Disusun Oleh :
MUHAMMAD SHAH, ST. MT.
EDI HARYONO, ST. MT.
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dimana telah
terselesaikannya pembuatan jobsheet ini, semoga dengan jobsheet ini pemahaman
mahasiswa mengenai pengoperasian dan perhitungan boiler, kalorimeter, steam engine,
superheater dan steam turbine lebih mudah dipahami dan dimengerti. Dalam Jobsheet ini
berisi tahapan – tahapan pengoperasian, analisa perhitungan dan disertai dengan kolom –
kolom pengambilan data. Untuk lebih memperjelas pengetahuan mahasiswa tentang serta
langsung diaplikasikan dan disertai dengan kolom analisa hasil praktek dan
kesimpulannya, sehingga mahasiswa dibiasakan mengambil data kemudian mengolah
data dan menyimpulkannya.
Setelah mahasiswa mengerjakan jobsheet 1 sampai dengan jobsheet 5 diharapkan
mahasiswa memperoleh standart kompetisi sesuai dengan referensi sandart yang dipakai
dalam pengoperasian dan pengambilan data praktikum yang tersedia di jobsheet tersebut.
Sebagai kata akhir penulis, jika ada kesalahan atau kekeliruan dalam penulisan jobsheet
ini, penulis mohon maaf yang sebesar – besarnya dan sudilah kiranya memberi saran dan
kritik demi kesempurnaan penulisan modul ajar ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman Depan i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
Unit Kompetensi vi
Garis – Garis Besar Program Pengajaran viii
PENDAHULUAN xi
A. Kompetensi
B. Gambaran Umum Materi
C. Waktu
D. Prasyarat
E. Petunjuk Penggunaan Modul Ajar
F. Unit Kompetensi
G. Garis – Garis Besar Program Pengajaran
I. PENDAHULUAN I-1
1.1. Jenis – Jenis boiler I-2
1.2. Review Thermodinamika I-13
II. PENGOPERASIAN BOILER I-31
2.1. Bagian – Bagian Boiler I-32
2.2. Karateristik Boiler I-37
2.3. Pengolahan Feedwater I-37
2.4. Prosedur Pengoperasian Boiler I-38
2.5. Peralatan dan Bahan Habis I-40
III. PERHITUNGAN BOILER I-40
3.1. Referensi Standart I-40
3.2. Effisiensi Boiler I-41
3.3. Format Sheet/Tabel Hasil Pecobaan I-43
IV. KOMPETENSI AKHIR I-45
Daftar Pustaka I-45
iii
JOB SHEET II. PENGOPERASIAN DAN PERHITUNGAN SEPARATING AND
THROTTLING CALORIMETER
I. PENDAHULUAN II-1
II. PENGOPERASIAN SEPARATING AND THROTTLING II-3
CALORIMETER
2.1. Bagian – Bagian Separating and Throttling Calorimeter II-4
2.2. Prosedur Pengoperasian Separating and Throttling Calorimeter II-6
2.3. Peralatan dan Bahan Habis II-7
III. PERHITUNGAN SEPARATING AND THROTTLING CALORIMETER II-7
3.1. Referensi Standart II-7
3.2. Rumus Perhitungan Kualitas Uap II-7
3.3. Format Sheet/Tabel Hasil Pecobaan II-10
IV. KOMPETENSI AKHIR II-11
Daftar Pustaka II-11
JOB SHEET III. PENGOPERASIAN DAN PERHITUNGAN STEAM ENGINE
I. PENDAHULUAN III-1
II. PENGOPERASIAN STEAM ENGINE III-3
2.1. Bagian – Bagian Steam Engine System III-5
2.2. Prosedur Pengoperasian Steam Engine System III-6
2.3. Peralatan dan Bahan Habis III-7
III. PERHITUNGAN STEAM ENGINE III-7
3.1. Referensi Standart III-7
3.2. Rumus Perhitungan Steam Engine III-7
3.3. Format Sheet/Tabel Hasil Pecobaan III-11
IV. KOMPETENSI AKHIR III-12
Daftar Pustaka III-12
JOB SHEET IV. PENGOPERASIAN DAN PERHITUNGAN SUPERHEATER
I. PENDAHULUAN IV-1
II. PENGOPERASIAN SUPERHEATER IV-5
2.1. Bagian – Bagian Superheater IV-6
iv
2.2. Prosedur Pengoperasian Superheater IV-7
2.3. Peralatan dan Bahan Habis IV-9
III. PERHITUNGAN SUPERHEATER IV-9
3.1. Referensi Standart IV-9
3.2. Rumus Perhitungan Superheater IV-10
3.3. Format Sheet/Tabel Hasil Pecobaan IV-12
IV. KOMPETENSI AKHIR IV-13
Daftar Pustaka IV-13
JOB SHEET V. PENGOPERASIAN DAN PERHITUNGAN STEAM TURBINE
I. PENDAHULUAN V-1
1.1. Jenis – Jenis Steam Turbine V-2
1.2. Komponen – komponen Steam Turbine V-13
II. PENGOPERASIAN STEAM TURBINE V-23
2.1. Bagian – Bagian Steam Turbine System V-25
2.2. Prosedur Pengoperasian Steam Turbine System V-27
2.4. Peralatan dan Bahan Habis V-28
III. PERHITUNGAN BOILER STEAM TURBINE V-29
3.1. Referensi Standart V-29
3.2. Rumus Perhitungan Steam Turbine V-29
3.3. Format Sheet/Tabel Hasil Pecobaan V-32
IV. KOMPETENSI AKHIR V-33
Daftar Pustaka V-33
v
UNIT KOMPETENSI
vii
GARIS – GARIS
BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN
(GBPP)
GARIS – GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN(GBPP)
Judul Mata Kuliah : Praktek Marine External Cambustion Engine
KMK/SKS/Semeter : 603328A/2/ke 3
Waktu Pertemuan : 4 x 50 menit
Tujuan Pembelajaran Umum : - Mahasiswa mempunyai kemampuan untuk menjelaskan prinsip kerja dari pada sistem pembangkit uap.
- Mahasiswa memahami aplikasi dari pada sistem pembangkit uap.
Kompetensi yang dicapai : - Mampu menjelaskan prinsip kerja dari sistem pembangkit uap.
- Mampu menjelaskan aplikasi dari pada sistem pembangkit uap untuk proses industri.
- Mampu menjelaskan aplikasi dari pada sistem pembangkit uap untuk pembangkit uap.
Deskripsi Singkat : Secara ringkas materi mata kuliah ini adalah: Pengoperasian dan Perhitungan Boiler, Pengoperasian dan Perhitungan
Separating and Throttling Calorimeter, Pengoperasian dan Perhitungan Steam Engine, Pengoperasian dan Perhitungan
Superheater dan Pengoperasian dan Perhitungan Steam Turbine.
Prasyarat : Mahasiswa telah lulus mata kuliah Thermodinamika, Fisika, Marine external combustion engine(teori).
TINGKAT
PERTE- Durasi KRITERIA PUSTA
No POKOK BAHASAN SUB POKOK BAHASAN KOGNITIF KOMPETENSI
MUAN (Menit) UNJUK KERJA KA
1 2 3
1 1 1x4x50 Pengantar praktek - Pesawat pembangkit uap. 3 Pengetahuan tentang pesawat uap. Mengetahui dan memahami 1,2,3,4,5
dan pengertian - Ketel uap. pengertian tentang pesawat uap. ,6,7,8
pesawat pembangkit - Pesawat pembangkit uap
uap selain ketel uap.
