Anda di halaman 1dari 133

(MODUL AJAR PRAKTEK)

PRAKTEK MOTOR BAKAR


LUAR

Disusun Oleh :
MUHAMMAD SHAH, ST. MT.
EDI HARYONO, ST. MT.

TEKNIK PERMESINAN KAPAL


POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dimana telah
terselesaikannya pembuatan jobsheet ini, semoga dengan jobsheet ini pemahaman
mahasiswa mengenai pengoperasian dan perhitungan boiler, kalorimeter, steam engine,
superheater dan steam turbine lebih mudah dipahami dan dimengerti. Dalam Jobsheet ini
berisi tahapan – tahapan pengoperasian, analisa perhitungan dan disertai dengan kolom –
kolom pengambilan data. Untuk lebih memperjelas pengetahuan mahasiswa tentang serta
langsung diaplikasikan dan disertai dengan kolom analisa hasil praktek dan
kesimpulannya, sehingga mahasiswa dibiasakan mengambil data kemudian mengolah
data dan menyimpulkannya.
Setelah mahasiswa mengerjakan jobsheet 1 sampai dengan jobsheet 5 diharapkan
mahasiswa memperoleh standart kompetisi sesuai dengan referensi sandart yang dipakai
dalam pengoperasian dan pengambilan data praktikum yang tersedia di jobsheet tersebut.
Sebagai kata akhir penulis, jika ada kesalahan atau kekeliruan dalam penulisan jobsheet
ini, penulis mohon maaf yang sebesar – besarnya dan sudilah kiranya memberi saran dan
kritik demi kesempurnaan penulisan modul ajar ini.

Surabaya, Desember 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Halaman Depan i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
Unit Kompetensi vi
Garis – Garis Besar Program Pengajaran viii
PENDAHULUAN xi
A. Kompetensi
B. Gambaran Umum Materi
C. Waktu
D. Prasyarat
E. Petunjuk Penggunaan Modul Ajar
F. Unit Kompetensi
G. Garis – Garis Besar Program Pengajaran

JOB SHEET I. PENGOPERASIAN DAN PERHITUNGAN BOILER

I. PENDAHULUAN I-1
1.1. Jenis – Jenis boiler I-2
1.2. Review Thermodinamika I-13
II. PENGOPERASIAN BOILER I-31
2.1. Bagian – Bagian Boiler I-32
2.2. Karateristik Boiler I-37
2.3. Pengolahan Feedwater I-37
2.4. Prosedur Pengoperasian Boiler I-38
2.5. Peralatan dan Bahan Habis I-40
III. PERHITUNGAN BOILER I-40
3.1. Referensi Standart I-40
3.2. Effisiensi Boiler I-41
3.3. Format Sheet/Tabel Hasil Pecobaan I-43
IV. KOMPETENSI AKHIR I-45
Daftar Pustaka I-45

iii
JOB SHEET II. PENGOPERASIAN DAN PERHITUNGAN SEPARATING AND
THROTTLING CALORIMETER
I. PENDAHULUAN II-1
II. PENGOPERASIAN SEPARATING AND THROTTLING II-3
CALORIMETER
2.1. Bagian – Bagian Separating and Throttling Calorimeter II-4
2.2. Prosedur Pengoperasian Separating and Throttling Calorimeter II-6
2.3. Peralatan dan Bahan Habis II-7
III. PERHITUNGAN SEPARATING AND THROTTLING CALORIMETER II-7
3.1. Referensi Standart II-7
3.2. Rumus Perhitungan Kualitas Uap II-7
3.3. Format Sheet/Tabel Hasil Pecobaan II-10
IV. KOMPETENSI AKHIR II-11
Daftar Pustaka II-11
JOB SHEET III. PENGOPERASIAN DAN PERHITUNGAN STEAM ENGINE

I. PENDAHULUAN III-1
II. PENGOPERASIAN STEAM ENGINE III-3
2.1. Bagian – Bagian Steam Engine System III-5
2.2. Prosedur Pengoperasian Steam Engine System III-6
2.3. Peralatan dan Bahan Habis III-7
III. PERHITUNGAN STEAM ENGINE III-7
3.1. Referensi Standart III-7
3.2. Rumus Perhitungan Steam Engine III-7
3.3. Format Sheet/Tabel Hasil Pecobaan III-11
IV. KOMPETENSI AKHIR III-12
Daftar Pustaka III-12
JOB SHEET IV. PENGOPERASIAN DAN PERHITUNGAN SUPERHEATER
I. PENDAHULUAN IV-1
II. PENGOPERASIAN SUPERHEATER IV-5
2.1. Bagian – Bagian Superheater IV-6

iv
2.2. Prosedur Pengoperasian Superheater IV-7
2.3. Peralatan dan Bahan Habis IV-9
III. PERHITUNGAN SUPERHEATER IV-9
3.1. Referensi Standart IV-9
3.2. Rumus Perhitungan Superheater IV-10
3.3. Format Sheet/Tabel Hasil Pecobaan IV-12
IV. KOMPETENSI AKHIR IV-13
Daftar Pustaka IV-13
JOB SHEET V. PENGOPERASIAN DAN PERHITUNGAN STEAM TURBINE
I. PENDAHULUAN V-1
1.1. Jenis – Jenis Steam Turbine V-2
1.2. Komponen – komponen Steam Turbine V-13
II. PENGOPERASIAN STEAM TURBINE V-23
2.1. Bagian – Bagian Steam Turbine System V-25
2.2. Prosedur Pengoperasian Steam Turbine System V-27
2.4. Peralatan dan Bahan Habis V-28
III. PERHITUNGAN BOILER STEAM TURBINE V-29
3.1. Referensi Standart V-29
3.2. Rumus Perhitungan Steam Turbine V-29
3.3. Format Sheet/Tabel Hasil Pecobaan V-32
IV. KOMPETENSI AKHIR V-33
Daftar Pustaka V-33

v
UNIT KOMPETENSI

UNIT KOMPETENSI : MARINE POWER PLANT


NAMA JOBSHEET : MARINE EXTERNAL COMBUSTION ENGINE

DESKRIPSI SINGKAT : Jobsheet ini mencakup pengoperasian dan


perhitungan Boiler, Separating and Throttling
Calorimeter, Steam Engine, Superheater, dan
Steam Turbine.
NOMINAL DURASI : 54 Jam

PERSYARATAN : Thermodinamika, Fisika, Marine external


combustion engine(teori).

RINGKASAN HASIL PELAKSANAAN PRAKTEK


Setelah menyelesaikan unit kompetensi ini mahasiswa mampu melaksanakan:

Jobsheet 1. Pengoperasian dan Perhitungan Boiler.


Jobsheet 2. Pengoperasian dan Perhitungan Separating and
Throttling Calorimeter.
Jobsheet 3. Pengoperasian dan Perhitungan Steam Engine.
Jobsheet 4. Pengoperasian dan Perhitungan Superheater.
Jobsheet 5. Pengoperasian dan Perhitungan Steam Turbine.

vii
GARIS – GARIS
BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN
(GBPP)
GARIS – GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN(GBPP)
Judul Mata Kuliah : Praktek Marine External Cambustion Engine
KMK/SKS/Semeter : 603328A/2/ke 3
Waktu Pertemuan : 4 x 50 menit
Tujuan Pembelajaran Umum : - Mahasiswa mempunyai kemampuan untuk menjelaskan prinsip kerja dari pada sistem pembangkit uap.
- Mahasiswa memahami aplikasi dari pada sistem pembangkit uap.
Kompetensi yang dicapai : - Mampu menjelaskan prinsip kerja dari sistem pembangkit uap.
- Mampu menjelaskan aplikasi dari pada sistem pembangkit uap untuk proses industri.
- Mampu menjelaskan aplikasi dari pada sistem pembangkit uap untuk pembangkit uap.
Deskripsi Singkat : Secara ringkas materi mata kuliah ini adalah: Pengoperasian dan Perhitungan Boiler, Pengoperasian dan Perhitungan
Separating and Throttling Calorimeter, Pengoperasian dan Perhitungan Steam Engine, Pengoperasian dan Perhitungan
Superheater dan Pengoperasian dan Perhitungan Steam Turbine.
Prasyarat : Mahasiswa telah lulus mata kuliah Thermodinamika, Fisika, Marine external combustion engine(teori).

TINGKAT
PERTE- Durasi KRITERIA PUSTA
No POKOK BAHASAN SUB POKOK BAHASAN KOGNITIF KOMPETENSI
MUAN (Menit) UNJUK KERJA KA
1 2 3
1 1 1x4x50 Pengantar praktek - Pesawat pembangkit uap. 3 Pengetahuan tentang pesawat uap. Mengetahui dan memahami 1,2,3,4,5
dan pengertian - Ketel uap. pengertian tentang pesawat uap. ,6,7,8
pesawat pembangkit - Pesawat pembangkit uap
uap selain ketel uap.
- Turbin uap.
- Pesawat cairan panas.
- Bejana penimbunan.
- Instalasi pipa.
2 2 1x4x50 Pengantar praktek - Bagian – bagian steam 3 Pengetahuan steam engine dan Mengetahui dan memahami 1,2,3,4,5
dan pengertian steam engine. kalorimeter. pengertian tentang steam engine ,6,7,8
engine dan - Kostruksi steam engine. dan kalorimeter.
kalorimeter. - Sistem kerja steam
engine.
- SOP steam engine.
- Bagian – bagian
kalorimeter.
- Konstruksi kalorimeter.
- Sistem kerja kalorimeter.
- SOP kalorimeter.
- Kapasitas steam engine.
- Kapasitas kalorimeter.

3 3 1x4x50 Pengantar praktek - Bagian – bagian 3 Pengetahuan steam turbine dan Mengetahui dan memahami 1,2,3,4,5
dan pengertian steam superheater. superheater. pengertian tentang steam turbine ,6,7,8
turbine dan - Kostruksi steam dan superheater.
superheater. superheater.
- Sistem kerja superheater.
- SOP superheater.
- Bagian – bagian steam
turbine.
- Konstruksi steam turbine.
- Sistem kerja steam
turbine.
- SOP steam turbine.
4 4,5 2x4x50 Praktek boiler - Standard Operating 3 Pengoperasian boiler - Mampu mengoperasikan 1,2,3,4,5
Procedure(SOP). boiler dengan benar sesuai ,6,7,8
- Pengisian air(water feed). SOP.
- Pengoperasian boiler. - Mampu membaca data
- Pengoperasian blow percobaan.
down valve. - Mampu menghitung
- Pengamatan slide glass. percobaan.
- Pengamatan safety valve. - Mampu menganalisa hasil
- Pengamatan manometer. percobaan.
- Pengamatan dan
kelengkapan boiler.
- Pencatatan dan
perhitungan data.
- Analisa data.
5 6,7 2x4x50 Praktek kalorimeter - Standard Operating 3 Pengoperasian kalorimeter - Mampu mengoperasikan 1,2,3,4,5
Procedure(SOP). kalorimeter dengan benar ,6,7,8
- Pengoperasian sesuai SOP.
kalorimeter. - Mampu membaca data
- Pengoperasian air percobaan.
pendingin. - Mampu menghitung
- Pengamatan kondensor percobaan.
dan separator. - Mampu menganalisa hasil
- Pengamatan manometer. percobaan.
- Pencatatan dan
perhitungan data.
- Analisa data.
6 8,9 2x4x50 Praktek steam engine - Standard Operating 3 Pengoperasian steam engine - Mampu mengoperasikan 1,2,3,4,5
Procedure(SOP). steam engine dengan benar ,6,7,8
- Pengoperasian steam sesuai SOP.
engine. - Mampu membaca data
- Pengoperasian air percobaan.
pendingin. - Mampu menghitung
- Pengamatan kondensor percobaan.
dan exhaust steam. - Mampu menganalisa hasil
- Pengamatan speed. percobaan.
- Pencatatan dan
perhitungan data.
- Analisa data.
7 10 1x4x50 UJIAN PRAKTEK I
8 11 1x4x50 Praktek superheater - Standard Operating 3 Pengoperasian superheater - Mampu mengoperasikan 1,2,3,4,5
Procedure(SOP). superheater dengan benar ,6,7,8
- Pengoperasian sesuai SOP.
superheater. - Mampu membaca data
- Pengamatan temperature percobaan.
dan alat kontrol. - Mampu menghitung
- Pencatatan dan percobaan.
perhitungan data. - Mampu menganalisa hasil
- Analisa data. percobaan.

9 12,13,14 3x4x50 Praktek steam - Standard Operating 3 Pengoperasian steam turbine - Mampu mengoperasikan 1,2,3,4,5
turbine Procedure(SOP). steam turbine dengan benar ,6,7,8
- Pengoperasian steam sesuai SOP.
turbine. - Mampu membaca data
- Pengoperasian air percobaan.
pendingin. - Mampu menghitung
- Pengamatan kondensor percobaan.
dan exhaust steam. - Mampu menganalisa hasil
- Pengamatan speed. percobaan.
- Pencatatan dan
perhitungan data.
- Analisa data.
10 15,16 2x4x50 Praktek bajana tekan - Standard Operating 3 Pengoperasian bajana tekan - Mampu mengoperasikan 1,2,3,4,5
Procedure(SOP). bajana tekan dengan benar ,6,7,8
- Pengoperasian sesuai SOP.
condensor. - Mampu membaca data
- Pengoperasian air percobaan.
compressor. - Mampu menghitung
- Pengamatan kondensor percobaan.
dan compresor. - Mampu menganalisa hasil
- Pencatatan dan percobaan.
perhitungan data.
- Analisa data.
17 17 1x4x50 UJIAN PRAKTEK II
Keterangan: Tingkat kognitif; (1 = Pengetahuan, 2 = Pemahaman , 3 = Penerapan, 4 = Analisa, 5 = Sintesa, 6 = Evaluasi)
Daftar Pustaka :
1. T.D Morton, Motor Engineering Knowledge for Marine Engineers, Edisi II Sunderland and London, Thomas Reed Publication Ltd. 1978.
2. L. Jacson and T.D Morton, Motor Engineering Knowledge for Marine Engineers, Edisi IV Sunderland and London, Thomas Reed Publication Ltd.
1986.
3. Training material keselamatan dan kesehatan kerja bidang bejana tekan.
4. Training material keselamatan dan kesehatan kerja bidang pesawat uap.
5. Power boiler design inspection and repair, by Muhammad A. Malek 2004.
6. Undang – undang uap dan peraturan uap 1930.
7. Undang – undang no.1 th 1970 tentang K3.
8. Pengawasan K3 Pesawat Uap, Evaluasi dan Penunjukan Calon Ahli K3, Direktorat Pengawasan Keselamatan Kerja, Ditjen Pembinaan Pengawasan
Ketenagakerjaan, Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI.
PENDAHULUAN

A. KOMPETENSI
- Mampu menjelaskan prinsip kerja dari sistem pembangkit uap.
- Mampu menjelaskan aplikasi dari pada sistem pembangkit uap untuk proses
industri.
- Mampu menjelaskan aplikasi dari pada sistem pembangkit uap untuk
pembangkit uap.

B. GAMBARAN UMUM MATERI


Materi pada jobsheet ini mulai dari:
1. Pengoperasian Boiler, Pengoperasian Separating and Throttling Calorimeter,
Pengoperasian Steam Engine, Pengoperasian Superheater dan Pengoperasian
Steam Turbine .
2. Perhitungan Boiler, Perhitungan Separating and Throttling Calorimeter,
Perhitungan Steam Engine, Perhitungan Superheater dan Perhitungan Steam
Turbine.

C. WAKTU
Mata kuliah ini adalah mata kuliah praktek berbobot 2 sks atau 4 jam tatap muka
setiap minggunya. Sehingga untuk bisa mencapai kompetensi yang telah ditentukan,
mahasiswa harus mengikuti kegiatan tatap muka sebanyak 4 jam x 16 kali tatap
muka atau sebesar 54 jam.

D. PRASYARAT
Untuk mempermudah pencapaian kompetensi yang diharapkan, mahasiswa dalam
melaksanakan modul ini harus sudah lulus mata kuliah Thermodinamika, Fisika,
Marine external combustion engine(teori).

xi
E. PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL AJAR.
Jobsheet Praktek Marine External Cambustion Engine ini telah disusun secara
sistematis dengan mengacu pada SAP yang berlaku. Untuk itu mahasiswa dalam
menggunakan jobsheet ini harus memperhatikan beberapa hal berikut :
1. Mamakai Alat Pelidung Diri(APD) dan peralatan keselamatan dan kesehatan
lainnya.
2. Membawa jobsheet ini setiap mengikuti perkuliahan.
3. Membaca dengan baik setiap isi yang ada di dalam jobsheet.
4. Membuat daftar catatan kecil untuk sesuatu hal yang belum dimengerti untuk
kemudian ditanyakan kepada dosen.
5. Mengerjakan semua tahapan yang terdapat di dalam jobsheet.
6. Mengisi kolom – kolom hasil pengujian dan pengukuran yang telah ada pada
jobsheet ini.

xii
JOB SHEET 1
PENGOPERASIAN DAN PERHITUNGAN
BOILER
JOB SHEET 1
PENGOPERASIAN DAN PERHITUNGAN BOILER

NOMINAL DURASI : 4 Pertemuan(4 x 4 Jam) = 16 Jam


DESKRIPSI SINGKAT : Melakukan pengoperasian boiler, pengambilan data
Boiler Operator Temperature(0C) dan analisa karateristik
unjuk kerja dari boiler.

KRITERIA PENILAIAN :
1. Mahasiswa dapat mengoperasikan boiler sesuai prosedur yang benar.
2. Mahasiswa dapat menggunakan alat – alat yang digunakan dalam
pengambilan data Boiler Operator Temperature(0C) seperti thermometer
dan manometer.
3. Mahasiswa dapat menganalisa karateristik unjuk kerja boiler dari data
Boiler Operator Temperature(0C) yang diperoleh.

I. PENDAHULUAN
Boiler adalah bejana tertutup dimana panas pembakaran dialirkan ke air sampai
terbentuk uap atau steam. Uap atau steam pada tekanan tertentu kemudian digunakan
untuk mengalirkan panas ke suatu proses. Air adalah media yang berguna dan murah
untuk mengalirkan panas ke suatu proses. Jika air dididihkan sampai menjadi steam,
volumenya akan meningkat sekitar 1.600 kali, menghasilkan tenaga yang menyerupai
bubuk mesiu yang mudah meledak, sehingga boiler merupakan peralatan yang harus
dikelola dan dijaga dengan sangat baik.
Sistem boiler terdiri dari; sistem air umpan, sistem steam dan sistem bahan bakar.
Sistem air umpan menyediakan air untuk boiler secara otomatis sesuai dengan kebutuhan
steam. Berbagai kran disediakan untuk keperluan perawatan dan perbaikan. Sistem steam
mengumpulkan dan mengontrol produksi steam dalam boiler. Steam dialirkan melalui
sistem pemipaan ke titik pengguna. Pada keseluruhan sistem, tekanan steam diatur
menggunakan kran dan dipantau dengan alat pemantau tekanan. Sistem bahan bakar

Laboratorium Motor Bakar I-1


adalah semua peralatan yang digunakan untuk menyediakan bahan bakar untuk
menghasilkan panas yang dibutuhkan. Peralatan yang diperlukan pada sistem bahan
bakar tergantung pada jenis bahan bakar yang digunakan pada sistem.
Air yang disuplai ke boiler untuk dirubah menjadi steam disebut air umpan. Dua
sumber air umpan adalah: (1) Kondensat atau steam yang mengembun yang kembali dari
proses dan (2) Air makeup (air baku yang sudah diolah) yang harus diumpankan dari luar
ruang boiler dan plant proses. Untuk mendapatkan efisiensi boiler yang lebih tinggi,
digunakan economizer untuk memanaskan awal air umpan menggunakan limbah panas
pada gas buang.
1.1. Jenis – Jenis Boiler.
1. Fire Tube Boiler.

Gambar 1.1 Fire Tube Boiler

Pada fire tube boiler, gas panas melewati pipa-pipa dan air umpan boiler ada
didalam shell untuk dirubah menjadi steam. Fire tube boilers biasanya digunakan
untuk kapasitas steam yang relative kecil dengan tekanan steam rendah sampai
sedang. Sebagai pedoman, fire tube boilers kompetitif untuk kecepatan steam
sampai 12.000 kg/jam dengan tekanan sampai 18 kg/cm2. Fire tube boilers dapat
menggunakan bahan bakar minyak bakar, gas atau bahan bakar padat dalam
operasinya. Untuk alasan ekonomis, sebagian besar fire tube boilers dikonstruksi
sebagai “paket” boiler (dirakit oleh pabrik) untuk semua bahan bakar.

Laboratorium Motor Bakar I-2


2. Water Tube Boiler.

Gambar 1.2 Water Tube Boiler

Pada water tube boiler, air umpan boiler mengalir melalui pipa-pipa masuk
kedalam drum. Air yang tersirkulasi dipanaskan oleh gas pembakar membentuk
steam pada daerah uap dalam drum. Boiler ini dipilih jika kebutuhan steam dan
tekanan steam sangat tinggi seperti pada kasus boiler untuk pembangkit tenaga.
Water tube boiler yang sangat modern dirancang dengan kapasitas steam antara
4.500 – 12.000 kg/jam, dengan tekanan sangat tinggi. Banyak water tube boilers
yang dikonstruksi secara paket jika digunakan bahan bakar minyak bakar dan gas.
Untuk water tube yang menggunakan bahan bakar padat, tidak umum dirancang
secara paket. Karakteristik water tube boilers sebagai berikut; Forced, induced
dan balanced draft membantu untuk meningkatkan efisiensi pembakaran, kurang
toleran terhadap kualitas air yang dihasilkan dari plant pengolahan air,
memungkinkan untuk tingkat efisiensi panas yang lebih tinggi.
3. Paket Boiler.
Disebut boiler paket sebab sudah tersedia sebagai paket yang lengkap. Pada saat
dikirim ke pabrik, hanya memerlukan pipa steam, pipa air, suplai bahan bakar dan
sambungan listrik untuk dapat beroperasi. Paket boiler biasanya merupakan tipe
shell and tube dengan rancangan fire tube dengan transfer panas baik radiasi
maupun konveksi yang tinggi.

