang bertekanan tinggi dilewatkan ke
nozzle yang ada didepan sudu-sudu turbin.
Tekanan gas akan mengalami penurunan, tetapi kecepatannya akan naik.
Gas dengan kecepatan tinggi ini kemudian disemprotkan ke sudu-sudu yang ada
disekeliling roda, sehingga roda dapat berputar menggerakkan poros turbin.
Energi yang dipakai untuk menggerakkan turbin adalah selisih dari energi inlet
dikurangi dengan energi yang tersisa dari outletnya.
Menurut alirannya turbin dibedakan menjadi :
n 1. Turbin aksi : Shaft berputar karena sudu menerima gaya dorong yang dihasilkan oleh
adanya tumbukan uap ke sudu-sudu.
n 2. Turbin reaksi : Prinsip kerja dicontohkan seperti alat penyiram air, fluida masuk dari
bagian tengah (poros) dan keluar dari pipa-pipa yang terpasang pada poros, dengan
adanya aliran dari poros ke jari-jari, maka shaft akan berputar. Kecepatan putaran
dari shaft tergantung dari besarnya pancaran yang keluar dari jari-jari.
Dilihat dari medianya yang dipakai turbin diklasifikasikan menjadi :
n 1. Turbin air yaitu turbin yang mendapat tenaga dari air yang dialirkan ke sudu-sudu,
contoh turbin air yang dipakai di bendungan.
n 2. Turbin uap yaitu turbin yang digerakkan oleh tenaga uap/steam.
Turbin gas yaitu turbin yang digerakkan oleh campuran gas panas hasil pembakaran
udara dan bahan bakar.
SISTEM PENGAMANAN PADA GAS TURBINE
Untuk melindungi peralatan pada gas turbine dan alat-alat lainnya.
System dilindungi dengan beberapa system pengaman

n A. Over speed trip, yaitu suatu system detector terhadap kecepatan turbin yang
diijinkan.
n B. System pemadam kebakaran, Yaitu suatu system detector terhadap kebakaran yang
akan mengaktifkan pemadaman secara otomatis dan menstop operasi dari turbin,
media yang dipakai untuk pemadaman adalah gas CO2.
n C. Pengatur kecepatan : Karena turbin dikontrol oleh generator maka speed dari turbin
gas akan mengikuti variabel pada generator, pada prinsipnya pengaturan speed adalah
pengaturan jumlah gas yang dibakar di ruang bakar karena speed selalu
dipertahankan konstan.
n D. Kontrol temperatur : Temp gas dari ruang bakar harus dijaga tidak melebihi dari
yang diijinkan, bila temp naik maka alarm akan menyala dan temp kontroler akan
mengatur supply udara ke ruang bakar atau bila udara yang di supply sudah maks,
maka kontroler akan memerintahkan untuk pengurangan bahan bakar ke ruang bakar.
pasindikom.blogspot.com

hendrickson

http://www.gunadarma.ac.id

http://baak.gunadarma.ac.id

http://studentsite.gunadarma.ac.id

Selasa, 01 Mei 2012


MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK DENGAN MENGGUNAKAN GENERATOR

MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK DENGAN MENGGUNAKAN GENERATOR

Tugas Dasar Konversi Energi Elektrik


Nama : HENDRICKSON
NPM : 13410221
Kelas : 2IB02

MAKALAH
PEMBANGKIT LISTRIK DENGAN MENGGUNAKAN GENERATOR
Dibuat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar Konversi Energi Elektrik

Disusun Oleh :
Nama : Hendrickson
NPM : 13410221
Kelas : 2IB02

Program Sarjana Teknik Elektro


Fakultas Teknologi Industri
Tahun 2012

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur, kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena rahmatNya, kami dapat menyelesaikan makalah Dasar Konversi Energi Elektrik ini.
Selain sebagai tugas, makalah yang kami buat ini bertujuan memberi informasi kepada para
pembaca tentang Pembangkit Listrik dengan Menggunakan Generator.
Pembuatan penyusunan makalah dengan materi Pembangkit Listrik dengan
Menggunakan Generator diharapkan dapat memberikan manfaat & wawasan pengetahuan
bagi rekan-rekan mahasiswa juga para pembaca untuk lebih memahami pemanfaatan dan
pengimplementasian generator pada pembangkit listrik.
Kami menyadari banyak hambatan dalam penyusunan makalah ini, baik itu masalah
waktu, sarana, dan lain sebagainya. Selesainya makalah ini semata-mata bukan hanya atas
kemampuan kami sendiri, tetapi banyak pihak yang mendukung dan membantu kami dalam
penyusunan makalah ini. Dalam kesempatan ini pula, kami mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu kami dalam penyusunan makalah ini.
Kami berharap agar makalah ini berguna bagi para pembaca, agar dapat memahami
dan mengimplementasikan pemahaman yang didapat, mengenai generator. Kami menyadari
bahwa dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak kesalahan. Oleh sebab itu, kritik dan
saran yang membangun sangat kami butuhkan agar di masa yang akan datang, kami mampu
lebih baik lagi.
Bekasi, 28 April 2012
Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..

DAFTAR ISI ........

ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.. 1
1.2 Rumusan Masalah. 3
1.3 Tujuan Penulisan...4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Generator ... 5
2.2 Prinsip Kerja Generator 6
2.3 Kriteria Pemilihan Pembangkit... 8
2.4 Karakteristik Beban... 8
2.5 Keandalan Pembangkit.... 9
2.6 Aspek Ekonomi.... 10
2.7 Aspek Lingkungan dan Geografis... 11
2.8 Aspek Sosial dan Politik....
2.9 Jenis Jenis Pembangkit.... 12
2.9.1 Pembangkit Listrik Berbahan bakar Minyak.... 12
2.9.2 Pembangkit Listrik Berbahan Bakar Gas..... 14
2.9.3 Pembangkit Listrik Berbahan Bakar Batubara.. 16
2.9.4 Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir 19
2.9.5 Pembangkit Listrik Terbarukan 28
2.9.6 Tenaga Air 28
2.9.7 Tenaga Surya 31
2.9.8 Tenaga Angin33
2.9.9 Biomassa..36
2.9.10 Tenaga Panas Bumi.40

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan... 44
3.2 Saran. 45
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setelah pulih dari krisis moneter pada tahun 1998, Indonesia mengalami lonjakan hebat

11

dalam konsumsi energi. Dari tahun 2000 hingga tahun 2004 konsumsi energi primer
Indonesia meningkat sebesar 5.2 % per tahunnya. Peningkatan ini cukup signifikan apabila
dibandingkan dengan peningkatan kebutuhan energi pada tahun 1995 hingga tahun 2000,
yakni sebesar 2.9 % pertahun. Dengan keadaan yang seperti ini, diperkirakan kebutuhan
listrik indonesia akan terus bertambah sebesar 4.6 % setiap tahunnya, hingga diperkirakan
mencapai tiga kali lipat pada tahun 2030.
Tentunya pemerintah pun tidak tinggal diam dalam menghadapi lonjakan kebutuhan energi,
terutama energi listrik. Salah satu langkah awal yang pemerintah lakukan adalah dengan
membuat blueprint Pengelolaan Energi Nasional 2006 2025 (Keputusan Presiden RI nomer
5 tahun 2006). Secara garis besar, dalam blueprint tersebut ada dua macam solusi yang
dilakukan secara bertahap hingga tahun 2025, yaitu peningkatan efisiensi penggunaan energi
(penghematan) dan pemanfaatan sumber-sumber energi baru (diversifikasi energi).
Mengingat rasio elektrifikasi yang masih relatif rendah, yaitu 63 % pada tahun 2005,
sedangkan Indonesia menargetkan rasio elektrifikasi 95 % pada tahun 2025, maka
pembahasan pada artikel ini akan lebih diarahkan pada pemanfaatan sumber energi primer
sebagai pembangkit listrik.
Dan seiring dengan perkembangan dunia industri, fabrikasi pengolahan dan perkembangan
teknologi lainnya maka akan meningkat pula kebutuhan akan tenaga listrik karena energi
listrik dapat dengan mudah dibangkitkan, ditransmisikan, lalu didistribusikan dengan melalui
bentuk konversi energi dari energi yang satu menjadi bentuk energi yang lainnya.
Suatu sistem tenaga listrik tidak hanya didukung oleh sistem operasi yang optimal maupun
pelayanan yang efisien, tetapi juga tergantung pada sistem pengontrolan dan sistem proteksi
itu sendiri. Tujuan sistem pengontrolan dalam sistem tenaga listrik adalah mengontrol agar
segala peralatan listrik yang membangun sistem kelistrikan dapat bekerja secara maksimal
mulai dari pengontrolan sistem pembangkitan ke beban sampai pada pengontrolan terhadap
gangguan yang mungkinterjadi selama pengoperasian sistem itu sendiri.
Salah satu sistem pengontrolan dari peralatan-peralatan kelistrikan adalah pengontrolan dari
kerja generator, dimana tujuannya adalah mempertahankan kondisikerja dari generator itu
sendiri dengan mengatur parameter-parameter yang ada didalamnya seperti frekuensi dan
tegangan. Hal ini sebenarnya dilakukan untuk mempertahankan kesinambungan pelayanan
kepada konsumen.
Generator adalah alat untuk mengubah energi mekanik menjadi energi listrik. Generator
menghasilkan energi listrik dengan digerakkan atau diputar oleh suatu penggerak mula (prime
mover). Penggerak mula dari pada generator dapat berupa turbin air (PLTA), turbin gas
(PLTG), turbin uap (PLTU), mesin diesel (PLTD), dan lain-lain.
Generator akan mengkonversi energi mekanik tersebut menjadi energi listrik yang kemudian
dapat dipergunakan untuk melayani kebutuhan rumah tangga, industri dan lain-lain. Atas
dasar itulah, materi mengenai generator diangkat dalam makalah ini. Indonesia adalah negara
yang memiliki sumber daya energi yang berlimpah dan beragam baik yang bersumber dari
fosil seperti minyak bumi, batubara dan gas bumi. Ataupun sumber energi alternatif dan
terbarukan lainnya seperti tenaga surya, tenaga angin, tenaga air, geothermal, biomasa dan
lain-lain. Meskipun potensi sumber energi yang dimiliki berlimpah, Indonesia sampai saat ini
tetap belum bisa memenuhi kebutuhan energi dalam negerinya sendiri.
Diversifikasi energi (bauran sumber energi) merupakan suatu konsep / strategi yang dapat

dipergunakan sebagai alat (tools) untuk mencapai pembangunan energi dan ekonomi yang
berkelanjutan. Kebijakan bauran energi (energy mix) menekankan bahwa Indonesia tidak
boleh hanya tergantung pada sumber energi berbasis fosil, namun harus juga
mengembangkan penggunaan energi terbarukan. Kebijakan bauran energi di Indonesia perlu
dikembangkan dengan memperjelas strategi, sasaran penggunaan, jumlah pemanfaatandan
pengelolaan energi nasional, dengan mempertimbangkan potensi energi, permintaan energi,
infrastruktur energi serta faktor lainnya seperti harga energi, teknologi, pajak, investasi dan
sebagainya.
Makalah ini akan mengkaji kelebihan dan kekurangan masing-masing sumber energi di
Indonesia. Dengan memaparkan kelebihan dan kekurangan ini, diharapkan dapat memberikan
pemahaman kepada masyarakat untuk mendukung program pemerintah dalam
mengembangkan energi di Indonesia berdasarkan blueprint pengelolaan energi nasional
(Presidential degree 5, 2006).
1.2 Rumusan Permasalahan
Adapun rumusan permasalahan yang didapat dari latar belakang permasalahan di atas, yaitu
sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan generator ?
2. Bagaimana prinsip kerja generator ?
3. Apa saja kriteria pemilihan pembangkit ?
4. Bagaimana karakteristik pada beban tersebut ?
5. Bagaimana keadaan pembangkitnya ?
6. Bagaimana dampaknya dalam segi aspek ekonomi ?
7. Bagaimana dampaknya dalam segi aspek lingkungan & geografis ?
8. Bagaimana dampaknya dalam segi aspek sosial & politik ?
9. Sebutkan jenis jenis pembangkit listrik ?
10. Jelaskan tentang pembangkit listrik berbahan bakar minyak ?
11. Jelaskan tentang pembangkit listrik berbahan bakar gas ?
12. Jelaskan tentang pembangkit listrik berbahan bakar batubara ?
13. Jelaskan tentang pembangkit listrik tenaga nuklir ?
14. Jelaskan tentang pembangkit listrik terbarukan ?
15. Jelaskan tentang pembangkit listrik tenaga air ?
16. Jelaskan tentang pembangkit listrik tenaga surya ?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan makalah ini di antaranya, yaitu:
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar Konversi Energi Elektrik.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan generator.
3. Untuk mengetahui prinsip kerja generator.
4. Untuk mengetahui kriteria pemilihan pembangkit.
5. Untuk mengetahui karakteristik pada beban.
6. Untuk mengetahui keadaan pembangkit.
7. Untuk mengetahui dampaknya dalam segi aspek ekonomi.