- Turbin uap.
- Pesawat cairan panas.
- Bejana penimbunan.
- Instalasi pipa.
2 2 1x4x50 Pengantar praktek - Bagian – bagian steam 3 Pengetahuan steam engine dan Mengetahui dan memahami 1,2,3,4,5
dan pengertian steam engine. kalorimeter. pengertian tentang steam engine ,6,7,8
engine dan - Kostruksi steam engine. dan kalorimeter.
kalorimeter. - Sistem kerja steam
engine.
- SOP steam engine.
- Bagian – bagian
kalorimeter.
- Konstruksi kalorimeter.
- Sistem kerja kalorimeter.
- SOP kalorimeter.
- Kapasitas steam engine.
- Kapasitas kalorimeter.
3 3 1x4x50 Pengantar praktek - Bagian – bagian 3 Pengetahuan steam turbine dan Mengetahui dan memahami 1,2,3,4,5
dan pengertian steam superheater. superheater. pengertian tentang steam turbine ,6,7,8
turbine dan - Kostruksi steam dan superheater.
superheater. superheater.
- Sistem kerja superheater.
- SOP superheater.
- Bagian – bagian steam
turbine.
- Konstruksi steam turbine.
- Sistem kerja steam
turbine.
- SOP steam turbine.
4 4,5 2x4x50 Praktek boiler - Standard Operating 3 Pengoperasian boiler - Mampu mengoperasikan 1,2,3,4,5
Procedure(SOP). boiler dengan benar sesuai ,6,7,8
- Pengisian air(water feed). SOP.
- Pengoperasian boiler. - Mampu membaca data
- Pengoperasian blow percobaan.
down valve. - Mampu menghitung
- Pengamatan slide glass. percobaan.
- Pengamatan safety valve. - Mampu menganalisa hasil
- Pengamatan manometer. percobaan.
- Pengamatan dan
kelengkapan boiler.
- Pencatatan dan
perhitungan data.
- Analisa data.
5 6,7 2x4x50 Praktek kalorimeter - Standard Operating 3 Pengoperasian kalorimeter - Mampu mengoperasikan 1,2,3,4,5
Procedure(SOP). kalorimeter dengan benar ,6,7,8
- Pengoperasian sesuai SOP.
kalorimeter. - Mampu membaca data
- Pengoperasian air percobaan.
pendingin. - Mampu menghitung
- Pengamatan kondensor percobaan.
dan separator. - Mampu menganalisa hasil
- Pengamatan manometer. percobaan.
- Pencatatan dan
perhitungan data.
- Analisa data.
6 8,9 2x4x50 Praktek steam engine - Standard Operating 3 Pengoperasian steam engine - Mampu mengoperasikan 1,2,3,4,5
Procedure(SOP). steam engine dengan benar ,6,7,8
- Pengoperasian steam sesuai SOP.
engine. - Mampu membaca data
- Pengoperasian air percobaan.
pendingin. - Mampu menghitung
- Pengamatan kondensor percobaan.
dan exhaust steam. - Mampu menganalisa hasil
- Pengamatan speed. percobaan.
- Pencatatan dan
perhitungan data.
- Analisa data.
7 10 1x4x50 UJIAN PRAKTEK I
8 11 1x4x50 Praktek superheater - Standard Operating 3 Pengoperasian superheater - Mampu mengoperasikan 1,2,3,4,5
Procedure(SOP). superheater dengan benar ,6,7,8
- Pengoperasian sesuai SOP.
superheater. - Mampu membaca data
- Pengamatan temperature percobaan.
dan alat kontrol. - Mampu menghitung
- Pencatatan dan percobaan.
perhitungan data. - Mampu menganalisa hasil
- Analisa data. percobaan.
9 12,13,14 3x4x50 Praktek steam - Standard Operating 3 Pengoperasian steam turbine - Mampu mengoperasikan 1,2,3,4,5
turbine Procedure(SOP). steam turbine dengan benar ,6,7,8
- Pengoperasian steam sesuai SOP.
turbine. - Mampu membaca data
- Pengoperasian air percobaan.
pendingin. - Mampu menghitung
- Pengamatan kondensor percobaan.
dan exhaust steam. - Mampu menganalisa hasil
- Pengamatan speed. percobaan.
- Pencatatan dan
perhitungan data.
- Analisa data.
10 15,16 2x4x50 Praktek bajana tekan - Standard Operating 3 Pengoperasian bajana tekan - Mampu mengoperasikan 1,2,3,4,5
Procedure(SOP). bajana tekan dengan benar ,6,7,8
- Pengoperasian sesuai SOP.
condensor. - Mampu membaca data
- Pengoperasian air percobaan.
compressor. - Mampu menghitung
- Pengamatan kondensor percobaan.
dan compresor. - Mampu menganalisa hasil
- Pencatatan dan percobaan.
perhitungan data.
- Analisa data.
17 17 1x4x50 UJIAN PRAKTEK II
Keterangan: Tingkat kognitif; (1 = Pengetahuan, 2 = Pemahaman , 3 = Penerapan, 4 = Analisa, 5 = Sintesa, 6 = Evaluasi)
Daftar Pustaka :
1. T.D Morton, Motor Engineering Knowledge for Marine Engineers, Edisi II Sunderland and London, Thomas Reed Publication Ltd. 1978.
2. L. Jacson and T.D Morton, Motor Engineering Knowledge for Marine Engineers, Edisi IV Sunderland and London, Thomas Reed Publication Ltd.
1986.
3. Training material keselamatan dan kesehatan kerja bidang bejana tekan.
4. Training material keselamatan dan kesehatan kerja bidang pesawat uap.
5. Power boiler design inspection and repair, by Muhammad A. Malek 2004.
6. Undang – undang uap dan peraturan uap 1930.
7. Undang – undang no.1 th 1970 tentang K3.
8. Pengawasan K3 Pesawat Uap, Evaluasi dan Penunjukan Calon Ahli K3, Direktorat Pengawasan Keselamatan Kerja, Ditjen Pembinaan Pengawasan
Ketenagakerjaan, Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI.
PENDAHULUAN
A. KOMPETENSI
- Mampu menjelaskan prinsip kerja dari sistem pembangkit uap.
- Mampu menjelaskan aplikasi dari pada sistem pembangkit uap untuk proses
industri.
- Mampu menjelaskan aplikasi dari pada sistem pembangkit uap untuk
pembangkit uap.
C. WAKTU
Mata kuliah ini adalah mata kuliah praktek berbobot 2 sks atau 4 jam tatap muka
setiap minggunya. Sehingga untuk bisa mencapai kompetensi yang telah ditentukan,
mahasiswa harus mengikuti kegiatan tatap muka sebanyak 4 jam x 16 kali tatap
muka atau sebesar 54 jam.