Laboratorium Motor Bakar I-3


Gambar 1.3 Paket Boiler 3 Pass, bahan bakar Minyak(Spirax Sarco)

Ciri-ciri dari packaged boilers adalah; kecilnya ruang pembakaran dan tingginya
panas yang dilepas menghasilkan penguapan yang lebih cepat, banyaknya jumlah
pipa yang berdiameter kecil membuatnya memiliki perpindahan panas konvektif
yang baik, sistim forced atau induced draft menghasilkan efisiensi pembakaran
yang baik, sejumlah lintasan/pass menghasilkan perpindahan panas keseluruhan
yang lebih baik, tingkat efisiensi thermisnya yang lebih tinggi dibandingkan
dengan boiler lainnya. Boiler tersebut dikelompokkan berdasarkan jumlah pass
nya yaitu berapa kali gas pembakaran melintasi boiler. Ruang pembakaran
ditempatkan sebagai lintasan pertama setelah itu kemudian satu, dua, atau tiga set
pipa api. Boiler yang paling umum dalam kelas ini adalah unit tiga pass/ lintasan
dengan dua set fire-tube/ pipa api dan gas buangnya keluar dari belakang boiler.
4. Boiler Pembakaran dengan Fluidized Bed(FBC).
Pembakaran dengan fluidized bed (FBC) muncul sebagai alternatif yang
memungkinkan dan memiliki kelebihan yang cukup berarti dibanding sistim
pembakaran yang konvensional dan memberikan banyak keuntungan – rancangan
boiler yang kompak, fleksibel terhadap bahan bakar, efisiensi pembakaran yang
tinggi dan berkurangnya emisi polutan yang merugikan seperti SOx dan NOx.

Laboratorium Motor Bakar I-4


Bahan bakar yang dapat dibakar dalam boiler ini adalah batubara, barang tolakan
dari tempat pencucian pakaian, sekam padi, bagas & limbah pertanian lainnya.
Boiler fluidized bed memiliki kisaran kapasitas ya ng luas yaitu antara 0.5 T/jam
sampai lebih dari 100 T/jam.

Gambar 1.4 Bubbling fluidized bed

Bila udara atau gas yang terdistribusi secara merata dilewatkan keatas melalui bed
partikel padat seperti pasir yang disangga oleh saringan halus, partikel tidak akan
terganggu pada kecepatan yang rendah. Begitu kecepatan udaranya berangsur-
angsur naik, terbentuklah suatu keadaan dimana partikel tersuspensi dalam aliran
udara – bed tersebut disebut terfluidisasikan. Dengan kenaikan kecepatan udara
selanjutnya, terjadi pembentukan gelembung, turbulensi yang kuat, pencampuran
cepat dan pembentukan permukaan bed yang rapat. Bed partikel padat
menampilkan sifat cairan mendidih dan terlihat seperti fluida – bed gelembung
fluida/bubbling fluidized bed. Jika partikel pasir dalam keadaan terfluidisasikan
dipanaskan hingga ke suhu nyala batubara, dan batubara diinjeksikan secara terus
menerus ke bed, batubara akan terbakar dengan cepat dan bed mencapai suhu

Laboratorium Motor Bakar I-5


yang seragam. Pembakaran dengan fluidized bed (FBC) berlangsung pada suhu
sekitar 840OC hingga 950OC. Karena suhu ini jauh berada dibawah suhu fusi
abu, maka pelelehan abu dan permasalahan yang terkait didalamnya dapat
dihindari. Suhu pembakaran yang lebih rendah tercapai disebabkan tingginya
koefisien perpindahan panas sebagai akibat pencampuran cepat dalam fluidized
bed dan ekstraksi panas yang efektif dari bed melalui perpindahan panas pada
pipa dan dinding bed. Kecepatan gas dicapai diantara kecepatan fluidisasi
minimum dan kecepatan masuk partikel. Hal ini menjamin operasi bed yang stabil
dan menghindari terbawanya partikel dalam jalur gas.
5. Atmospheric Fluidized Bed Combustion (AFBC) Boiler.

Gambar 1.5 Atmospheric Fluidized Bed Combustion (AFBC) Boiler.

Kebanyakan boiler yang beroperasi untuk jenis ini adalah Atmospheric Fluidized
Bed Combustion (AFBC) Boiler. Alat ini hanya berupa shell boiler konvensional
biasa yang ditambah dengan sebuah fluidized bed combustor. Sistim seperti telah
dipasang digabungkan dengan water tube boiler/ boiler pipa air konvensional.
Batubara dihancurkan menjadi ukuran 1 – 10 mm tergantung pada tingkatan
batubara dan jenis pengumpan udara ke ruang pembakaran. Udara atmosfir, yang
bertindak sebagai udara fluidisasi dan pembakaran, dimasukkan dengan tekanan,

Laboratorium Motor Bakar I-6


setelah diberi pemanasan awal oleh gas buang bahan bakar. Pipa dalam bed yang
membawa air pada umumnya bertindak sebagai evaporator. Produk gas hasil
pembakaran melewati bagian super heater dari boiler lalu mengalir ke
economizer, ke pengumpul debu dan pemanas awal udara sebelum dibuang ke
atmosfir.
6. Pressurized Fluidized Bed Combustion (PFBC) Boiler.

Gambar 1.6 Pressurized Fluidized Bed Combustion (PFBC) Boiler.

Pada tipe Pressurized Fluidized bed Combustion (PFBC), sebuah kompresor


memasok udara Forced Draft (FD), dan pembakarnya merupakan tangki
bertekanan. Laju panas yang dilepas dalam bed sebanding dengan tekanan bed
sehingga bed yang dalam digunakan untuk mengekstraksi sejumlah besar panas.
Hal ini akan meningkatkan efisiensi pembakaran dan peyerapan sulfur dioksida
dalam bed. Steam dihasilkan didalam dua ikatan pipa, satu di bed dan satunya lagi
berada diatasnya. Gas panas dari cerobong menggerakan turbin gas pembangkit
tenaga. Sistim PFBC dapat digunakan untuk pembangkitan kogenerasi (steam dan
listrik) atau pembangkit tenaga dengan siklus gabungan/combined cycle. Operasi
combined cycle(turbin gas & turbin uap) meningkatkan efisiensi konversi
keseluruhan sebesar 5 hingga 8 persen.

Laboratorium Motor Bakar I-7


7. Atmospheric Circulating Fluidized Bed Combustion Boilers(CFBC).

Gambar 1.7 Atmospheric Circulating Fluidized Bed Combustion(CFBC) Boilers.

Dalam sistim sirkulasi, parameter bed dijaga untuk membentuk padatan melayang
dari bed. Padatan diangkat pada fase yang relatif terlarut dalam pengangkat
padatan, dan sebuah down-comer dengan sebuah siklon merupakan aliran
sirkulasi padatan. Tidak terdapat pipa pembangkit steam yang terletak dalam bed.
Pembangkitan dan pemanasan berlebih steam berlangsung di bagian konveksi,
dinding air, pada keluaran pengangkat/ riser. Boiler CFBC pada umumnya lebih
ekonomis daripada boiler AFBC, untuk penerapannya di industri memerlukan
lebih dari 75 – 100 T/jam steam. Untuk unit yang besar, semakin tinggi
karakteristik tungku boiler CFBC akan memberikan penggunaan ruang yang
semakin baik, partikel bahan bakar lebih besar, waktu tinggal bahan penyerap
untuk pembakaran yang efisien dan penangkapan SO2 yang semakin besar pula,
dan semakin mudah penerapan teknik pembakaran untuk pengendalian NOx
daripada pembangkit steam AFBC.
.

Laboratorium Motor Bakar I-8


8. Stoker Fired Boilers.
Stokers diklasifikasikan menurut metode pengumpanan bahan bakar ke tungku
dan oleh jenis grate nya. Klasifikasi utama nya adalah spreader stoker dan chain-
gate atau traveling-gate stoker.
8.1 Spreader stokers.

Gambar 1.8 Spreader stokers


Spreader stokers memanfaatkan kombinasi pembakaran suspensi dan
pembakaran grate. Batubara diumpankan secara kontinyu ke tungku diatas
bed pembakaran batubara. Batubara yang halus dibakar dalam suspensi;
partikel yang lebih besar akan jatuh ke grate, dimana batubara ini akan
dibakar dalam bed batubara yang tipis dan pembakaran cepat. Metode
pembakaran ini memberikan fleksibilitas yang baik terhadap fluktuasi beban,
dikarenakan penyalaan hampir terjadi secara cepat bila laju pembakaran
meningkat. Karena hal ini, spreader stoker lebih disukai dibanding jenis
stoker lainnya dalam berbagai penerapan di industri.
8.2 Chain-gate atau Traveling-gate stoker.
Batubara diumpankan ke ujung grate baja yang bergerak. Ketika grate
bergerak sepanjang tungku, batubara terbakar sebelum jatuh pada ujung
sebagai abu. Diperlukan tingkat keterampilan tertentu, terutama bila menyetel
grate, damper udara dan baffles, untuk menjamin pembakaran yang bersih

Laboratorium Motor Bakar I-9


serta menghasilkan seminimal mungkin jumlah karbon yang tidak terbakar
dalam abu.

Gambar 1.9 Traveling-gate stoker


Hopper umpan batubara memanjang di sepanjang seluruh ujung umpan
batubara pada tungku. Sebuah grate batubara digunakan untuk mengendalikan
kecepatan batubara yang diumpankan ke tungku dengan mengendalikan
ketebalan bed bahan bakar. Ukuran batubara harus seragam sebab bongkahan
yang besar tidak akan terbakar sempurna pada waktu mencapai ujung grate.
9. Pulverized Fuel Boiler.
Kebanyakan boiler stasiun pembangkit tenaga yang berbahan bakar batubara
menggunakan batubara halus, dan banyak boiler pipa air di industri yang lebih
besar juga menggunakan batubara yang halus. Teknologi ini berkembang dengan
baik dan diseluruh dunia terdapat ribuan unit dan lebih dari 90 persen kapasitas
pembakaran batubara merupakan jenis ini. Untuk batubara jenis bituminous,
batubara digiling sampai menjadi bubuk halus, yang berukuran +300 micrometer
(μm) kurang dari 2 persen dan yang berukuran dibawah 75 microns sebesar 70-75
persen. Harus diperhatikan bahwa bubuk yang terlalu halus akan memboroskan
energi penggilingan. Sebaliknya, bubuk yang terlalu kasar tidak akan terbakar
sempurna pada ruang pembakaran dan menyebabkan kerugian yang lebih besar
karena bahan yang tidak terbakar. Batubara bubuk dihembuskan dengan sebagian

Laboratorium Motor Bakar I-10


udara pembakaran masuk menuju plant boiler melalui serangkaian nosel burner.
Udara sekunder dan tersier dapat juga ditambahkan. Pembakaran berlangsung
pada suhu dari 1300 - 1700 °C, tergantung pada kualitas batubara. Waktu tinggal
partikel dalam boiler biasanya 2 hingga 5 detik, dan partikel harus cukup kecil
untuk pembakaran yang sempurna.

Gambar 1.10 Pulverized Fuel Boiler.

Salah satu sistim yang paling populer untuk pembakaran batubara halus adalah
pembakaran tangensial dengan menggunakan empat buah burner dari keempat
sudut untuk menciptakan bola api pada pusat tungku.
10. Waste Heat Boiler
Dimanapun tersedia limbah panas pada suhu sedang atau tinggi, boiler limbah
panas dapat dipasang secara ekonomis. Jika kebutuhan steam lebih dari steam
yang dihasilkan menggunakan gas buang panas, dapat digunakan burner
tambahan yang menggunakan bahan bakar. Jika steam tidak langsung dapat
digunakan, steam dapat dipakai untuk memproduksi daya listrik menggunakan
generator turbin uap. Hal ini banyak digunakan dalam pemanfaatan kembali panas
dari gas buang dari turbin gas dan mesin diesel.

Laboratorium Motor Bakar I-11


Gambar 1.11 Waste Heat Boiler

11. Thermic Fluid Heater.


Saat ini, pemanas fluida termis telah digunakan secara luas dalam berbagai
penerapan untuk pemanasan proses tidak langsung. Dengan menggunakan fluida
petroleum sebagai media perpindahan panas, pemanas tersebut memberikan suhu
yang konstan. Sistim pembakaran terdiri dari sebuah fixed grate dengan susunan
draft mekanis. Pemanas fluida thermis modern berbahan bakar minyak terdiri dari
sebuah kumparan ganda, konstruksi tiga pass dan dipasang dengan sistim jet
tekanan. Fluida termis, yang bertindak sebagai pembawa panas, dipanaskan dalam
pemanas dan disirkulasikan melalui peralatan pengguna. Disini fluida
memindahkn panas untuk proses melalui penukar panas, kemudian fluidanya
dikembalikan ke pemanas. Aliran fluida termis pada ujung pemakai dikendalikan
oleh katup pengendali yang dioperasikan secara pneumatis, berdasarkan suhu
operasi. Pemanas beroperasi pada api yang tinggi atau rendah tergantung pada
suhu minyak yang kembali yang bervariasi tergantung beban sistim. Keuntungan
pemanas tersebut adalah; operasi sistim tertutup dengan kehilangan minimum
dibanding dengan boiler steam, operasi sistim tidak bertekanan bahkan untuk
suhu sekitar 250 0C dibandingkan kebutuhan tekanan steam 40 kg/cm2 dalam
sistim steam yang sejenis, penyetelan kendali otomatis yang memberikan

Laboratorium Motor Bakar I-12


fleksibilitas operasi, efisiensi termis yang baik karena tidak adanya kehilangan
panas yang diakibatkan oleh blowdown, pembuangan kondensat dan flash steam.

Gambar 1.12 Thermic Fluid Heater.

Faktor ekonomi keseluruhan dari pemanas fluida termis tergantung pada


penerapan spesifik dan dasar acuannya. Pemanas fluida thermis berbahan bakar
batubara dengan kisaran efisiensi panas 55-65 persen merupakan yang paling
nyaman digunakan dibandingkan dengan hampir kebanyakan boiler.
Penggabungan peralatan pemanfaatan kembali panas dalam gas buang akan
mempertinggi tingkat efisiensi termis selanjutnya.

1.2. Review Thermodinamika(Tinjauan Thermodinamis Siklus Daya Uap).


1.2.1 Siklus Rankine
Siklus ideal dari suatu pembangkit daya uap bekerja pada siklus rangkine.
Peralatan utama yang digunakan pada siklus ini ialah pompa,boiler,turbin dan kondensor.
Diagram skematik dari siklus ini ditunjukkan dalam gambar 2.1.

Laboratorium Motor Bakar I-13


3
Steam
Turbine
Boiler

4
2
Pump Condenser

Gambar 1.13. Diagram Skematik dari Siklus daya uap sederhana


Siklus termodinamika dari siklus rangkine digambarkan pada diagram T-S sebagaimana
ditunjukkan pada gambar 1.14 yang terdiri dari proses:
1-2 Proses pemompaan fluida dengan sifat adiabatic reversible yang terjadi di
pompa.
2-3 Proses perpindahan panas pada tekanan konstan yang terjadi di boiler.
3-4 Proses ekspansi reversible adiabatis yang terjadi di turbin.
4-1 Proses pemindahan panas dengan tekanan konstan yang terjadi di kondensor.
T

3'
2' 3

2
4 4'
1

a b c S

Gambar 1.14. Diagram T-S Siklus daya Uap Sederhana.

Mengacu pada gambar 1.14, jika air dipanaskan dalam boiler menjadi uap jenuh sebelum
diekspansikan ke turbin, maka proses yang terjadi dinyatakan dengan luasan 1-2-3-4-1.
Akan tetapi jika air dipanaskan hingga kondisi panas lanjut (superheated) sebelum masuk
ke turbin, maka proses tersebut dinyatakan dengan luasan 1-2-3’-4’-1. Kita dapat
menghitung neraca panas dari siklus rangkine dengan mengasumsikan bahwa perubahan
energi potensial dan energi kinetik diabaikan. Mengacu pada gambar 1.14, maka terjadi
Laboratorium Motor Bakar I-14
transfer panas dari boiler (ketel) ke air sebagai fluida kerja. Proses ini dinyatakan dengan
luasan 1-2-2’-3-b-a dalam kasus pada siklus daya uap. Secara termodinamik proses
tersebut dinyatakan dengan persamaan berikut :
qi = h3 – h2 (1.1)
Panas yang dipindahkan dari flluida kerja terjadi di kondensor. Proses ini dinyatakan
dengan luasan a-1-4-b-a dalam kasus dari uap panas jenuh(Saturated steam). Sedang
untuk kasus siklus daya panas lanjut, siklus daya dinyatakan dengan luasan daerah a-1-
4’-c-a. Untuk siklus daya uap panas lanjut. Secara termodinamik porses tersebut
dinyatakan dengan persamaan berikut :
qo = h4 – h1 (1.2)
Dengan mengacu pada proses yang telah dibahas sebelumnya, maka kerja bersih(net
work) dari suatu siklus dapat dihitung dari persamaan berikut :
w net = area 1-2-2’-3-4-1 = qi - qo (1.3)
Efisiensi termal dari siklus rangkine dinyatakan dengan :
wnet q i  q 0 wturb  w p (h3  h2 )  (h4  h1 )
 th    
qi qi qi (h3  h2 )
(1.4)
Efisiensi Thermal dapat dihitung dengan menggunakan proses adiabatis di pompa dan
proses adiabatis yang terjadi di turbine. Kerja yang diperlukan untuk menggerakkan
pompa dapat ditentukan dengan persamaan berikut :
wp = h2 – h1 (1.5)
Kerja yang dihasilkan oleh uap yang berekspansi di turbin dinyatakan dengan rumus :
wt = h3 – h4 (1.6)
Karenanya, usaha bersih dari suatu siklus uap dapat dihitung dengan cara mengurangi
kerja yang diperlukan untuk menggerakkan pompa terhadap kerja yang dihasilkan oleh
turbin, sehingga:
w ne t= wt-wp = (h3 – h4) – (h2-h1) (1.7)
Sehingga efisiensi termal dapat dihitung dengan :

wnet (h3  h4 )  (h2  h1 ) (h3  h2 )  (h4  h1 )


 th   
qi (h3  h2 ) (h3  h2 ) (1.8)

Laboratorium Motor Bakar I-15


Perlu dicatat bahwa dalam menganalisa siklus daya uap kita dapat mendapatkan fluida
kerja yang ada sebagian ada yang berupa fasa cair dan fasa uap pada suhu uap jenuh.
Titik 4 atau 4’ dalam gambar 1.14. ialah contoh untuk kondisi ini. Untuk kondisi ini kita
menggunakan simbol x, untuk mendefinisikan perbandingan antara massa uap terhadap
total massa fluida kerja. Karenanya bila satu kilogram fluida kerja memiliki kualitas(x)
90%, maka berarti bahwa 0,9 kg dari fluida kerja ialah berada pada fasa uap sedang 0,1
kg lainnya pada massa cair. Tabel 1.1 berikut merupakan rangkuman dari persamaan
yang berhubungan dengan kualitas fluida kerja, yang berguna untuk menganalisa dalam
melakukan analisa siklus dari suatu pembangkit daya uap. Tanda f dalam persamaan ini
menyatakan kondisi cair jenuh dari suatu fluida kerja, sedang tanda g dalam persamaan
ini menyatakan kondisi uap jenuh dari suatu fluida kerja, bilamana tanda fg menyatakan
peningkatan dari sifat fluida kerja(enthalphy, specific volume, dan entropy) selama tahap
penguapan.
Tabel 1.1 Persamaan yang berhubungan dengan kualitas dari fluida kerja
Kualitas dan volume Kualitas dan enthalphy Kualitas dan
spesifik enthrophy
Vf + Vfg = Vg hf + hfg = hg sf + sfg = sg
v = xvg + (1-x)vf h = hg + (1-x)hf s = xsg + (1-x)sf
v = vf + xvfg h = hf + x hfg s = sf + x sfg
v = vg – (1-x)vfg h = hg – (1-x) hfg s = sg – (1-x)sfg

Contoh Soal 1:
Tentukan efisiensi dari siklus rankine pada siklus uap dengan tekanan kondensor 10 Kpa.
Tekanan uap keluar boiler ialah 2 Mpa. Uap keluar dari boiler sebagai uap jenuh.
Penyelesaian.
Mengacu pada gambar 1.13 dan 1.14, sebagai bantuan pemecahan soal
Kondisi 1.
Pada kondisi ini, fluida kerja diaasumsikan sebagai kondisi cair jenuh. Karenanya kita
dapat mengetahui sifat termodinamika pada kondisi 1.
P1 = 10 Kpa (parameter diketahui dari soal)
v1 = 0,00101 m3/kg (Kondisi uap jenuh; tabel tekanan)

Laboratorium Motor Bakar I-16


h1 = 191,8 Kj/Kg (Kondisi uap jenuh; tabel tekanan)
Kondisi 2.
Dalam kondisi ini, tekanan kerja dari fluida kerja telah meningkat dan fluida kerja
mengalami perubahan fasa dari kondisi cair jenuh menjadi kondisi cair. Hal ini dapat
dilakukan dengan memompa fluida kerja sebelum fluida tersebut masuk ke boiler.
Dikarenakan fluida kerja tidak dalam kondisi jenuh, maka kita dapat mengetahui sifat
termodinamik dari fluida kerja daengan menggunakan persamaan pada tabel 1.1
P2 = 2 Mpa (Parameter diketahui dari soal)
v1 = v2 = 0,00101 m3/kg (Karena pada kondisi ini fluida kerja
memiliki volume spesifik yang tidak berubah
dari kondisi cair jenuh menjadi kondisi
cair).