8. Untuk mengetahui dalam segi aspek lingkungan & geografis.


9. Untuk mengetahui dampaknya dalam segi aspek sosial & politik.
10. Untuk mengetahui jenis jenis pembangkit listrik.

BAB II
PEMBAHASAN

Generator merupakan salah satu aspek pendukung dalam sistem tenaga dan merupakan salah
satu aspek penting di dalam pengkonversian energi elektromekanik; yaitu konversi energi
dari bentuk mekanik ke listrik dan daribentuk listrik ke mekanik. Generator dapat
digolongkan ke dalam sistem pembangkit dimana sistem ini berperan untuk mengubah
bentuk energi mekanik menjadi energi listrik. Suatu mesin listrik (baik generator ataupun
motor) akan berfungsi bila memiliki, yaitu:
- Kumparan medan, untuk menghasilkan medan magnet.
- Kumparan jangkar, untuk mengimbaskan ggl pada konduktor konduktor yang terletak
pada alur alur jangkar.
- Celah udara, yang memungkinkan berputarnya jangkar dalam medan magnet.
Pada mesin arus searah, kumparan medan yang berbentuk kutub sepatumerupakan stator
(bagian yang tidak berputar), dan kumparan jangkar merupakanrotor (bagian yang berputar).
Bila kumparan jangkar berputar dalam medanmagnet akan dibangkitkan tegangan (ggl) yang
berubah ubah arah setiapsetengah putaran, sehingga merupakan tegangan bolak balik.
e = Emaks sin t
Untuk memperoleh tegangan searah diperlukan alat penyearah yang disebut komutator dan
sikat.
2.1 Pengertian Generator
Generator adalah mesin listrik yang mengubah daya mekanis menjadi daya listrik. Mesin
listrik dapat berupa generator dan motor dan berdasarkan arah arusnya mesin listrik terbagi
atas mesin listrik arus searah dan mesin listrik arus bolak-balik.
2.2 Prinsip Kerja Generator
Prinsip dari Generator Arus Searah berdasarkan Hukum Induksi Farraday. Jika sepotong
kawat terletak di antara kutub-kutub magnet kemudian kawat tersebut digerakkan maka di
ujung kawat ini timbul gaya gerak listrik (GGL)karena induksi.
e = B.L.V
Jadi dasarnya adalah harus ada konduktor (penghantar), harus ada medan magnet, dan harus
ada gerak atau perputaran dari konduktor pada medan magnetik. Arah GGL sesuai dengan
kaidah tangan kanan, dimana:

Jempol gerak putaran (v)


Jari telunjuk medan magnetik U S (kutub) (B)
Jari tengah besarnya galvanis (L)
Ketiga arah ini saling tegak lurus.

Jika kumparan yang terletak di antara kutub-kutub magnet diputar dengan kecepatan putar
() yang tetap maka pada tiap-tiap perubahan kedudukan dari kumparan ini untuk besaran
GGL induksinya berbeda-beda. Dengan berputarnya kumparan pada kecepatan tetap, maka
besar GGL induksi setiap saat di ujung-ujung kumparan adalah :
Untuk mengalirkan GGL induksi bolak-balik di ujung-ujung kumparan jangkar ke beban
generator, dipakai dua cincin yang ikut berputar dengan kumparan dan pada cincin dipasang
sikat arang yang tidak ikut berputar dengan kumparan tersebut. Untuk memperbesar GGl
induksi yang terjadi pada ujung-ujung kumparan jangkar dapat dilakukan dengan
membelitkan beberapa kumparan yang dialiri arus listrik pada kutub-kutub magnet generator.
Untuk mendapatkan tegangan atau arus yang dialirkan ke beban generator, maka kedua cincin
itu diganti dengan satu cincin belah. Cincin belah ini sering disebut Komutator dan masing masing belahannya disebut Lamel.
Untuk perolehan arus searah dari tegangan bolak balik, meskipun tujuan utamanya adalah
pembangkitan tegangan searah, tampak bahwa tegangan kecepatan yang dibangkitkan pada
kumparan jangkar merupakan tegangan bolak-balik. Bentuk gelombang yang berubah-ubah
tersebut karenanya harus disearahkan. Untuk mendapatkan arus searah dari arus bolak balik
dengan menggunakan:
a. Saklar
Saklar berfungsi untuk menghubung singkatkan ujung-ujung kumparan. Prinsip kerjanya
adalah sebagai berikut :
Bila kumparan jangkar berputar, maka pada kedua ujung kumparan akan timbul tegangan
yang sinusoida. Bila setengah periode tegangan positif saklar dihubungkan, maka tegangan
menjadi nol. Dan bila saklar dibuka lagi akan timbul lagi tegangan. Begitu seterusnya setiap
setengah periode tegangan saklar dihubungkan, maka akan dihasilkan tegangan searah
gelombang penuh.
b. Komutator
Komutator berfungsi sebagai saklar, yaitu untuk menghubung singkatkan kumparan jangkar.
Komutator berupa cincin belah yang dipasang pada ujung kumparan jangkar. Bila kumparan
jangkar berputar, maka cincin belah ikut berputar. Karena kumparan berada dalam medan
magnet, akan timbul tegangan bolak-balik sinusoidal.
Bila kumparan telah berputar setengah putaran, sikat akan menutup celah cincin sehingga
tegangan menjadi nol. Karena cincin berputar terus, maka celah akan terbuka lagi dan timbul
tegangan lagi. Bila perioda tegangan sama dengan perioda perputaran cincin, tegangan yang
timbul adalah tegangan arus searah gelombang penuh.

c. Dioda
Dioda adalah komponen pasif yang mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
- Bila diberi prasikap maju (forward bias) bisa dialiri arus.
- Bila diberi pra sikap balik (reverse bias) dioda tidak akan dialiri arus.
Berdasarakan bentuk gelombang yang dihasilkan, dioda dibagi menjadi:
- Half wave rectifier (penyearah setengah gelombang)
- Full wave rectifier (penyearah satu gelombang penuh)
2.3 Kriteria Pemilihan Pembangkit
Meskipun Indonesia memiliki banyak potensi energi yang dapat dikembangkan menjadi
pembangkit listrik, namun kenyataannya proses realisasinya tidak semudah membalik telapak
tangan. Pemilihan pembangkit listrik bukanlah hal yang mudah. Banyak hal yang harus
dipertimbangkan secara matang, seperti: prediksi pertumbuhan beban per tahun, karakteristik
kurva beban, keandalan sistem pembangkit, ketersediaan dan harga sumber energi primer
yang akan digunakan, juga isu lingkungan, sosial dan politik.
2.4 Karakteristik Beban
Hingga saat ini tidak ada satu alat pun yang dapat menyimpan energi listrik dalam kapasitas
yang sangat besar. Untuk itu besarnya listrik yang dibangkitkan harus disesuaikan dengan
kebutuhan beban pada saat yang sama. Apabila melihat kurva beban harian pada Gambar 3,
sebagai contoh kurva beban listrik di Pulau Jawa, terlihat bahwa beban yang ditanggung PLN
berubah secara fluktuatif setiap jamnya.
Secara garis besar ada 3 tipe pembangkit listrik berdasarkan waktu beroperasinya. Tipe base
untuk menyangga beban-beban dasar yang konstan, dioperasikan sepanjang waktu dan
memiliki waktu mula yang lama. Tipe intermediate biasanya digunakan sewaktu-waktu untuk
menutupi lubang-lubang beban dasar pada kurva beban, memiliki waktu mula yang cepat dan
lebih reaktif. Tipe peak/puncak, hanya dioperasikan saat PLN menghadapi beban puncak,
umumnya pembangkit tipe ini memiliki keandalan yang tinggi, namun tidak terlalu ekonomis
untuk digunakan terus-menerus.
Melihat kurva diatas pula, maka kebijakan mengenai pembangunan pembangkit baru juga
harus merefleksikan kurva beban sesuai dengan proyeksi kebutuhan listrik dimasa depan.
Maka nantinya akan terlihat berapa pembangkit yang harus menjadi pembangkit tipe base dan
berapa yang menjadi pembangkit mendukung beban intermediate dan beban puncak.

2.5 Keandalan Pembangkit


Salah satu hal penting dari penyediaan pasokan energi listrik adalah isu keandalan. Keandalan
kapasitas pembangkit didefenisikan sebagai persesuaian antara kapasitas pembangkit yang
terpasang terhadap kebutuhan beban. Artinya pasokan energi diharuskan selalu tersedia untuk
melayani beban secara kontinyu.
Banyak faktor yang menjadi parameter keandalan dan kualitas listrik. Diantaranya : (i)
Ketidakstabilan frekuensi (ii) Fluktuasi tegangan (iii) interupsi atau pemadaman listrik.
Untuk parameter pertama dan kedua, umumnya permasalahannya muncul di sektor transmisi
atau distribusi. Sedangkan parameter ketiga lebih banyak pada sektor pembangkitan, karena

terkait masalah pemenuhan kapasitas pasokan terhadap beban.


Metoda yang biasa digunakan untuk menentukan indeks itu adalah dengan metoda LOLP
(Loss Of Load Probability) atau sering dinyatakan sebagai LOLE (Loss Of Load
Expectation). Probabilitas kehilangan beban adalah metode yang dipergunakan untuk
mengukur tingkat keandalan dari suatu sistem pembangkit dengan mempertimbangkan
kemungkinan terjadinya peristiwa sistem pembangkit tidak dapat mensuplai beban secara
penuh.
Banyak kegagalan pembangkit terjadi akibat tidak tersedianya sumber energi primer.
Permasalahan ketersediaan ini seringkali menimpa pembangkit-pembangkit berbahan bakar
fosil. Di Indonesia sendiri banyak pembangkit berbahan bakar gas yang harus dioperasikan
dengan bahan bakar minyak karena langkanya ketersediaan gas untuk konsumsi pembangkit
Indonesia. Atau bisa juga karena masalah distribusi yang tersendat, seperti masalah kapal
batu bara yang tidak bisa merapat, terganggu akibat faktor cuaca. Sedangkan pada
kebanyakan pembangkit listrik energi terbarukan, ketersediaanya memang bisa dibilang
cukup menjanjikan, karena semuanya memang sudah tersedia di alam dan tinggal
dimanfaatkan saja.
2.6 Aspek Ekonomi
Pertimbangan aspek ekonomi pembangkit umumnya meliputi 3 lingkup besar, yaitu: (i) biaya
investasi awal; (ii) biaya operasional; (iii) biaya perawatan pembangkit. Sifat ekonomis
sebuah sistem pembangkit listrik dapat dilihat dari harga jual listrik untuk setiap kWh (kilo
watt kali jam). Salah satu faktor yang mempengaruhi bahwa pembangkit listrik-ekonomis
(harga jual listrik serendah mungkin untuk setiap kWh) adalah biaya bahan bakar. Secara
umum, biaya bahan bakar untuk pembangkit berbahan bakar fosil adalah 80 % dari biaya
pembangkitan dan untuk pembangkit nuklir adalah 50 % dari biaya pembangkitan.
2.7 Aspek Lingkungan dan Geografis
Sistem harus sesuai dengan kondisi geografis dan hubungan antarnegara. Sebuah pembangkit
dibangun mengacu pada letak geografis dan pengaruhnya terhadap negara tetangga atau
negara lain. Misalkan sebuah PLTU dioperasikan dan mengeluarkan gas CO2 ke udara.
Pengontrolan terhadap pengeluaran gas CO2 perlu di lakukan juga oleh negara tetangga atau
negara lain. Di dalam hal ini, kerja sama internasional sangat diperlukan untuk menjamin
sistem berkeselamatan andal dan ramah lingkungan.
2.8 Aspek Sosial dan Politik
Sistem harus sesuai dengan program penelitian dan pengembangan negara itu serta
terbentuknya kerja sama yang harmonis antara pemerintah dan masyarakat untuk menjamin
tingkat keselamatan sistem yang tinggi dan andal. Kebutuhan masyarakat dan kebijakan
pemerintah tentang program penelitian dan pengembangan bidang energi harus sesuai /
searah untuk menjamin perencanaan energi nasional di masa depan berlangsung dengan baik.
Energi nasional seharusnya dapat direncanakan dan diprediksi secara jangka pendek maupun
jangka panjang dengan berdasarkan 5 kriteria pemilihan/kompatibilitas pembangkit. Hal ini
untuk menjamin sebuah sistem pembangkit yang mendukung program energi nasional dapat
beroperasi dengan baik dan berkeselamatan. Andal agar lingkungan tidak tercemari dan
hubungan kerja sama internasional tetap berlangsung dengan baik. Berdasarkan kriteria