D. PRASYARAT
Untuk mempermudah pencapaian kompetensi yang diharapkan, mahasiswa dalam
melaksanakan modul ini harus sudah lulus mata kuliah Thermodinamika, Fisika,
Marine external combustion engine(teori).
xi
E. PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL AJAR.
Jobsheet Praktek Marine External Cambustion Engine ini telah disusun secara
sistematis dengan mengacu pada SAP yang berlaku. Untuk itu mahasiswa dalam
menggunakan jobsheet ini harus memperhatikan beberapa hal berikut :
1. Mamakai Alat Pelidung Diri(APD) dan peralatan keselamatan dan kesehatan
lainnya.
2. Membawa jobsheet ini setiap mengikuti perkuliahan.
3. Membaca dengan baik setiap isi yang ada di dalam jobsheet.
4. Membuat daftar catatan kecil untuk sesuatu hal yang belum dimengerti untuk
kemudian ditanyakan kepada dosen.
5. Mengerjakan semua tahapan yang terdapat di dalam jobsheet.
6. Mengisi kolom – kolom hasil pengujian dan pengukuran yang telah ada pada
jobsheet ini.
xii
JOB SHEET 1
PENGOPERASIAN DAN PERHITUNGAN
BOILER
JOB SHEET 1
PENGOPERASIAN DAN PERHITUNGAN BOILER
KRITERIA PENILAIAN :
1. Mahasiswa dapat mengoperasikan boiler sesuai prosedur yang benar.
2. Mahasiswa dapat menggunakan alat – alat yang digunakan dalam
pengambilan data Boiler Operator Temperature(0C) seperti thermometer
dan manometer.
3. Mahasiswa dapat menganalisa karateristik unjuk kerja boiler dari data
Boiler Operator Temperature(0C) yang diperoleh.
I. PENDAHULUAN
Boiler adalah bejana tertutup dimana panas pembakaran dialirkan ke air sampai
terbentuk uap atau steam. Uap atau steam pada tekanan tertentu kemudian digunakan
untuk mengalirkan panas ke suatu proses. Air adalah media yang berguna dan murah
untuk mengalirkan panas ke suatu proses. Jika air dididihkan sampai menjadi steam,
volumenya akan meningkat sekitar 1.600 kali, menghasilkan tenaga yang menyerupai
bubuk mesiu yang mudah meledak, sehingga boiler merupakan peralatan yang harus
dikelola dan dijaga dengan sangat baik.
Sistem boiler terdiri dari; sistem air umpan, sistem steam dan sistem bahan bakar.
Sistem air umpan menyediakan air untuk boiler secara otomatis sesuai dengan kebutuhan
steam. Berbagai kran disediakan untuk keperluan perawatan dan perbaikan. Sistem steam
mengumpulkan dan mengontrol produksi steam dalam boiler. Steam dialirkan melalui
sistem pemipaan ke titik pengguna. Pada keseluruhan sistem, tekanan steam diatur
menggunakan kran dan dipantau dengan alat pemantau tekanan. Sistem bahan bakar
Pada fire tube boiler, gas panas melewati pipa-pipa dan air umpan boiler ada
didalam shell untuk dirubah menjadi steam. Fire tube boilers biasanya digunakan
untuk kapasitas steam yang relative kecil dengan tekanan steam rendah sampai
sedang. Sebagai pedoman, fire tube boilers kompetitif untuk kecepatan steam
sampai 12.000 kg/jam dengan tekanan sampai 18 kg/cm2. Fire tube boilers dapat
menggunakan bahan bakar minyak bakar, gas atau bahan bakar padat dalam
operasinya. Untuk alasan ekonomis, sebagian besar fire tube boilers dikonstruksi
sebagai “paket” boiler (dirakit oleh pabrik) untuk semua bahan bakar.
Pada water tube boiler, air umpan boiler mengalir melalui pipa-pipa masuk
kedalam drum. Air yang tersirkulasi dipanaskan oleh gas pembakar membentuk
steam pada daerah uap dalam drum. Boiler ini dipilih jika kebutuhan steam dan
tekanan steam sangat tinggi seperti pada kasus boiler untuk pembangkit tenaga.
Water tube boiler yang sangat modern dirancang dengan kapasitas steam antara
4.500 – 12.000 kg/jam, dengan tekanan sangat tinggi. Banyak water tube boilers
yang dikonstruksi secara paket jika digunakan bahan bakar minyak bakar dan gas.
Untuk water tube yang menggunakan bahan bakar padat, tidak umum dirancang
secara paket. Karakteristik water tube boilers sebagai berikut; Forced, induced
dan balanced draft membantu untuk meningkatkan efisiensi pembakaran, kurang
toleran terhadap kualitas air yang dihasilkan dari plant pengolahan air,
memungkinkan untuk tingkat efisiensi panas yang lebih tinggi.
3. Paket Boiler.
Disebut boiler paket sebab sudah tersedia sebagai paket yang lengkap. Pada saat
dikirim ke pabrik, hanya memerlukan pipa steam, pipa air, suplai bahan bakar dan
sambungan listrik untuk dapat beroperasi. Paket boiler biasanya merupakan tipe
shell and tube dengan rancangan fire tube dengan transfer panas baik radiasi
maupun konveksi yang tinggi.
Ciri-ciri dari packaged boilers adalah; kecilnya ruang pembakaran dan tingginya
panas yang dilepas menghasilkan penguapan yang lebih cepat, banyaknya jumlah
pipa yang berdiameter kecil membuatnya memiliki perpindahan panas konvektif
yang baik, sistim forced atau induced draft menghasilkan efisiensi pembakaran
yang baik, sejumlah lintasan/pass menghasilkan perpindahan panas keseluruhan
yang lebih baik, tingkat efisiensi thermisnya yang lebih tinggi dibandingkan
dengan boiler lainnya. Boiler tersebut dikelompokkan berdasarkan jumlah pass
nya yaitu berapa kali gas pembakaran melintasi boiler. Ruang pembakaran
ditempatkan sebagai lintasan pertama setelah itu kemudian satu, dua, atau tiga set
pipa api. Boiler yang paling umum dalam kelas ini adalah unit tiga pass/ lintasan
dengan dua set fire-tube/ pipa api dan gas buangnya keluar dari belakang boiler.
4. Boiler Pembakaran dengan Fluidized Bed(FBC).
Pembakaran dengan fluidized bed (FBC) muncul sebagai alternatif yang
memungkinkan dan memiliki kelebihan yang cukup berarti dibanding sistim
pembakaran yang konvensional dan memberikan banyak keuntungan – rancangan
boiler yang kompak, fleksibel terhadap bahan bakar, efisiensi pembakaran yang
tinggi dan berkurangnya emisi polutan yang merugikan seperti SOx dan NOx.
Bila udara atau gas yang terdistribusi secara merata dilewatkan keatas melalui bed
partikel padat seperti pasir yang disangga oleh saringan halus, partikel tidak akan
terganggu pada kecepatan yang rendah. Begitu kecepatan udaranya berangsur-
angsur naik, terbentuklah suatu keadaan dimana partikel tersuspensi dalam aliran
udara – bed tersebut disebut terfluidisasikan. Dengan kenaikan kecepatan udara
selanjutnya, terjadi pembentukan gelembung, turbulensi yang kuat, pencampuran
cepat dan pembentukan permukaan bed yang rapat. Bed partikel padat
menampilkan sifat cairan mendidih dan terlihat seperti fluida – bed gelembung
fluida/bubbling fluidized bed. Jika partikel pasir dalam keadaan terfluidisasikan
dipanaskan hingga ke suhu nyala batubara, dan batubara diinjeksikan secara terus
menerus ke bed, batubara akan terbakar dengan cepat dan bed mencapai suhu
Kebanyakan boiler yang beroperasi untuk jenis ini adalah Atmospheric Fluidized
Bed Combustion (AFBC) Boiler. Alat ini hanya berupa shell boiler konvensional
biasa yang ditambah dengan sebuah fluidized bed combustor. Sistim seperti telah
dipasang digabungkan dengan water tube boiler/ boiler pipa air konvensional.