Enthalpi dari fluida kerja tidak dapat langsung diperoleh dari tabel uap jenuh. Kita dapat
memperoleh entalphy dengan menggunakan bantuan hukum I thermodinamika untuk
proses pemompaan. Kerja pompa dinyatakan dengan:

Wp = v (P2-P1) Wp = h2 + h1
= 0,00101 (2000 – 10) h2 = Wp + h1
= 2,0 Kj/Kg =2,0 + 191,8 = 193,8 Kj/Kg

Kondisi 3.
Pada kondisi ini, fluida kerja telah dipanaskan dalam ketel hingga mencapai kondisi uap
jenuh. Karena uap berada dalam kondisi jenuh, maka kita dapat mengetahui sifat
termodinamik dari fluida kerja dalam tabel termodinamika untuk sifat uap.
P3 = 2 Mpa (Parameter diketahui dari soal)
s3 = 6,3409 Kj/KgOK (kondisi uap jenuh; didapat dari tabel uap air)
h3 = 2799,5 Kj/Kg (kondisi uap jenuh; didapat dari tabel uap air)

Perlu diketahui, bahwa adalah penting untuk memperoleh harga entropy dari fluida kerja
pada kondisi ini. Hal ini dikarenakan jika kita memperhatikan ke proses selanjutnya,
fluida kerja tersebut akan diekspansikan ke turbine dan akan berubah sifat dari uap jenuh
menjadi uap campuran(uap dan cairan). Sehingga kita tidak dapat mengetahui sifat
termodinamika dari fluida kerja dalam tabel uap. Kita akan menggunakan persamaan
yang terdapat pada tabel 1.1 Kita juga akan memerlukan harga dari kualitas(fraksi) dari
fluida kerja sebelum kita dapat menggunakan persamaan yang terdapat pada tabel 1.1.

Laboratorium Motor Bakar I-17


Kita dapat memperoleh kualitas dari fluida kerja pada kondisi 4 dengan menentukan
besarnya entropi terlebih dahulu. Proses yang terjadi pada turbin ialah proses ekspansi
adiabatik reversible, sehingga entropy dari kondisi 4 sama dengan entropi fluida kerja
pada kondisi 3.
Kondisi 4.
P4 = 10 Kpa (Parameter diketahui dari soal; tekanan kondensor)
O
s4 =s3 = 6,3409 Kj/Kg K (Ekspansi Adiabatik reversible di turbin)
sf4 = 0, 6493 Kj/KgOK (Kondisi Uap Jenuh; didapat dari tabel uap air)
sfg4 = 7, 5009 Kj/KgOK (Kondisi Uap Jenuh; didapat dari tabel uap air)
hf4 = 191, 8 Kj/KgOK (Kondisi Uap Jenuh; didapat dari tabel uap air)
hfg4 = 2392.8 Kj/KgOK (Kondisi Uap Jenuh; didapat dari tabel uap air)

Kualitas uap pada kondisi 4 dapat dihitung menurut persamaan berikut :

s4 = sf4 + x sfg4
6,3409 = 0, 6493 + x (7, 5009)
x = 0,7588 3
Steam
Turbine
Enthalpi dari uap pada kondisi 4 dapat dihitung dengan
Boiler
persamaan berikut :
4
h4 = hf4 + x hfg4 2
h4 = 191, 8 + (0,7588)( 2392,8) Pump Condenser
= 2007,5 Kj/Kg
1
 Panas yang dipindahkan oleh boiler sebesar :

qi = h3 - h2
= 2799,5 – 193,8
= 2605,7 Kj/Kg

 Panas yang diserap oleh Kondensor sebesar : T

qo = h4 - h1
= 2007,5 – 191,8 3
= 1815,7 Kj/Kg

 Kerja turbine sebesar : 2


4
1
wt = h3 - h4
= 2799,5 – 2007,5 a b S
= 792 Kj/Kg

Laboratorium Motor Bakar I-18


 Efisiensi Termal :
w q q w  w p 792  2
 th  net  i 0  turb   0,303
qi qi qi 2505 ,7

Contoh Soal 2:
(Uap Keluar dari ketel sebagai uap panas lanjut)
Tentukan efisiensi dari siklus rankine pada siklus uap dengan tekanan kondensor 10 Kpa.
Tekanan uap keluar boiler ialah 2 Mpa pada Temperatur 400OC.
Penyelesaian.
Mengacu pada gambar 1.13 dan 1.14, sebagai bantuan pemecahan soal
Kondisi 1.
Pada kondisi ini, fluida kerja diasumsikan sebagai kondisi cair jenuh. Karenanya kita
dapat mengetahui sifat termodinamika pada kondisi 1.
P1 = 10 Kpa (parameter diketahui dari soal)
v1 = 0,00101 m3/kg (Kondisi uap jenuh ; tabel tekanan)
h1 = 191,8 Kj/Kg (Kondisi uap jenuh ; tabel tekanan)

3' T
Steam
Turbine
Boiler 3'

4'
2'
2
Pump Condenser 4'
1

1 a c S

Kondisi 2.
Dalam kondisi ini, tekanan kerja dari fluida kerja telah meningkat dan fluida kerja
mengalami perubahan fasa dari kondisi cair jenuh menjadi kondisi cair. Hal ini dapat
dilakukan dengan memompa fluida kerja sebelum fluida tersebut masuk ke boiler.
Dikarenakan fluida kerja tidak dalam kondisi jenuh, maka kita dapat mengetahui sifat
termodinamik dari fluida kerja dengan menggunakan persamaan pada tabel 1.1

Laboratorium Motor Bakar I-19


P2 = 2 Mpa (Parameter diketahui dari soal)
v1 = v2 = 0,00101 m3/kg (Karena pada kondisi ini fluida kerja memiliki
volume spesifik yang tidak berubah dari kondisi
cair jenuh menjadi kondisi cair).

Enthalpi dari fluida kerja tidak dapat langsung diperoleh dari tabel uap jenuh. Kita dapat
memperoleh entalphy dengan menggunakan bantuan hukum I thermodinamika untuk
proses pemompaan. Kerja pompa dinyatakan dengan :

Wp = v (P2-P1) Wp = h2 + h1
= 0,00101 (2000 – 10) h2 = Wp + h1
= 2,0 Kj/Kg =2,0 + 191,8 = 193,8 Kj/Kg

Kondisi 3.
Pada kondisi ini, fluida kerja telah dipanaskan dalam ketel hingga mencapai kondisi uap
panas lanjut(uap kering; superheated steam). Karena uap berada dalam kondisi panas
lanjut, maka kita dapat mengetahui sifat termodinamik dari fluida kerja dalam tabel
termodinamika untuk sifat uap panas lanjut.
P3 = 2 Mpa (Parameter diketahui dari soal)
T2 = 400 OC (Parameter diketahui dari soal)
s3 = 7,1271Kj/KgOK (kondisi uap panas Lanjut; didapat dari tabel uap)
h3 = 3247 Kj/Kg (kondisi uap panas Lanjut; didapat dari tabel uap)

Perlu diketahui, bahwa adalah penting untuk memperoleh harga entropy dari fluida kerja
pada kondisi ini. Hal ini dikarenakan jika kita memperhatikan ke proses selanjutnya,
fluida kerja tersebut akan diekspansikan ke turbine dan akan berubah sifat dari uap panas
lanjut menjadi uap campuran(campuran antara uap dan cairan). Sehingga kita tidak
dapat mengetahui sifat termodinamika dari fluida kerja dalam tabel uap. Kita akan
menggunakan persamaan yang terdapat pada tabel 1.1. Kita juga akan memerlukan harga
dari kualitas(fraksi) dari fluida kerja sebelum kita dapat menggunakan persamaan yang
terdapat pada tabel 1.1. Kita dapat memperoleh kualitas dari fluida kerja pada kondisi 4
dengan menentukan besarnya entropi terlebih dahulu. Proses yang terjadi pada turbin
ialah proses ekspansi adiabatik reversible, sehingga entropy dari kondisi 4 sama dengan
entropi fluida kerja pada kondisi 3.

Laboratorium Motor Bakar I-20


Kondisi 4.
P4’ = 10 Kpa (Parameter diketahui dari soal; tekanan kondensor)
s4’ =s3 = 7,1271 Kj/KgOK (Ekspansi Adiabatik reversible di turbin)
sf4’ = 0, 6493 Kj/KgOK (Kondisi Uap Jenuh; didapat dari tabel uap air)
sfg4’ = 7, 5009 Kj/KgOK (Kondisi Uap Jenuh; didapat dari tabel uap air)
hf4’ = 191, 83 Kj/KgOK (Kondisi Uap Jenuh; didapat dari tabel uap air)
hfg4’ = 2392,8 Kj/KgOK (Kondisi Uap Jenuh; didapat dari tabel uap air)

Kualitas uap pada kondisi 4 dapat dihitung menurut persamaan berikut:

s4’ = sf4’ + x sfg4’


7,1271= 0, 6493 + x (7, 5009)
x = 0,863
Enthalpi dari uap pada kondisi 4 dapat dihitung dengan persamaan berikut:

h4’ = hf4 ‘ + x hfg4’


h4’ = 191, 8 + (0,863)( 2392.8)
= 2258,259 Kj/Kg

 Panas yang dipindahkan oleh boiler sebesar:

qi = h3’ - h2’
= 3247– 193,8
= 3053,2 Kj/Kg

 Panas yang diserap oleh Kondensor sebesar:

qo = h4’ - h1
= 2258,259 – 191,8
= 2066,459 Kj/Kg

 Kerja turbine sebesar:

wt = h3’ - h4’
= 3247 – 2258,5
= 988,741 Kj/Kg

 Efisiensi Termal :
wnet qi  q0 wturb  w p 988,741  2
 th      0,323
qi qi qi 3053,2

*Tanda( ‘ ) pada Kondisi menunjukkan proses yang terjadi dalam sistim ialah proses
superheat(Panas Lanjut).

Laboratorium Motor Bakar I-21


1.2.2 Dampak Perubahan Tekanan dan Temperatur Kerja Pada Siklus Rankine
Berdasar diagram T-S dari siklus daya uap pada Gambar 1.14, kita dapat
mengetahui efisiensi termal dengan memperluas daerah a-1-2-3-4. Secara teoritis hal ini
dapat dilakukan dengan:
 Meningkatkan temperatur maksimum uap dari uap jenuh menjadi uap panas
lanjut.
 Meningkatkan tekanan maksimum uap yang keluar dari boiler(tekanan
Maksimum).
 Menurunkan tekanan dari uap yang keluar dari turbin.
Meskipun langkah tersebut dapat meningkatkan efisiensi termal dari pembangkit daya
uap, dampak dari perubahan tekanan dan temperatur harus dipertimbangkan secara
masak.
1.2.2.1 Menurunkan tekanan dari kondensor.
Jika tekanan uap yang meninggalkan turbin menurun dari tekanan awalnya,
kemudian beberapa parameter pun akan mengalami perubahan. Seperti yang ditunjukkan
dalam gambar 1.15, menunjukkan diagram skematis dari siklus rangkine yang
menggambarkan jatuh tekanan uap yang keluar dari P4 menjadi P4’. Penambahan luasan
daerah dikarenakan oleh jatuh tekanan ini, digambarkan dengan luasan yang diarsir.
Luasan ini mengalami penambahan dibandingkan dengan siklus standar. Konsekuensi
dari penurunan tekanan ialah:
 Panas yang dipindahkan(heat transfer) dari uap mengalami peningkatan
Hal ini ditunjukkan dengan garis 2’-3. Proses ini terjadi di ketel. Panas awal yang
dipindahkan dari uap dinyatakan dengan garis 2-3. Sehingga akan lebih banyak
panas yang dipindahkan oleh boiler menghasilkan peningkatan qi.
 Menurunkan temperatur panas yang dilepaskan
Panas yang dilepaskan dari uap dinyatakan dengan garis 4-1. Jika tekanan
menurun dari P4 menjadi P4’, Sehingga panas yang dilepaskan dinyatakan dengan
garis 4’-1. Garis ini tentunya lebih rendah dari pada garis sebelumnya. Sehingga
temperatur panas yang dilepaskan menjadi menurun.
 Meningkatkan efisiensi termal siklus.

Laboratorium Motor Bakar I-22


Kombinasi dari meningkatnya panas yang dipindahkan ke uap dan menurunnya
panas yang dilepaskan dari uap akan meningkatkan kerja bersih(net work) yang
diterima oleh siklus. Karenanya efisiensi termal dari siklus dapat ditingkatkan.
 Meningkatkan kandungan air dari uap yang meninggalkan turbin.
Titik 4 dari diagram T-S pada gambar 2-15 menunjukkan kondisi awal dimana
uap meninggalkan turbin. Pada kondisi ini, uap di campurkan dengan fluida pada
kualitas tertentu. Bagaimanapun jika jatuh tekanan dari P4’, maka kualitas dari
uap akan menurun. Jika kandungan air melebihi 10 % dari keseluruhan uap, hal
ini akan menurunkan efisiensi turbin serta akan merusak daun turbin(sudu sudu;
blade) turbin karena erosi yang diakibatkan oleh air yang terkandung dalam uap
yang diekspansikan. Hal ini merupakan permasalahan yang harus diwaspadai.

P4

2 P4'
2' 4
1
1' 4'

a b S

Gambar 1.15. Dampak dari penurunan tekanan pada diagram T-S


untuk siklus daya Uap

1.2.2.2 Meningkatkan temperatur maksimum uap.


Pada gambar 1.16. menunjukkan diagram T-S dari siklus rangkine tanpa proses
panas lanjut(superheat) yang kemudian diteruskan ke pada Kondisi Panas
lanjut(Superheated steam). Siklus sebelumnya dinyatakan dengan luasan 1-2-3-4-1.
Kemudian siklus yang menyatakan proses panas lanjut dinyatakan dengan daerah luasan
1-2-3’-4’-1. Dari gambar tersebut kita dapat mengetahui bahwa terdapat penambahan
daerah luasan dari siklus yang ditunjukkan dikarenakan proses pemanasan

Laboratorium Motor Bakar I-23


lanjut(superheating). Penambahan luasan dikarenakan pemanasan lanjut ialah
dinyatakan pada daerah 4-3-3’-4’-4. Konsekuensi dari proses pemanasan lanjut
dijabarkan sebagai berikut:
 Panas yang dipindahkan (heat transfer) dari uap mengalami peningkatan
Perpindahan panas pada awalnya(siklus tanpa proses pemanasan lanjut) dari uap
dinyatakan dengan garis 2-3. Sebagaimana yang ditunjukkan pada gambar 2.4.
Proses pemanasan lanjut akan merubah tahapan proses yang sebelumnya
dinyatakan dengan garis pada titik 2-3 menjadi 2-3’. Disini terjadi penambahan
panas yang dipindahkan oleh boiler. Sehingga konsekuensinya qI menjadi
meningkat.
 Kerja Turbin meningkat
Kerja turbin pada awalnya(siklus tanpa proses pemanasan lanjut) dinyatakan
dengan garis 3-4. Sebagaimana dinyatakan pada gambar 1.16. proses pemanasan
lanjut telah merubah kerja turbin dari garis 3-4 menjadi 3’-4’. Sehingga kerja dari
turbin wT menjadi menigkat.
 Kualitas dari uap yang meninggalkan turbin meningkat
Titik 4 pada diagram T-s pada gambar 1.16. menunjukkan kondisi awal ketika
uap meninggalkan turbin. Pada tahap ini uap tercampur dengan fluida air pada
komposisi tertentu. Sehingga, jika uap tersebut adalah uap panas lanjut, maka uap
yang meninggalkan turbin dinyatakan dengan titik 4’. Pada titik 4’ ini maka
komposisi campuran yang terjadi akan menjadi lebih tinggi daripada titik 4.
 Efisiensi termal dari siklus akan meningkat
Proses pemanasan lanjut akan memperbesar siklus dari 1-2-3-4-1 menjadi 1-2-3’-
4’-1. Sehingga konsekuensinya kerja bersih dari siklus juga mengalami
peningkatan dibanding dengan siklus tanpa proses pemanasan lanjut. Karenanya,
efisiensi termal juga mengalami peningkatan.

Laboratorium Motor Bakar I-24


T

3'
3

2
4 4'
1
1

a b b‘ S

Gambar 1.16. Dampak dari Proses Pemanasan Lanjut


pada diagram T-S Untuk Siklus daya Uap

1.2.2.3 Meningkatkan temperatur maksimum uap.


Kita dapat pula meningkatkan uap hingga mencapai suatu tekanan maksimum
pada temperatur tertentu. Langkah tersebut dilakukan untuk meningkatkan efisiensi
termal dari sistim. Seperti pada pemaparan terdahulu, langkah ini sangat signifikan.
Mengacu dari gambar 1.17, pada siklus awal ditunjukkan pada luasan 1-2-3-4-1. Ketika
tekanan selama penambahan panas meningkat, dengan temperatur maksimum dari uap
dibuat konstan, maka luasan siklus akan berubah menjadi 1-2’-3’-4’-1. Konsekwensi
dari meningkatnya tekanan maksimum dari uap pada temperatur uap maksimum ialah:
 Panas yang dilepaskan uap menjadi menurun.
Saat tekanan maksimum dinaikkan, maka akan terjadi perubahan panas yang
dilepaskan dari uap. Panas yang dilepaskan oleh uap pada siklus awal(tanpa
modifikasi) ialah luasan pada a-1-4-b-a. Akan tetapi ketika panas yang dilepaskan
oleh uap pada siklus ini dengan merubah tekanan maksimum(setelah mengalami
modifikasi) ialah pada luasan a-1-4’-b’-a. Luasan ini jelas lebih sempit dibanding
dengan luasan pada siklus awal (tanpa mengalami modifikasi).
 Kualitas uap yang meninggalkan turbin menurun.
Titik 4 pada diagram T-S, pada gambar 1.17, menunjukkan kondisi awal(tanpa
modifikasi) ketika uap meninggalkan turbine. Pada tahap ini uap tercampur
dengan air pada suatu kualitas(komposisi) tertentu. Sehingga jika tekanan

Laboratorium Motor Bakar I-25


maksimum dari uap dinaikkan maka uap yang meninggalkan turbin akan berubah
ke titik 4’. Pada titik ini, uap akan mempunyai kualitas uap(komposisi
perbandingan antara uap dengan air pada suatu campuran) akan lebih rendah
daripada titik 4(kondisi awal tanpa modifikasi).
 Efisiensi termal dari siklus akan meningkat.
Dampak lain dari meningkatkan tekanan ialah perubahan pada kerja bersih dari
siklus. Kerja bersih dari siklus akan meningkat. Hal ini ditunjukkan dengan
luasan 2-c-3’-2’-2. Akan tetapi, luasan 2-c-3’-2’-2 jika dibandingkan dengan
kerja bersih yang diperoleh pada luasan 4’-c-3-4-4’, maka luasan 2-c-3’-2’-2
relatif lebih kecil. Sehingga peningkatan dan penurunan kerja bersih(net work)
dikarenakan peningkatan dari tekanan maksimum cenderung sama, akan tetapi
panas yang dilepaskan dari siklus akan mengalami penurunan, sebagaimana yang
telah dijelaskan sebelumnya. Pada kasus ini maka efisiensi termal dari siklus
mengalami kenaikan.

3' 3

2'
2
4' 4
1

a b‘ b S

Gambar 1.17. Dampak dari Proses Peningkatan Tekanan


pada diagram T-S Untuk Siklus daya Uap

1.2.3 Siklus Daya Uap Aktual( Siklus Rankine Aktual).


Pada contoh sebelumnya, kita telah membahas mengenai contoh perhitungan
yang berhubungan dengan usaha untuk meningkatkan efisiensi termal dari suatu siklus
daya uap. Pada kondisi siklus daya dengna menggunakan uap jenuh, diperoleh efisiensi
termal sebesar 30,3 %. Kemudian dimodifikasi dengan menggunakan siklus daya uap

Laboratorium Motor Bakar I-26


panas lanjut menghasilkan efisiensi termal sebesar 32,3%. Sedangkan dengan
menggunakan siklus daya uap pemanasan ulang diperoleh efisiensi termal sebesar 35,9%.
Pada contoh perhitungan tesebut, menunjukkan kecenderungan peningkatan efisisensi
termal. Akan tetapi, contoh perhitungan yang telah ditunjukkan bukanlah merupakan
kondisi sesungguhnya(kondisi aktual). Pada kondisi aktual, kemungkinan terjadi
kehilangan baik itu berupa kebocoran atau kehilangan panas pada saluran distribusi uap
sangat relevan. Sehingga, siklus yang ditunjukkan pada kondisi aktual akan berbeda dari
kondisi ideal. Siklus aktual berbeda dengan siklus yang ideal dikarenakan oleh:
a. Kehilangan yang terjadi pada saluran pipa
b. Kehilangan yang terjadi pada turbin
c. Kehilangan yang terjadi pada pompa
d. Kehilangan yang terjadi pada kondensor
Berikut ini dipaparkan berbagai perubahan pada parameter unjuk kerja dari sistim tenaga
uap yang dikarenakan oleh kehilangan yang terjadi .
1.2.3.1 Kehilangan pada saluran pipa.
Kehilangan pada saluran pipa dapat terjadi secara signifikan pada ketel dan pada
pipa yang menghubungkan antara ketel dengan turbin. Kehilangan terbesar terjadi
dikarenakan adanya jatuh tekanan dan kehilangan panas. Jatuh tekanan terjadi
dikarenakan adanya pengaruh gesekan antara fluida kerja dengan dinding dalam pipa.
Panas hilang terjadi disebabkan karena ketidaksempurnaan isolasi panas. Gambar 2.6
menunjukkan kehilangan yang terjadi pada jalur perpipaan untuk suatu siklus daya uap.
Pada gambar 1.17 menyatakan kondisi dari uap panas lanjut dalam suatu siklus ideal.
Pada kondisi ini, uap panas lanjut memiliki tekanan P1. Bila terjadi jatuh tekanan, maka
tekanan akan jatuh dari P1 menjadi P2 dan uap panas lanjut akan berubah dari kondisi a
menjadi kondisi b. Hal ini akan menyebabkan entrophy meningkat dan menurunkan
enthalphy uap panas lanjut.
Sebagaimana yang telah dijelaskan diatas, proses perpindahan panas dari uap
panas lanjut ke sekitarnya pada tekanan konstan dikarenakan oleh adanya
ketidaksempurnaan isolasi panas pada pipa transfer. Kejadian ini dinyatakan oleh garis
bc pada gambar 1.17. Meskipun hal ini akan menurunkan enthropy, sehingga proses ini
juga lebih lanjut akan menurunkan enthalphy dari uap panas lanjut.