tersebut, perencanaan bauran energi nasional sangat diperlukan untuk menghilangkan


ketergantungan teknologi kepada salah satu jenis pembangkit, serta menjamin
keberlangsungan kebutuhan energi di masa depan.
2.9 Jenis-Jenis Pembangkit
Krisis energi dunia yang terjadi pada tahun 1973 dan tahun 1979 memberikan pengalaman
berharga kepada Indonesia khususnya tentang masalah dan dampak yang terjadi akibat
ketergantungan pada satu jenis energi yang diimpor yaitu minyak bumi. Kenaikan harga
minyak dunia mempengaruhi stabilitas ekonomi Indonesia. Hal ini menyebabkan terjadinya
permintaan untuk pusat-pusat pembangkit tenaga listrik yang dapat mempergunakan jenis
bahan bakar lain. Pada saat ini terdapat 5 jenis bahan bakar untuk pembangkitan tenaga listrik
skala besar, yaitu : minyak, gas, batubara, hidro dan nuklir. Kemudian berkembang tuntutantuntutan lain, yaitu keperluan peningkatan efisiensi pembangkitan dan perlunya teknologi
yang lebih bersahabat lingkungan. Perkembangan pembangkit listrik energi terbarukan,
biomasa dan geothermal juga menjadi suatu sasaran yang penting.
2.9.1 Pembangkit Listrik Berbahan Bakar Minyak
Terminologi pembangkit listrik berbahan bakar minyak pada umumnya diidentikkan dengan
Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD). Walau pada kenyataannya bahan bakar minyak
juga terkadang digunakan pada PLTG (akan dibahas pada 2.2). Prinsip kerja PLTD adalah
dengan menggunakan mesin diesel yang berbahan bakar High Speed Diesel Oil (HSDO).
Mesin diesel bekerja berdasarkan siklus diesel. Mulanya udara dikompresi ke dalam piston,
yang kemudian diinjeksi dengan bahan bakar kedalam tempat yang sama. Kemudian pada
tekanan tertentu campuran bahan bakar dan udara akan terbakar dengan sendirinya. Proses
pembakaran seperti ini pada kenyataannya terkadang tidak menghasilkan pembakaran yang
sempurna. Hal inilah yang menyebabkan efisiensi pembangkit jenis ini rendah, lebih kecil
dari 50 %. Namun apabila dibandingkan dengan mesin bensin (otto), mesin diesel pada
kapasitas daya yang besar masih memiliki efisiensi yang lebih tinggi, hal ini dikarenakan
rasio kompresi pada mesin diesel jauh lebih besar daripada mesin bensin.
Keuntungan utama penggunaan pembangkit listrik berbahan bakar minyak atau sering disebut
dengan PLTD adalah dapat beroperasi sepanjang waktu selama masih tersediannya bahan
bakar. Kehandalan pembangkit ini tinggi karena dalam operasinya tidak bergantung pada
alam seperti halnya PLTA. Mengingat waktu start-nya yang cepat namun ongkos bahan
bakarnya tergolong mahal dan bergantung dengan perubahan harga minyak dunia yang
cenderung meningkat dari tahun ke tahun,PLTD disarankan hanya dipakai untuk melayani
konsumen pada saat beban puncak saja.
Investasi awal pembangunan PLTD yang relatif murah, kebutuhan energi di daerah-daerah
terisolasi yang mendesak dan kebutuhan energi daerah-daerah yang belum terlalu besar,
pemerintah Indonesia berinisiatif membangun PLTD yang berfungsi sebagai base-supply
untuk memenuhi kebutuhan listrik di daerah-daerah ini, untuk mengurangi biaya transmisi
dan rugi-rugi jaringan dalam menyalurkan energi listrik dari kota terdekat.
Dengan digunakannya bahan bakar konvensional maka adanya kemungkinan pembangkit ini
akan sulit dioperasikan di masa depan karena persediaan minyak bumi dunia yang semakin
menipis. Harga minyak yang terus meningkat menjadi pertimbangan utama dalam
menggunakan pembangkit ini. Harga minyak yang mahal diakibatkan karena pasar minyak

dunia yang tidak stabil dan ongkos transportasi untuk membawa minyak tersebut ke daerah
yang dituju. Padahal di sisi beban, PLN dipaksa menjual dengan harga murah. Inilah yang
menyebabkan PLN rugi besar.
Penulis berpendapat bahwa dengan memperhatikan alasan utama masalah ketersediaan
minyak bumi nasional yang semakin sedikit, maka akan lebih bijaksana apabila tingkat
konsumsi pembangkit listrik berbahan bakar minyak dikurangi. Dengan cara seperti itu
diharapkan akan mempercepat Indonesia menjadi negara yang mandiri energi, tidak
terpengaruh dengan krisis energi global. Oleh karena itu, upaya bauran energi nasional
pembangkit listrik di Indonesia harus segera direalisir menjadi tindakan yang konkret dan
menjadi komitmen bersama.
2.9.2 Pembangkit Listrik Berbahan Bakar Gas
Turbin gas kini memegang peran penting di dalam pengembangan pusat-pusat pembangkit
tenaga listrik yang baru. Peran itu tampaknya masih akan terus berlanjut memasuki abad ke21 yang akan datang. Dominasi ini disebabkan karena efisiensi termal yang dimiliki turbin
gas yang relatif tinggi bila dibandingkan dengan pembangkit berbahan bakar lainnya.
Perkembangan yang cepat dari teknologi turbin gas dimulai dari awal 1990-an, dengan
mempergunakan gas bumi sebagai bahan bakar akan meningkatkan efisiensi pusat listrik
siklus kombinasi (combine cycle) mendekati 60 %. Diprediksi bahwa efisiensi ini masih akan
terus meningkat dalam beberapa tahun mendatang.
Pada Gambar 4 dijelaskan tentang cara kerja pembangkit listrik berbahan bakar gas. Prinsip
kerja PLTG adalah dengan mamanfaatkan tekanan aliran udara ungtuk menggerakkan turbin.
Pertama-tama udara dinaikkan tekanannya dengan menggunakan kompresor dan kemudian
dibakar di ruang pembakaran untuk meningkatkan energinya. Pembakaran dilakukan dengan
menggunakan bahan bakar gas (bisa juga digunakan MFO atau HSDO, tapi dengan efisiensi
yang lebih rendah). Udara yang sudah bertekanan tinggi kemudian dialirkan melalui turbin
dan menggerakkan generator, sehingga dihasilkanlah listrik. Keuntungan lain menggunakan
PLTG adalah gas yang dipakai bisa dibilang lebih mudah untuk disiapkan daripada uap,
sehingga PLTG bisa mulai berproduksi dengan cepat dari keadaan dingin dalam hitungan
menit, jauh lebih cepat daripada PLTU.
Satu hal yang menarik pada PLTG adalah gas yang keluar dari turbin biasanya masih cukup
panas. Cukup panas disini dalam artian bila di sebelah PLTG ada sebuah PLTU, maka gas
hasil proses di PLTG masih dapat digunakan untuk memanaskan boiler kepunyaan PLTU.
Inilah kemudian yang dikenal dengan sebutan siklus kombinasi, sebuah pembangkit yang
terdiri dari PLTG dan PLTU. Keuntungan dari pembangkit listrik gabungan ini, PLTGU (gas
uap), harga jual listriknya relatif lebih murah bila dibandingkan dengan harga jual listrik
PLTU-batubara.
Apabila Indonesia mampu mengolah dengan baik penggunaan cadangan gas bumi
nasionalnya sehingga diperoleh pemasokan gas bumi untuk pembangkit dengan harga yang
lebih rendah, maka biaya listrik dari pengoperasian PLTGU akan bisa lebih murah lagi.
Selain pembangkitan listrik yang murah, keuntungan lain dari pembangkit listrik berbahan
bakar gas bumi adalah emisi CO2 yang sangat rendah. PLTGU sering disebut sebagai bahan
bakar yang bersih sehingga mengakibatkan pencemaran lingkungan yang minimal.
Indonesia : dalam hal ini PT PLN (Persero), sekarang ini telah banyak mengoperasikan

PLTGU. Dapat dikemukakan bahwa pada saat ini perusahaan Amerika GE (General Electric)
berusaha untuk meningkatkan efisiensi PLTGU yang dapat melampaui 60 % dengan
mempergunakan siklus kombinasi Kalina, yang mempergunakan suatu campuran dari air
(H2O) dan amonia (NH3) sebagai fluida kerja. Teknologi kogenarsi, yang membangkitkan
energi listrik dan panas dapat menghasilkan efisiensi yang lebih tinggi lagi bahkan hingga 90
%. Teknologi ini juga sudah dimanfaatkan di beberapa pabrik di Indonesia.
Namun kendala utama perkembangan pembangkit ini di Indonesia adalah pada proses
penyediaan bahan bakar gas itu sendiri. Pemeriksaan BPK menemukan bahwa jumlah
kebutuhan gas bumi untuk sejumlah pembangkit PLN di Jawa dan Sumatera sebanyak 1.459
juta kaki kubik per hari, sedangkan pasokan gas yang disediakan oleh para pemasok sebanyak
590 juta kaki kubik per hari. Dengan demikian terjadi kekurangan pasokan gas sebanyak 869
juta kaki kubik per hari
Menurut data Departemen ESDM, gas bumi di Indonesia di perkirakan hanya mencukupi
untuk 61 tahun kedepan. Kemudian cadangan batubara diperkirakan habis dalam waktu 147
tahun lagi, sedangkan cadangan minyak bumi hanya cukup untuk 18 tahun kedepan. Agar
mampu mengembangkan PLTGU di Indoneia, permasalahan persaingan penggunaan gas
bumi : untuk transportasi, pembangkit listrik-industri dan konsumsi publik (program
pemerintah : PT. Pertamina yang menyarankan konversi minyak tanah ke bahan bakar gas
untuk memasak dan lain-lain), hal ini harus dapat diatur dengan jelas penyediaannya agar
tidak menjadi dua hal yang saling kompetitif.
2.9.3 Pembangkit Listrik Berbahan Bakar Batubara
Secara global, fakta menyebutkan bahwa lebih banyak energi listrik dibangkitkan dengan
batubara dibandingkan dengan bahan bakar lain. Situasi ini tampaknya masih akan terus
berlanjut, hal ini disebabkan karena cadangan batubara yang besar. Namun di lain pihak,
masalah utama pembangkit listrik berbahan bakar batubara adalah pembangkitan listrik ini
merupakan salah satu kontributor pencemaran gas CO2 yang terbesar. Karena alasan tersebut
berbagai usaha dilakukan untuk mengurangi masalah pencemaran itu, yang sering dinamakan
dengan teknologi batubara bersih.
Gambar 5 menunjukan cara kerja pembangkit listrik berbahan bakar batubara. Pertama-tama
batubara dari luar dialirkan ke penampung batubara dengan conveyor, kemudian dihancurkan
dengan pulverized fuel coal sehingga menjadi tepung batubara. Kemudian batubara halus
tersebut dicampur dengan udara panas oleh forced draught fan sehingga menjadi campuran
udara panas dan batubara. Dengan tekanan yang tinggi, campuran udara panas dan batubara
disemprotkan ke dalam boiler sehingga akan terbakar dengan cepat seperti semburan api.
Kemudian air dialirkan ke atas melalui pipa yang ada di dinding boiler, air tersebut akan
dimasak menjadi uap dan uap tersebut dialirkan ke tabung boiler untuk memisahkan uap dari
air yang terbawa. Selanjutnya uap dialirkan ke superheater untuk melipatgandakan suhu dan
tekanan uap hingga mencapai suhu 570 C dan tekanan sekitar 200 bar yang meyebabkan
pipa akan ikut berpijar menjadi merah.
Untuk mengatur turbin agar mencapai set point, kita dapat men-setting steam governor valve
secara manual maupun otomatis. Uap keluaran dari turbin mempunyai suhu sedikit di atas
titik didih, sehingga perlu dialirkan ke condenser agar menjadi air yang siap untuk dimasak
ulang. Sedangkan air pendingin dari condenser akan di semprotkan kedalam cooling tower.

