Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM TEGANGAN TINGGI

TEGANGAN TEMBUS ISOLATOR UDARA BERBAGAI JENIS


ELEKTRODA

Disusun oleh
Nama : Putri Nuraisah
NIM : 1902321022
Kelas : 4E
Nama Kelompok Praktik : Maulana Putri Endayani
Mohamad Tendi Noer R
Muhammad Alfiansyah R.C
Muhammad Farid Aditya R
Putri Nuraisah
Rana Nur Robihah
Saiful Fathan Mubarak
Penguji/Pembimbing : P. Jannus S.T., M.T.

Jurusan Teknik Mesin


Politeknik Negeri Jakarta
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Judul Subyek Praktikum


“Tegangan Tembus Udara Untuk Berbagai Jenis Elektroda”

B. Tujuan Praktikum
1. Mempelajari karakteristik tembus udara dari berbagai jenis elektroda
2. Membandingkan tegangan tembus dari suatu elektroda dengan elektroda
lainnya
3. Mempelajari ketahanan isolasi udara-udara untuk konfigurasi elektroda
tertentu
C. Latar Belakang
Isolasi merupakan salah satu alat penting dalam sistem tenaga listrik yang
digunakan untuk memisahkan kawat penghantar listrik sehingga tidak terjadi
lompatan listrik. Kegagalan yang terjadi ketika peralatan sedang bekerja dapat
mengakibatkan kerusakan peralatan sehingga kontinuitas sistem tidak berjalan
dengan baik. Isolasi harus sanggup menahan tegangan tembus dari tegangan
tinggi. Udara adalah salah satu isolasi gas yang sering digunakan untuk peralatan
listrik tegangan tinggi. Hal ini dikarenakan kekuatan dielektrik isolasi gas lebih
besar dibandingkan isolasi padat dan cair. Namun, kekuatan dielektrik udara untuk
isolasi gas termasuk isolasi gas yang terendah. Udara dan gas termasuk bahan
isolasi yang banyak digunakan untuk mengisolasi peralatan listrik tegangan tinggi
karena biayanya lebih murah dibandingkan bahan isolasi yang lainnya. Isolasi
dimaksudkan untuk memisahkan dua atau lebih penghantar listrik yang
bertegangan, sehingga antara penghantar-penghantar yang bertegangan tidak
terjadi lompatan listrik (flashover) atau percikan (sparkover).
BAB II
DASAR TEORI
A. Umum
Udara umumnya digunakan untuk mengisolasi antar elektroda untuk pasangan
diatas tanah, seperti dalam panel, untuk mengisolasi antar rel satu dengan rel lain
digunakan udara. Agar dapat digunakan sebagai isolasi maka harus ada jarak antar
elektroda supaya tidak terjadi tembus. Jika terlalu dekat, maka udara akan
mendapat tekanan medan yang besar bahkan melampaui medan maksimum yang
dapat ditahan akibatnya terjadi lompatan busur diantara elektroda tersebut.
Sebaiknya jika terlalu besar maka volume ruang yang diperlukan besar.
Dilapangan dalam kenyataannya konfigurasi elektroda ada bermacam-macam: ada
bentuk jarum-jarum (runcing), plat-plat, plat-jarum, dll. Tegangan tembus udara
dipengaruhi oleh konfigurasi tersebut, jenis tegangan yang diterapkan.

Gambar 1. Rangkaian Pengujian


B. Voltmeter
Voltmeter adalah alat ukur untuk mengukur besarnya beda potensial atau tegangan
listrik dari suatu rangkaian. Berbeda dengan yang dirancang pada alat ukur
amperemeter, voltmeter dirancang mempunyai tahanan dalam yang besarnya ideal
dan tak terhingga.

Gambar 2. Voltmeter
BAB III
PROSEDUR PRAKTIKUM

3.1 Rangkaian Pengujian

▪ TH : Transformator Tegangan Tinggi RMS 100 kV


▪ T0 : Objek yang diuji
▪ TSM : Arus AC Sekunder Tranformator
▪ F : Areste
▪ CST : Pembagi Tegangan RMS 100 kV, 500 pF
▪ SWS : Bagian Sekunder, Tegangn AC
▪ SB : Panel kontrol Tipe 273 Mencakup Transformator
Regulator
▪ R6 : Resistor Peredam, Tegangan AC
▪ R7 : Resitor Peredam, Tegangan Surj
3.2 Pengujian
1. Konfigurasi Elektroda
Tegangan tembus diukur dengan peralatan pembagi tegangan (Voltage
Devider). Konvigurasi elektroda yang akan diuji adalah:
a) Tipe Jarum – Jarum (ditanahkan)
b) Tipe Bola – Jarum (ditanahkan)
c) Tipe Plat – Jarum (ditanahkan)
d) Tipe Bola – Bola (ditanahkan)
2. Langkah Percobaan
1. Pasangkan salah satu konfigurasi di atas pada tempat objek pengujian.
2. Naikan tegangan hingga udara diantara elektroda tembus, kemudian
catat tegangan tersebut.
3. Naikan jarak elektroda seperti pada tabel kemudian naikkan tegangan
hingga udara tembus.
4. Gantikan konfigurasi elektroda di atas ulangi percobaan seperti di atas.
BAB IV
DATA PENGUKURAN DAN ANALISA DATA
4.1 Tabel Pengamatan

a) Tabel Hasil Pengukuran Tegangan Tembus Udara Untuk Berbagai


Jenis Elektroda

Jarak
Konfigurasi Tegangan Tembus
Percobaan Elektroda
Elektroda (KV)
(cm)