Laboratorium Motor Bakar I-27


Sebagai simpulan yang dapat diutarakan ialah gabungan antara jatuh tekanan dan
kehilangan panas akan merubah sifat dari uap panas lanjut dari kondisi a menjadi kondisi
c. Hal ini dikarenakan proses akan menurunkan entalphy dari uap panas lanjut, kemudian
hal ini akan menurunkan enthalphy dari uap panas lanjut yang masuk ke turbin uap.
Dengan penggabungan pengurangan enthalphy dari uap panas lanjut dan dengan
mempertimbangan irreversibilitas pada turbin, maka kerja yang diedarkan oleh turbin
akan secara signifikan menurun jika dibandingkan dengan kondisi ideal.
Jatuh tekanan juga dapat terjadi pada ketel . Untuk mencegah masalah tersebut,
maka air yang akan masuk harus dipompa untuk dapat menghasilkan tekanan yang lebih
besar untuk mengatasi penurunan tekanan yang terjadi ketika uap meninggalkan ketel.
Sehingga terkadang diperlukan tambahan pompa.
T

P1
P2
a
3
b

2s

1 4

S
Gambar 1.18. T-S Diagram yang Menunjukkan
Kehilangan pada Saluran Pipa

1.2.3.2 Kehilangan pada Turbin.


Kehilangan terbesar yang terbesar dari turbin yaitu berhubungan dengan aliran
uap sepanjang turbin. Selain itu juga berhubungan dengan perpindahan panas dari turbin
ke lingkungan sekitarnya. Akan tetapi biasanya hal ini merupakan pertimbangan kedua.
Harus dipastikan bahwa turbin tersebut benar benar disekat(insulated). Dampak dari
kedua jenis kerugian ialah sama seperti dampak kerugian yang terjadi pada pipa.

Laboratorium Motor Bakar I-28


T

2s

1 4 4s

Gambar 1.19. T-S Diagram yang Menunjukkan


Kehilangan pada Turbin dan Saluran Pipa

Pada gambar 1.19 diatas menyatakan kedua kerugian yang terjadi pada turbin.
Tahapan(Stage) 3 menyatakan kondisi uap sebelum masuk ke turbin. Pada siklus ideal,
kita dapat mengasumsikan bahwa uap yang diekspansikan dalam turbin dinyatakan
sebagai proses ekspansi isentropik. Hal ini dinyatakan dengan tahap 4s pada diagram T-S.
Sesungguhnya uap yang diekspansikan tidak mengikuti proses ekspansi isentropik. Hal
ini yang akan merubah uap hasil ekspansi menjadi di titik 4. Inilah yang merupakan
ekspansi uap sesungguhnya pada turbin. Sehingga dapat diketahui bahwa enthalphy uap
yang diekspansikan pada kondisi aktual lebih rendah dari pada siklus ideal. Kita dapat
menyimpulkan bahwa proses ekspansi dari turbin tidaklah reversible.
Terminologi dari efisiensi isentropik dari turbin digunakan untuk menjelaskan
bagaimana kerja dari turbin yang bekerja pada kondisi aktual sesungguhnya berbeda
dengan kondisi ideal. Secara matematis dapat gunakan rumus perbandingan:

Waktual h  h4
th   3 (1.9)
Wideal h3  h4s

Laboratorium Motor Bakar I-29


1.2.3.3 Kehilangan pada Pompa
Kehilangan yang terjadi pada pompa, hampir serupa dengan yang terjadi di turbin.
Kehilangan utamanya(major) dikarenakan oleh irreversibilitas yang berhubungan dengan
aliran fluida. Panas yang dipindahkan dinyatakan dengan kehilangan minor.
Pada Gambar 1.19 diatas berhubungan dengan kehilangan kehilangan(looses)
yang terjadi pada tersebut. Stage 1 menggambarkan pompa pasok air(feed water Pump).
Pada siklus ideal kita dapat mengasumsikan bahwa pompa air pasok(feed water Pump)
merupakan proses pemompaan yang memiliki proses isentropik selama pompa bekerja.
Hal ini digambarkan dengan kondisi ke –2s pada diagram T- S. Pada kenyataannya
pompa memompa pasokan air tidak mengikuti proses isentropic. Hal ini ditunjukkan
oleh titik no 2 yang menunjukkan proses pemompaan feed water aktual. Pada kondisi ini
entalphy yang sesungguhnya lebih besar daripada siklus ideal. Kita dapat menyimpulkan
bahwa proses pemompaan tidaklah reversible. Perumusan dari efisiensi isentropik untuk
efisiensi pompa digunakan untuk menjelaskan seberapa besar kerja yang diperlukan
untuk memutar pompa dalam suatu siklus ideal utnuk mengetahui titik aktual.
Dirumuskan dengan persamaan :

Wideal h  h1
th   2s (1.10)
Wactual h2  h1

1.2.3.4 Kehilangan pada Kondensor


Kehilangan yang terjadi pada kondensor relatif kecil. Salah satu dari kerugian
yang kecil nilainya ialah pada proses pendinginan dibawah temperatur jenuh dari fluida
yang meninggalkan kondensor. Hal ini merupakan kerugaian yang disebabkan oleh
proses perpindahan panas sehingga, memungkinkan merubah air pada temperatur jenuh.

Laboratorium Motor Bakar I-30


II. PENGOPERASIAN BOILER.
Boiler yang digunakan di Laboratorium Motor Bakar – Jurusan Teknik
Permesinan Kapal, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya yaitu P7600 5 KW Steam Oil
Fired Power Plant Cussons Technology Ltd. Tipe fire tube dengan fully automatic oil
fired steam boiler dan mempunyai laju produksi uap 320 kg/hr pada 100°C dan
mempunyai tekanan kerja maksimum 10.3 bar(150 lb/in²). Boiler terdiri dari Sebuah
tubeless annular steam raising pressure vessel dengan luas permukaan yang diperpanjang.
Mempunyai storage tank untuk minyak bahan bakar dan feedwater. Dan mempunyai
sebuah cooling tower sebagai water treatment system.

Gambar 2.1. 5 KW Steam Oil Fired Power Plant


Cussons Technology Ltd.

Laboratorium Motor Bakar I-31


2.1. Bagian – Bagian Boiler.
Boiler memiliki alat – alat kelengkapan yang biasa disebut dengan Appendages.
Appendages ketel uap yaitu alat pengaman yang wajib dipasang pada pesawat
ketel uap sebelum pesawat tersebut diizinkan untuk dioperasikan. Alat – alat kelengkapan
tersebut meliputi:
2.1.1 Pressure Gauge(Manometer).
Fungsi: Untuk mengukur tekanan uap dalam boiler.

Gambar 2.2. Steam Pressure Gauge(Manometer)

2.1.2 Water Gauge (Sight Glass).


Fungsi: Untuk mengetahui level air dalam boiler.

Gambar 2.3. Water Gauge(Sight Glass)

Laboratorium Motor Bakar I-32


2.1.3 Safety Valve
Fungsi: Untuk membuang uap yang tekanannya melebihi tekanan operasional boiler.

Gambar 2.4. Safety Valve

2.1.4 Blow Down Valve


Fungsi: Untuk membuang air yang berada di dalam boiler saat level air dalam
boiler terlalu banyak.

Gambar 2.5. Blow Down Valve

Laboratorium Motor Bakar I-33


2.1.5 Water Column.
Water column adalah kolom air yang berfungsi sebagai level switch, yang terdiri
dari:
 Feed Water Off
 Feed Water On dan
 Cut Burner(Burner Off).

Gambar 2.6. Water Column dan Valve – Valve pada Water Column

Laboratorium Motor Bakar I-34


Cara kerja dari valve–valve yang ada pada water column ini adalah sebagai
berikut:
 V5 dan V4
Harus dibuka karena V5 dan V4 ini mewakili level air yang ada pada sight
glass yang menunjukkan level air yang ada di dalam boiler.
 V3
Harus ditutup karena jika V3 air yang ada di dalam boiler akan nge-drain
semua akan tetapi sebelum boiler dioperasikan katup ini harus dibuka
untuk drain kerak- kerak atau kotoran dalam water coulum.
 V1 dan V2
Harus ditutup karena jika dibuka maka uap yang ada didalam water
column akan keluar lewat V1 dan airnya akan keluar lewat V2. V1 dan V2
ini digunakan sebagai checking valve untuk mengetahui apakah V5 dan V4
buntu atau tidak yaitu dengan cara membuka V1 dan V2 dan apabila tidak
keluar uap dan air maka V5 dan V4 buntu.

2.1.6 Burner

Gambar 2.7. Burner

Laboratorium Motor Bakar I-35


Burner terdiri dari :
 Motor Listrik; berfungsi sebagai pembangkit listrik
 Fan; berfungsi untuk memasukkan udara ke dalam boiler
 Electrode; berfungsi untuk menimbulkan percikan bunga api
 Ignition Transformer; berfungsi untuk menaikkan kuat arus(Amper) dan
untuk menurunkan tegangan(Volt) yang ditujukan untuk mempermudah
dalam menimbulkan percikan bunga api.
 Nozel Injector; berfungsi untuk mengkabutkan(menspray) bahan bakar
sehingga dapat mempermudah bahan bakar untuk terbakar.
 Fuel Pump; berfungsi untuk memompa bahan bakar ke dalam ruang bakar.

2.1.7 Main Steam Valve

Gambar 2.8. Main Steam Valve

Laboratorium Motor Bakar I-36


2.2. Karateristik Boiler.
Ada beberapa petunjuk yang memberi gambaran spesifik dari boiler dapat
diketahui melalui karateristiknya sebagai berikut:
 Tekanan efektif dari boiler dinyatakan dalam bar(kg/cm2) atau N/m2 atau
Pa(pascal).
 Suhu panas lanjut; suhu uap kondisi kering dimana besarnya lebih kecil dari suhu
5500C hal ini untuk menyelamatkan pipa boiler.
 Produksi uap tiap jam atau kapasitas penyimpanan untuk boiler untuk boiler
kapasitas rendah besarnya antara 10 kg/jam sampai 250 kg/jam. Untuk boiler
kapasitas besar bisa mencapai 4000 ton/jam.
 Luas panas pengumpanan adalah luas metalik dari memproduksi uap yang
berhubungan langsung dengan gas panas. Untuk kapasitas rendah mencapai 2 m2
dan untuk kapasitas besar mencapai 2000 m2.
 Produksi uap spesifik adalah produksi uap tiap jam tiap m2 dari luas panas
penguapan untuk kapasitas kecil 10 kg/jam m2 dan kapasitas besar 60 kg/jam m2.
 Randemen termis dari boiler adalah perbandingan antara jumlah kalor yang
diserap oleh boiler untuk penguapan dengan jumlah kalor yang diberikan bahan
bakar/jam.

2.3. Pengolahan Feedwater.


Dalam proses pengoperasian boiler yang juga harus diperhatikan adalah kualitas
air yang akan digunakan sebagai feed water ke dalam boiler. Karena air yang akan
digunakan dalam boiler apabila tidak diolah terlebih dahulu dapat menyebabkan korosi
pada boiler. Dan hal ini dapat menyebabkan turunnya efisiensi boiler. Korosi ini timbul
akibat bereaksinya H2O dengan FeC yang membentuk CO yang dapat menimbulkan
korosi. Korosi ini juga dapat menyebabkan penipisan logam baik pada boiler ataupun
saluran– saluran yang ada sehingga sangat berbahaya sekali jika itu terjadi karena dapat
menyebabkan hal – hal yang tidak diinginkan seperti peledakan ataupun kebakaran dan
lain sebagainya. Proses pengolahan(Treatment) air yang akan di gunakan sebagai
feedwater adalah sebagai berikut;

Laboratorium Motor Bakar I-37


Gambar 2.9. Pengolahan Air Boiler(Feedwater).

Air PDAM dari tandon atas turun secara gravitasi dan dialirkan ke dalam Softener atau
larutan NaCl denagn membuka katup 1 dan katup 2, sedangkan katup 3 ditutup agar air
dari tendon tidak langsung masuk Feed Water Tank Softener ini berfungsi untuk
melunakkan air baku boiler. Setelah itu air tersebut akan dialirkan masuk kedalam Feed
Water Tank( FWT) dengan membuka katup 4. Air bahan baku boiler yang ada di dalam
FWT harus ditreatment lagi untuk menghilangkan mineral – mineralnya dan oksigen
yang terkandung, yaitu dengan menambahkan larutan Dosage(CaMg) atau larutan
Housemen dengan cara di-injecsikan. Baru setelah Feed Water Pump diaktifkan maka air
dapat dialirkan masuk kedalam boiler.

2.4. Prosedur Pengoperasian boiler.


2.4.1 Start Up Boiler.
 Membuka:
1. Katup air dan cooling tower untuk mengisi air di mixer tank/softener tank.
2. Katup tangki NaCl
3. Katup tangki CaMg
4. Katup stop valve
5. Katup yang ada di water coulomb 2 buah
6. Katup air yang ada dimeteran air

Laboratorium Motor Bakar I-38


7. Katup bahan bakar
 Menutup:
1. Blow Down valve 2 buah.
2. Main Steam valve yang ada di boiler. Akan tetapi ketika awal penyalaan
boiler katup ini di buka selama ± 5 menit kemudian ditutup kembali, hal ini
dilakukan untuk menghilangkan sisa-sisa gas buang yang terjadi pada proses
sebelumnya.
3. Katup-katup yang ke arah kalorometri, super hetaer , steam engine dan steam
turbin.
4. Katup-katup yang ditangki mixer ke arah drain.
 Menghidupkan saklar listrik.untuk menyalakan feed water pump.
 Pada sat saklar hidup, air otomatis mengalir dan mengisi ke dalam boiler. Jika air
dalam boiler sudah cukup maka pompa akan mnati secara otomatis.
 Bila poin 1-4 sudah OK , maka kita bias menghidupkan boiler dengan cara meng
“ON” kan saklar yang ada di mater control, kemudian sirine berdering setelah ±
30 detik kita bisa menekan tombol warna hijau yang ada di master control ,maka
boiler akan hidup.
 Setelah boiler hidup maka amati/tulis data-data percobaan dalam boiler setiap 5
menit.
2.4.2 Shut Down Boiler.
 Switch Off Boiler ditekan.
 Katub uap buang dibuka secara perlahan – lahan untuk menghindari Steam
Hummer(bergeraknya atau bergetarnya pipa – pipa yang dilewati uap karena
tekanan yang besar).
 Ditunggu hingga tekanan dalam boiler = 0
 Main Steam Valve dibuka secara perlahan – lahan untuk menghindari terjadinya
steam hummer.
 Dicatat waktu Shut Down Boiler
 Dicatat Last water consumption
 Dicatat Fuel Consumption

Laboratorium Motor Bakar I-39


2.5. Peralatan Dan Bahan Habis.
2.5.1 Peralatan.
1. Suplai energi listrik.
2. Air utilitas Laboratorium.
3. Cussons : P7600 : Oil Fired Boiler.

2.5.2 Bahan Habis


1. Lap/Kain pembersih : 10 kg
2. Gloves : 10 set
3. Air utilitas Laboratorium : 500 Liter
4. Bahan Bakar(Solar) : 100 Liter
5. Larutan Softener(NaCl) : 20 kg
6. Larutan Dosage(Housemen) : 25 Liter

III. PERHITUNGAN BOILER.


Bagian ini menjelaskan evaluasi kinerja boiler melalui metode langsung(direct
method) dan tidak langsung(indirect method) termasuk contoh perhitungan efisiensi.
Parameter kinerja boiler, seperti efisiensi dan rasio penguapan, berkurang terhadap waktu
disebabkan buruknya pembakaran, kotornya permukaan penukar panas dan buruknya
operasi dan pemeliharaan. Bahkan untuk boiler yang baru sekalipun, alasan seperti
buruknya kualitas bahan bakar dan kualitas air dapat mengakibatkan buruknya kinerja
boiler. Uji efisiensi boiler dapat membantu dalam menemukan penyimpangan efisiensi
boiler dari efisiensi terbaik dan target area permasalahan untuk tindakan perbaikan.

3.1 Referensi Standart.


Standart acuan untuk uji effisiensi boiler di tempat dengan menggunakan metode
langsung(direct method) dan tidak langsung(indirect method) adalah British Standard,
BS 845:1987 dan USA Standard ASME PTC-4-1 Power Test Code Steam Generating
Units.

Laboratorium Motor Bakar I-40


3.2 Effisiensi Boiler
Efisiensi termis boiler didefinisikan sebagai “persen energi(panas) masuk yang
digunakan secara efektif pada steam yang dihasilkan”.
Terdapat dua metode pengkajian efisiensi boiler:
 Metode langsung(direct method): energi yang didapat dari fluida kerja(air dan
steam) dibandingkan dengan energi yang terkandung dalam bahan bakar boiler.
 Metode tidak langsung(indirect method): efisiensi merupakan perbedaan antara
kehilangan dan energi yang masuk.
3.2.1 Metode langsung(direct method) dalam menentukan efisiensi boiler.
Dikenal juga sebagai ‘metode input-output’ karena kenyataan bahwa metode ini
hanya memerlukan keluaran/output (steam) dan panas masuk/input (bahan bakar)
untuk evaluasi efisiensi. Efisiensi ini dapat dievaluasi dengan menggunakan
rumus:
Panas Keluar
Efisiensi Boiler () = x 100% (3.1)
Panas Masuk

Q x (hg – hf)
Efisiensi Boiler () = q x GCV x 100% (3.2)

Parameter yang dipantau untuk perhitungan efisiensi boiler dengan metode


langsung adalah:
Jumlah steam yang dihasilkan per jam(Q) dalam kg/jam.
Jumlah bahan bakar yang digunakan per jam(q) dalam kg/jam.
Tekanan kerja(dalam kg/cm2(g)) dan suhu lewat panas(oC), jika ada
Suhu air umpan(oC).
Jenis bahan bakar dan nilai panas kalor bahan bakar(GCV) dalam kkal/kg
bahan bakar.
Dimana
hg –Entalpi steam jenuh dalam kkal/kg steam.
hf –Entalpi air umpan dalam kkal/kg air.

Laboratorium Motor Bakar I-41


Contoh
Cari efisiensi boiler dengan metode langsung dengan data yang diberikan
dibawah:
Jenis boiler : Berbahan bakar batubara
Jumlah steam(kering) yang dihasilkan : 10 TPJ
Tekanan steam (gauge)/suhu : 10 kg/cm2(g)/1800C
Jumlah pemakaian batubara : 2,25 TPJ
Suhu air umpan : 850C
GCV batubara : 3200 kkal/kg
Entalpi steam pada tekanan 10 kg/cm2 : 665 kkal/kg(jenuh)
Entalp of air umpan : 85 kkal/kg

10 x (665 – 85) x 1000


Efisiensi Boiler () = x 100% = 80,56%
2,25 x 3200 x 1000

Laboratorium Motor Bakar I-42


3.3 Format sheet dari Data Percobaan/Tabel Hasil Percobaan.

Date :......................................
1. Timing
a. Starting Up Boiler =..................
b. Starting Down Boiler =..................
Jumlah Jam =...............Jam
2. Feedwater Consumption
a. Posisi meteran air setelah shut down =..................m3
b. Posisi meteran air setelah shut up =................. m3
3. Fuel Consumption =...............Liter
4. Massa Jenis Air(Water) =............kg/ m3
5. Massa Jenis Bahan Bakar =............kg/ m3
6. Nilai Kalor Bahan Bakar(GCV) =.............kJ/kg
Time Boiler Operator Temperature Data(0C) Fuel Pressure(bar)
(Menit) Udara Feedwater Fuel Steam Flue Flow Steam Fuel
(Liter) Pump
0
5
10
15
18
35
.....dst

(...........................) (..........................) (...........................)


Lecture Technician Student

Laboratorium Motor Bakar I-43


3.2.2 Metode tidak langsung(indirect method) dalam menentukan efisiensi boiler.
Metode tidak langsung juga dikenal dengan metode kehilangan panas. Efisiensi dapat
dihitung dengan mengurangkan bagian kehilangan panas dari 100 sebagai berikut:
Efisiensi boiler (n) = 100 - (i + ii + iii + iv + v + vi + vii)
Dimana kehilangan yang terjadi dalam boiler adalah kehilangan panas yang diakibatkan
oleh:
 Gas cerobong yang kering.
 Penguapan air yang terbentuk karena H2 dalam bahan bakar.
 Penguapan kadar air dalam bahan bakar.
 Adanya kadar air dalam udara pembakaran.
 Bahan bakar yang tidak terbakar dalam abu terbang/ fly ash.
 Bahan bakar yang tidak terbakar dalam abu bawah/ bottom ash.
 Radiasi dan kehilangan lain yang tidak terhitung.
Kehilangan yang diakibatkan oleh kadar air dalam bahan bakar dan yang disebabkan oleh
pembakaran hidrogen tergantung pada bahan bakar, dan tidak dapat dikendalikan oleh
perancangan. Data yang diperlukan untuk perhitungan efisiensi boiler dengan
menggunakan metode tidak langsung adalah:
Analisis ultimate bahan bakar(H2, O2, S, C, kadar air, kadar abu).
Persentase oksigen atau CO2 dalam gas buang
Suhu gas buang dalam oC(Tf)
Suhu ambien dalam oC(Ta) dan kelembaban udara dalam kg/kg udara kering
GCV bahan bakar dalam kkal/kg
Persentase bahan yang dapat terbakar dalam abu(untuk bahan bakar padat).
GCV abu dalam kkal/kg(untuk bahan bakar padat).
Prosedur rinci untuk perhitungan efisiensi boiler menggunakan metode tidak
langsung(indirect method) tidak dipakai dalam praktikum mahasiswa disini.

Laboratorium Motor Bakar I-44


IV. KOMPETENSI AKHIR
Mahasiswa diharapkan dapat melaksanakan uji kompetensi pengoperasian dan
perhitungan boiler dengan metode langsung(direct method) dengan acuan standar
yaitu British Standard, BS 845:1987 dan USA Standard ASME PTC-4-1 Power
Test Code Steam Generating Units.

Daftar Pustaka
1. G.Cusson Ltd. “Boiler, Instructioanal Manual Hand Book” England 1 December
1986, 2 march 1987.
2. M.J. Djokosetyadjo “Ketel Uap” PT Pradnya Paramita, Jakarta 1999.
3. Maridjo “Petunjuk Praktikum Mesin Konversi” Penerbit Pusat Pengembangan
Pendidikan Politeknik, Bandung 1995.
4. British Standard, BS 845:1987
5. USA Standard ASME PTC-4-1 Power Test Code Steam Generating Units.