Hal inilah yang meyebabkan timbulnya asap air pada cooling tower. Kemudian air yang
sudah agak dingin dipompa balik ke condenser sebagai air pendingin ulang. Sedangkan gas
buang dari boiler diisap oleh kipas pengisap agar melewati electrostatic precipitator untuk
mengurangi polusi dan kemudian gas yg sudah disaring akan dibuang melalui cerobong.
Teknologi gasifikasi merupakan pemecahan yang kini mulai dipandang sebagai teknologi
batubara yang dapat memenuhi keperluan akan pembangkitan tenaga listrik yang bersih dan
efisien (teknologi batubara bersih). Diperkirakan bahwa pada awal abad ke-21, PLTUbatubara dengan teknologi gasifikasi akan mengeluarkan 99 % lebih sedikit sulfur dioksida
(SO2) dan abu terbang, serta 90 % kurang nitrogen oksida (NOx) dari PLTU-batubara masa
kini. PLTU-batubara gasifikasi juga diperkirakan akan menurunkan emisi karbon dioksida
(CO2) dengan 35 40 %, menurunkan buangan padat dengan 40 50 % dan menghasilkan
penghematan biaya daya 10 20 %. Teknologi gasifikasi digabung dengan teknologi turbin
gas maju akan memegang peran utama dalam pusat-pusat pembangkit gasifikasi terpadu.
Gasifikasi batubara maupun minyak residu sudah terjadi memanfaatkan kayu buangan atau
bagas tebu juga menjanjikan. Dengan meningkatnya tuntunan-tuntunan lingkungan,
kemungkinan besar teknologi gasifikasi akan menyebabkan batubara akan dapat
mempertahankan posisi utamanya sebagai bahan bakar untuk pembangkitan tenaga listrik.
Karena memiliki cadangan batubara yang cukup besar, terutama yang berupa lignit, teknologi
gasifikasi akan menjadi sangat penting bagi Indonesia di masa mendatang. Di Amerika
Serikat telah ada bebarapa proyek demontrasi siklus kombinasi gas terpadu (Integrated Gas
Combined Cycle, IGCC), antara lain Wabash River Repowering Project di Indiana dengan
daya 262 MWdan Camden Clean Energy Demonstration Project di New Jersey dengan daya
480 MW.
Teknologi pencairan batubara masih banyak terganggu oleh biaya yang tinggi. Negara yang
paling maju dalam bidang ini adalah Afrika Selatan. Negara ini memiliki beberapa pabrik
yang memproduksi batubara cair. Pabrik pertama adalah Sasol One terletak dekat kota
Sasolburg, yang sejak pertengah 1950an telah berproduksi. Pabrik kedua, Sasol Two,
terletak di kota Secunde berproduksi sejak tahun 1980, dan pabrik ketiga, Sasol Three,
berproduksi sejak tahun 1982.
Walaupun teknologi pengolahan batubara sebagai bahan bakar primer sudah jauh
berkembang dan cadangan nasional batubara cukup tinggi, sayangnya pembangkit listrik ini
membuang energi dua kali lipat dari energi yang dihasilkan. Setiap 1000 megawatt yang
dihasilkan dari pembangkit listrik bertenaga batubara akan mengemisikan 5,6 juta ton CO2
per tahun.CO2 merupakan salah satu gas yang paling menyebabkan global warming atau efek
rumah kaca. Bagaimanapun teknologi batubara bersih yang digunakan, Penulis masih
menganggap bahwa proses gasifikasi / batubara cair belum bisa mengurangi emisi gas
karbondioksida dan belum bisa meningkatkan efisiensi bahan bakar. Terlalu banyak energi
yang dibuang selama proses pengolahan dari batubara mentah menjadi batubara cair/gas.
Walaupun PLTU dengan teknologi batubara bersih mampu mengurangi 90 % gas buangan
dan abu terbangnya pada saat beroperasi, namun polutan selama proses pembuatan batubara
cair / gasyang dihasilkan masih cukup tinggi.
2.9.4 Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) mengalami beberapa perkembangan yang sangat

signifikan, terutama perkembangan di pembuatan desain sedemikian hingga PLTN generasi


berikutnya menjadi lebih andal, aman, ekonomis serta lebih mudah untuk dioperasikan.
Peningkatan keandalan dan keamanan diperoleh pada penyederhanaan sistem pipa primer,
perbaikan pada mekanisme batang kendali dan optimasi dari pendinginan inti dalam keadaan
darurat.
Peningkatan kemudahan operasi dan pemeliharaan diupayakan dengan cara perbaikan sistem
instrumentasi dan pengendalian, sedangkan penurunan biaya konstruksi dan operasi
diharapkan dapat meningkatkan unjuk kerja secara ekonomis. Pengembangan teknologi
PLTN juga meliputi penurunan jumlah dari limbah radioaktif yang dihasilkan. Perkembangan
terpesat PLTN kini terjadi di RRC, yang diperkirakan akan memiliki 20 GW daya terpasang
PLTN pada tahun 2010. PLTN yang banyak terpasang adalah PWR (Pressurized Water
Reactor), diperkirakan juga akan berkembang PLTN Candu (Canadian Deuterium Uranium),
teknologi dari Kanada.
Cara kerja PLTN jenis PWR dan BWR ditunjukkan pada Gambar 6 : yang berbeda dari PLTN
adalah mesin pembangkit uapnya, yaitu berupa reaktor nuklir. Dalam reaktor nuklir, reaksi
fisi berantai dipertahankan kontinuitasnya dalam bahanbakar sehingga bahan bakar menjadi
panas. Panas ini kemudian ditransfer ke pendingin reaktor yang kemudian secara langsung
atau tak langsung digunakan untuk membangkitkan uap. Pembangkitan uap langsung
dilakukan dengan membuat pendingin reaktor (biasanya air biasa, H2O) mendidih dan
menghasilkan uap. Pada pembangkitan uap tak langsung, pendingin reaktor (disebut
pendingin primer) yang menerima panas dari bahan bakar disalurkan melalui pipa ke
perangkat pembangkit uap. Pendingin primer ini kemudian memberikan panas (menembus
media dinding pipa) ke pendingin sekunder (air biasa) yang berada di luar pipa perangkat
pembangkit uap untuk kemudian panas tersebut mendidihkan pendingin sekunder dan
membangkitkan uap.
Pada umumnya tipe reaktor nuklir dalam PLTN dibedakan berdasarkan komposisi, konstruksi
dari bahan moderator neutron dan bahan pendingin yang digunakan, sehingga digunakan
sebutan seperti reaktor gas, reaktor air ringan, reaktor air berat (air ringan (H2O) dan air berat
(D2O) ; D adalah salah satu isotop hidrogen, yaitu deuterium 2H1). Selain itu, faktor kondisi
air pendingin juga menjadi pertimbangan penggolongan tipe reaktor nuklir dalam PLTN. Jika
air pendingin dalam kondisi mendidih disebut reaktor air didih, jika tak mendidih (atau tidak
diizinkan mendidih, dengan memberi tekanan secukupnya pada pendingin) disebut reaktor air
tekan. Reaktor nuklir dengan temperatur pendingin sangat tinggi (di atas 800o C) disebut
reaktor gas temperatur tinggi. Kecepatan neutron rata-rata dalam reaktor yang dihasilkan dari
reaksi fisi juga dipakai untuk menggolongkan tipe reaktor. Berdasarkan kecepatan neutron
rata-rata dalam teras, ada reaktor cepat dan reaktor termal (neutron dengan kecepatan relatif
lambat sering disebut sebagai neutron termal).
Terdapat beberapa tipe Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), yaitu : (i) Reaktor Air
Tekan (Pressurized Water Reactor, PWR); (ii) Reaktor Air Tekan Rusia (VVER); (iii) Reaktor
Air Didih (Boiling Water Reactor, BWR); (iv) Reaktor Air Berat Pipa Tekan (CANDU); (v)
Reaktor Air Berat Pembangkit Uap (Steam Generating Heavy Water Reactor, SGHWR); (vi)
Reaktor Pendingin Gas (Gas Cooled Reactor, GCR); (vii) Reaktor Gas Maju (Advanced Gas
Reactor, AGR); (viii) Reaktor Gas Suhu Tinggi (High Temperatur Gas Reactor, HTGR); (ix)
Reaktor Moderator Grafit Pendingin Air Didih (RBMK); (x) Reaktor Pembiak Cepat (Fast

Breeder Reactor, FBR).


Reaktor Air Ringan (Light Water Reactor, LWR) : Diantara PLTN yang masih beroperasi di
dunia, 80 % adalah PLTN tipe Reaktor Air Ringan (LWR). Reaktor ini pada awalnya
dirancang untuk tenaga penggerak kapal selam angkatan laut Amerika. Dengan modifikasi
secukupnya dan peningkatan daya seperlunya kemudian digunakan dalam PLTN. PLTN tipe
ini dengan daya terbesar yang masih beroperasi pada saat ini (tahun 2003) adalah PLTN
Chooz dan Civaux di Perancis yang mempunyai daya 1500 MWe, dari kelas N-4 Perancis.
Reaktor Air Ringan dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu Reaktor Air Didih dan
Reaktor Air Tekan (pendingin tidak mendidih), kedua golongan ini menggunakan air ringan
sebagai bahan pendingin dan moderator. Pada tipe reaktor air ringan sebagai bahan bakar
digunakan uranium dengan pengayaan rendah sekitar2 4 % (bukan uranium alam karena
sifat air yang menyerap neutron). Kemampuan air dalam memoderasi neutron (menurunkan
kecepatan / energi neutron) sangat baik, maka jika digunakan dalam reaktor (sebagai
moderator neutron dan pendingin) ukuran teras reaktor menjadi lebih kecil (kompak) bila
dibandingkan dengan reaktor nuklir tipe reaktor gas dan reaktor air berat.
Reaktor Air Tekan (Pressurized Water Reactor, PWR) : Pada PLTN tipe PWR, air sistem
pendingin primer masuk ke dalam bejana tekan reaktor pada tekanan tinggi dan temperatur
lebih kurang 290o C. Air bertekanan dan bertemperatur tinggi ini bergerak pada sela-sela
batang bahan bakar dalam perangkat bahan bakar ke arah atas teras sambil mengambil panas
dari batang bahan bakar, sehingga temperaturnya naik menjadi sekitar 320o C. Air pendingin
primer ini kemudian disalurkan ke perangkat pembangkit uap (lewat sisi dalam pipa pada
perangkat pembangkit uap), di perangkat ini air pendingin primer memberikan energi
panasnya ke air pendingin sekunder (yang ada di sisi luar pipa pembangkit uap) sehingga
temperaturnya naik sampai titik didih dan terjadi penguapan. Uap yang dihasilkan dari
penguapan air pendingin sekunder tersebut kemudian dikirim ke turbin untuk memutar turbin
yang dikopel dengan generator listrik. Perputaran generator listrik akan menghasilkan energi
listrik yang disalurkan ke jaringan listrik. Air pendingin primer yang ada dalam bejana
reaktor dengan temperatur 320o C akan mendidih jika berada pada tekanan udara biasa
(sekitar 1 atm). Agar pendingin primer ini tidak mendidih, maka sistem pendingin primer
diberi tekanan hingga 157 atm. Karena adanya pemberian tekanan ini maka bejana reaktor
sering disebut sebagai bejana tekan atau bejana tekan reaktor. Pada reaktor tipe PWR, air
pendingin primer yang membawa unsur-unsur radioaktif dialirkan hanya sampai ke
pembangkit uap, tidak sampai turbin, oleh karena itu pemeriksaan dan perawatan sistem
sekunder (komponen sistem sekunder: turbin, kondenser, pipa penyalur, pompa sekunder dan
lain-lain) menjadi mudah dilakukan. Konstruksi bejana reaktor tipe PWR ditunjukkan pada
Gambar 6.
Pada prinsipnya PWR yang dikembangkan oleh Rusia (disebut VVER) sama dengan PWR
yang dikembangkan oleh negara-negara barat. Perbedaan konstruksi terdapat pada bentuk
penampang perangkat bahan bakar VVER (berbentuk segi enam) dan letak pembangkit uap
VVER (horisontal). Pada reaktor tipe PWR, seperti yang banyak beroperasi saat ini, peralatan
sistem primer saling dihubungkan membentuk suatu untai (loop). Jika peralatan sistem primer
dihubungkan oleh dua pipa penghubung utama yang diperpendekdan kemudian dimasukkan
dalam bejana reaktor maka sistem seperti ini disebut reaktor setengah terintegrasi (setengah
modular). Tetapi jika seluruh sistem primer disatukan dan dimasukkan ke dalam bejana