Batubara dihancurkan menjadi ukuran 1 – 10 mm tergantung pada tingkatan
batubara dan jenis pengumpan udara ke ruang pembakaran. Udara atmosfir, yang
bertindak sebagai udara fluidisasi dan pembakaran, dimasukkan dengan tekanan,
Dalam sistim sirkulasi, parameter bed dijaga untuk membentuk padatan melayang
dari bed. Padatan diangkat pada fase yang relatif terlarut dalam pengangkat
padatan, dan sebuah down-comer dengan sebuah siklon merupakan aliran
sirkulasi padatan. Tidak terdapat pipa pembangkit steam yang terletak dalam bed.
Pembangkitan dan pemanasan berlebih steam berlangsung di bagian konveksi,
dinding air, pada keluaran pengangkat/ riser. Boiler CFBC pada umumnya lebih
ekonomis daripada boiler AFBC, untuk penerapannya di industri memerlukan
lebih dari 75 – 100 T/jam steam. Untuk unit yang besar, semakin tinggi
karakteristik tungku boiler CFBC akan memberikan penggunaan ruang yang
semakin baik, partikel bahan bakar lebih besar, waktu tinggal bahan penyerap
untuk pembakaran yang efisien dan penangkapan SO2 yang semakin besar pula,
dan semakin mudah penerapan teknik pembakaran untuk pengendalian NOx
daripada pembangkit steam AFBC.
.
Salah satu sistim yang paling populer untuk pembakaran batubara halus adalah
pembakaran tangensial dengan menggunakan empat buah burner dari keempat
sudut untuk menciptakan bola api pada pusat tungku.
10. Waste Heat Boiler
Dimanapun tersedia limbah panas pada suhu sedang atau tinggi, boiler limbah
panas dapat dipasang secara ekonomis. Jika kebutuhan steam lebih dari steam
yang dihasilkan menggunakan gas buang panas, dapat digunakan burner
tambahan yang menggunakan bahan bakar. Jika steam tidak langsung dapat
digunakan, steam dapat dipakai untuk memproduksi daya listrik menggunakan
generator turbin uap. Hal ini banyak digunakan dalam pemanfaatan kembali panas
dari gas buang dari turbin gas dan mesin diesel.
4
2
Pump Condenser
3'
2' 3
2
4 4'
1
a b c S
Mengacu pada gambar 1.14, jika air dipanaskan dalam boiler menjadi uap jenuh sebelum
diekspansikan ke turbin, maka proses yang terjadi dinyatakan dengan luasan 1-2-3-4-1.
Akan tetapi jika air dipanaskan hingga kondisi panas lanjut (superheated) sebelum masuk
ke turbin, maka proses tersebut dinyatakan dengan luasan 1-2-3’-4’-1. Kita dapat
menghitung neraca panas dari siklus rangkine dengan mengasumsikan bahwa perubahan
energi potensial dan energi kinetik diabaikan. Mengacu pada gambar 1.14, maka terjadi
Laboratorium Motor Bakar I-14
transfer panas dari boiler (ketel) ke air sebagai fluida kerja. Proses ini dinyatakan dengan
luasan 1-2-2’-3-b-a dalam kasus pada siklus daya uap. Secara termodinamik proses
tersebut dinyatakan dengan persamaan berikut :
qi = h3 – h2 (1.1)
Panas yang dipindahkan dari flluida kerja terjadi di kondensor. Proses ini dinyatakan
dengan luasan a-1-4-b-a dalam kasus dari uap panas jenuh(Saturated steam). Sedang
untuk kasus siklus daya panas lanjut, siklus daya dinyatakan dengan luasan daerah a-1-
4’-c-a. Untuk siklus daya uap panas lanjut. Secara termodinamik porses tersebut
dinyatakan dengan persamaan berikut :
qo = h4 – h1 (1.2)
Dengan mengacu pada proses yang telah dibahas sebelumnya, maka kerja bersih(net
work) dari suatu siklus dapat dihitung dari persamaan berikut :
w net = area 1-2-2’-3-4-1 = qi - qo (1.3)
Efisiensi termal dari siklus rangkine dinyatakan dengan :
wnet q i q 0 wturb w p (h3 h2 ) (h4 h1 )
th
qi qi qi (h3 h2 )
(1.4)
Efisiensi Thermal dapat dihitung dengan menggunakan proses adiabatis di pompa dan
proses adiabatis yang terjadi di turbine. Kerja yang diperlukan untuk menggerakkan
pompa dapat ditentukan dengan persamaan berikut :
wp = h2 – h1 (1.5)
Kerja yang dihasilkan oleh uap yang berekspansi di turbin dinyatakan dengan rumus :
wt = h3 – h4 (1.6)
Karenanya, usaha bersih dari suatu siklus uap dapat dihitung dengan cara mengurangi
kerja yang diperlukan untuk menggerakkan pompa terhadap kerja yang dihasilkan oleh
turbin, sehingga:
w ne t= wt-wp = (h3 – h4) – (h2-h1) (1.7)
Sehingga efisiensi termal dapat dihitung dengan :
Contoh Soal 1:
Tentukan efisiensi dari siklus rankine pada siklus uap dengan tekanan kondensor 10 Kpa.
Tekanan uap keluar boiler ialah 2 Mpa. Uap keluar dari boiler sebagai uap jenuh.
Penyelesaian.
Mengacu pada gambar 1.13 dan 1.14, sebagai bantuan pemecahan soal
Kondisi 1.
Pada kondisi ini, fluida kerja diaasumsikan sebagai kondisi cair jenuh. Karenanya kita
dapat mengetahui sifat termodinamika pada kondisi 1.
P1 = 10 Kpa (parameter diketahui dari soal)
v1 = 0,00101 m3/kg (Kondisi uap jenuh; tabel tekanan)
Enthalpi dari fluida kerja tidak dapat langsung diperoleh dari tabel uap jenuh. Kita dapat
memperoleh entalphy dengan menggunakan bantuan hukum I thermodinamika untuk
proses pemompaan. Kerja pompa dinyatakan dengan:
Wp = v (P2-P1) Wp = h2 + h1
= 0,00101 (2000 – 10) h2 = Wp + h1
= 2,0 Kj/Kg =2,0 + 191,8 = 193,8 Kj/Kg
Kondisi 3.
Pada kondisi ini, fluida kerja telah dipanaskan dalam ketel hingga mencapai kondisi uap
jenuh. Karena uap berada dalam kondisi jenuh, maka kita dapat mengetahui sifat
termodinamik dari fluida kerja dalam tabel termodinamika untuk sifat uap.