Laboratorium Motor Bakar I-45


JOB SHEET 2
PENGOPERASIAN DAN PERHITUNGAN
SEPARATING AND THROTTLING
CALORIMETER
JOB SHEET 2
PENGOPERASIAN DAN PERHITUNGAN
SEPARATING AND THROTTLING CALORIMETER

NOMINAL DURASI : 4 Pertemuan(4 x 4 Jam) = 16 Jam


DESKRIPSI SINGKAT : Melakukan pengoperasian Separating and Throttling
Calorimeter dan pengambilan data perhitungan kualitas
uap dari jumlah air yang dipisahkan pada
separating(separator) dan jumlah air kondensat pada
throttling.

KRITERIA PENILAIAN :
1. Mahasiswa dapat mengoperasikan Separating and Throttling Calorimeter
sesuai prosedur yang benar.
2. Mahasiswa dapat menggunakan alat – alat yang digunakan dalam
Separating and Throttling Calorimeter seperti thermometer, pressure gauge
dan measuring baker.
3. Mahasiswa dapat menganalisa dari pengambilan data perhitungan kualitas
uap dari jumlah air yang dipisahkan pada separating(separator) dan jumlah
air kondensat pada throttling.

I. PENDAHULUAN
Uap adalah sumber utama dari pembangkitan yang menggunakan turbin uap(steam
turbine) dan mesin uap(steam engine). Uap dihasilkan dari air melalui proses pembakaran
di dalam boiler. Uap dari proses pembakaran di dalam boiler selain untuk pembangkitan
juga banyak digunakan di industri seperti sebagai perekat dan pemutih pada pabrik
tekstil, pembuatan gula pada pabrik gula, pengering kertas pada pabrik kertas.
Persyaratan utama dari pembangkit uap atau boiler adalah pertama air baku buat boiler
harus aman dan yang kedua harus memenuhi standar yang di ijinkan baik itu tekanan,
temperatur, kualitas dan kecepatan aliran uap yang dihasilkan boiler. Untuk memenuhi

Laboratorium Motor Bakar II-1


kualitas uap yang di inginkan diperlukan suatu pengujian seberapa besar jumlah uap
kering yang dihasilkan boiler. Alat yang digunakan untuk menguji kualitas uap(fraksi
kekeringan uap) yang dihasilkan yaitu bernama Separating and Throttling Calorimeter.
Separating and Throttling Calorimeter merupakan alat untuk memisahkan kandungan air
dan uap melalui proses mekanis.

Gambar 1.1 Separating and Throttling Calorimeter

Proses mekanis tersebut adalah sebagai berikut :


 Uap basah yang masih mengandung air dilewatkan pada separating(separator) karena
kerapatan air lebih besar dari uap, maka air akan cenderung terlempar dari uap. Air
ini dikumpulkan dan jumlahnya dapat diukur.
 Sedang uap yang relative tidak mengandung air akan dialirkan ke throttling sehingga
tekanannya turun. Tekanan setelah throttling menjadi sedikit dibawah temperature
atmosfer, ini menyebabkan uap menjadi kering. Dengan pengukuran temperature dan
tekanan akhir uap, maka tingkat kekeringan uap dapat dihitung. Karena jenis
kalorimeter tersebut mempunyai keterbatasan. Maka digunakan kombinasi
separating(separator) calorimeter dan throttling calorimeter.

Laboratorium Motor Bakar II-2


II. PENGOPERASIAN SEPARATING AND THROTTLING CALORIMETER
Pada saat uap diproduksi dalam boiler, permukaan air dalam boiler bersifat
turbulen yang mengakibatkan tetesan air terlempar ke uap yang dibawa ke sistem. Uap
yang mengandung air ini dinamakan uap basah(wet steam). Keberadaan uap basah ini
akan dapat menyebabkan kesalahan pengukuran aliran uap dan juga menyebabkan
kesalahan perhitungan effisiensi plant kecuali keberadaan uap basah ini dikehendaki
seperti penggerak mesin uap dan penggunaan di industri kimia yang menngunakan uap
basah sebagai pemanasnya. Untuk menguji kualitas uap(fraksi kekeringan uap) ini
biasanya memakai kombinasi antara separating(separator) calorimeter dan throttling
calorimeter.
Separating calorimeter adalah merupakan peralatan suatu proses mekanis, dimana
uap basah masuk secara langsung melewati susunan berupa sudu-sudu tumpul . Pada saat
melewati sudu-sudu ini,gaya inersia air yang terkandung dalam uap menjadi berkurang
dan mencegahnya terikut dalam uap sehingga mengakibatkan air akan jatuh dan
terkumpul dalam tabung(chamber). Throttling calorimeter adalah merupakan peralatan
pemasukan uap ke dalam tabung melalui orifice sehingga tekanan turun hingga sedikit di
atas tekanan atmosfer(aliran terbuka). Ini menyebabkan uap menjadi superheat. Melalui
pengukuran tekanan dan temperatur uap keluaran ini, maka fraksi kekeringan uap dapat
dihitung karena uap meninggalkan tabung separating kandungan air tidak dapat
dipisahkan seluruhnya. Separating dan throttle calorimeter sangat penting untuk
mengetahui fraksi kekeringan uap.oleh karena itu, hal ini dapat dilakukan dengan
melakukan eksperimen sampel uap. Ini tidak dapat dilakukan hanya dapat di observasi itu
sendiri, karena tekanan dan temperatur nya tidak berubah dengan perubahan fraksi
kekeringannya tersebut.satu solusi dengan menggunakan alat pemisah(separator) untuk
memisahkan air dan uap, tetapi ini tidak dapat dilakukan 100% efektif jika menggunakan
tabung yang sangat besar.
Separator and throttle calorimeter menggunakan sebuah separator untuk
memisahkan air dari uap(bergantung jumlah sampel) sehingga fraksi kekeringan uap
menjadi lebih tinggi(high dryness), kemudian menggunakan katup pencekkikan(throttling
valve) untuk mencekik uap dan menjadikannya superheat. Alat yang digunakan untuk
menguji kualitas uap(fraksi kekeringan uap) ini di Laboratorium Motor Bakar – Jurusan

Laboratorium Motor Bakar II-3


Teknik Permesinan Kapal, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya yaitu Separating and
Throttling Calorimeter dengan merk Cussons Technology Ltd.

Gambar 2.1. Separating and Throttling Calorimeter


Cussons Technology Ltd

2.1. Bagian – Bagian Separating and Throttling Calorimeter.


Kerangka dan panel – panel dari Separating and Throttling Calorimeter Cussons
Technology Ltd mempunyai kerangka yang kokoh dan seluruh panelnya dari konstruksi
baja yang disesuaikan dengan kenyamanan dalam pengambilan sampel. Alat – alat
kelengkapan dalam pengambilan data/sampel dari calorimeter ini juga tersedia.

Laboratorium Motor Bakar II-4


Gambar 2.2. Alat Kelengkapan
Separating and Throttling Calorimeter

Adapun alat – alat kelengkapan tersebut meliputi:


1. Pressure Gauge.
Fungsi: untuk mengukur tekanan uap masuk ke sistem calorimeter.
2. Main Steam Valve
Fungsi: katup untuk mengatur buka tutup uap yang mengalir.
3. Sensor alat ukur suhu
Fungsi: untuk mengukur temperatur secara digital.
4. Gelas Ukur/measuring baker
Fungsi: untuk menampung air hasil pengembunan.
5. Thermometer
Fungsi: untuk mengukur temperatur.
6. Saluran ke Throttling
Fungsi: untuk menyalurkan sisa uap dari throttling.
7. Alat ukur beda ketinggian air raksa/Pressure Gauge
Fungsi: untuk mengukur tekanan uap di throttling.
8. Throttling Chamber

Laboratorium Motor Bakar II-5


Fungsi: untuk memasukkan uap ke dalam tabung melalui orifice sehingga
tekanan turun hingga sedikit diatas tekanan atmosfer(aliran terbuka).
9. Condenser
Fungsi: untuk mendinginkan uap dari throttling sehingga menjadi embun.
10. Separator
Fungsi: untuk memisahkan kandungan air dari uap basah yang melalui
separator.

2.2. Prosedur Pengoperasian Separating and Throttling Calorimeter.


1. Jalankan boiler hingga kondisi operasi normal dengan tekanan kerja 10 Bar.
2. Buka katup air pendingin kondenser.
3. Buka katup uap dan biarkan uap mengalir melalui calorimeter untuk
memanaskan sistem. Air pendingin kondenser harus cukup untuk melakukan
kondensasi terhadap seluruh uap.
4. Sediakan gelas ukur atau tabung pengumpul kondensat pada keluaran
kondenser.
5. Biarkan keadaan ini sampai level air dalam separator sudah terlihat.
6. Ukur dan catat jumlah air dalam separator dan jumlah kondensat yang
terkumpul keluar kondenser dalam waktu yang sama. Catat tekanan uap
dalam tabung separator dan tekanan uap setelah throttling, tekanan atmosfer,
temperatut uap dalam separator dan setelah throttling.
7. Catat hasil pembacaan sedikitnya 5 kali untuk memperoleh rata-rata lebih
teliti.
8. Jika pengukuran telah selesai tutup suplai uap, lalu catat jumlah air dan
kondensat.
9. Biarkan peralatan hingga dingin, maka air pendingin kondenser bisa ditutup.
10. Buka katub keluaran separating calorimeter.

Laboratorium Motor Bakar II-6


2.3. Peralatan Dan Bahan Habis.
2.3.1 Peralatan.
1. Suplai energi listrik.
2. Air utilitas Laboratorium.
3. Gelas ukur.
4. Cussons : P7600 : Oil Fired Boiler.
5. Cussons : P7672 : Separating and Trottling Calorimeter.

2.3.2 Bahan Habis


1. Lap/Kain pembersih : 10 kg
2. Gloves : 10 set
3. Gelas ukur : 2 set
4. Air utilitas Laboratorium : 500 Liter
5. Bahan Bakar(Solar) : 100 Liter
6. Larutan Softener(NaCl) : 20 kg
7. Larutan Dosage(Housemen) : 25 Liter

III. PERHITUNGAN SEPARATING AND THROTTLING CALORIMETER.


3.1 Referensi Standart.
Standart acuan untuk uji kualitas uap dengan Separating and Throttling Calorimeter
adalah ASME Performance Test Code 19.11, Water and Steam in the Power Cycle dan
ASTM Standard D1066, Standard Practice for Sampling Steam.

3.2 Rumus Perhitungan Kualitas Uap(Fraksi Kekeringan).


Fraksi Kekeringan adalah banyaknya kandungan uap kering(Ms) yang ada di dalam
campuran uap basah.

Fraksi kekeringan = (Banyaknya Uap kering)/(Banyaknya Uap Kering+Kandungan Air)

Laboratorium Motor Bakar II-7


Separating Calorimeter
Jika uap kering yang dikeluarkan dari separator adalah Ms dan berat air yang dipisahkan
atau tertinggal dalam separator dalam waktu yang sama adalah Ma, maka fraksi
kekeringan yang diukur melalui separating calorimeter ini(Xs) adalah:
Xs = Ms/(Ms+Ma)

Throttling Calorimeter
Memberi aliran fluida melalui throttling oriface dari tekanan tinggi P₁ ke tekanan rendah
P₂. Dari persamaan energi tunak atau konstan(steady-flow) dapat ditunjukkan bahwa
proses entalphi konstan(isenthalphi) pada throttling adiabatis. Aliran uap basah(wet
saturated steam) sebelum throttling(karena ada air terikut), maka akan menjadi uap
superheat pada tekanan rendah setelah throttling.
Enthalphi uap basah(wet saturated steam) sebelum throttling adalah:
h₁= hf₁ + hfg₁
Enthalpi uap superheat setelah throttling adalah:
h₂= hg₂+ Cp(t₂-ts₂)
karena h₁=h₂;
hf₁+x₁hfg₁=hg₂+Cp(t₂-ts₂)
maka,
X₁= ( [hg₂+Cp(t₂-ts₂)]-hf₁)/(hfg₁)

dimana:
hf₁ = panas sensibel pada tekanan P₁[kj/kg]
Xt = fraksi kekeringan masuk throttling calorimeter
hfg₁ = panas laten pada tekanan P₁(kJ/kg)
hg₂ = enthalpi uap jenuh pada tekanan P₂(kJ/kg)
Cp = panas spesifik/jenis pada tekanan konstan
= (1,8-2,0) kJ/kg°C untuk uap
T₂ = temperatur uap keluar throttling calorimeter (°C)
Ts₂ = temperatur uap saturasi pada tekanan P₂(°C)

Laboratorium Motor Bakar II-8


Kombinasi dari Separating and Throttling Calorimeter
Jika m adalah jumlah air dalam uap meninggalkan separating calorimeter dan masuk ke
throttling calorimeter , maka melalui defisi fraksi kekeringan uap diperoleh sbb:
x₁= (Ms-m)/Ms dan m = Ms ( 1-x₁)
tetapi separating calorimeter telah memisahkan air sebesar Ma. Oleh karena itu, total
jumlah berat air adalah (Ma+m) di dalam uap basah. Jumlah uap basah adalah : Ms + Ma
Dengan menggunakan definisi fraksi kekeringan uap juga berlaku:
(Ms + Ma) – (Ma+m)
X = ((Ms+Ma)-(Ma+m))/((Ms+Ma))
Atau ;
X = (Ms-m)/(Ms+Ma)
Tetapi : m= Ms(1-x₁)
X = (Ms-Ms(1-x₁))/(Ms+Ma)
X = Ms/(Ms+Ma) x₁
X = xs . x₁
Dimana:
X = Fraksi kekeringan aktual atau sesungguhnya.

Laboratorium Motor Bakar II-9


3.3 Format sheet dari Data Percobaan/Tabel Hasil Percobaan.

Date :......................................
LOG SHEETS 1 2 3 4 5 Rata - rata
P, Separator(Bar)
P, keluar
Throttling (mmHg)
T1, uap masuk(0C)
T2, keluar
Throttling (0C)
Jumlah air
Separating(ml)
Jumlah air
Kondensat(ml)
Temperatur
atmosfer(0C)
Air dalam uap pipa U

(...........................) (..........................) (...........................)


Lecture Technician Student

Laboratorium Motor Bakar II-10


IV. KOMPETENSI AKHIR
Mahasiswa diharapkan dapat melaksanakan uji kompetensi pengoperasian dan
perhitungan Separating and Throttling Calorimeter dengan acuan standar yaitu
ASME Performance Test Code 19.11, Water and Steam in the Power Cycle dan
ASTM Standard D1066, Standard Practice for Sampling Steam.

Daftar Pustaka
1. G.Cusson Ltd. “Calorimeter, Instructioanal Manual Hand Book” England 1
December 1986, 2 march 1987.
2. Munson and Young., Fundamentals of fluid Mechanics, eds.4.Jakarta, Erlangga,
2004.
3. MsCave, W.L.,Smith. J.C., dan Harriott. P., Unit Operationsin Chemical
Engineering,ed. 4.McGraw-Hill. New York, 1985.
4. Gean Koplis, C.J., Transport Processes and Unit Operations,eds.2, Allyn
and Bacon,inc., 1987.
5. ASME Performance Test Code 19.11, Water and Steam in the Power Cycle.
6. ASTM Standard D1066, Standard Practice for Sampling Steam.

Laboratorium Motor Bakar II-11


JOB SHEET 3
PENGOPERASIAN DAN PERHITUNGAN
STEAM ENGINE
JOB SHEET 3
PENGOPERASIAN DAN PERHITUNGAN
STEAM ENGINE

NOMINAL DURASI : 2 Pertemuan(2 x 4 Jam) = 8 Jam


DESKRIPSI SINGKAT : Melakukan pengoperasian Steam Engine dan analisa
karateristik unjuk kerja dari Steam Engine.

KRITERIA PENILAIAN :
1. Mahasiswa dapat mengoperasikan Steam Engine sesuai prosedur yang
benar.
2. Mahasiswa dapat menggunakan alat – alat yang digunakan dalam Steam
Engine seperti thermometer, pressure gauge dan measuring baker.
3. Mahasiswa dapat menganalisa unjuk kerja dari Steam Engine seperti
konsumsi uap, daya effektif, daya listrik, daya air pendingin, effisiensi dari
data percobaan yang ada.

I. PENDAHULUAN
Berbicara tentang mesin uap sekarang ini nampaknya sudah tidak relevan lagi
karena hal itu sudah tinggal kenangan saja. Sejarah mesin uap yang mulai berkembang
sejak awal abad 17 dan mencapai jaman kemasannya pada pada medio pertama abad 19,
dimana pada saat itu prime mover untuk industri maupun transportasi(kapal laut dan
kereta api) menggandalkan mesin uap. Era mesin uap telah berlalu, tapi turbin uap masih
banyak dipakai karena hampir 80% pembangkit tenaga listrik didunia ini menggunakan
turbin uap. Jadi masih ada sedikit kaitannya untuk mengetahui mesin uap.
Mesin uap(steam engines) masuk dalam kategori pesawat kalor, yaitu peralatan
yang digunakan untuk merubah tenaga termis dari bahan bakar menjadi tenaga mekanis
melalui proses pembakaran. Ada dua jenis pesawat kalor yaitu Internal Combustion
Engines/ICE(motor pembakaran dalam) dan External Combustion Engines/ECE(motor
pembakaran luar). Pada pesawat kalor jenis ICE, proses pembakaran bahan bakar untuk

Laboratorium Motor Bakar III-1


mengasilkan tenaga mekanis dilakukan didalam peralatan itu sendiri; sedangkan pada
ECE, peralatan ini hanya merubah tenaga termis menjadi tenaga mekanis adapun proses
pembakaran dilakukan diluar peralatan tersebut.
Contoh dari pesawat kalor jenis ICE adalah motor bensin dan motor disel yang
sangat populer sebagai prime mover baik untuk otomotif maupun untuk industri. Pada
motor bensin dan motor disel proses pembakaran bahan bakar(bensin/solar) dilakukan
didalam silinder motor itu sendiri dan perubahan tenaga termis hasil pembakaran menjadi
tenaga mekanis juga dilakukan didalam pesawat itu sendiri melalui gerakan kian kemari
dari piston menjadi gerakan putaran dari crank shaft.

Gambar 1.1. Steam Engine


Contoh dari pesawat kalor jenis ECE adalah mesin uap dan turbin uap. Pada
peralatan ini, mesin uap hanya merubah tenaga potensial dari uap menjadi tenaga
mekanis berupa gerakan kian kemari dari piston dan selanjutnya diubah menjadi gerakan
putaran dari crank shaft; sedangkan turbine uap merubah tenaga potensial dari uap
menjadi tenaga mekanis yang langsung merupakan gerakan putaran dari as turbin.
Adapun proses pembakaran bahan bakar dilakukan diluar mesin uap dan turbin uap, yaitu
didalam ketel uap(boiler). Didalam ketel uap(boiler) tenaga termis hasil pembakaran
bahan bakar digunakan untuk memanaskan air sehingga berubah menjadi uap dengan
temperatur dan tekanan tinggi, untuk selanjutnya uap dengan temperatur dan tekanan
tinggi tersebut dialirkan ke-mesin uap atau turbin uap untuk diubah menjadi tenaga
mekanis.

Laboratorium Motor Bakar III-2


II. PENGOPERASIAN STEAM ENGINE
Prinsip kerja dari Steam Engine bisa dilihat pada gambar 1.1 diatas, Didalam
cylinder mesin uap terdapat piston yang mempunyai piston rod yang dihubungkan
dengan cross head yang berada diluar cylinder. Cross head dihubungkan oleh connecting
rod dengan crank shaft(tidak tampak pada gambar), sehingga apabila piston bergerak
kian kemari maka crank shaft dapat berputar. Slide valve yang mempunyai valve rod
digerakkan oleh crank shaft melalui eksentrik, sehingga slide valve dapat bergerak kian
kemari sambil membuka dan menutup dua buah lubang uap yang berhubungan dengan
cylinder. Valve box dimana slide valve berada mempunyai dua saluran, saluran
pemasukan yang dihubungkan dengan boiler untuk menyalurkan uap dengan tekanan
tinggi(warna merah), dan saluran pembuangan yang dihubungkan dengan cerobong
untuk membuang uap bekas(warna biru).
Pada waktu piston mencapai posisi paling kiri, maka slide valve akan membuka
lubang uap cylinder bagian kiri sehingga uap dari boiler dapat masuk kedalam cylinder
pada bagian kiri dari piston dan mendorong piston kekanan, sementara itu lubang uap
sebelah kanan dihubungkan dengan saluran pembuangan sehingga uap bekas dapat
terbuang keluar melalui cerobong. Sebelum akhir langkah piston, lubang uap tersebut
sudah ditutup oleh slide valve sehingga pasokan uap terhenti namun piston tetap bergerak
kekanan karena ekpansi dari uap.
Pada waktu piston mencapai posisi paling kanan, maka slide valve akan membuka
lubang uap cylinder bagian kanan sehingga uap dari boiler dapat masuk kedalam cylinder
pada bagian kanan piston dan mendorong piston kekiri, sementara itu lubang uap sebelah
kiri dihubungkan dengan saluran pembuangan sehingga uap bekas dapat terbuang melalui
cerobong. Sebelum akhir langkah piston, lubang uap tersebut sudah ditutup oleh slide
valve sehingga pasokan uap terhenti namun piston tetap bergerak kekanan karena ekpansi
dari uap. Karena cross head dengan crank shaft dihubungkan oleh connecting rod, maka
gerakan kian kemari dari piston tersebut akan diubah menjadi gerakan putaran dari crank
shaft. Demikian selama ada pasokan uap dari boiler maka mesin uap akan merubah
menjadi tenaga mekanis dengan gerakan putaran dari crank shaft.

Laboratorium Motor Bakar III-3


Gambar 2.1. Steam Engine merk Stuard

Mesin uap yang menjadi alat praktikum di Laboratorium Motor Bakar – Jurusan
Teknik Permesinan Kapal, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya mempunyai
spesifikasi berikut:

Height : 0.3810 meter


Bore : 0.0572 meter
Stroke : 0.0508 meter
Volume : 2 x 0.1301
Connecting rod diameter : 0.01032 meter
Max steam pressure : 6.9 bar
Steam consumpion : 68 kg at 800 rpm
Fixed out off ratio : 1/5
Power output at output shaft : 1800 watt at 800 rpm
Condenser: Coiled heat exchanger : Surface area 0.74 m2
Manufactured by : Stuard

Laboratorium Motor Bakar III-4


2.1. Bagian – Bagian Steam Engine System.

Gambar 2.2 Steam Engine System

Adapun alat – alat kelengkapan tersebut meliputi:


1. Pressure Gauge.
Fungsi: untuk mengukur tekanan uap masuk ke Steam Engine System.
2. Steam Flow Control Valve.
Fungsi: katup pengendali aliran uap.
3. Pressure Regulating Valve.
Fungsi: katup untuk mengatur tekanan uap
4. Steam Selonoid Valve.
Fungsi: katup yang digerakan oleh energi listrik melalui solenoid.
5. Pressure Relief Valve.
Fungsi: katup pengaman dari tekanan yang berleih.
6. Gelas Ukur/measuring baker
Fungsi: untuk menampung air hasil pengembunan.