reaktor maka disebut reaktor terintegrasi (modular), lihat. Reaktor setengah modular ataupun
modular tidak dikembangkan untuk PLTN berdaya besar.
Reaktor Air Didih (Boiling Water Reactor, BWR) : Karakteristika unik dari reaktor air didih
adalah uap dibangkitkan langsung dalam bejana reaktor dan kemudian disalurkan ke turbin
pembangkit listrik. Pendingin dalam bejana reactor berada pada temperatur sekitar 285o C
dan tekanan jenuhnya sekitar 70 atm. Reaktor ini tidak memiliki perangkat pembangkit uap
tersendiri, karena uap dibangkitkan di bejana reaktor. Karena itu pada bagian atas bejana
reaktor terpasang perangkat pemisah dan pengering uap, akibatnya konstruksi bejana reaktor
menjadi lebih rumit. Konstruksi reaktor BWR diperlihatkan pada Gambar 6.
Reaktor Air Berat (Heavy Water Reactor, HWR) : Dalam hal kemampuan memoderasi
neutron, air berat berada pada urutan berikutnya setelah air ringan, tetapi air berat hampir
tidak menyerap neutron. Oleh karena itu jika air berat dipakai sebagai moderator, maka
dengan hanya menggunakan uranium alam (tanpa pengayaan) reaktor dapat beroperasi
dengan baik. Bejana reaktor (disebut kalandria) merupakan tangki besar yang berisi air berat,
di dalamnya terdapat pipa kalandria yang berisi perangkat bahan bakar. Tekanan air berat
biasanya berkisar pada tekanan satu atmosferdan temperaturnya dijaga agar tetap di bawah
100o C. Akan tetapi pendingin dalam pipa kalandria mempunyai tekanan dan temperatur
yang tinggi, sehingga konstruksi pipa kalandria berwujud pipa tekan yang tahan terhadap
tekanan dan temperatur yang tinggi.
Reaktor Air Berat Tekan (Pressurized Heavy Water Reactor, PHWR) : CANadian Deuterium
Uranium Reactor (CANDU) adalah suatu PLTN yang tergolong pada tipe reaktor pendingin
air berat tekan dengan pipa tekan. Reaktor ini merupakan reaktor air berat yang banyak
digunakan. Bahan bakar yang digunakan adalah uranium alam. Kanada menjadi pelopor
penyebaran reaktor tipe ini di seluruh dunia.
Reaktor Air Berat Pendingin Gas (Heavy Water Gas Cooled Reactor, HWGCR) : HWGCR
atau sering dibalik GCHWR adalah suatu tipe reaktor nuklir yang menggunakan air berat
sebagai bahan moderatornya, sehingga pemanfaatan neutronnya optimal. Gas pendingin
dinaikkan temperaturnya sampai pada tingkat yang cukup tinggi sehingga efisiensi termal
reaktor ini dapat ditingkatkan. Tetapi oleh karena persoalan pengembangan bahan kelongsong
yang tahan terhadap temperatur tinggi dan paparan radiasi lama belum terpecahkan hingga
sekarang, maka pada akhirnya di dunia hanya terdapat 4 reaktor tipe ini. Di negara Perancis
reaktor tipe ini dibangun, tetapi sebagai bahan kelongsong tidak digunakan berilium
melainkan stainless steel.
Reaktor Air Berat Pembangkit Uap (Steam Generated Heavy Water Reactor, SGHWR) :
Reaktor ini sering disebut Light Water Cooled Heavy Water Reactor (LWCHWR) dan hanya
ada di Pusat Penelitian Winfrith Inggris. Reaktor berdaya 100 MWe ini merupakan prototipe
reaktor pembangkit daya tipe SGHWR dan beroperasi dari tahun 1968 sampai tahun 1990.
Pada waktu itu reaktor SGHWR sempat menjadi suatu fokus pengembangan di Inggris, tetapi
oleh karena persoalan ekonomi maka tidak dikembangkan lebih lanjut. Sementara itu Jepang
mengembangkan reaktor air berat yang disebut Advanced ThermalReactor (ATR). Jepang
membangun reaktor ATR Fugen berdaya 165 MWe. Keunikan dari reaktor ATR ini adalah,
bahan bakar dapat terbuat dari uranium dengan pengayaan rendah atau uranium alam yang
diperkaya dengan plutonium. Pada saat bahan bakar terbakar, penyusutan plutonium di bahan
bakar sedikit sekali. Reaktor prototipe Fugen dioperasikan sejak tahun 1979, tetapi karena

terjadi perubahan kebijakan dari pemerintah, sampai saat ini reaktor ATR komersial belum
pernah terwujud. Reaktor Fugen beroperasi hingga tahun 2002 dan pada tahun berikutnya
direncanakan untuk didekomisioning.
Reaktor GrafitPendingin Gas (Gas Cooled Reactor, GCR) : Grafit sebagai bahan moderator
sudah digunakan oleh ilmuwan Enrico Fermi sejak reaktor nuklir pertama Chicago Pile No.1
(CP 1). Grafit terkenal murah dan dapat diperoleh dalam jumlah besar. Plutonium (Pu-239)
yang digunakan pada bom atom yang dijatuhkan pada saat Perang Dunia II dibuat di reaktor
grafit. Setelah perang dunia berakhir reaktor GCR adalah salah satu tipe reaktor yang
didesain-ulang di Inggris maupun Perancis. Reaktor ini menggunakan bahan bakar logam
uranium alam, moderator grafit pendingin gas karbondioksida. Bahan kelongsong terbuat dari
paduan magnesium (Magnox), oleh karena itu reaktor ini disebut sebagai reaktor Magnox.
Reaktor Magnox mempunyai pembangkitan daya listrik cukup besar dan efisiensi ekonomi
yang baik. Raktor tipe modifikasi Magnox pernah dibangun di Jepang pada tahun 1967
sebagai PLTN Tokai. Setelah beroperasi selama 30 tahun reaktor ini ditutup pada tahun 1998.
Reaktor Grafit Pendingin Gas Maju (Advanced Gas-cooled Reactor, AGR) : Di Inggris fokus
pengembangan teknologi PLTN bergeser ke reaktor berbahan bakar uranium dengan
pengayaan rendah, yang memiliki kerapatan daya dan efisiensi termal yang tinggi. Unjuk
kerja reaktor ini terbukti dapat diperbaiki. Di Inggris reaktor ini hanya sempat dibangun
sebanyak 14 buah saja, karena setelah pertengahan tahun 1980 kebijakan Pemerintah Inggris
berubah.
Reaktor Grafit Pendingin Gas Suhu Tinggi (High Temperatur Gas-cooled Reactor, HTGR) :
Reaktor ini menggunakan gas helium sebagai pendingin. Karakteristika menonjol yang unik
dari reaktor HTGR ini adalah konstruksi teras didominasi bahan moderator grafit,
temperature operasi dapat ditingkatkan menjadi tinggi dan efisiensi pembangkitan listrik
dapat mencapai lebih dari 40 %. Terdapat 3 bentuk bahan bakar dari HTGR, yaitu dapat
berupa: (a) Bentuk batang seperti reaktor air ringan (dipakai di reaktor Dragon dan Peach
Bottom); (b) Bentuk blok, di mana di dalam lubang blok grafit yang berbentuk segi enam di
masukkan batang bahan bakar (dipakai di reaktor Fort St. Vrain, MHTGR, HTTR); (c)
Bentuk bola (peble bed), di mana butir bahan bakar bersalut didistribusikan dalam bola grafit
(dipakai di reaktor AVR, THTR-300).
Reaktor Grafit Pipa Tekan Air Didih Moderator Grafit (Light Water Gas-cooled Reactor,
LWGR) RBMK adalah reaktor tipe ini yang hanya dikembangkan di Rusia. Reaktor ini tidak
menggunakan tangki kalandria (berisi air berat) seperti reaktor tipe SGHWR tetapi
menggunakan grafit sebagai moderator, oleh karena itu dimensi reaktor menjadi besar.
Sekitar 1700 buah pipa tekan menembus susunan blok grafit. Di dalam pipa tekan diisi
batang bahan bakar di mana di sekelilingnya mengalir air ringan yang mengambil panas dari
batang bahan bakar sehingga mendidih. Uap yang terbentuk dikirim ke turbin pembangkit
listrik untuk memutar turbin dan membangkitkan listrik. Salah satu reaktor tipe ini yang
terkenal karena mengalami kecelakaan adalah reaktor Chernobyl No.4 yang merupakan
reaktor tipe RBMK-1000. Salah satu kegagalan desain pada reaktor tipe RBMK yang
dianggap sebagai kambing hitam terjadinya kecelakaan Chernobyl adalah tidak tersedianya
bejana pengungkung reaktor.
Reaktor Cepat (Fast Reactor, FR), Reaktor Pembiak Cepat (Liquid Metal Fast Breeder
Reactor, LMFBR) : Seperti tersirat dalam nama tipe reaktor ini, neutron cepat yang

dihasilkan dari reaksi fisi dengan kecepatan tinggi dikondisikan sedemikian rupa sehingga
diserap oleh uranium-238 menghasilkan plutonium-239. Dengan kata lain di dalam reaktor
dapat dibiakkan (dibuat) unsur plutonium. Rapat daya dalam teras reaktor cepat sangat tinggi,
oleh karena itu sebagai pendingin biasanya digunakan bahan logam natrium cair atau logam
cair campuran natrium dan kalium (NaK) yang mempunyai kemampuan tinggi dalam
mengambil panas dari bahan bakar. Konstruksi reaktor pembiak cepat terdiri dari pendingin
primer yang berupa bahan logam cair mengambil panas dari bahan bakar dan kemudian
mengalir ke alat penukar panas-antara (intermediate heat exchanger), selanjutnya energi
panas ditransfer ke pendingin sekunder dalam alat penukar panas-antara ini. Kemudian
pendingin sekunder (bahan pendingin adalah natrium cair atau logam cair natrium) yang tidak
mengandung bahan radioaktif akan mengalir membawa panas yang diterima dari pendingin
primer menuju ke perangkat pembangkit uapdan memberikan panas ke pendingin tersier (air
ringan) sehingga temperaturnya meningkat dan mendidih (proses pembangkitan uap). Uap
yang dihasilkan selanjutnya dialirkan ke turbin untuk memutar generator listrik yang dikopel
dengan turbin. Komponen sistem primer dari reaktor pembiak cepat terdiri dari bejana
reaktor, pompa sirkulasi primer, alat penukar panas-antara. Komponen ini dirangkai oleh pipa
penyalur pendingin membentuk suatu untai (loop), karena itu reaktor seperti ini digolongkan
dalam kelas reaktor untai. Apabila seluruh komponen sistem primer di atas semuanya
dimasukkan ke dalam bejana reaktor, maka reaktor pembiak cepat seperti ini digolongkan
dalam kelas reaktor tangki atau reaktor kolam. Contoh reaktor pembiak cepat tipe reaktor
untai adalah reaktor prototipe Monju di Jepang, sedangkan untuk tipe reaktor kolam adalah
reaktor Super Phenix di Perancis yang sudah menjadi reaktor komersial. Reaktor Cepat Eropa
(Europian Fast Reactor, EFR) yang secara intensif dikembangkan oleh negara-negara Eropa
diharapkan akan mulai masuk pasar komersial pada tahun 2010.
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir selalu menggelitik para pendengar, pembaca atau pemirsa
di media koran, televisi atau media lainnya. PLTN akan selalu memunculkan pro dan kontra
di kalangan masyarakat awam terhadap teknologi tersebut, maupun di golongan ilmuwan
yang mengerti secara umum terhadap perkembangan teknologi PLTN. Dalam pengoperasian
pembangkit listrik tenaga nuklir, jaminan terhadap keselamatan menjadi hal yang penting
untuk memberikan rasa aman kepada masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Untuk
meningkatkan pemahaman dan kepercayaan masyarakat, perlu diberikan penjelasan tentang
tata cara atau prosedur yang aman dalam pengoperasian suatu instalasi nuklir, sehingga akan
terjadi saling pengertian antara masyarakat dengan pihak operator instalasi. Pembangkit
Listrik Tenaga Nuklir dapat menjadi alternatif untuk menggantikan pembangkit tipe base
(beban dasar) berbahan bakar fosil di masa yang akan datang.
2.9.5 Pembangkit Listrik Energi Terbarukan
Dalam 10 tahun terakhir ini, kebutuhan dunia akan sumber energi terbarukan meningkat
dengan laju hampir 25% per tahun. Peningkatan ini didorong oleh: (i) naiknya kebutuhan
energi listrik; (ii) naiknya keinginan untuk menggunakan teknologi yang bersih; (iii) terus
naiknya harga bahan bakar fossil; (iv) naiknya biaya pembangunan saluran transmisi dan (v)
naiknya untuk meningkatkan jaminan pasokan energi. Agar peran energi terbarukan bisa
meningkat dengan cepat maka harga dan keandalan sistem pembangkit listrik berbasis energi
terbarukan harus bisa bersaing dengan pembangkit konvensional.