V1 V2 V3 ̅
V

1 5 4 4 4,3

2 6 5 5 5,333
1
3 12 12 12 12

4 16 16 16 16

5 19 20 19 19,677

V1 V2 V3 ̅
V

1 8 8 8 8

2 22 22 20 21,333
2
3 29 29 32 30

4 38 39 39 38,677

5 42 44 40 42

V1 V2 V3 ̅
V

1 65 67 66 66
3
2 68 69 68 68,333

3 70 69 69 69,333
V1 V2 V3 ̅
V

1 67 66 67 66,677
4
2 69 69 69 69

3 70 68 69 69

b) Grafik Hasil Pengukuran Tegangan Tembus Udara Untuk Berbagai


Jenis Elektroda
a. Grafik Percobaan 1 Elektroda Plat – Jarum

Elektroda Jarum-Jarum
25
Tegangan Tembus

20
15
(KV)

10
5
0
1 2 3 4 5
Jarak ( Cm)

Tegangan Rata-Rata

b. Grafik Percobaan 2 Elektroda Bola – Jarum

Elektroda Bola-Bola
50
Teganagan Tembs

40
30
(KV)

20
10
0
1 2 3 4 5
Jarak (Cm)

Tegangan Rata-Rata
c. Grafik Percobaan 3 Elektroda Jarum – Plat
Elektroda Plat-Jarum
70

Tegangan Tembus
68

(KV)
66

64
1 2 3
Jarak (Cm)

Tegangan Rata-Rata

d. Grafik Percobaan 4 Elektroda Jarum – Bola

Elektroda Bola- Jarum


70
Tegangan Tembus

68
66
(KV)

64
1 2 3
Jarak (Cm)

Tegangan Rata-Rata

4.2 Analisa Data

Karakteristik tegangan sebagai fungsi jarak sela. Dari gambar tersebut dapat
diketahui karakteristik tegangan tembus cenderung mengalami kenaikan seiring
dengan lebarnya jarak sela, semakin lebar jarak sela maka semakin besar pula
tegangan tembusnya. Demikian halnya berlaku pada ketiga kondisi temperatur.
Hal ini disebabkan jika di antara elektroda diterapkan suatu tegangan V, maka
akan timbul suatu medan listrik E yang mempunyai besar dan arah tertentu.
Karena adanya medan listrik tersebut, maka elektron-elektron bebas yang ada di
udara akan mendapatkan energi yang cukup kuat untuk menimbulkan proses
ionisasi. Jika jarak sela antar elektroda itu kecil maka energi yang diperlukan
untuk proses ionisasi juga kecil, dan sebaliknya jika jarak sela semakin besar
maka energi yang diperlukan untuk proses ionisasi akan semakin besar. Dengan
demikan maka semakin besar jarak sela maka energi yang diperlukan semakin
besar sehingga tegangan yang diterapkan juga akan semakin besar pula.
Perbedaan polaritas tegangan yang diterapkan juga mempengaruhi karakteristik
tegangan tembus yang terjadi. Dimana tegangan tembus pada polaritas negatif-
positif nilainnya lebih besar dari pada tegangan tembus pada polaritas
positifnegatif. Perbedaan ini dapat dijelaskan karena pada saat elektroda bola
mendapat polaritas negatif, maka energi awal yang diterima oleh elektroda plat
(bidang ) akan terlebih dahulu berusaha melepaskan elektron-elektron yang ada
pada elektroda plat (bidang). Karena elektroda plat (bidang) yang digunakan
mempunyai penampang yang lebih besar dari pada elektroda bola, maka elektroda
plat (bidang) akan lebih sulit melepaskan elektron. Karena tegangan yang
digunakan untuk pengukuran adalah tegangan bolak-balik (ac), maka elektroda
bola juga akan mendapatkan energi dari siklus tegangan balik. Sehingga elektroda
bola juga mendapatkan cukup energi untuk melepaskan elektron, untuk
mengawali proses ionisasi. Elektron-elektron yang ada pada elektroda bola akan
bergerak menuju elektroda plat (bidang). Dengan adanya energi awal yang
terserap didalam elektroda plat (bidang) maka dibutuhkan tegangan yang lebih
besar pada elektroda bola untuk terjadinya tembus (breakdown). Dan pada saat
elektroda bola mendapatkan polaritas positif maka elektroda bola akan langsung
mendapatkan energi awal yang lebih besar, karena elektroda bola secara
geometris mempunyai penampang yang lebih kecil dari pada plat (bidang)
sehingga elektron-elektro pada elektroda bola akan lebih mudah melepaskan
elektron untuk proses ionisasi
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan data dari hasil percobaan yang telah dilakukan, maka dapat diketahui
bahwa jarak antar elektroda memengaruhi tegangan tembus yang dihasilkan, semakin
besar jarak antar elektroda maka semakin besar pula tegangan tembus yang dihasilkan.
Perubahan nilai tegangan tembus yang terkecil terjadi pada elektroda jarum – bola.
Sedangkan nilai tegangan tembus pada elektroda plat – jarum dan bola – jarum
menghasilkan nilai tegangan tembus yang besar, hanya sedikit selisihnya.
5.2 Saran
a. Berdoa sebelum melakukan praktikum,
b. Utamakan keselamatan kerja,
c. Diperlukan ketelitian pada praktikum,
d. Lakukan segala percobaan sesuai dengan SOP yang ditentukan.
e. Jangan memasuki sangkar ketika praktik sedang dijalani (kecuali sudah dimatikan
mesinnya).

Anda mungkin juga menyukai