P3 = 2 Mpa (Parameter diketahui dari soal)
s3 = 6,3409 Kj/KgOK (kondisi uap jenuh; didapat dari tabel uap air)
h3 = 2799,5 Kj/Kg (kondisi uap jenuh; didapat dari tabel uap air)
Perlu diketahui, bahwa adalah penting untuk memperoleh harga entropy dari fluida kerja
pada kondisi ini. Hal ini dikarenakan jika kita memperhatikan ke proses selanjutnya,
fluida kerja tersebut akan diekspansikan ke turbine dan akan berubah sifat dari uap jenuh
menjadi uap campuran(uap dan cairan). Sehingga kita tidak dapat mengetahui sifat
termodinamika dari fluida kerja dalam tabel uap. Kita akan menggunakan persamaan
yang terdapat pada tabel 1.1 Kita juga akan memerlukan harga dari kualitas(fraksi) dari
fluida kerja sebelum kita dapat menggunakan persamaan yang terdapat pada tabel 1.1.
s4 = sf4 + x sfg4
6,3409 = 0, 6493 + x (7, 5009)
x = 0,7588 3
Steam
Turbine
Enthalpi dari uap pada kondisi 4 dapat dihitung dengan
Boiler
persamaan berikut :
4
h4 = hf4 + x hfg4 2
h4 = 191, 8 + (0,7588)( 2392,8) Pump Condenser
= 2007,5 Kj/Kg
1
Panas yang dipindahkan oleh boiler sebesar :
qi = h3 - h2
= 2799,5 – 193,8
= 2605,7 Kj/Kg
qo = h4 - h1
= 2007,5 – 191,8 3
= 1815,7 Kj/Kg
Contoh Soal 2:
(Uap Keluar dari ketel sebagai uap panas lanjut)
Tentukan efisiensi dari siklus rankine pada siklus uap dengan tekanan kondensor 10 Kpa.
Tekanan uap keluar boiler ialah 2 Mpa pada Temperatur 400OC.
Penyelesaian.
Mengacu pada gambar 1.13 dan 1.14, sebagai bantuan pemecahan soal
Kondisi 1.
Pada kondisi ini, fluida kerja diasumsikan sebagai kondisi cair jenuh. Karenanya kita
dapat mengetahui sifat termodinamika pada kondisi 1.
P1 = 10 Kpa (parameter diketahui dari soal)
v1 = 0,00101 m3/kg (Kondisi uap jenuh ; tabel tekanan)
h1 = 191,8 Kj/Kg (Kondisi uap jenuh ; tabel tekanan)
3' T
Steam
Turbine
Boiler 3'
4'
2'
2
Pump Condenser 4'
1
1 a c S
Kondisi 2.
Dalam kondisi ini, tekanan kerja dari fluida kerja telah meningkat dan fluida kerja
mengalami perubahan fasa dari kondisi cair jenuh menjadi kondisi cair. Hal ini dapat
dilakukan dengan memompa fluida kerja sebelum fluida tersebut masuk ke boiler.
Dikarenakan fluida kerja tidak dalam kondisi jenuh, maka kita dapat mengetahui sifat
termodinamik dari fluida kerja dengan menggunakan persamaan pada tabel 1.1
Enthalpi dari fluida kerja tidak dapat langsung diperoleh dari tabel uap jenuh. Kita dapat
memperoleh entalphy dengan menggunakan bantuan hukum I thermodinamika untuk
proses pemompaan. Kerja pompa dinyatakan dengan :
Wp = v (P2-P1) Wp = h2 + h1
= 0,00101 (2000 – 10) h2 = Wp + h1
= 2,0 Kj/Kg =2,0 + 191,8 = 193,8 Kj/Kg
Kondisi 3.
Pada kondisi ini, fluida kerja telah dipanaskan dalam ketel hingga mencapai kondisi uap
panas lanjut(uap kering; superheated steam). Karena uap berada dalam kondisi panas
lanjut, maka kita dapat mengetahui sifat termodinamik dari fluida kerja dalam tabel
termodinamika untuk sifat uap panas lanjut.
P3 = 2 Mpa (Parameter diketahui dari soal)
T2 = 400 OC (Parameter diketahui dari soal)
s3 = 7,1271Kj/KgOK (kondisi uap panas Lanjut; didapat dari tabel uap)
h3 = 3247 Kj/Kg (kondisi uap panas Lanjut; didapat dari tabel uap)
Perlu diketahui, bahwa adalah penting untuk memperoleh harga entropy dari fluida kerja
pada kondisi ini. Hal ini dikarenakan jika kita memperhatikan ke proses selanjutnya,
fluida kerja tersebut akan diekspansikan ke turbine dan akan berubah sifat dari uap panas
lanjut menjadi uap campuran(campuran antara uap dan cairan). Sehingga kita tidak
dapat mengetahui sifat termodinamika dari fluida kerja dalam tabel uap. Kita akan
menggunakan persamaan yang terdapat pada tabel 1.1. Kita juga akan memerlukan harga
dari kualitas(fraksi) dari fluida kerja sebelum kita dapat menggunakan persamaan yang
terdapat pada tabel 1.1. Kita dapat memperoleh kualitas dari fluida kerja pada kondisi 4
dengan menentukan besarnya entropi terlebih dahulu. Proses yang terjadi pada turbin
ialah proses ekspansi adiabatik reversible, sehingga entropy dari kondisi 4 sama dengan
entropi fluida kerja pada kondisi 3.
qi = h3’ - h2’
= 3247– 193,8
= 3053,2 Kj/Kg
qo = h4’ - h1
= 2258,259 – 191,8
= 2066,459 Kj/Kg
wt = h3’ - h4’
= 3247 – 2258,5
= 988,741 Kj/Kg
Efisiensi Termal :
wnet qi q0 wturb w p 988,741 2
th 0,323
qi qi qi 3053,2
*Tanda( ‘ ) pada Kondisi menunjukkan proses yang terjadi dalam sistim ialah proses
superheat(Panas Lanjut).
P4
2 P4'
2' 4
1
1' 4'
a b S
3'
3
2
4 4'
1
1
a b b‘ S
3' 3
2'
2
4' 4
1
a b‘ b S
P1
P2
a
3
b
2s
1 4
S
Gambar 1.18. T-S Diagram yang Menunjukkan
Kehilangan pada Saluran Pipa
2s
1 4 4s
Pada gambar 1.19 diatas menyatakan kedua kerugian yang terjadi pada turbin.
Tahapan(Stage) 3 menyatakan kondisi uap sebelum masuk ke turbin. Pada siklus ideal,
kita dapat mengasumsikan bahwa uap yang diekspansikan dalam turbin dinyatakan
sebagai proses ekspansi isentropik. Hal ini dinyatakan dengan tahap 4s pada diagram T-S.
Sesungguhnya uap yang diekspansikan tidak mengikuti proses ekspansi isentropik. Hal
ini yang akan merubah uap hasil ekspansi menjadi di titik 4. Inilah yang merupakan
ekspansi uap sesungguhnya pada turbin. Sehingga dapat diketahui bahwa enthalphy uap
yang diekspansikan pada kondisi aktual lebih rendah dari pada siklus ideal. Kita dapat
menyimpulkan bahwa proses ekspansi dari turbin tidaklah reversible.