Laboratorium Motor Bakar III-5


7. Condenser
Fungsi: untuk mendinginkan uap dari steam engine.
8. Alternator
Fungsi: untuk pembangkit listrik atau untuk pengereman dari steam engine.

2.2. Prosedur Pengoperasian Steam Engine System.


2.2.1 Persiapan sebelum start.
1. Buka katup pelumas dan lumasi ini dengan SAE 40.
2. Buka penutup/pelindung steam engine.
3. Lumasi seluruh bagian mesin yang berputar/bergerak dengan pelumas SAE
30.
4. Putar roda gila(fly wheel) agar kedudukan cylinder bergantian diberi pelumas
secukupnya pada dinding silinder.
5. Tutup kembali steam engine.
2.2.2 Langkah pemanasan(warming up the engine).
1. Buka penutup air pendingin condenser dan periksa keadaan di flow indicator.
2. Putar electrical power switch pada posisi “ON’.
3. Tekan tombol “Warm Up”.
4. Buka perlahan – lahan “steam engine control valve”.
2.2.3 Starting and Running the engine.
1. Setelah pemanasan dirasa cukup, tekan tombol start.
2. Control engine dapat dilakukan dengan pembebanan/loading.
3. Catat semua data loading, rpm dan lain - lain.
2.2.4 Shutting down the engine.
1. Putar alternator pada posisi pembebanan minimum.
2. Tutup katup uap yang masuk ke engine.
3. Tekan tombol “Stop” dan putar “Power Isolator” pada posisi “OFF”.
4. Tutup katup air pendingin yang menuju condenser.
5. Beri pelumas kembali pada cylinder pada bagian – bagian yang bergerak
dengan pelumas SAE 30.
6. Bersihkan dan keringkan bagian – bagian yang kotor.

Laboratorium Motor Bakar III-6


2.3. Peralatan Dan Bahan Habis.
2.3.1 Peralatan.
1. Suplai energi listrik.
2. Air utilitas Laboratorium.
3. Gelas ukur.
4. Cussons : P7600 : Oil Fired Boiler.

2.3.2 Bahan Habis


1. Lap/Kain pembersih : 10 kg
2. Pelumas SAE 30 : 10 Liter
3. Pelumas SAE 40 : 10 Liter
4. Gloves : 10 set
5. Gelas ukur : 2 set
6. Air utilitas Laboratorium : 500 Liter
7. Bahan Bakar(Solar) : 100 Liter
8. Larutan Softener(NaCl) : 20 kg
9. Larutan Dosage(Housemen) : 25 Liter

III. PERHITUNGAN STEAM ENGINE.


3.1 Referensi Standart.
Standart acuan untuk pengoperasian dan pengujian steam engine adalah BR Standard
Class 7 70000 Britannia, owned by the Royal Scot Locomotive and General Trust.

3.2 Rumus Perhitungan Steam Engine.


Ketika mesin sedang bekerja didalam silinder terdapat uap untuk mendesak toraknya.
Besarnya tekanan uap selama satu langkah, kita anggap seolah-olah tekanannya tetap ini
biasanya disebut tekanan rata-rata atau Pr, dengan satuan Kg/cm2 .

Laboratorium Motor Bakar III-7


S

Pr
SP
ST D
Pr

Gambar 3.1 Laju kerja silinder

Keterangan:
Pr = Tekanan rata-rata dalam Kg/cm2
S = Panjang langkah dalam m
D = Diameter torak dalam cm
A = Luas Torak(m2)

Untuk selanjutnya usahanya:


A = Pr x S x F (Kg.m)
Jika kecepatan putaran mesin N putaran tiap menit maka:
N = Pr x S x F x N (Kg.m/Menit)
Untuk sisi tutup poros:
Ni = Pr x F x S x N
60 x 70
Untuk sisi poros ke sisi tutup berhubung ada batang toraknya maka:
Ni = Pr (F-f) x S x N
60 x 75
Dimana :
F = Luas batang torak
= 0,875 *d2

Bila mesin bekerja ganda maka usahanya Ni dalah:


Ni = (Pr x F x S x N) + Pr (F-f) x S x N
60 x 75
= Pr (2F-f) x S x N

Laboratorium Motor Bakar III-8


60 x 75

Karena ada gesekan mekanik antara torak dengan silinder antara batang dengan bush
backing, antara slop antar dengan jalan antar, juga pada proses pena-pena dan metal AS-
nya, maka tenaga yang diberikan mesin sebenarnya akan semakin kecil, tenaga yang
diberikan ini sebenarnya disebut tenaga efektif atau Ne < Ni.
Jika perbandingan Ne / Ni = ήm
Dimana :
ήm = Randasemen mesin

Dalam perhitungan digunakan rumus – rumus yang sama, sehingga hanya memasukkan
saja, rumus – rumus tersebut adalah sebagai berikut:

1. Tekanan Efektif rata-rata :


Pin
Pr = (1  log r )  ( Pb  Pout ) ………………….....................……........ (bar)
r
2. Volume Silinder
Vs = { ( As + ( As – Ac ) } s ………………………………………….........( m3 )
3. Untuk Silinder Ganda
Vs = 2 x Vs………………………………………………………...…..........( m3 )
4. Daya effektif
Pe = Pr x Vs x n……………………………………… ……………............ (Watt)
5. Konsumsi Uap
M con
M uap = …………………………………………………..…............ ( Kg/s )
t con
6. Daya condenser :
P cond = M uap x Ca x (t2 – t3 )………………………………….….......... ( KW )
7. Daya pendinginan air :
P pa = Ma x Ca x ( t2 – t4 )……………………………….......................... ( KW )
8. Daya listrik :
PL = V x I …………………………………………………........................( Watt )

Laboratorium Motor Bakar III-9


9. Effisiensi Total
PL
ηT = ……………………………………………………......................... ( % )
Pe
Dimana:
PI = Inlet pressure
Pb = 1 bar (14,5 lb/sq in) tekanan atmosfer
V2
r = = 5 , untuk mesin ini
V1
As = 0,0572² m2
Ac = 0,01032² m2
S = 0,0508 m
n = Rps, jumlah putaran perdetik
Ca = Nilai kalor uap panas = 4,178 KJ/Kg
Ma = 0,467 m3 /h xl h/3600 detik
V = Voltage
I = Arus
Mcon = jumlah air condensate
Tcon = waktu yang diprlukan untuk mngumpukan air condensate

Laboratorium Motor Bakar III-10


3.3 Format sheet dari Data Percobaan/Tabel Hasil Percobaan.

Date :......................................
LOAD Speed Pin Temperature Volume Time POut
0
(%) (rpm) (bar) ( C) Condenser Condenser (bar) Alternator
Engine Alternator T1 T2 T3 T4 T5 (liter) (second) V I
0
20
40
60
......
dst

(...........................) (...........................) (...........................)


Lecture Technician Student

Laboratorium Motor Bakar III-11


IV. KOMPETENSI AKHIR
Mahasiswa diharapkan dapat melaksanakan uji kompetensi pengoperasian dan
perhitungan steam engine dengan acuan standar yaitu BR Standard Class 7 70000
Britannia, owned by the Royal Scot Locomotive and General Trust.

Daftar Pustaka
1. G.Cusson Ltd. “Steam Engine, Instructioanal Manual Hand Book” England 1
December 1986, 2 march 1987.
2. Munson and Young., Fundamentals of fluid Mechanics, eds.4.Jakarta, Erlangga,
2004.
3. MsCave, W.L.,Smith. J.C., dan Harriott. P., Unit Operationsin Chemical
Engineering,ed. 4.McGraw-Hill. New York, 1985.
4. Gean Koplis, C.J., Transport Processes and Unit Operations,eds.2, Allyn
and Bacon,inc., 1987.
5. BR Standard Class 7 70000 Britannia, owned by the Royal Scot Locomotive and
General Trust.

Laboratorium Motor Bakar III-12


JOB SHEET 4
PENGOPERASIAN DAN PERHITUNGAN
SUPERHEATER
JOB SHEET 4
PENGOPERASIAN DAN PERHITUNGAN
SUPERHEATER

NOMINAL DURASI : 2 Pertemuan(2 x 4 Jam) = 8 Jam


DESKRIPSI SINGKAT : Melakukan pengoperasian Superheater dan pengambilan
data untuk perhitungan pengukuran besaran yang
diperlukan untuk menentukan karakteristik superheater
dan menentukan effisiensi superheater.

KRITERIA PENILAIAN :
1. Mahasiswa dapat mengoperasikan Superheater sesuai prosedur yang benar.
2. Mahasiswa dapat menggunakan alat – alat yang digunakan dalam
melakukan pengukuran besaran yang diperlukan untuk menentukan
karakteristik superheater.
3. Mahasiswa dapat menganalisa dari pengambilan data perhitungan neraca
kalor proses didalam superheater dan effisiensi superheater .

I. PENDAHULUAN
Steam superheater digunakan secara luas pada steam generator/boiler dan heat-
recovery steam generators(HRSGs). Tujuan utama dari superheater adalah menghasilkan
uap dari kondisi uap jenuh ke kondisi superheat. Ketika digunakan di turbin uap, uap
yang dalam kondisi superheat kecepetannya mengalami penurunan. Penurunan
kecepatannya diakibatkan oleh sudu – sudu turbin sehingga sudu – sudu itu menghasilkan
putaran yang mengakibatkan poros turbin berputar. Kondisi uap pada exit turbin uap akan
mempunyai kandungan sedikit banyaknya uap campuran(uap basah) tergantung tekanan
ratio yang dimiliki turbin. Kondisi uap campuran tersebut sangat membahayakan blades
pada turbin tersebut.

Laboratorium Motor Bakar IV-1


Gambar 1.1. Steam Superheater
Klasifikasi superheater menurut penempatannya dibagi menjadi tiga yaitu Superheater
Konveksi, Superheater Pancaran dan Super Kombinasi.
1. Superheater Konveksi
Superheater konveksi menerima panas secara konveksi dari api atau gas asap.
Jumlah gas asap yang lewat tergantung dari jumlah bahan bakar yang dibakar. Makin
banyak jumlah gas asap yang terbentuk dan melewati superheater konveksi tersebut, dan
sebaliknya, makin berkurang bahan bakar yang dibakar makin berkurang pula jumlah gas
asap yang terbentuk. Adapun Karekteristiknya dari superheater konveksi ialah:
temperature uap yang dihasilkan senantiasa mengikuti beban, dan temperatur yang
dihasilkan superheater konveksi tidak bisa tinggi.
 Superheater konveksi arus searah.
Pada superheater jenis ini, uap saturated/uap jenuh yang masuk dan uap yang
dipanas lanjutkan keluar dari pipa superheater mengalir silang terhadap arus gas
asap ;yang keluar dari ruang bakar, dimana arah gas asap yang keluar dari ruang
bakar mengalir sejalan dengan uap saturated yang mengalir masuk ke pipa
superheater dengan searah seperti gambar dibawah ini:

Laboratorium Motor Bakar IV-2


Gambar 1.2. Superheater konveksi arus searah
Adapun temperatur pipa superheater, baik pada ujung masuk uap saturated/uap
jenuh dan pada ujung uap superheater menunjukkan temperature konstan dengan
demikian dapat dipastikan bahwa superheater arus searah ini akan awet, tidak
cepat rusak atau pecah, dan karekteristik dari superheater ini tidak adanya
tegangan- tegangan yang terjadi dalam pipa- pipa superheater yang disebabkan
perbedaan temperatur dalam pipa tersebut.
 Superheater konveksi arus berlawanan.
Pada superheater jenis ini, uap saturated yang masuk dari uap yang dipanas
lanjutkan yang keluar dari pipa superheater, arah yang berlawanan terhadap arah
gas asap yang keluar dari ruang bakar, dimana arah gas asap yang keluar dari
ruang bakar alirannya berlawanan dengan uap saturated yang mengalir masuk ke
pipa superheater sehingga menghasilkan uap superheater seperti gambar ini.

Gambar 1.3. Superheater konveksi arus berlawanan

Laboratorium Motor Bakar IV-3


Karekteristik dari superheater ini adalah pipa- pipa superheater jenis ini akan
cepat rusak/pecah, dan superheater menjadi tidak awet, karena temperatur pipa di
setiap tempat berbeda- beda, maka mengakibatkan timbulnya tegangan- tegangan
di dalam pipa.
 Superheater konveksi arus kombinasi.
Pada superheater jenis ini, uap saturated yang masuk dan uap yang dipanas
lanjutkan keluar dari pipa superheater akan mengalir silang terhadap arus gas asap
yang keluar dari ruang bakar. Dimana uap saturated yang mula- mula berlawanan
arah dengan aliran gas asap pada tengah- tengah superheater, kemudian aliran uap
ditentukan kearah gas asap masuk ke superheater dan uap dialirkan kembali
hingga ketengah- tengah superheater tersebut. Uap dipanas lanjutkan dan
dialirkan keluar dari superheater searah dengan aliran gas asap yang melewati
superheater.

Gambar 1.4. Superheater konveksi arus kombinasi.


Didaerah yang berlawanan arah, temperature pipa berbeda disetiap tempat namun
karena temperatur gas asap, maka temperatur pipa dan temperature uap
ditempatkan tersebut tidak mencapai temperature yang sebenarnya maka pipa
pipa tidak begitu cepat rusak. Sebaliknya didaerah uap atau gas asap searah,
temperature pipa disetiap tempat sangat tinggi sehingga dapat awet, karena tidak
terjadi tegangan- tegangan karena adanya perbedaan temperatur. Karateristiknya
harganya murah dan cukup awet.

Laboratorium Motor Bakar IV-4


2. Superheater Pancaran.
Superheater Pancaran menerima panas dari api secara pancaran. Temperature api
hanya tergantung dari jenis bahan bakar yang dibakar dan temperatur udara pembakaran
yang dimasukkan ke dalam tungku. Penempatan superheater pancaran di daerah
pancaran, temperatur api yang paling tinggi di dalam ketel, maka memungkinkan
temperature uap yang dihasilkan dapat mencapai harga tinggi. Karekteristik superheater
pancaran ialah menurun tidak dapat mengikuti beban.

3. Superheater Kombinasi.
Superheater kombinasi merupakan kombinasi antara superheater konveksi dan
superheater pancaran. Karena superheater kombinasi merupakan kombinasi antara
superheater konveksi dan superheater pancaran, maka karekteristik atau sifat- sifat yang
kurang baik dari superheater konveksi dan superheater pancaran dapat dieliminasi,
sehingga yang tersisa ialah karekteristik yang baik dari kedua superheater tersebut.
(+) Dapat mengikuti beban
(+) Temperatur Uap dapat tinggi
(-) Harga Mahal
Kekurangannya ialah harganya yang mahal merupakan harga superheater konveksi
ditambah harga superheater pancaran.

II. PENGOPERASIAN SUPERHEATER


Pada sistem pembangkit tenaga uap di butuhkan pemanas lanjut uap. Uap berasal
dari ketel uap. Fungsi pemanas lanjut pada pemanasan ini yaitu meningkatkan kualitas
uap yang dihasilkan ketel uap. Uap yang dihasilkan ketel uap masih berupa uap basah.
Jika uap basah ini digunakan langsung untuk menggerakkan turbin, maka kurang
menguntungkan. Selain sudu turbin uap akan cepat rusak, kerja yang dihasilkan juga
tidak optimum. Dengan pemakaian pemanas lanjut, uap basah ketel uap turbin akan
dikeringkan. Sehingga meningkatkan kualitas dan memberikan kerja pada turbin uap
yang lebih baik. Pada percobaan ini digunakan superheater berfungsi untuk memanaskan
uap sampai temperatur 235 oc. pemanas lanjut terisolasi dan terlindungi oleh baja enamel
yang menyelubungi koil pemanas serta dilengkapi dengan pengaman. Alat yang

Laboratorium Motor Bakar IV-5


digunakan untuk menghasilkan panas lanjut(superheat) ini di Laboratorium Motor Bakar
– Jurusan Teknik Permesinan Kapal, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya yaitu
Superheater Cusson P 7632 Cussons Technology Ltd.

Gambar 2.1. Superheater Cusson P 7632


Cussons Technology Ltd

2.1. Bagian – Bagian Superheater.


Kerangka dan panel – panel dari Superheater Cusson P 7632 Cussons Technology
Ltd mempunyai kerangka yang kokoh dan seluruh panelnya dari konstruksi baja yang
disesuaikan dengan kenyamanan dalam pengambilan sampel. Alat – alat kelengkapan
dalam pengambilan data/sampel dari superheater ini juga tersedia.

Laboratorium Motor Bakar IV-6


Gambar 2.2. Instrumentasi Superheater Cusson P 7632
Cussons Technology Ltd

Adapun alat – alat kelengkapan tersebut meliputi:


1. Pressure Gauge/Meter Tekanan.
Fungsi: untuk mengukur tekanan uap masuk ke sistem calorimeter.
2. Thermometer/Meter Temperatur.
Fungsi: untuk mengukur temperatur.
3. Laju aliran uap.
Fungsi: alat untuk mengukur laju aliran uap.
4. Laju aliran bahan bakar.
Fungsi: alat untuk mengukur laju aliran bahan bakar.
5. Laju aliran gas buang.
Fungsi: alat untuk mengukur laju aliran gas buang.
6. Exhaust gas analyzer.
Fungsi: alat untuk mendeteksi kandungan gas buang.

2.2. Prosedur Pengoperasian dan Pengujian Superheater.


2.2.1 Menyalakan superheater(pemanas lanjut):
1. Mengaktifkan sumber kelistrikan.
2. Memeriksa volume bahan bakar pada tangki bahan bakar.
3. Membuka Katup Pemasok oli tank.

Laboratorium Motor Bakar IV-7


4. Memastikan tekanan masukanuap pada 5 bar'.
5. Mengatur keluaran temperatur uap pada kondisi kerja yang diiginkan
(maksimal 2400C).
6. Mengatur coil over temperatur trip.
7. Membuka perlahan-lahan katup utama sehingga uap akan masuk ke
dalam pemanas lanjut dan bersikulasi di dalam pemanas lanjut. Yang perlu
diperhatikan disini tekanan masukan uap harus dijaga tekanannya. Setiap
embunan yang terbentuk di dalam pemanas lanjut akan dikeluarkan
secara otomatis melalui jebakan khusus.
8. Membuka katup oil supply.
9. Menekan reset pushbutton untuk mulai pembakaran.
10. Jika temperatur uap keluar mendekati kondisi kerja yang diinginkan(240"C)
maka uap yang dihasilkan siap digunakan.
11. Jumlah aliran uap yang keluar dari pemanas lanjut sebaiknnya di jaga pada
kondisi maksimal, meskipun kebutuhan uap pada turbin kecil, sedangkan
sisa kelebihan uap dikelularkan ke atmosfer.
2.2.2 Mematikan superheater(pemanas lanjut):
1. Mematikan supplay listrik pemanas lanjut.
2. Menutup katup supply bahan bakar.
3. Membiarkan uap tetap mengalir pada pemanas lanjut sampai temperatur
masukan dan keluaran sama.
2.2.3 Prosedur Pengujian
1. Menset pemanas sesuai kondisi uap yang dibutuhkan, menunggu sampai
stabil.
2. Mencatat waktu pembebanannya, banyaknya bahan bakar tiap periode
waktu tertentu. Mencatat juga parameter yang ditunjukkan pada alat ukur
pemanas lanjut (dapat air yang tekondensasi pada turbin)'.
3. Faktor uap (x) dapat dicari dengan menggunakan separating dan throtting
kalorimeter.
4. Flue gas-gas buang dapat di amati dengan menggunakan orsat aparatur,
Co2, CO, HC sehingga C psh dapat dihitung.

Laboratorium Motor Bakar IV-8


2.3. Peralatan Dan Bahan Habis.
2.3.1 Peralatan.
1. Suplai energi listrik.
2. Air utilitas Laboratorium.
3. Cussons : P7600 : Oil Fired Boiler.
4. Cussons : P 7632 : Superheater.
5. Exhaust gas analyzer.

2.3.2 Bahan Habis


1. Lap/Kain pembersih : 10 kg
2. Gloves : 10 set
3. Air utilitas Laboratorium : 500 Liter
4. Bahan Bakar(Solar) : 100 Liter
5. Larutan Softener(NaCl) : 20 kg
6. Larutan Dosage(Housemen) : 25 Liter

III. PERHITUNGAN SUPERHEATER.


3.1 Referensi Standart.
Standart acuan untuk pengoperasian dan pengujian superheater adalah British Standard,
BS 845:1987 dan USA Standard ASME PTC-4-1 Power Test Code Steam Generating
Units.

Laboratorium Motor Bakar IV-9


3.2 Rumus Perhitungan Superheater.
Keseimbangan energi pada proses pemanas lanjut dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3.1. Energy balance

Energi uap kering yang terbentuk serta efisiensi pemanas lanjut dapat dicari dengan
persamaan sebagai berikut :
1. Energi Bahan Bakar
.
Es = mfs  Nbb
Dimana :
Es = kalor hasil proses bahan pembakaran bahan-bahan di pemanas(kW).
Nbb = nilai kalor bahan bakar(kj/kg).
mfs = massa bahan bakar(kg/det).
Jumlah energi kalor yang dipergunakan untuk mengubah uap basah menjadi uap
panas lanjut dapat ditentukan dengan persamaan berikut :
.
Ests = mu  ( hsh – hu )
Diamana :
Ests = kalor terpakai untuk menaikkan kualitas uap(kW).
.
mu = laju uap lewat panas(kg/s).
hu = entalpi uap masuk(kj/kg).
hsh = entalpi uap keluar(kj/kg).