2.9.6 Tenaga Air


Yunani tercatat sebagai negara pertama yang memanfaatkan tenaga air untuk memenuhi
kebutuhan energi listriknya. Pada akhir tahun 1999, tenaga air yang sudah berhasil
dimanfaatkan di dunia adalah sebesar 2650 TWh, atau sebesar 19 % energi listrik yang
terpasang di dunia. Kemajuan-kemajuan yang terjadi dalam teknologi komputer dan
komunikasi merupakan daya dorong utama untuk perkembangan otomatisasi pada
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Sumber energi yang mengandalkan debit air dan
ketinggian jatuhnya air ini diharapkan bisa menjawab ketersediaan energi terutama di daerah
yang hingga kini belum teraliri oleh perusahaan listrik negara.
Indonesia mempunyai potensi pembangkit listrik tenaga air (PLTA) sebesar 70.000 mega watt
(MW). Potensi ini baru dimanfaatkan sekitar 6 persen atau 3.529 MW atau 14,2 % dari
jumlah energi pembangkitan PT PLN. Berdasarkan konstruksinya, ada dua cara pemanfaatan
tenaga air untuk pembangkit listrik: (i) membangun bendungan dan membuat reservoir untuk
mengalirkan air ke turbin; (ii) memanfaatkan aliran air sungai tanpa membangun bendungan
dan reservoir atau yang sering disebut dengan Run-of-river Hydropower. Seperti terlihat pada
Gambar 8.
Secara umum cara kerja pembangkit listrik tenaga air adalah dengan mengambil air dalam
jumlah debit tertentu dari sumber air (sungai, danau, atau waduk) melalui intake, kemudian
dengan menggunakan pipa pembawa (headrace) air diarahkan menuju turbin. Namun
sebelum menabrak turbin, air dilewatkan ke pipa pesat (penstock) tujuannya adalah
meningkatkan energi dalam air dengan memanfaatkan gravitasi. Selain itu pipa pesat juga
mempertahankan tekanan air jatuh, oleh karena itu pipa pesat tidak boleh bocor. Turbin yang
tertabrak air akan memutar generator dalam kecepatan tertentu, sehingga terjadilah proses
konversi energi dari gerak ke listrik. Sementara air yang tadi digunakan untuk memutar turbin
dikembalikan ke alirannya.
Besarnya energi yang dapat dikonversi menjadi energi listrik bergantung pada ketinggian
jatuh air (Head) dan begitu pula pemilihan turbin untuk PLTA. Pada Tabel 2 menjelaskan
tentang panduan umum penggunaan berbagai macam turbin untuk berbagai macam
ketinggian jatuh air. Gambar 9 memperlihatkan bentuk-bentuk dari turbin air.
Keunggulan Pembangkit Listrik Tenaga Air umumnya terlihat jelas dari sisi ekonomidan
lingkungan. Secara ekonomis, walaupun memerlukan bendungan, ternyata PLTA memiliki
ongkos produksi yang relatif rendah. Selain itu PLTA pun umumnya memiliki umur yang
panjang, yaitu 50-100 tahun. Bendungan yang digunakan pun biasanya dapat sekaligus
digunakan untuk kegiatan lain, seperti irigasi atau sebagai cadangan air dan pariwisata.
Sedangkan dari segi lingkungan berkurangnya emisi karbon akibat digunakannya sumber
energi bersih seperti air, jelas merupakan kontribusi berharga bagi lingkungan.
Namun ada juga efek negatif pada lingkungan akibat dibangunnya PLTA, yaitu mengganggu
keseimbangan ekosistem sungai atau danau tempat dibangunnya bendungan untuk PLTA.
Selain itu pembangunan bendungan juga memakan biaya waktu yang lama. Terkadang,
walaupun sangat jarang, kerusakan pada bendungan dapat menyebabkan resiko kerugian
yang sangat besar.

Belakangan semakin marak digunakannya mikrohidro, pembangkit listrik tenaga air skala
kecil (dibawah 100 kW), sebagai sumber pasokan listrik di desa-desa kecil dan terpencil.
PLTA mikrohidro semakin dipilih mengingat banyaknya sungai kecil yang ada di Indonesia.
Potensi mikrohidro di Indonesia ada 458,75 MW dan baru terpasang 84 MW. Selain itu
teknologinya yang mudah pun menjadi suatu nilai tambah bagi penduduk desa dalam
memanfaatkan aliran sungai sebagai sumber energi primer untuk pembangkit listrik.
2.9.7 Tenaga Surya
Di antara sumber energi alternatif yang saat ini banyak dikembangkan seperti turbin angin,
tenaga air (hydro power) dan lain-lain, tenaga surya atau solar sel merupakan salah satu
sumber yang cukup menjanjikan di Indonesia. Energi yang dikeluarkan oleh sinar matahari
sebenarnya hanya diterima oleh permukaan bumi sebesar 69 % dari total energi pancaran
matahari. Suplai energi surya dari sinar matahari yang diterima oleh permukaan bumi sangat
luar biasa besarnya yaitu mencapai 3 x 1024 joule pertahun, energi ini setara dengan 2 x 1017
Watt. Jumlah energi sebesar itu setara dengan 10.000 kali konsumsi energi di seluruh dunia
saat ini. Dengan kata lain, dengan menutup 0,1 persen saja permukaan bumi dengan divais
solar sel yang memiliki efisiensi 10 % sudah mampu untuk menutupi kebutuhan energi di
seluruh dunia saat ini.
Pada tengah hari yang cerah radiasi sinar matahari mampu mencapai 1000 Watt/m2. Jika
sebuah divais semikonductor seluas 1 m2 memiliki efisiensi 10 % maka modul solar sel ini
mampu memberikan tenaga listrik sebesar 100 Watt. Saat ini efisiensi modul solar sel
komersial berkisar antara 5 15 % tergantung material penyusunnya.
Karena fleksibel, sel surya yang dihasilkan bisa dibentuk seperti genting, jendela, atau bentuk
bagian bangunan lainnya. Hambatan utama dari penerapan teknologi ini adalah mahalnya
teknologi peralatan yang dipakai untuk memproduksinya. Teknologi terbaru yang masih
dalam tahap pengembangan adalah sel surya berbasis bahan organik. Teknologi yang
digunakan berbeda jauh dengan teknologi sel surya konvensional. Jika teknologi manufaktur
yang murah bisa diciptakan maka sel surya organik semacam ini bisa jauh lebih murah
dibanding sel surya konvensional.
Masalah utama penggunaan energi surya untuk PLTS adalah ketersediannya. Energi matahari
hanya tersedia di siang hari. Oleh sebab itu, PLTS harus bekerjasama dengan pembangkit lain
untuk meningkatkan keandalannya. Untuk itu, tegangan DC yang dihasilkan oleh modul
fotovoltaik harus diubah menjadi tegangan AC dengan menggunakan inverter. Tegangan
bolak-balik yang dihasilkan inverter harus mempunyai bentuk dan frekuensi yang baik agar
bisa diparalelkan dengan jaringan listrik yang ada.
Gambar 10 memperlihatkan skema pembangkit listrik tenaga surya skala kecil yang dipakai
untuk skala rumah tangga. Tegangan DC yang dihasilkan sel surya diubah menjadi tegangan
AC dengan menggunakan inverter. Inverter diparalel dengan tegangan jala-jala (misal PLN).
Sebagian energi listrik yang dihasilkan sel surya akan dikonsumsi sendiri. Jika berlebih,
energi listrik yang dihasilkan bisa dijual ke jaringan PLN. Pembangkit listrik semacam ini
tidak memerlukan batere sebagai penyimpan energi.
PLTS tidak hanya berguna bagi rakyat Indonesia yang tinggal di daerah kepulauan untuk
meningkatkan kemandirian di bidang energi tetapi juga berguna bagi penduduk pulau Jawa

yang ingin mengurangi beban PLN atau mengurangi emisi CO2. Di banding pembangkit batu
bara, PLTS mempunyai peluang mengurangi lebih dari 1 kg CO2 untuk setiap kWh energi
listrik yang dibangkitkannya. Pemasangan PLTS bisa digunakan untuk meningkatkan image
perusahaan dalam memperoleh sertifikat ramah lingkungan. Di banyak negara maju,
memiliki sertifikat ramah lingkungan terbukti sangat berguna dalam menarik investor dan
menaikkan harga saham.
Sampai tahun 2025, pemerintah Indonesia berencana memasang PLTS sampai 1000 MW.
Jika melihat kebutuhan akan PLTS dunia, maka peluang bisnis PLTS sangat-sangat besar.
Sayangnya, hanya sedikit orang Indonesia yang menguasai teknologi ini. Tidak ada industri
di Indonesia yang memproduksi sel surya, biasanya baru terbatas merakitnya. Seperti halnya
pembangkit listrik energi terbarukan lainnya, hanya sedikit orang atau industri di Indonesia
yang menguasai teknologi elektronika daya yang diperlukan dalam PLTS.
Terus naiknya pasar pembangkit listrik berbasis PLTS harus digunakan sebagai momentum
untuk mempersiapkan diri sehingga rakyat Indonesia tidak hanya menjadi konsumen dan
penonton. Persiapan ini harus mencakup persiapan sumber daya manusia, industri, dan
peraturannya. Hambatan subsidi yang menyebabkan penerapan penerapan PLTS kurang
ekonomis harus secara bertahap diatasi.
2.9.8 Tenaga Angin
Pembangkit listrik tenaga angin atau bayu (PLTB) mengalami perkembangan yang sangat
pesat dalam 20 tahun terakhir ini, terutama di belahan Eropa utara. Jerman dan Denmark
telah menggunakan tenaga angin untuk membangkitkan hampir 20% kebutuhan energi
listriknya. Pada akhir tahun 2010, diperkirakan PLTB terpasang di dunia akan mencapai lebih
dari 150 GW.
Sebagai negara yang berada di ekuator, potensi dari PLTB memang tidak terlalu besar. Akan
tetapi berdasarkan data yang ada, ada beberapa daerah di Indonesia, misal NTB dan NTT,
yang mempunyai potensi bagus. Sebagian besar daerah di Indonesia mempunyai kecepatan
angin rata-rata sekitar 4 m/s, kecuali di dua propinsi tersebut. Oleh sebab itu, PLTB yang
cocok dikembangkan di Indonesia adalah pembangkit dengan kapasitas di bawah 100 kW.
Tentu saja ini berbeda dengan Eropa yang berkonsentrasi untuk mengembangkan PLTB
dengan kapasitas di atas 1 MW atau lebih besar lagi untuk dibangung di lepas pantai.
Masalah utama dari penggunaan PLTB adalah ketersediaannya yang rendah. Untuk mengatasi
masalah ini maka PLTB harus dioperasikan secara paralel dengan pembangkit listrik lainnya.
Pembangkit listrik lainnya bisa berbasis Sumber Energi Alternatif (SEA) atau pembangkit
konvensional. Walaupun sebuah PLTB hanya membangkitkan daya kurang dari 100 kW, kita
bisa membangun puluhan PLTB dalam satu daerah. Dengan memanfaatkan PLTB maka
kebutuhan akan bahan bakar fossil akan jauh berkurang. Selain mengurangi biaya operasi,
penggunaan PLTB akan meningkatkan jaminan pasokan energi suatu daerah. Di daerah
kepulauan seperti halnya NTB dan NTT, yang mana semua kebutuhan energinya harus
didatangkan dari daerah lain, keberadaan PLTB akan membantu meningkatkan
kemandiriannya. Di banding dengan diesel, PLTB mempunyai potensi mengurangi emisi
CO2 sebesar 700 gram untuk setiap kWh energi listrik yang dibangkitkan.
Gambar 10 memperlihatkan skema PLTB yang cocok untuk daya kurang dari 100 kW. Turbin
angin memutar generator tegangan bolak-balik. Karena kecepatan angin berubah-ubah maka

tegangan AC yang dihasilkan generator mempunyai frekuensi yang berubah-ubah. Tegangan