Terminologi dari efisiensi isentropik dari turbin digunakan untuk menjelaskan
bagaimana kerja dari turbin yang bekerja pada kondisi aktual sesungguhnya berbeda
dengan kondisi ideal. Secara matematis dapat gunakan rumus perbandingan:
Waktual h h4
th 3 (1.9)
Wideal h3 h4s
Wideal h h1
th 2s (1.10)
Wactual h2 h1
Gambar 2.6. Water Column dan Valve – Valve pada Water Column
2.1.6 Burner
Air PDAM dari tandon atas turun secara gravitasi dan dialirkan ke dalam Softener atau
larutan NaCl denagn membuka katup 1 dan katup 2, sedangkan katup 3 ditutup agar air
dari tendon tidak langsung masuk Feed Water Tank Softener ini berfungsi untuk
melunakkan air baku boiler. Setelah itu air tersebut akan dialirkan masuk kedalam Feed
Water Tank( FWT) dengan membuka katup 4. Air bahan baku boiler yang ada di dalam
FWT harus ditreatment lagi untuk menghilangkan mineral – mineralnya dan oksigen
yang terkandung, yaitu dengan menambahkan larutan Dosage(CaMg) atau larutan
Housemen dengan cara di-injecsikan. Baru setelah Feed Water Pump diaktifkan maka air
dapat dialirkan masuk kedalam boiler.
Q x (hg – hf)
Efisiensi Boiler () = q x GCV x 100% (3.2)
Date :......................................
1. Timing
a. Starting Up Boiler =..................
b. Starting Down Boiler =..................
Jumlah Jam =...............Jam
2. Feedwater Consumption
a. Posisi meteran air setelah shut down =..................m3
b. Posisi meteran air setelah shut up =................. m3
3. Fuel Consumption =...............Liter
4. Massa Jenis Air(Water) =............kg/ m3
5. Massa Jenis Bahan Bakar =............kg/ m3
6. Nilai Kalor Bahan Bakar(GCV) =.............kJ/kg
Time Boiler Operator Temperature Data(0C) Fuel Pressure(bar)
(Menit) Udara Feedwater Fuel Steam Flue Flow Steam Fuel
(Liter) Pump
0
5
10
15
18
35
.....dst
Daftar Pustaka
1. G.Cusson Ltd. “Boiler, Instructioanal Manual Hand Book” England 1 December
1986, 2 march 1987.
2. M.J. Djokosetyadjo “Ketel Uap” PT Pradnya Paramita, Jakarta 1999.
3. Maridjo “Petunjuk Praktikum Mesin Konversi” Penerbit Pusat Pengembangan
Pendidikan Politeknik, Bandung 1995.
4. British Standard, BS 845:1987
5. USA Standard ASME PTC-4-1 Power Test Code Steam Generating Units.
KRITERIA PENILAIAN :
1. Mahasiswa dapat mengoperasikan Separating and Throttling Calorimeter
sesuai prosedur yang benar.
2. Mahasiswa dapat menggunakan alat – alat yang digunakan dalam
Separating and Throttling Calorimeter seperti thermometer, pressure gauge
dan measuring baker.
3. Mahasiswa dapat menganalisa dari pengambilan data perhitungan kualitas
uap dari jumlah air yang dipisahkan pada separating(separator) dan jumlah
air kondensat pada throttling.
I. PENDAHULUAN
Uap adalah sumber utama dari pembangkitan yang menggunakan turbin uap(steam
turbine) dan mesin uap(steam engine). Uap dihasilkan dari air melalui proses pembakaran
di dalam boiler. Uap dari proses pembakaran di dalam boiler selain untuk pembangkitan
juga banyak digunakan di industri seperti sebagai perekat dan pemutih pada pabrik
tekstil, pembuatan gula pada pabrik gula, pengering kertas pada pabrik kertas.
Persyaratan utama dari pembangkit uap atau boiler adalah pertama air baku buat boiler
harus aman dan yang kedua harus memenuhi standar yang di ijinkan baik itu tekanan,
temperatur, kualitas dan kecepatan aliran uap yang dihasilkan boiler. Untuk memenuhi
Throttling Calorimeter
Memberi aliran fluida melalui throttling oriface dari tekanan tinggi P₁ ke tekanan rendah
P₂. Dari persamaan energi tunak atau konstan(steady-flow) dapat ditunjukkan bahwa
proses entalphi konstan(isenthalphi) pada throttling adiabatis. Aliran uap basah(wet
saturated steam) sebelum throttling(karena ada air terikut), maka akan menjadi uap
superheat pada tekanan rendah setelah throttling.
Enthalphi uap basah(wet saturated steam) sebelum throttling adalah:
h₁= hf₁ + hfg₁
Enthalpi uap superheat setelah throttling adalah:
h₂= hg₂+ Cp(t₂-ts₂)
karena h₁=h₂;
hf₁+x₁hfg₁=hg₂+Cp(t₂-ts₂)
maka,
X₁= ( [hg₂+Cp(t₂-ts₂)]-hf₁)/(hfg₁)
dimana:
hf₁ = panas sensibel pada tekanan P₁[kj/kg]
Xt = fraksi kekeringan masuk throttling calorimeter
hfg₁ = panas laten pada tekanan P₁(kJ/kg)
hg₂ = enthalpi uap jenuh pada tekanan P₂(kJ/kg)
Cp = panas spesifik/jenis pada tekanan konstan
= (1,8-2,0) kJ/kg°C untuk uap
T₂ = temperatur uap keluar throttling calorimeter (°C)
Ts₂ = temperatur uap saturasi pada tekanan P₂(°C)
Date :......................................
LOG SHEETS 1 2 3 4 5 Rata - rata
P, Separator(Bar)
P, keluar
Throttling (mmHg)
T1, uap masuk(0C)
T2, keluar
Throttling (0C)
Jumlah air
Separating(ml)
Jumlah air
Kondensat(ml)
Temperatur
atmosfer(0C)
Air dalam uap pipa U
Daftar Pustaka
1. G.Cusson Ltd. “Calorimeter, Instructioanal Manual Hand Book” England 1
December 1986, 2 march 1987.
2. Munson and Young., Fundamentals of fluid Mechanics, eds.4.Jakarta, Erlangga,
2004.
3. MsCave, W.L.,Smith. J.C., dan Harriott. P., Unit Operationsin Chemical
Engineering,ed. 4.McGraw-Hill. New York, 1985.
4. Gean Koplis, C.J., Transport Processes and Unit Operations,eds.2, Allyn
and Bacon,inc., 1987.
5. ASME Performance Test Code 19.11, Water and Steam in the Power Cycle.
6. ASTM Standard D1066, Standard Practice for Sampling Steam.
KRITERIA PENILAIAN :
1. Mahasiswa dapat mengoperasikan Steam Engine sesuai prosedur yang
benar.
2. Mahasiswa dapat menggunakan alat – alat yang digunakan dalam Steam
Engine seperti thermometer, pressure gauge dan measuring baker.
3. Mahasiswa dapat menganalisa unjuk kerja dari Steam Engine seperti
konsumsi uap, daya effektif, daya listrik, daya air pendingin, effisiensi dari
data percobaan yang ada.