Laboratorium Motor Bakar IV-10


2. Efisiensi
Efisiensi pemanas lanjut adalah perbandingan antara kalor terpakai untuk mengubah uap
basah menjadi uap panas lanjut, dengan kalor hasil proses pembakaran bahan bakar.
Sehingga dapat dituliskan sebagai :
s = Ests / Es
dimana :
sh = Efisiensi pemanas lanjut( % )
Ests = Kalor terpakai untuk mengubah uap basah menjadi uap panas lanjut(kj/det)
Esh = Kalor hasil proses pembakaran bahan bakar pemanas lanjut(kj/det)
Efisiensi Pemanas Lanjut( s ):
energi yang diperoleh uap
sh =
total energi masuk pemanas lanjut

Total energi = mb x nilai kalor bahan bakar = (kg/s) (kj/Kg) = (kj/s)


Energi yang diterima uap dari pemanas lanjut = hp - (hu – hfg)
Tekanan absolut = tekanan meter + tekanan atmosfir
Pabs = Pg + Patm
dimana :
Pg = tekanan pengukuran(bar)
Patm = tekanan atmosfir(bar)

3. Pengukuran:
Gas buang

Katup keluaran ke atmosfir mgb


Cpgb
Tgb

Masukan uap Keluaran uap


Ke Turbin Uap Uap dari Boiler mu mu
Tu Tu
x x

Superheater

Ke Drain Blowdown

Bahan bakar
Suplai Bahan Bakar mbb

Gambar 3.2. Instalansi superheater

Laboratorium Motor Bakar IV-11


Keterangan:
mb = massa bahan bakar(kg/jam)
mu = massa uap masuk per kg bahan bakar
mgb = massa gas buang
hu = enthalpy uap
hs = enthalpy uap panas lanjut
Cps = panas spesifik uap pemanas lanjut
Cpgb = panas spesifik gas buang
tgb = tempratur gas buang
ts = tempratur uap panas lanjut
tu = tempratur uap sebelum pemans lanjut

3.3 Format sheet dari Data Percobaan/Tabel Hasil Percobaan.

Date :......................................
Waktu Pin Tin Tout ∆h
No Vbb (ltr) Tgb (C)
(dtk) (bar) (0C) (0C) (mmHg)
1
2
3
4
5
dst

(...........................) (...........................) (...........................)


Lecture Technician Student
Ket: Patm = 716 mmHg = 1,01325 bar, LHVbb = 45389,1 kJ/kg, ρbb = 860 kg/m3

Laboratorium Motor Bakar IV-12


IV. KOMPETENSI AKHIR.
Mahasiswa diharapkan dapat melaksanakan uji kompetensi pengoperasian dan
perhitungan Superheater dengan acuan standar yaitu British Standard, BS
845:1987 dan USA Standard ASME PTC-4-1 Power Test Code Steam Generating
Units.

Daftar Pustaka
1. G.Cusson Ltd. “Superheater, Instructioanal Manual Hand Book” England 1
December 1986, 2 march 1987.
2. Munson and Young., Fundamentals of fluid Mechanics, eds.4.Jakarta, Erlangga,
2004.
3. MsCave, W.L.,Smith. J.C., dan Harriott. P., Unit Operationsin Chemical
Engineering,ed. 4.McGraw-Hill. New York, 1985.
4. Gean Koplis, C.J., Transport Processes and Unit Operations,eds.2, Allyn
and Bacon,inc., 1987.
5. British Standard, BS 845:1987.
6. USA Standard ASME PTC-4-1 Power Test Code Steam Generating Units.

Laboratorium Motor Bakar IV-13


JOB SHEET 5
PENGOPERASIAN DAN PERHITUNGAN
STEAM TURBINE
JOB SHEET 5
PENGOPERASIAN DAN PERHITUNGAN
STEAM TURBINE

NOMINAL DURASI : 4 Pertemuan(4 x 4 Jam) = 16 Jam


DESKRIPSI SINGKAT : Melakukan pengoperasian turbin uap(steam turbine) dan
pengambilan data untuk perhitungan pengukuran besaran
yang diperlukan untuk menentukan karakteristik steam
turbine dan menentukan effisiensi steam turbine.

KRITERIA PENILAIAN :
1. Mahasiswa dapat mengoperasikan turbin uap(steam turbine) sesuai prosedur
yang benar.
2. Mahasiswa dapat menggunakan alat – alat yang digunakan dalam
melakukan pengukuran besaran yang diperlukan untuk menentukan
karakteristik turbin uap(steam turbine).
3. Mahasiswa dapat menganalisa dari pengambilan data perhitungan neraca
kalor proses didalam turbin uap(steam turbine) dan effisiensi turbin
uap(steam turbine).

I. PENDAHULUAN
Turbin uap(steam turbine)adalah mesin tenaga yang berfungsi untuk mengubah
energi thermal(energi panas yang terkandung dalam uap) menjadi energi poros(putaran).
Sebelum energi thermal(enthalpi) diubah menjadi energi poros, energi tersebut diubah
dulu menjadi energi kinetik. Alat untuk mengubah menjadi energi kinatik tersebut adalah
nozzle. Uap dengan tekanan dan temperatur tinggi diarahkan menggunakan nozzle untuk
mendorong sudu-sudu turbin yang dipasang pada poros sehingga poros turbin berputar.
Pada waktu uap melewati celah antara sudu-sudu gerak, uap mengalami perubahan
momentum sehingga menurut hukum Newton II, dibangkitkan gaya yang bekerja pada
uap tersebut. Dari hukum Newton III, sudu menerima gaya yang besarnya sama dengan

Laboratorium Motor Bakar V-1


gaya tersebut, tetapi arahnya berlawanan. Akibat melakukan kerja di turbin, tekanan dan
temperatur uap yang keluar turbin menjadi turun sehingga menjadi uap basah. Uap ini
kemudian dialirkan ke kondensor, sedangkan tenaga putar poros yang dihasilkan
digunakan untuk memutar generator.
1.1 Jenis-jenis Turbin Uap.
1. Dari segi tekanan akhir uap.
 Turbine tekanan lawan(back pressure turbine).
Turbin tekanan lawan(back pressure turbine) adalah turbin yang tekanan
akhirnya diatas tekanan atmosfir karena uap keluaran akhir dari turbin
tersebut tidak dikondensasikan.

Gambar 1.1. Back Pressure Turbine


 Turbine Kondensasi(Condensation Turbine).
Turbin kondensasi adalah turbin yang mana uap keluaran sudu terakhirnya
dikondensasikan, tekanan akhir dari turbin kondensasi ini dibuat vaccum,
sehingga temperature kondensasinya sedikit diatas temperatur air pendingin
yang tersedia.

Gambar 1.2. Condensation Turbine.

Laboratorium Motor Bakar V-2


2. Dari segi arah aliran uap.
 Turbin aksial.
Merupakan tipe turbin yang paling populer dan sangat cocok untuk
kapasitas besar. Turbin ini dapat merupakan tipe reaksi maupun tipe
impulse. Arah aliran uap sejajar dengan poros.

Gambar 1.3. Turbin aksial.


 Turbin radial.
Konstruksi Turbin aliran Radial yang dikembangkan oleh Ljungstrom
Turbin ini terdiri dari dua rotor dengan blades dipasang bersilangan. Kedua
rotor berputar dengan arah saling berlawanan, dan masing-masing rotor
dikopel terhadap dua generator terpisah. Turbin satu poros juga ada yang
arah aliran uapnya radial(tegak lurus menjauhi poros).

Gambar 1.4. Turbin radial.

Laboratorium Motor Bakar V-3


 Turbin tangensial.
Jenis turbin ini memiliki konstruksi yang kokoh akan tetapi efisiensinya
sangat rendah. Pancaran uap dari Nosel diarahkan untuk menghembus
buckets yang dipasang melingkar pada rotor. Arah hembusan uap adalah
tangensial(pada garis singgung putaran bucket) oleh karenanya turbin ini
dinamakan turbin aliran tangensial.nnva

Gambar 1.5. Turbin tangensial.


3. Dari segi azas tekanan uap.
Berdasarkan azas tekanan uap yang digunakan untuk menggerakkan roda/rotor
turbin sebelum masuk dan setelah keluar dari sudu-sudu yang terpasang pada roda
tersebut, maka dikenal sudu impuls dan sudu reaksi. Turbin uap untuk
pembangkit listrik saat ini umumnya terdiri dari kombinasi kedua macam sudu
tersebut.

Gambar 1.6. Prinsip dasar sudu reaksi dan sudu impuls.

Laboratorium Motor Bakar V-4


 Turbin impuls.
Turbin impulse pertama kali dibuat oleh Branca pada tahun 1629. Dimana
pancaran uap yang keluar dari Nosel menghembus daun daun rotor(blades)
sehingga rotor berputar.
Sudu Impuls
Sudu impuls juga disebut sudu aksi atau sudu tekanan tetap, adalah sudu
dimana uap mengalami ekspansi hanya dalam sudu-sudu tetap. Sudu-sudu
tetap berfungsi sebagai nosel(saluran pancar) sehingga uap yang melewati
akan mengalami peningkatan energi kinetik. Uap dengan kecepatan tinggi
selanjutnya akan membentur (impuls) sudu-sudu gerak. Benturan antara uap
dengan sudu gerak ini menimbulkan gaya yang mengakibatkan poros turbin
berputar. Setelah memutar sudu gerak, selanjutnya uap diarahkan masuk ke
dalam sudu tetap baris berikutnya. Selama melintasi sudu gerak tekanan dan
entalpi uap tidak berubah. Dengan demikian pada sudu impuls penurunan
tekanan dan energi panas uap hanya terjadi pada sudu sudu tetap atau nosel.
 Turbin reaksi.
Turbin ini dirancang pertama oleh Hero, 120 tahun sebelum Masehi. Reaksi
dari pancaran uap yang keluar dari ujung pipa yang disebut Nosel atau
Nozzle mendorong rotor sehingga berputar.
Sudu Reaksi
Dalam suatu turbin yang terdiri dari 100 % sudu-sudu reaksi, maka sudu-
sudu gerak juga berfungsi sebagai nosel-nosel sehingga uap yang
melewatinya akan mengalami peningkatan kecepatan dan penurunan
tekanan. Peningkatan kecepatan ini akan menimbulkan gaya reaksi yang
arahnya berlawanan dengan arah kecepatan uap.

Laboratorium Motor Bakar V-5


Gambar 1.7. Profil dan karakteristik
sudu reaksi dan impuls.
Gaya reaksi pada sudu gerak inilah yang akan memutar poros turbin. Uap
selanjutnya dialirkan ke sudu tetap yang berfungsi untuk mengarahkan uap ke
sudu gerak baris berikutnya. Sudut dan profil sudu-sudu dibuat sedemikian rupa
sehingga apabila turbin berputar pada kecepatan rancangannya uap akan mengalir
dengan mulus melewati sudu-sudu tersebut sehingga dapat menurunkan erosi
sampai pada tingkat minimum. Pada sebuah roda/poros turbin sudu-sudu yang
terpasang pada roda tersebut bisa terdiri dari satu baris sudu atau beberapa baris
sudu. Setiap baris sudu terdiri dari sudu yang disusun melingkari roda turbin
masing-masing dengan bentuk dan ukuran yang sama. Turbin dengan hanya satu
baris sudu yang terpasang pada rotornya dinamai turbin bertingkat tunggal.
Sedangkan turbin dengan beberapa baris sudu-sudu yang terpasang pada rotornya
dinamai turbin bertingkat banyak(multi stages).
4. Dari segi pembentukan tingkat uap.
 Turbin tekanan bertingkat(reteau).
Turbin tekanan bertingkat (rateau) adalah jenis turbin yang mana kondisi
tekanan uap yang mengalir di dalamnya bertingkat sedangkan kecepatannya
tetap.

Laboratorium Motor Bakar V-6


Gambar 1.8. Turbin tekanan bertingkat(reteau).
 Turbin kecepatan bertingkat(turbine curtis).
Turbin kecepatan bertingkat(curtis) adalah jenis turbin yang mana kecepatan
aliran uap yang mengalir di dalamnya bertingkat sedangkan tekanannya
tetap.

Gambar 1.9. Turbin kecepatan bertingkat(turbine curtis).


5. Dari segi aliran uap dan casingnya.
 Turbin reheat dan non-reheat.
Sirkit uap
Salah satu karakteristik yang dapat dipakai untuk mengklasifikasikan turbin
adalah reheat dan non reheat. Turbin reheat terdiri lebih dari satu silinder
dan uap mengalami proses pemanasan ulang di reheater boiler. Pada turbin

Laboratorium Motor Bakar V-7


reheat, uap yang keluar dari Turbin Tekanan Tinggi(HP) dialirkan kembali
kedalam ketel. Didalam ketel, uap ini dipanaskan kembali pada elemen
pemanas ulang(reheater) untuk selanjutnya dialirkan kembali melalui
saluran reheat ke Turbin Tekanan Menengah dan Turbin Tekanan Rendah.
Secara umum, ada dua keuntungan yang dapat diperoleh dari proses
pemanasan ulang uap ini yaitu: meningkatkan efisiensi siklus
termodinamika dan mengurangi proses erosi pada sudu sudu turbin tingkat
akhir karena kualitas uap keluar dari LP turbin menjadi lebih kering.

Gambar 1.10. Turbin reheat.


Aspek Operasi
Konstruksi turbin reheat umumnya silinder tekanan tinggi (HP) dan silinder
tekanan menengah(IP) berada dalam satu casing. Dengan konstruksi seperti
itu, maka salah satu aspek yang penting untuk diperhatikan adalah bahwa
perbedaan temperatur antara main steam dengan reheat steam tidak boleh
terlampau besar. Umumnya pabrik pembuat turbin akan merekomendasikan
besarnya harga perbedaan temperatur yang masih diizinkan. Bila harga
perbedaan temperatur yang telah direkomendasikan ini terlampaui, akan
terjadi stress thermal pada casing serta rotor turbin.

Laboratorium Motor Bakar V-8


Gambar 1.11. Turbin non-reheat.
 Turbin ekstraksi dan non-ekstraksi.
Sirkit uap
Cara lain yang juga dipakai untuk mengklasifikasikan turbin adalah melalui
sistem ekstraksi dan non ekstraksi. Turbin ekstraksi(extraction turbine)
adalah turbin yang mengekstrak sebagian uap yang mengalir dalam turbin.
Pengekstraksian uap ini dapat dilakukan di beberapa tempat disepanjang
casing turbin. Uap yang diekstrak kemudian dialirkan ke pemanas awal air
pengisi untuk memanaskan air pengisi. Tekanan dan aliran uap ekstraksi
sangat tergantung pada beban. Pada turbin-turbin ekstraksi yang relatif kecil,
variasi tekanan dan aliran uap ekstraksi tidak terlalu signifikan sehingga
tidak diperlukan katup pengatur pada saluran uap ekstraksinya. Tetapi pada
turbin ekstraksi yang besar, variasi ini cukup besar sehingga diperlukan
katup pengatur pada saluran ekstraksi guna mengontrol tekanan/aliran uap
ekstraksi. Turbin ekstraksi seperti ini disebut Turbin Ekstraksi Otomatis
(Automatic Extraction Turbine).

Laboratorium Motor Bakar V-9


Gambar 1.12. Turbin Non-Ekstraksi

Sedangkan pada turbin non ekstraksi, tidak dilakukan ekstraksi uap sama
sekali. Jadi seluruh uap yang mengalir masuk turbin non ekstraksi akan
keluar meninggalkan turbin melalui exhaust.

Gambar 1.13. Turbin Non-Ekstraksi

Aspek Operasi
Pengambilan(ekstraksi) uap dari turbin mengakibatkan kerja uap didalam
turbin berkurang sehingga kemampuan turbin juga akan berkurang. Disisi
lain terjadi peningkatan panas pada air pengisi sehingga mengurangi
konsumsi bahan bakar untuk memanaskan air tersebut. Keuntungan lainnya
adalah karena jumlah uap masuk kondensor berkurang, maka pembuangan
panas ke air pendingin juga berkurang. Dengan demikian mengurangi
jumlah kerugian panas. Mengingat uap ekstraksi akan mengurangi jumlah

Laboratorium Motor Bakar V-10


uap yang melakukan kerja dalam turbin, maka pengaliran uap ekstraksi
dilakukan apabila turbin telah berbeban diatas batas minimumnya. Hal ini
untuk menghindari ketidak stabilan operasi turbin karena ketika beban
rendah aliran uap ke turbin juga masih rendah.
 Turbin single casing dan multi casing.
Single Casing
Cara berikutnya yang juga dapat dipakai untuk mengklasifikasikan turbin
adalah melalui konstruksi single casing turbine atau multy
casing(compound) turbine. Turbin single casing adalah turbin dimana
seluruh tingkat sudu-sudunya terletak didalam satu casing saja. Ini
merupakan konstruksi turbin yang paling sederhana tetapi hanya dapat
diterapkan pada turbin-turbin kapasitas kecil.

Gambar 1.14. Turbin single casing.

Turbin compound(multi) casing


Untuk turbin-turbin kapasitas yang lebih besar, konstruksi single casing
menjadi kurang cocok. Maka dibuatlah turbin-turbin dengan 2 casing atau
lebih(multy casing). Komposisi dari turbin multy casing ada 2 macam yaitu:
Tandem Compound dan Cross Compound. Pada turbin tandem compound,
casing-casing dipasang secara seri antara satu dengan lain sehinggga sumbu
sumbu aksial casing berada dalam 1 garis. Dalam ilustrasi terlihat turbin

Laboratorium Motor Bakar V-11


tandem compound dengan 2 casing. Untuk turbin-turbin yang lebih besar
dapat terdiri hingga 5 casing.

Gambar 1.15. Turbin Multy Casing Tandem Compound

6. Exhaust flow.
Single flow
Turbin juga dapat diklasifikasikan berdasarkan exhaust flow. Turbin-turbin kecil
biasanya hanya memiliki satu saluran exhaust. Turbin semacam ini biasanya
disebut Turbin Single Flow. Tetapi untuk turbin-turbin besar, bila menerapkan
rancangan seperti ini, maka dibutuhkan exhaust yang sangat luas. Sebagaimana
diketahui kondisi uap pada exhaust turbin sudah dibawah jenuh atau uap basah,
dan tekanannya dibawah tekanan atmosfir. Perubahan tekanan dari beberapa
puluh bar menjadi tekanan minus mengakibatkan perubahan volume yang sangat
besar sehingga dibutuhkan laluan yang luas agar uap dapat melintas tanpa
hambatan yang berarti. Karena keterbatasan kemampuan material, luas laluan
exhaust juga menjadi sangat terbatas, sehingga kemampuan turbin dengan exhaust
tunggal juga terbatas.
Multi flow
Berdasarkan kondisi tersebut, maka untuk turbin-turbin kapasitas besar umumnya
exhaust dipecah menjadi dua atau lebih. Bila ternyata dibutuhkan dua exhaust,
berarti keduanya berada dalam satu poros dengan aliran uap yang berlawanan.
Rancangan turbin seperti ini disebut turbin multi flow(aliran banyak). Dengan

Laboratorium Motor Bakar V-12


cara seperti ini masalah keterbatasan luas laluan exhaust dapat diatasi sekaligus
memberi perimbangan terhadap gaya aksial pada poros.

Gambar 1.16. Turbin Cross Compound


dengan Exhaust Multy Flow

1.2 Komponen-komponen turbin uap.


1. Stator.
Stator turbin pada dasarnya terdiri dari dua bagian, yaitu casing dan sudu
diam(fixed blade). Namun untuk tempat kedudukan sudu-sudu diam dipasang
diapragma. Casing atau shell adalah suatu wadah berbentuk menyerupai sebuah
tabung dimana rotor ditempatkan. Casing juga berfungsi sebagai sungkup
pembatas yang memungkinkan uap mengalir melewati sudu-sudu turbin. Pada
ujung casing terdapat ruang besar mengelilingi poros turbin disebut exhaust hood.

Laboratorium Motor Bakar V-13


Gambar 1.17. Stator yang terdiri dari Casing dan Sudu
Sudu merupakan bagian dari turbin dimana konversi energi terjadi. Sudu terdiri
dari bagian akar sudu, badan sudu dan ujung sudu. Sudu seperti terlihat pada
gambar 1.18, kemudian dirangkai sehingga membentuk satu lingkaran penuh.
Rangkaian sudu tersebut ada yang difungsikan sebagai sudu jalan dan ada yang
difungsikan menjadi sudu tetap. Rangkaian sudu jalan dipasang disekeliling rotor
sedang rangkaian sudu tetap dipasang disekeliling casing bagian dalam.

Gambar 1.18. Sudu turbine


Sudu tetap(fixed blade), selain ada yang berfungsi untuk mengubah energi panas
menjadi energi kinetik, tetapi ada juga yang hanya berfungsi untuk mengarahkan
aliran uap. Sudu-sudu tetap dipasang melingkar pada dudukan berbentuk piringan
yang disebut diapragma. Pemasangan sudu-sudu tetap ini pada diapragma
menggunakan akar berbentuk T sehingga memberi posisi yang kokoh pada sudu.
Diapragma terdiri dari dua bagian(atas dan bawah) dan dipasang pada alur-alur

Laboratorium Motor Bakar V-14


yang ada didalam casing. Setiap baris dari rangkaian sudu-sudu tetap ini
membentuk suatu lingkaran penuh dan ditempatkan langsung didepan setiap baris
dari sudu-sudu gerak.

Gambar 1.19. Sudu tetap(fixed blade) dan diapragma


2. Nozzle.
Nozzle adalah suatu alat untuk mengubah energi panas dalam fluida(gas atau
cair) menjadi energi kinetik melalui expansi fluida. Dalam dunia keteknikan,
dikenal beberapa jenis nozzle diantaranya: Nozzle convergen, Nozzle divergen,
Nozzle convergen – divergen.

Gambar 1.20. Nozzle Convergen

3. Rotor.
Rotor adalah bagian dari turbin yang berputar akibat pengaruh gerakan uap
terhadap sudu-sudu gerak. Rotor turbin juga terdiri dari dua bagian, yaitu poros
dan sudu jalan(moving blade).

Laboratorium Motor Bakar V-15


Gambar 1.21. Rotor
Secara umum ada dua macam tipe rotor turbin yaitu rotor tipe cakra(disk) dan
rotor tipe drum(silinder).
 Rotor tipe cakra(disk).
Pada rotor tipe ini, piringan-piringan(disk) dipasangkan pada poros sehingga
membentuk jajaran piringan.