AC yang frekuensinya berubah-ubah ini harus diubah menjadi tegangan DC yang tetap
dengan menggunakan penyearah. Tegangan DC ini selanjutnya diubah menjadi tegangan AC
frekuensi 50 Hz dengan menggunakan inverter. Keluaran inverter diparalel dengan jaringan
listrik yang ada. Dengan menggunakan konsep ini, semua energi listrik yang dibangkitkan
oleh PLTB bisa dikirim ke jaringan untuk dimanfaatkan. Pembangkit semacam ini juga tidak
memerlukan batere yang mahal dan butuh pemeliharaan rutin.
Teknologi turbin atau kincir angin yang diperlukan dalam PLTB telah dikuasai oleh orang
Indonesia dan beberapa industri lokal telah mampu membuatnya dengan baik. Generator
yang digunakan bisa menggunakan generator induksi (yang murah dan kokoh) atau generator
magnet permanen yang efisien. Kedua teknologi generator ini telah dikuasai oleh orang
Indonesia dan beberapa industri telah mampu membuatnya. Yang menjadi masalah adalah
bahan baku yang sebagian besar harus didatangkan dari luar. Teknologi penyearah dan
inverter juga dikuasai oleh orang Indonesia walaupun industri yang mampu membuatnya
masih terbatas. Di Indonesia juga tidak tersedia orang yang menguasai teknologi komponen
elektronika daya, apalagi industrinya. Semua komponen elektronika daya harus didatangkan
dari luar. Di Indonesia, peneliti yang mendalami teknologi elektronika daya juga sangat
terbatas. Perkembangan kebutuhan akan pembangkit listrik berbasis SEA ini sebaiknya
diambil oleh pemerintah Indonesia untuk mengembangkan industri elektronika daya berserta
sumber daya manusianya.

2.9.9 Biomassa
Bioenergi adalah istilah umum bagi energi yang dihasilkan melalui material organik, seperti
kayu, tanaman pertanian, sekam, sampah, atau kotoran hewan. Berdasarkan sumbernya,
bioenergi dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu yang dari hasil pertanian dan budidaya,
dan yang dari limbah buangan, seperti buangan tanaman sisa panen, kotoran hewan, sampah
kota, limbah pabrik, dsb.
Banyak yang menyangsikan kalau bioenergi adalah salah satu solusi energi terbarukan,
terutama untuk bioenergi yang bersumber dari hasil pertanian dan budidaya. Hal ini
disebabkan karena penggunaan lahan yang sangat besar dan waktu produksi yang terlalu
lama. Terlebih lagi ternyata selisih antara energi keluaran dan energi fosil yang terpakai
selama proses tidak terlalu signifikan. Selain itu walaupun ditujukan untuk mengurangi polusi
CO2, produksi bioenergi bukan berarti tanpa CO2, walaupun memang jumlahnya jauh lebih
sedikit daripada CO2 yang dihasilkan dari produksi energi fosil. Sehingga tantangan kedepan
agar bioenergi dapat bersaing dengan sumber energi lainnya adalah bagaimana meningkatkan
efisiensi dari teknologi prosesnya dan bagaimana mempercepat produksi sumber energinya.
Pengolahan biomassa menjadi bioenergi dapat dilakukan dalam tiga cara : (i) pembakaran
biomassa padat (ii) produksi bahan bakar gas dari biomassa (iii) produksi bahan bakar cair
dari biomassa.
Cara yang pertama adalah dengan membakar langsung biomassa dan diambil energi
panasnya. Energi panas ini dapat digunakan untuk apa saja, bisa sebagai pemanas ruangan,
ventilasi, atau jika dalam terminologi kelistrikan, energi panas ini kemudian digunakan untuk
memanaskan dan menguapkan air pada aplikasi turbin uap. Biomassa yang digunakan bisa

apa saja, namun umumnya adalah sisa produk hutan dan pertanian, arang, atau sampah kota
(pada PLTSa).
Pengolahan biomassa dengan cara ini umumnya sudah ditinggalkan (kecuali pada PLTSa),
karena walaupun teknologinya sederhana namun efisiensinya sangat rendah. Selain itu
biomassa padat memiliki kerapatan energi yang relatif kecil, sehingga proses transportasinya
memakan biaya yang besar.
Khusus untuk biomassa sampah kota, PLTSa dapat menjadi solusi yang menarik untuk
dikembangkan, mengingat produksi sampah kota terus meningkat dari tahun ke tahun. PLTSa
di dunia kini sudah mencapai lebih dari 3 GW dengan setengahnya berada di eropa. Di
Indonesia sendiri PLTSa masih menjadi solusi yang sulit untuk diterapkan. Penolakan
terhadap PLTSa umumnya disebabkan kekhawatiran masyarakat akan pencemaran
lingkungan, terutama pencemaran udara. Namun tidak perlu khawatir karena teknologi
PLTSa yang berkembang saat ini sudah dilengkapi dengan sistem pengeringan dan filter abu.
Sistem ini berfungsi untuk mengurangi unsur-unsur kimia berbahaya yang terkandung pada
abu gas buangan, sehingga gas buangan PLTSa masih dalam taraf aman.
Cara yang kedua adalah produksi biomassa dalam bentuk gas. Ada beberapa alasan dibalik
berkembangnya teknologi ini. Hasil yang didapatkan melalui produk biogas ini selain dapat
dimanfaatkan untuk pembakaran biasa / pemanasan, ternyata bisa juga digunakan sebagai
bahan bakar pada mesin bakar dan turbin gas. Produk biogas juga menawarkan efisiensi yang
lebih tinggi dari pembakaran biomassa padat, selain itu karena dalam bentuk gas,
penyalurannya relatif lebih mudah (bisa dengan menggunakan pipa).
Konversi kedalam bentuk gas dapat dilakukan melalui proses biokimia dan termokimia.
Untuk proses biokimia, digunakan anaerob yang kemudian akan memecah materi organik
kedalam senyawa gula, dan kemudian menjadi zat asam, dan akhirnya menjadi gas. Pada
tahun 1999, Inggris telah memiliki 1-MW-anaerobic-disgestion-plant. Sementara di Cina ada
5 juta pembangkit anaerob skala kecil pada pertengahan 1990 dan di India ada 2.8 juta yang
sudah terpasang sejak 1998 dan akan membangun lagi 12 juta pembangkit anaerob skala
kecil. Untuk proses termokimia, gasifikasi dilakukan dengan cara yang tidak jauh berbeda
dengan proses gasifikasi batu bara, hanya saja yang menjadi objeknya adalah biomassa.
Produksi gasifikasi dalam kondisi tertentu dapat menghasilkan gas sintesis, kombinasi antara
hidrokarbon dan hidrogen. Dari gas sintesis ini hampir seluruh hidrokarbon, bensin sintesis
dan bahkan hidrogen murni dapat dibentuk (yang nantinya dapat digunakan pada fuel cell).
Tantangan dari biogas ini adalah proses pembuatannya yang rumit, dan di negara berkembang
seperti indonesia ini masih membutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk investasi awalnya.
Cara yang ketiga adalah dengan memproduksi biofuel cair dari biomassa. Fokus terbesar
pengembangan bioenergi terletak pada biofuel sebagai pengganti bahan bakar minyak. Ada
tiga macam olahan biofuel yang dapat mereduksi penggunaan bahan bakar minyak, yaitu (i)
bio-ethanol (ii) bio-diesel (iii) bio-oil.
Bio-ethanol didapatkan melalui proses fermentasi. Proses fermentasi ini membutuhkan
produk gula, sehingga sumber paling efektif untuk digunakan dalam produksi bio-etanol ini
adalah tebu. Brazil adalah negara terbesar penghasil ethanol dari residu gula. Kegunaan dari
bio-ethanol adalah dapat mereduksi penggunaan bensin, yaitu dengan mencampurkan bioethanol kedalam bensin (premium). Salah satu produknya yang sudah banyak dikenal adalah

Gasohol E-10, didapatkan dengan mencampurkan 10% Bio-ethanol dengan 90% premium.
Seiring dengan perkembangan teknologi, bukan tidak mungkin campuran Bio-ethanol di
kemudian hari akan semakin besar persentasenya.
Bio-diesel didapatkan melalui transesterifikasi minyak sayur (diekstrak dari biji-bijian seperti
jarak, kelapa sawit, dsb). Sebenarnya minyak sayur dapat digunakan langsung pada mesin
diesel, hal senada diungkapkan oleh Dr Rudolf Diesel pada tahun 1911 dalam tulisannya, hal
ini disebabkan minyak sayur memiliki kandungan energi yang tidak jauh berbeda (37-39 Gj/t)
dengan solar (42 Gj/t). Namun bio-diesel lebih dipilih karena minyak sayur memiliki
pembakaran yang tidak sempurna jika dioperasikan langsung pada mesin diesel. Kegunaan
dari bio-diesel adalah dapat mereduksi penggunaan solar, yaitu dengan mencampurkan biodiesel kedalam solar. Salah satu produknya yang sudah banyak dikenal adalah Biodiesel B10, didapatkan dengan mencampurkan 10% Bio-diesel dengan 90% solar. Di beberapa negara
iklim tropis seperti filipina dan Brazil, campuran 70% solar dengan 30% minyak sayur tanpa
transesterifikasi dilakukan untuk menggantikan diesel. Namun, biasanya sektor pangan dan
kosmetik mau membayar lebih mahal, sehingga hal tersebut hanya dilakukan pada daerah
tertentu yang kekurangan supply solar. Produksi biodiesel dunia kini mencapai lebih dari 1.5
juta ton per tahunnya. Dan kini pemerintah USA serta Inggris sedang mengembangkan
teknologi biodiesel dari minyak jelantah.
Bio-oil didapatkan melalui proses pyrolisis dari sekam, tempurung kelapa, jarak atau kelapa
sawit. Proses ini melibatkan penguapan material biomassa sehingga terbagi menjadi uap dan
padatan residu. Kemudian uapnya diembunkan sehingga dihasilkan cairan bio-oil yang
membawa kandungan energi cukup besar. Bio-oil digunakan sebagai pengganti solar industri
(IDO), Marine Fuel Oil (MFO), dan kerosin. Bio-oil dapat digunakan pada pembangkit listrik
diesel
2.9.10 Tenaga Panas Bumi (Geothermal)
Sebelum abad 20, fluida panas bumi (geothermal) hanya digunakan untuk mandi, mencuci
dan memasak. Dewasa ini pemanfaatan fluida panas bumi sangat beraneka ragam, baik untuk
pembangkit listrik maupun untuk keperluan lainnya di sektor non-listrik, yaitu untuk pemanas
ruangan, rumah kaca, tanah pertanian, pengering hasil pertanian dan peternakan, pengering
kayu dll.
Pemanfaatan energi panas bumi secara umum dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu
pemanfaatan tidak langsung dan pemanfaatan langsung. Pemanfaatan tidak langsung yaitu
memanfaatkan energi panas bumi untuk pembangkit listrik. Sedangkan pemanfaatan
langsung yaitu memanfaatkan secara langsung panas yang terkandung pada fluida panas
bumi untuk berbagai keperluan.
Fluida panas bumi yang telah dikeluarkan ke permukaan bumi mengandung energi panas
yang akan dimanfaatkan untuk menghasilkan energi listrik. Hal ini dimungkinkan oleh suatu
sistem konversi energi fluida panas bumi (geothermal power cycle) yang mengubah energi
panas dari fluida menjadi energi listrik.
Fluida panas bumi bertemperatur tinggi (>225 oC) telah lama digunakan di beberapa negara
untuk pembangkit listrik, namun beberapa tahun terakhir ini perkembangan teknologi telah
memungkinkan digunakannya fluida panas bumi bertemperatur sedang (150-225 oC) untuk
pembangkit listrik.