I. PENDAHULUAN
Berbicara tentang mesin uap sekarang ini nampaknya sudah tidak relevan lagi
karena hal itu sudah tinggal kenangan saja. Sejarah mesin uap yang mulai berkembang
sejak awal abad 17 dan mencapai jaman kemasannya pada pada medio pertama abad 19,
dimana pada saat itu prime mover untuk industri maupun transportasi(kapal laut dan
kereta api) menggandalkan mesin uap. Era mesin uap telah berlalu, tapi turbin uap masih
banyak dipakai karena hampir 80% pembangkit tenaga listrik didunia ini menggunakan
turbin uap. Jadi masih ada sedikit kaitannya untuk mengetahui mesin uap.
Mesin uap(steam engines) masuk dalam kategori pesawat kalor, yaitu peralatan
yang digunakan untuk merubah tenaga termis dari bahan bakar menjadi tenaga mekanis
melalui proses pembakaran. Ada dua jenis pesawat kalor yaitu Internal Combustion
Engines/ICE(motor pembakaran dalam) dan External Combustion Engines/ECE(motor
pembakaran luar). Pada pesawat kalor jenis ICE, proses pembakaran bahan bakar untuk
Mesin uap yang menjadi alat praktikum di Laboratorium Motor Bakar – Jurusan
Teknik Permesinan Kapal, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya mempunyai
spesifikasi berikut:
Pr
SP
ST D
Pr
Keterangan:
Pr = Tekanan rata-rata dalam Kg/cm2
S = Panjang langkah dalam m
D = Diameter torak dalam cm
A = Luas Torak(m2)
Karena ada gesekan mekanik antara torak dengan silinder antara batang dengan bush
backing, antara slop antar dengan jalan antar, juga pada proses pena-pena dan metal AS-
nya, maka tenaga yang diberikan mesin sebenarnya akan semakin kecil, tenaga yang
diberikan ini sebenarnya disebut tenaga efektif atau Ne < Ni.
Jika perbandingan Ne / Ni = ήm
Dimana :
ήm = Randasemen mesin
Dalam perhitungan digunakan rumus – rumus yang sama, sehingga hanya memasukkan
saja, rumus – rumus tersebut adalah sebagai berikut:
Date :......................................
LOAD Speed Pin Temperature Volume Time POut
0
(%) (rpm) (bar) ( C) Condenser Condenser (bar) Alternator
Engine Alternator T1 T2 T3 T4 T5 (liter) (second) V I
0
20
40
60
......
dst
Daftar Pustaka
1. G.Cusson Ltd. “Steam Engine, Instructioanal Manual Hand Book” England 1
December 1986, 2 march 1987.
2. Munson and Young., Fundamentals of fluid Mechanics, eds.4.Jakarta, Erlangga,
2004.
3. MsCave, W.L.,Smith. J.C., dan Harriott. P., Unit Operationsin Chemical
Engineering,ed. 4.McGraw-Hill. New York, 1985.
4. Gean Koplis, C.J., Transport Processes and Unit Operations,eds.2, Allyn
and Bacon,inc., 1987.
5. BR Standard Class 7 70000 Britannia, owned by the Royal Scot Locomotive and
General Trust.
KRITERIA PENILAIAN :
1. Mahasiswa dapat mengoperasikan Superheater sesuai prosedur yang benar.
2. Mahasiswa dapat menggunakan alat – alat yang digunakan dalam
melakukan pengukuran besaran yang diperlukan untuk menentukan
karakteristik superheater.
3. Mahasiswa dapat menganalisa dari pengambilan data perhitungan neraca
kalor proses didalam superheater dan effisiensi superheater .
I. PENDAHULUAN
Steam superheater digunakan secara luas pada steam generator/boiler dan heat-
recovery steam generators(HRSGs). Tujuan utama dari superheater adalah menghasilkan
uap dari kondisi uap jenuh ke kondisi superheat. Ketika digunakan di turbin uap, uap
yang dalam kondisi superheat kecepetannya mengalami penurunan. Penurunan
kecepatannya diakibatkan oleh sudu – sudu turbin sehingga sudu – sudu itu menghasilkan
putaran yang mengakibatkan poros turbin berputar. Kondisi uap pada exit turbin uap akan
mempunyai kandungan sedikit banyaknya uap campuran(uap basah) tergantung tekanan
ratio yang dimiliki turbin. Kondisi uap campuran tersebut sangat membahayakan blades
pada turbin tersebut.
3. Superheater Kombinasi.
Superheater kombinasi merupakan kombinasi antara superheater konveksi dan
superheater pancaran. Karena superheater kombinasi merupakan kombinasi antara
superheater konveksi dan superheater pancaran, maka karekteristik atau sifat- sifat yang
kurang baik dari superheater konveksi dan superheater pancaran dapat dieliminasi,
sehingga yang tersisa ialah karekteristik yang baik dari kedua superheater tersebut.
(+) Dapat mengikuti beban
(+) Temperatur Uap dapat tinggi
(-) Harga Mahal
Kekurangannya ialah harganya yang mahal merupakan harga superheater konveksi
ditambah harga superheater pancaran.
Energi uap kering yang terbentuk serta efisiensi pemanas lanjut dapat dicari dengan
persamaan sebagai berikut :
1. Energi Bahan Bakar
.
Es = mfs Nbb
Dimana :
Es = kalor hasil proses bahan pembakaran bahan-bahan di pemanas(kW).
Nbb = nilai kalor bahan bakar(kj/kg).
mfs = massa bahan bakar(kg/det).
Jumlah energi kalor yang dipergunakan untuk mengubah uap basah menjadi uap
panas lanjut dapat ditentukan dengan persamaan berikut :
.
Ests = mu ( hsh – hu )
Diamana :
Ests = kalor terpakai untuk menaikkan kualitas uap(kW).
.
mu = laju uap lewat panas(kg/s).
hu = entalpi uap masuk(kj/kg).
hsh = entalpi uap keluar(kj/kg).
3. Pengukuran:
Gas buang
Superheater
Ke Drain Blowdown
Bahan bakar
Suplai Bahan Bakar mbb
Date :......................................
Waktu Pin Tin Tout ∆h
No Vbb (ltr) Tgb (C)
(dtk) (bar) (0C) (0C) (mmHg)
1
2
3
4
5
dst
Daftar Pustaka
1. G.Cusson Ltd. “Superheater, Instructioanal Manual Hand Book” England 1
December 1986, 2 march 1987.
2. Munson and Young., Fundamentals of fluid Mechanics, eds.4.Jakarta, Erlangga,
2004.
3. MsCave, W.L.,Smith. J.C., dan Harriott. P., Unit Operationsin Chemical
Engineering,ed. 4.McGraw-Hill. New York, 1985.
4. Gean Koplis, C.J., Transport Processes and Unit Operations,eds.2, Allyn
and Bacon,inc., 1987.
5. British Standard, BS 845:1987.
6. USA Standard ASME PTC-4-1 Power Test Code Steam Generating Units.
KRITERIA PENILAIAN :
1. Mahasiswa dapat mengoperasikan turbin uap(steam turbine) sesuai prosedur
yang benar.
2. Mahasiswa dapat menggunakan alat – alat yang digunakan dalam
melakukan pengukuran besaran yang diperlukan untuk menentukan
karakteristik turbin uap(steam turbine).
3. Mahasiswa dapat menganalisa dari pengambilan data perhitungan neraca
kalor proses didalam turbin uap(steam turbine) dan effisiensi turbin
uap(steam turbine).