Gambar 1.22. Rotor tipe cakra(disk).


 Rotor tipe drum(silinder).
Pada rotor tipe ini, poros dicor dan dibentuk sesuai yang dikehendaki dan
rangkaian sudu-sudu langsung dipasang pada poros. Rotor tipe drum sangat
fleksibel dan dapat dipakai hampir untuk semua jenis turbin.

Gambar 1.23. Rotor tipe drum(silinder).

Laboratorium Motor Bakar V-16


Poros(Shaft)
Poros(Shaft) dapat berupa silinder panjang yang solid(pejal) atau
berongga(hollow). Pada umumnya poros turbin sekarang terdiri dari silinder
panjang yang solid. Pada kebanyakan turbin, didekat ujung poros sisi tekanan
tinggi dibuat collar untuk keperluan bantalan aksial(thrust bearing). Sepanjang
poros dibuat alur-alur melingkar yang biasa disebut akar(root) untuk tempat
dudukan, sudu-sudu gerak(moving blade).

Gambar 1.23. Sudu gerak yang dipasangkan pada Shaft.

Sudu Gerak(Moving Blades)


Sudu Gerak(Moving Blades)Adalah sudu-sudu yang dipasang di sekeliling rotor
membentuk suatu piringan. Dalam suatu rotor turbin terdiri dari beberapa baris
piringan dengan diameter yang berbeda-beda, banyaknya baris sudu gerak
biasanya disebut banyaknya tingkat.

Laboratorium Motor Bakar V-17


Gambar 1.24. Sudu Gerak(Moving Blades).
4. Bearing dan Pedestal.
Bantalan berfungsi sebagai penyangga rotor sehingga membuat rotor dapat
stabil/lurus pada posisinya didalam casing dan rotor dapat berputar dengan aman
dan bebas. Adanya bantalan yang menyangga turbin selain bermanfaat untuk
menjaga rotor turbin tetap pada posisinya juga menimbulkan kerugian mekanik
karena gesekan. Sebagai bagian yang berputar, rotor memiliki kecenderungan
untuk bergerak baik dalam arah radial maupun dalam arah aksial.Karena itu rotor
harus ditumpu secara baik agar tidak terjadi pergeseran radial maupun aksial yang
berlebihan. Komponen yang dipakai untuk keperluan ini disebut bantalan
(bearing). Turbin uap umumnya dilengkapi oleh bantalan jurnal (journal bearing)
dan bantalan aksial(Thrust bearing) untuk menyangga rotor maupun untuk
membatasi pergeseran rotor.

Gambar 1.25 Pedestal dan Bearing.

Laboratorium Motor Bakar V-18


5. Stop valve.
Main Stop valve adalah katup penutup cepat yang berfungsi untuk memblokir
aliran uap dari ketel ke Turbin. Katup ini dirancang hanya untuk menutup penuh
atau membuka penuh. Pada sebagian turbin, Pembukaan katup ini juga dapat
diatur(Throtling) selama periode start turbin untuk mengatur aliran uap hingga
putaran turbin tertentu. Fungsi pengaturan ini bagi katup penutup cepat
merupakan fungsi tambahan. Fungsi utamanya adalah untuk memutus aliran uap
secara cepat ketika dalam kondisi emergensi. Sesuai dengan fungsi utamanya,
maka stop valve diharapkan menutup lebih cepat dibanding katup governor.
Karena stop valve memiliki fungsi utama dan fungsi tambahan, maka
konstruksinya juga terdiri dari katup utama(main valve) dan katup bantu(pilot
valve).

Gambar 1.26 Main stop valve dengan Pilot valve


6. Steam chest.
Steam chest adalah merupakan titik pertemuan antara pipa uap utama dengan
saluran uap masuk turbin. Fungsi utama Steam Chest adalah sebagai wadah untuk
menempatkan katup katup governor sebagai pengatur aliran uap yang akan masuk
ke Turbin. Posisi Steam Chest pada konstruksi berbagai turbin sangat beragam.
Pada salah satu rancangan turbin, steam chest mungkin ditempatkan dibagian atas
dan bawah dari turbin tekanan tinggi. Pada rancangan lain, steam chest
ditempatkan dikedua sisi turbin tekanan tinggi. Disebagian besar konstruksi
turbin, katup penutup cepat(stop valve) juga ditempatkan pada steam chest.

Laboratorium Motor Bakar V-19


Gambar 1.27 Steam chest.
7. Governor valve(Control valve).
Katup ini berfungsi untuk mengontrol laju aliran uap ke turbin untuk
mengendalikan putaran. Katup ini berada didalam jalur aliran uap setelah katup
uap utama dan steam chest. Governor valve bekerja(membuka) sesuai dengan
permintaan(kebutuhan) untuk mempertahankan putaran turbin. Begitu ia
bergerak, maka aliran uap ke turbin akan berubah dengan demikian juga
mengendalikan putaran. Governor valve biasanya terdiri dari empat buah yang
bekerjanya secara berurutan. Gerakan katup-katup ini dilakukan oleh tekanan
hidrolik yang dipasang pada aktuator saat urutan membuka. Gerakan penutupan
dilakukan oleh tekanan pegas.

Gambar 1.28 Governor valve(Control valve).


Katup-katup governor umumnya juga ditempatkan pada steam chest. Jumlah
katup governor bervariasi sesuai dengan faktor-faktor desain turbin yang meliputi

Laboratorium Motor Bakar V-20


kapasitas turbin, kebutuhan aliran uap dan tekanan kerja uap. Pada prinsipnya
katup governor dibuka oleh minyak hidrolik dengan perantaraan aktuator
hidrolik(servo motor). Sedangkan untuk menutup katup governor digunakan
pegas penekan(return spring). Untuk memenuhi karakteristik katup governor
sebagai pengatur aliran uap, maka presentase pembukaan katup dapat diatur
sesuai kebutuhan(positioned). Sistem kontrol governor dapat berupa mekanik,
hidrolik maupun elektrik-hidrolik.
8. Reheat valve dan Interception valve.
Reheat Stop Valve(RSV)
Reheat stop valve adalah komponen yang merupakan bagian dari rancangan
turbin reheat. Seperti diketahui bahwa pada turbin reheat, uap yang keluar dari
turbin tekanan tinggi(HP Turbine) dialirkan kembali kedalam ketel untuk
dipanaskan ulang(reheat). Uap panas ulang(reheat steam) dari ketel ini
selanjutnya dialirkan kembail ke Turbin. Tekanan menengah ataupun turbin
tekanan rendah. Sebelum masuk turbin, uap ini harus melintasi reheat stop valve
dan intercept valve lebih dahulu. Reheat stop valve hanya dapat berada dalam 2
posisi yaitu posisi menutup penuh dan posisi membuka penuh. Fungsi reheat stop
valve hampir sama dengan Main Stop Valve tetapi katup ini dipasang pada
saluran reheat. Reheat stop valve dibuka oleh tekanan hidrolik melalui aktuator
hidrolik dan ditutup oleh tekanan pegas.

Gambar 1.29 Reheat stop valve.

Laboratorium Motor Bakar V-21


Intercept Valve
Katup berikut yang dipasang pada saluran reheat setelah reheat stop valve adalah
katup intersep(Intercept Valve). Jadi intercept valve adalah katup terakhir yang
dilalui uap sebelum masuk ke Turbin Tekanan Menengah(IP Turbine). Pada
kondisi operasi normal, intercept valve hanya beroperasi pada dua posisi yaitu
posisi menutup penuh dan posisi membuka penuh. Tetapi dalam kondisi
abnormal, misalnya pada saat terjadi penurunan beban yang cukup besar,
sehingga putaran turbin naik sampai harga tertentu, katup ini juga berfungssi
sebagai pengontrol aliran uap reheat. Bila katup ini menutup, maka aliran uap ke
Turbin Tekanan menengah(IP) dan Turbin Tekanan Rendah (LP) akan berkurang
sehingga putaran turbin juga cenderung turun. Pembukaan katup intercept juga
dilakukan oleh tekanan hidrolik dengan perantaraan aktuator hidrolik, sementara
untuk menutup digunakan tekanan pegas. Salah satu fungsi intercept valve adalah
untuk mencegah turbin dari kemungkinan overspeed. Umumnya katup ini
mendapat perintah untuk menutup dari sistem auxiliary governor. Bila karena
suatu sebab putaraan turbin naik hingga harga tertentu, auxiliary governor akan
memerintahkan intercept valve untuk menutup dan menurunkan putaran.

Gambar 1.30 Intercept Valve.

Laboratorium Motor Bakar V-22


9. Dummy piston.
Ekspansi uap pada turbin reaksi mengakibatkan terjadinya penurunan tekanan
pada setiap melewati baris sudu geraknya. Hal ini mengakibatkan timbulnya gaya
aksial(thrust) yang besar pada rotor. Makin panjang barisan sudu reaksi makin
besar gaya aksial yang timbul. Arah gaya aksial ini searah dengan arah aliran uap
didalam turbin. Gaya aksial ini akan mengakibatkan terjadinya pergesekan rotor
dengan sudu-sudu diam turbin. Untuk meredam besarnya gaya dorong aksial yang
timbul, maka diterapkan dummy piston (piston pengimbang) yang dipasang pada
rotor disisi depan sudu pertama turbin.

Gambar 1.31 Penempatan dummy piston(piston pengimbang)

II. PENGOPERASIAN STEAM TURBINE.


Suatu turbin dapat terdiri dari satu dua atau banyak silinder yang merupakan
mesin rotasi berfungsi untuk merubah energi panas menjadi energi mekanik. Tiap silinder
memiliki sebuah rotor yang disangga oleh bantalan-bantalan. Rotor-rotor tersebut
disambung menjadi satu termasuk rotor generator. Ruang diantara rotor dengan rumah
turbin(casing) terdiri dari rangkaian sudu-sudu tetap dan sudu-sudu gerak yang dijajarkan
berselang-seling. Sudu-sudu tetap dipasang disekeliling bagian dalam rumah turbin,
sedang rangkaian sudu gerak dipasang pada rotor. Bila kedalam turbin dialirkan uap,
maka energi panas yang dikandung uap akan diubah menjadi energi mekanik dalam
bentuk putaran poros. Mula-mula energi panas dalam uap diubah terlebih dahulu menjadi
energi kinetik(kecepatan) dengan cara melewatkan uap melalui nosel-nosel. Uap
berkecepatan tinggi kemudian diarahkan ke sudu-sudu sehingga menghasilkan putaran

Laboratorium Motor Bakar V-23


poros turbin dimana energi mekanik ini selanjutnya dapat digunakan untuk
menggerakkan generator, pompa dan sebagainya. Perubahan energi panas menjadi energi
kinetik terjadi didalam nosel(sudu diam) turbin, sedangkan perubahan energi kinetik
menjadi energi mekanik dalam bentuk putaran rotor turbin terjadi pada sudu jalan turbin.

Gambar 1.32 Konversi energi didalam turbin


dan Prinsip kerja turbin uap 1 tingkat

Jadi didalam turbin, uap mengalami proses ekspansi yaitu penurunan tekanan dan
mengalir secara kontinyu. Akibat pengurangan tekanan uap didalam rangkaian sudu-
sudu, maka kecepatan uap meningkat sangat tinggi. Kecepatan aliran uap tersebut akan
bergantung pada selisih banyaknya panas uap sebelum dan sesudah ekspansi. Selisih
banyaknya panas uap sebelum dan sesudah ekspansi didalam turbin dinamakan
penurunan panas/heat drop.
Pada umumnya turbin uap dioperasikan secara kontiniu dalam jangka waktu yang
lama. Masalah-masalah pada turbin uap yang akan berujung pada berkurangnya efisiensi
dan performansi harus bisa dideteksi dan dimonitor selama beroperasi. Performansi dari
turbin uap dipengaruhi berbagai faktor termasuk komponen-komponen dari turbin uap
dan sistem kontrol/instrumentasi yang bekerja selama beroperasi. Steam turbine yang
digunakan dalam praktek/pengmbilan data di Laboratorium Motor Bakar – Jurusan

Laboratorium Motor Bakar V-24


Teknik Permesinan Kapal, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya yaitu P7614 Steam
Turbine & Condenser Set for scheme 5 kw steam plant Cussons Technology Ltd.

Gambar 2.1. Steam Turbine & Condenser Set


for scheme 5 kw steam plant Cussons Technology Ltd

Modul Cussons P7615 terdiri dari satu kerangka pondasi yang terdiri dari turbin
uap digabungkan ke dinamometer yang mampu menghasilkan output listrik 5 kW. Turbin
disesuaikan dengan buku petunjuk yang mencakup didalamya terdiri dari vane nozel dan
speed control governor. Uap yang keluar turbin menuju ke condensate timer collection
tank. dan condenser. Sistem ini mempunyai alat instrumentasi yang akan menunjukkan
temperatures, pressures, turbine speed and dynamometer torque. Pengaturan beban
turbine melalui dynamometer control.
2.1. Bagian – Bagian Steam Turbine System.
Kerangka dan panel – panel dari Steam Turbine Modul Cussons P7615
Technology Ltd mempunyai kerangka yang kokoh dan seluruh panelnya dari konstruksi
baja yang disesuaikan dengan kenyamanan dalam pengambilan sampel. Alat – alat
kelengkapan dalam pengambilan data/sampel dari Steam Turbine Modul Cussons P7615
ini juga tersedia.

Laboratorium Motor Bakar V-25


Gambar 2.2. Instrumentasi Steam Turbine
Modul Cussons P7615 Technology Ltd

Adapun alat – alat kelengkapan tersebut meliputi:


1. Pressure Gauge/Meter Tekanan.
Fungsi: untuk mengukur tekanan uap masuk ke sistem calorimeter.
2. Thermometer/Meter Temperatur.
Fungsi: untuk mengukur temperatur.
3. Torque meter.
Fungsi: alat untuk mengukur torsi.
4. Speed meter.
Fungsi: alat untuk mengukur kecepatan.
5. Ammeter dan voltmeter.
Fungsi: alat untuk mengukur arus dan voltase.
6. Condensate measuring tank.
Fungsi: alat untuk mengukur jumlah air cndensate.
7. Vacum pump.
Fungsi: alat untuk memvacum condenser
8. Condensate pump.
Fungsi: alat untuk memompa air hasil kondensate.

Laboratorium Motor Bakar V-26


2.2. Prosedur Pengoperasian dan Pengujian Steam Turbine System.
2.2.1 Pengoperasian unit turbin uap
 Operasikan boiler(lihat prosedur pengoperasian boiler).
- Suplai power ke turbin.
- Hidupkan unit cooling tower.
- Suplai udara kompress guna keperluan safety mekanis.
 Pemeriksaan sebelum operasi.
- Pastikan dinamometer loading switch ON dalam posisi “ABSORB”.
- Set potensiometer beban untuk kontrol torsi ke minim.
- Periksa alat-alat ukur ke posisi nol kecuali indikator temperature.
- Periksa katub-katub ke posisi yang mungkin.
- Buka katub nosel dengan penuh dan tutup yang lainnya.

2.2.2 Start turbin uap.


 Buka katub inlet dengan perlahan sehingga mengalirkan jumlah uap yang
kecil guna pemanasan turbin.
 Pastikan bahwa beban dinamometer adalah nol.
 Buka katub air ke “vakum pump” sedikit, kemudian tekan tombol “vakum
pump ON” secepatnya.
 Secara perlahan-lahan buka katub inlet hingga turbin bergerak dengan
memutar tertentu(governor akan mengatur atau mengontrol putaran
turbin pada 4000 rpm, jika tidak matikan secara perlahan dan ulangi
operasi).
 Periksa bahwa vakunm dalam kondensor(P3) ada kira-kira tekanan 0,7
bar, jika tidak atur dengan katub keluaran vakum secara perlahan.
 Untuk membebani turbin disesuaikan dengan kontrol beban dinamometer
melalui potensiometer.
 Pada variasi pengukuran, jika tekanan inlet nosel P1 mendekati tekanan
uap terutama P2, buka penuh katub nosel nomor 2 dan tambahkan beban.
 Beban penuh dicapai apabila force meter menunjukkan kira-kira 100
Newton(potensiometer diputar maksimum).

Laboratorium Motor Bakar V-27


2.2.3 Prosedur Pengujian
Prosedur dalam pengambilan titik –titik pengukuran pengambilan data-data dapat
dilihat dari diagram skema gambar 2.2 diatas:
Keterangan-keterangan notasi :
T1 = Temperature condesate (0C)
T2 = Temperature turbin exhaust (0C)
T3 = Temperature cooling water outlet (0C)
T4 = Temperature condenser steam inlet (0C)
T5 = Temperature cooling water inlet (0C)
T6 = Temperature nozzle inlet (0C)
T7 = Temperature steam line (0C)
P1 = Tekanan nosel (bar)
P2 = Tekanan steam line (bar)
P3 = Tekanan kondenser (bar)
P4 = Tekanan gland seld (bar)
P5 = Tekanan exhaust turbin (bar)

2.3. Peralatan Dan Bahan Habis.


2.3.1 Peralatan.
1. Suplai energi listrik.
2. Air utilitas Laboratorium.
3. Cussons : P7600 : Oil Fired Boiler.
4. Cussons : P7632 : Superheater.
5. Cussons : P7615 : Steam Turbine

2.3.2 Bahan Habis


1. Lap/Kain pembersih : 10 kg
2. Gloves : 10 set
3. Air utilitas Laboratorium : 500 Liter
4. Bahan Bakar(Solar) : 100 Liter
5. Larutan Softener(NaCl) : 20 kg
6. Larutan Dosage(Housemen) : 25 Liter

Laboratorium Motor Bakar V-28


III. PERHITUNGAN STEAM TURBINE.
3.1 Referensi Standart.
Standart acuan untuk pengoperasian dan pengujian steam turbine adalah USA Standard
ASME PTC 6, Steam Turbines.

3.2 Rumus Perhitungan Steam Turbine.


1. Konsumsi uap teorotis (ms)

Ms = A x c x dimana : A = luas nozzel(mm2)


P = tekanan nozzel(bar abs)
v = volume spesifik uap
C = konstanta = 0,0368
Untuk nozzel no.31
A= x (........)2 = .......... mm2
P1 = ........ bar abs
v = ......... m3/kg

Sehingga ms = ............. kg/menit

2. Panas yang disuplai(Qs)


Qs = ms x extalpi pada nozzel, dimana kondisi nozzle P1 bar g; T6 0C
Qs = ...... x ........ extalpi pada nozzle = .........kj/kg
= ..............kj/menit (dari diagram mollier)

3. Panas Exhaust(Qexh)
Qexh = ms x extalpi pada exhaust, kondisi exhaust P5 bar g; T2 0C
= ....... x ........ extalpi pada exhaust = ........kj/kg
= ..............kj/menit (dari diagram mollier)
4. Drop entalpi actual
= Panas yang disuplai – panas exhaust
= ......... – ...........
= .............. kj/menit

5. Drop entalpi isentropis


= Panas yang display – (ms x entalpi isentropis exhaust)
= ........ – (....... x ........)
= .......... kj/menit

Laboratorium Motor Bakar V-29


6. Panas dalam kondensat(Qc)
Qc = ms x Cp x T
= ....... x ....... x .......
= ......... kj/menit

7. Panas yang diterima air pendingin(Qcw)


Qcw = mcw x Cp x (Tcwo – Tcwi)
= x ....... x (T3 – T5)
= ...........kj/menit

8. Panas pendingin lanjutan(undercooling)


Quc = panas exhaust – panas dalam kondenset
= .......... – ..........
= ........... kj/menit

9. Suplai panas Rankine(Qr)


Qr = panas yang disuplai – panas dalam kondenset
= .......... – ..........
= ............ kj/menit

10. Brake Power


BP =
=
= ............ Watt = ............. kj/menit

11. Konsumsi Energi


=
= ............... kj/menit

12. Konsumsi Uap Spesifik (SSC)


SSC =
= .............. kg/kwh

13. Efisiensi Isentropis


=
= .............x 100% = ...............%

Laboratorium Motor Bakar V-30


14. Efisiensi Konversi Mekanikal
=
= .............x 100% = ...............%

15. Efisensi thermal


=
= .............x 100% = ...............%

16. Efisiensi Rankine


=
= .............x 100% = ...............%

17. Efisiensi Relatif


= = ...............%

18. Daya Elektris


P= x Va x Ia = ............. Watt

Laboratorium Motor Bakar V-31


3.3 Format sheet dari Data Percobaan/Tabel Hasil Percobaan.

Date :......................................
Data Percobaan(No of Nozzel) I II III IV
Nozzle inlet (bar)P1
Steam line (bar)P2
Condenser (bar)P3
Glandseal (bar)P4
Turbin exhaust (bar)P5
Temperature kondensat (0C)T1
Turbin exhaust (0C)T2
Coolling water outlet (oC)T3
Condenser steam inlet (0C)T4
Cooling water inlet (0C)T5
Nozzle inlet temperature (0C)T6
Steam line temperature (0C)T7
Putaran (rpm)N
Gaya (N)F
Tegangan medan (V) Vf
Tegangan jangkar (V)Va
Arus jangkar (A)Ia

(...........................) (...........................) (...........................)


Lecture Technician Student

Laboratorium Motor Bakar V-32


IV. KOMPETENSI AKHIR.
Mahasiswa diharapkan dapat melaksanakan uji kompetensi pengoperasian dan
perhitungan steam turbine dengan acuan standar yaitu USA Standard ASME PTC
6, Steam Turbines.

Daftar Pustaka
1. G.Cusson Ltd. “Steam turbine, Instructioanal Manual Hand Book” England 1
December 1986, 2 march 1987.
2. Munson and Young., Fundamentals of fluid Mechanics, eds.4.Jakarta, Erlangga,
2004.
3. MsCave, W.L.,Smith. J.C., dan Harriott. P., Unit Operationsin Chemical
Engineering,ed. 4.McGraw-Hill. New York, 1985.
4. Gean Koplis, C.J., Transport Processes and Unit Operations,eds.2, Allyn
and Bacon,inc., 1987.
5. USA Standard ASME PTC 6, Steam Turbines.

Laboratorium Motor Bakar V-33

Anda mungkin juga menyukai