Selain temperatur, faktor-faktor lain yang biasanya dipertimbangkan dalam memutuskan


apakah suatu sumber daya panas bumi tepat untuk dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik
adalah sebagai berikut: (i) Sumberdaya mempunyai kandungan panas atau cadangan yang
besar sehingga mampu memproduksi uap untuk jangka waktu yang cukup lama, yaitu sekitar
25-30 tahun. (ii) Sumber daya panas bumi menghasilkan fluida yang mempunyai pH hampir
netral agar laju korosinya relatif rendah, sehingga fasilitas produksi tidak cepat terkorosi.
Selain itu hendaknya kecenderungan fluida membentuk skala yang relatif rendah. (iii)
Reservoirnya tidak terlalu dalam, biasanya tidak lebih dari 3 km. (iv) Sumber daya panas
bumi terdapat di daerah yang relatif tidak sulit dicapai. (v) Sumber daya panas bumi terletak
di daerah dengan kemungkinan terjadinya erupsi hidrotermal yang relatif rendah. Proses
produksi fluida panas bumi dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya erupsi hidrotermal.
Energi panas bumi yang relatif tidak menimbulkan polusi dan terdapat menyebar di seluruh
kepulauan Indonesia (kecuali Kalimantan) sesungguhnya merupakan salah satu energi yang
tepat untuk dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik di masa yang akan datang untuk
memenuhi sebagian dari kebutuhan listrik nasional yang cenderung terus meningkat.
Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi (PLTP) pada prinsipnya sama seperti Pembangkit
Listrik Tenaga Uap (PLTU), hanya pada PLTU uap dibuat di permukaan menggunakan boiler,
sedangkan pada PLTP uap berasal dari reservoir panas bumi. Apabila fluida di kepala sumur
berupa fasa uap, maka uap tersebut dapat dialirkan langsung ke turbin, dan kemudian turbin
akan mengubah energi panas bumi menjadi energi gerak yang akan memutar generator
sehingga dihasilkan energi listrik. Apabila fluida panas bumi keluar dari kepala sumur
sebagai campuran fluida dua fasa (fasa uap dan fasa cair) maka terlebih dahulu dilakukan
proses pemisahan pada fluida. Hal ini dimungkinkan dengan melewatkan fluida ke dalam
separator, sehingga fasa uap akan terpisahkan dari fasa cairnya. Fraksi uap yang dihasilkan
dari separator inilah yang kemudian dialirkan ke turbin.
Untuk kandungan panas atau cadangan yang relatif kecil, namun mempunyai suhu yang
cukup tinggi untuk dimanfaatkan menjadi pembangkit listrik, bisa digunakan untuk
pembangkit listrik berskala kecil dengan kapasitas terpasang antara 1-5 MW. Di beberapa
tempat pembangkit dibangun dengan kapasitas kecil, seperti di Fang Thailand yang
berkapasitas 300 kW.
Pada dasarnya pembangkit tenaga panas bumi dapat di bangun mengikuti
permintaan beban listrik. Pembangkit tenaga kecil biasanya dibangun
menggunakan pendekatan modular yang dapat mengurangi biaya konstruksi dan
dapat ditempatkan dekat ke sumur sehing
keseluruhan proyek mempunyai dampak lingkungan yang minimal. Pembangkit
tenaga kecil telah memainkan peranan penting dalam perkembangan dan
penggunaan tenaga panas bumi. Kunci sukses pembangkit tenaga panas bumi
skala kecil adalah tidak membangun pembangkit yang kapasitasnya melebihi
permintaan, dan selalu mencari kemungkinan penyatuan sistem pemanfaatan
langsung air panas untuk memperbaiki perekonomian perusahaan pembangkit
dan juga masyarakat setempat.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dengan memperhatikan kecenderungan-kecenderungan perkembangan teknologi yang kini
terjadi, beberapa catatan dapat dibuat. Penggunaan gas bumi sebagai bahan bakar
pembangkitan energi listrik akan meningkat dengan pesat di Indonesia. Pemanfaatan batubara
juga akan meningkat, sekalipun tidak setajam gas. Posisi batubara sebagai bahan bakar utama
masih dapat dipertahankan untuk beberapa tahun ke depan. Penggunaan energi nuklir secara
global akan menggantikan peran pembangkit listrik berbahan bakar fosil (minyak bumi
batubara gas alam) secara bertahap untuk memenuhi kebutuhan listrik dengan karakteristik
beban yang konstan (Jawa Bali). Pemanfaatan minyak akan banyak menurun. Minat akan
energi terbarukan akan meningkat juga, sekalipun secara relatif memiliki peran yang masih
kecil.
Melimpahnya tenaga surya yang merata dan dapat ditangkap di seluruh
kepulauan Indonesia hampir sepanjang tahun merupakan sumber
energi listrik yang sangat potensial. Oleh karena itu, PV dan biomassa diperkirakan akan
meningkat dengan pesat.Selain itu ada juga pemanfaatan energi panas bumi bisa menjadi
alternatif yang murah dan ramah lingkungan. Tetapi pemanfaatan energi panas bumi tidak
bisa maksimal karena persediaannya sangat terbatas dan teknologi untuk mengelolanya
dianggap mahal.
Efisiensi pembangkitan tenaga listrik akan meningkat, bukan saja karena teknologi
pembangkitannya menjadi lebih baik, akan tetapi juga karena pengusahaan tenaga listrik
makin lama makin banyak mempergunakan otomatisasi. Dan juga perlu disebut masalah
lingkungan akan menjadi lebih kecil karena perkembangan teknologi yang lebih bersahabat
di lingkungan.
3.2 Saran
Berdasarkan prinsip generator arus searah dalam hukum Induksi Farraday. Bahwa jika
sepotong kawat terletak di antara kutub-kutub magnet kemudian kawat tersebut digerakkan,
maka di ujung kawat ini timbul gaya gerak listrik (GGL) karena induksi. Jadi, untuk dapat
mengimplementasikan prinsip kerja tersebut, pada syaratnya adalah :
Harus ada konduktor (penghantar).
Harus ada medan magnet.
Harus ada gerak atau perputaran dari konduktor pada medan magnetik.
Untuk memperoleh arus searah dari tegangan bolak balik, meskipun tujuan utamanya adalah
pembangkitan tegangan searah, tampak bahwa tegangan kecepatan yang dibangkitkan pada
kumparan jangkar merupakan tegangan bolak-balik. Bentuk gelombang yang berubah-ubah
tersebut karenanya harus disearahkan. Untuk mendapatkan arus searah dari arus bolak balik,
sebaiknya kita menggunakan alat-alat berikut :
Saklar
Komutator

Dioda

DAFTAR PUSTAKA

Paul Breeze, Power Generation Technologies, Jordan Hill, Oxford,2005


Presidential degree 5, 2006
Dr. Ir. Pekik A. Dahono, Sumber Energi Alternatif (SEA),Laboratorium Penelitian Konversi
Energi Elektrik, Teknik Elektro ITB
Prof. Ir. Abdul Kadir, IPM, Beberapa Kecenderungan Perkembangan Teknologi Pembangkit
Listrik, Ketua Sekolah Tinggi Teknik Yayasan PLN, Jakarta
Dr. Ir. Wilson Walery Wenas, Teknologi Sel Surya : Perkembangan Dewasa Ini dan yang
Akan Datan,Laboratorium Semikonduktor, Fisika-ITB
Teguh Priyambodo, Pembangkit Listrik Tenaga Surya: Memecah Kebuntuan Kebutuhan
Energi Nasional dan Dampak Pencemaran Lingkungan
http://konversi.wordpress.com/2009/02/18/pembangkit-listrik-masa-depan-indonesia/

PLTGU (Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap) Cilegon merupakan perusahaan
yang bergerak dibidang jasa penyaluran listrik dari pembangkit ke distribusi primer. Sebagian
besar penyaluran listrik menggunakan saluran udara dengan tegangan tinggi, berkisar 30 KV
sampai 150 KV. Untuk pembangkitannya, PLTGU Cilegon menggunakan generator 292
MVA dengan AVR MEC5000 sebagai regulator yang menjalankan sistem eksitasinya. AVR
tersebut berfungsi untuk menjaga agar tegangan generator tetap konstan. AVR tersebut
berfungsi untuk menjaga tegangan generator tetap konstan. AVR bekerja dalam pengaturan
arus penguatan (arus eksitasi) pada exciter. Aapabila tegangan output generator dibawah
tegangan nominal generator, maka AVR akan memperbesar arus penguatan (arus eksitasi)
pada exciter. Sebaliknya, apabila tegangan output generator melebihi tegangan nominal
generator, maka AVR akan mengurangi arus penguatan (arus eksitasi) pada exciter. Dengan
demikan, apabila terjadi perubahan output generator, AVR dapat secara otomatis
menstabilkan tegangannya.

GENERATOR TURBIN GAS


BAB I
1.1
Latar Belakang
Generator
Turbin
Gas
adalah suatu alat yang memanfaatkan gas sebagai fluida untuk memutar turbin dengan
pembakaran internal. Didalam turbin gas energi kinetik dikonversikan menjadi energi
mekanik melalui udara bertekanan yang memutar roda turbin sehingga menghasilkan daya.
Sistem turbin gas yang paling sederhana terdiri dari tiga komponen yaitu kompresor, ruang
bakar dan turbin gas. 1.2. Tujuan Dan Manfaat Penulisan Adapun tujuan dari penulisan
makalah ini adalah untuk mempelajari tentang generator gas. Manfaat penulisan makalah ini
bagi penulis yaitu mendapatkan pengertian dan penjelasan tentang karakteristik generator
gas. Sedangkan bagi para pembaca diharapkan makalah ini dapat
menjadi sumbangan dalam memperkaya pengetahuan dan memberikan kesempatan untuk
mempelajarinya lebih lanjut. 1.3

Batasan Masalah Untuk membatasi materi yang akan dibicarakan pada makalah ini, maka
kami membuat batasan cakupan masalah yang akan dibahas. Hal ini diperbuat supaya isi dan
pembahasan dari makalah ini menjadi lebih terarah dan dapat mencapai hasil yang
diharapkan. Adapun batasan masalah pada penulisan makalah ini adalah : 1.
Prinsip kerja 2.
Komponen primer dan penunjang 3.
Maintenance 4.
Fakta lapangan
BAB II
Prinsip Kerja Sistem Generator Turbin Gas
Secara umum proses yang terjadi pada suatu sistem turbin gas adalah sebagai berikut: 1.
Pemampatan (
compression
) udara di hisap dan dimampatkan 2.
Pembakaran (
combustion
) bahan bakar dicampurkan ke dalam ruang bakar dengan udara kemudian di bakar. 3.
Pemuaian (
expansion
) gas hasil pembakaran memuai dan mengalir ke luar melalui nozel (
nozzle
). 4.
Pembuangan gas (
exhaust
) gas hasil pembakaran dikeluarkan lewat saluran pembuangan.
Udara masuk kedalam kompresor melalui saluran masuk udara (
inlet
). Kompresor berfungsi untuk menghisap dan menaikkan tekanan udara tersebut, sehingga
temperatur udara juga meningkat. Kemudian udara bertekanan ini masuk kedalam ruang
bakar. Di dalam ruang bakar dilakukan proses pembakaran dengan cara mencampurkan
udara bertekanan dan bahan bakar. Proses pembakaran tersebut berlangsung dalam keadaan
tekanan konstan sehingga dapat dikatakan ruang bakar hanya untuk menaikkan temperatur.
Gas hasil pembakaran tersebut dialirkan ke turbin gas melalui suatu nozel yang berfungsi
untuk mengarahkan aliran tersebut ke sudu-sudu turbin. Daya yang dihasilkan oleh turbin gas
tersebut digunakan untuk memutar kompresornya sendiri dan memutar beban lainnya seperti
generator listrik, dll. Setelah melewati turbin ini gas tersebut akan dibuang keluar melalui
saluran buang (
exhaust
). Pada kenyataannya, tidak ada proses yang selalu ideal, tetap terjadi kerugiankerugian yang
dapat menyebabkan turunnya daya yang dihasilkan oleh turbin gas dan berakibat pada

menurunnya performa turbin gas itu sendiri. Kerugian-kerugian tersebut dapat terjadi pada
ketiga komponen sistem turbin gas. Sebab-sebab terjadinya kerugian antara lain:

Adanya gesekan fluida yang menyebabkan terjadinya kerugian tekanan (


pressure losses
) di ruang bakar.

Adanya kerja yang berlebih waktu proses kompresi yang menyebabkan terjadinya gesekan
antara bantalan turbin dengan angin.

Berubahnya nilai
Cp
dari fluida kerja akibat terjadinya perubahan temperatur dan perubahan komposisi kimia dari
fluida kerja.

Adanya
mechanical loss
, dsb.
Komponen Generator Turbin Gas
Generator gas tersusun atas komponen-komponen utama seperti
air intake section, compressor section, combustion section, turbine section,
dan
exhaust section.
Sedangkan komponen pendukung turbin gas adalah
starting equipment, lube-oil system, cooling system
, dan

Anda mungkin juga menyukai