I. PENDAHULUAN
Turbin uap(steam turbine)adalah mesin tenaga yang berfungsi untuk mengubah
energi thermal(energi panas yang terkandung dalam uap) menjadi energi poros(putaran).
Sebelum energi thermal(enthalpi) diubah menjadi energi poros, energi tersebut diubah
dulu menjadi energi kinetik. Alat untuk mengubah menjadi energi kinatik tersebut adalah
nozzle. Uap dengan tekanan dan temperatur tinggi diarahkan menggunakan nozzle untuk
mendorong sudu-sudu turbin yang dipasang pada poros sehingga poros turbin berputar.
Pada waktu uap melewati celah antara sudu-sudu gerak, uap mengalami perubahan
momentum sehingga menurut hukum Newton II, dibangkitkan gaya yang bekerja pada
uap tersebut. Dari hukum Newton III, sudu menerima gaya yang besarnya sama dengan
Sedangkan pada turbin non ekstraksi, tidak dilakukan ekstraksi uap sama
sekali. Jadi seluruh uap yang mengalir masuk turbin non ekstraksi akan
keluar meninggalkan turbin melalui exhaust.
Aspek Operasi
Pengambilan(ekstraksi) uap dari turbin mengakibatkan kerja uap didalam
turbin berkurang sehingga kemampuan turbin juga akan berkurang. Disisi
lain terjadi peningkatan panas pada air pengisi sehingga mengurangi
konsumsi bahan bakar untuk memanaskan air tersebut. Keuntungan lainnya
adalah karena jumlah uap masuk kondensor berkurang, maka pembuangan
panas ke air pendingin juga berkurang. Dengan demikian mengurangi
jumlah kerugian panas. Mengingat uap ekstraksi akan mengurangi jumlah
6. Exhaust flow.
Single flow
Turbin juga dapat diklasifikasikan berdasarkan exhaust flow. Turbin-turbin kecil
biasanya hanya memiliki satu saluran exhaust. Turbin semacam ini biasanya
disebut Turbin Single Flow. Tetapi untuk turbin-turbin besar, bila menerapkan
rancangan seperti ini, maka dibutuhkan exhaust yang sangat luas. Sebagaimana
diketahui kondisi uap pada exhaust turbin sudah dibawah jenuh atau uap basah,
dan tekanannya dibawah tekanan atmosfir. Perubahan tekanan dari beberapa
puluh bar menjadi tekanan minus mengakibatkan perubahan volume yang sangat
besar sehingga dibutuhkan laluan yang luas agar uap dapat melintas tanpa
hambatan yang berarti. Karena keterbatasan kemampuan material, luas laluan
exhaust juga menjadi sangat terbatas, sehingga kemampuan turbin dengan exhaust
tunggal juga terbatas.
Multi flow
Berdasarkan kondisi tersebut, maka untuk turbin-turbin kapasitas besar umumnya
exhaust dipecah menjadi dua atau lebih. Bila ternyata dibutuhkan dua exhaust,
berarti keduanya berada dalam satu poros dengan aliran uap yang berlawanan.
Rancangan turbin seperti ini disebut turbin multi flow(aliran banyak). Dengan
3. Rotor.
Rotor adalah bagian dari turbin yang berputar akibat pengaruh gerakan uap
terhadap sudu-sudu gerak. Rotor turbin juga terdiri dari dua bagian, yaitu poros
dan sudu jalan(moving blade).
Jadi didalam turbin, uap mengalami proses ekspansi yaitu penurunan tekanan dan
mengalir secara kontinyu. Akibat pengurangan tekanan uap didalam rangkaian sudu-
sudu, maka kecepatan uap meningkat sangat tinggi. Kecepatan aliran uap tersebut akan
bergantung pada selisih banyaknya panas uap sebelum dan sesudah ekspansi. Selisih
banyaknya panas uap sebelum dan sesudah ekspansi didalam turbin dinamakan
penurunan panas/heat drop.
Pada umumnya turbin uap dioperasikan secara kontiniu dalam jangka waktu yang
lama. Masalah-masalah pada turbin uap yang akan berujung pada berkurangnya efisiensi
dan performansi harus bisa dideteksi dan dimonitor selama beroperasi. Performansi dari
turbin uap dipengaruhi berbagai faktor termasuk komponen-komponen dari turbin uap
dan sistem kontrol/instrumentasi yang bekerja selama beroperasi. Steam turbine yang
digunakan dalam praktek/pengmbilan data di Laboratorium Motor Bakar – Jurusan
Modul Cussons P7615 terdiri dari satu kerangka pondasi yang terdiri dari turbin
uap digabungkan ke dinamometer yang mampu menghasilkan output listrik 5 kW. Turbin
disesuaikan dengan buku petunjuk yang mencakup didalamya terdiri dari vane nozel dan
speed control governor. Uap yang keluar turbin menuju ke condensate timer collection
tank. dan condenser. Sistem ini mempunyai alat instrumentasi yang akan menunjukkan
temperatures, pressures, turbine speed and dynamometer torque. Pengaturan beban
turbine melalui dynamometer control.
2.1. Bagian – Bagian Steam Turbine System.
Kerangka dan panel – panel dari Steam Turbine Modul Cussons P7615
Technology Ltd mempunyai kerangka yang kokoh dan seluruh panelnya dari konstruksi
baja yang disesuaikan dengan kenyamanan dalam pengambilan sampel. Alat – alat
kelengkapan dalam pengambilan data/sampel dari Steam Turbine Modul Cussons P7615
ini juga tersedia.
3. Panas Exhaust(Qexh)
Qexh = ms x extalpi pada exhaust, kondisi exhaust P5 bar g; T2 0C
= ....... x ........ extalpi pada exhaust = ........kj/kg
= ..............kj/menit (dari diagram mollier)
4. Drop entalpi actual
= Panas yang disuplai – panas exhaust
= ......... – ...........
= .............. kj/menit
Date :......................................
Data Percobaan(No of Nozzel) I II III IV
Nozzle inlet (bar)P1
Steam line (bar)P2
Condenser (bar)P3
Glandseal (bar)P4
Turbin exhaust (bar)P5
Temperature kondensat (0C)T1
Turbin exhaust (0C)T2
Coolling water outlet (oC)T3
Condenser steam inlet (0C)T4
Cooling water inlet (0C)T5
Nozzle inlet temperature (0C)T6
Steam line temperature (0C)T7
Putaran (rpm)N
Gaya (N)F
Tegangan medan (V) Vf
Tegangan jangkar (V)Va
Arus jangkar (A)Ia
Daftar Pustaka
1. G.Cusson Ltd. “Steam turbine, Instructioanal Manual Hand Book” England 1
December 1986, 2 march 1987.
2. Munson and Young., Fundamentals of fluid Mechanics, eds.4.Jakarta, Erlangga,
2004.
3. MsCave, W.L.,Smith. J.C., dan Harriott. P., Unit Operationsin Chemical
Engineering,ed. 4.McGraw-Hill. New York, 1985.
4. Gean Koplis, C.J., Transport Processes and Unit Operations,eds.2, Allyn
and Bacon,inc., 1987.
5. USA Standard ASME PTC 6, Steam Turbines.