Anda di halaman 1dari 26

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Cara Kerja Instalasi Turbin Gas
Instalasi turbin gas merupakan suatu kesatuan unit instalasi yang bekerja
berkesinambungan dalam rangka membangkitkan tenaga listrik. Instalasi turbin gas
sederhana biasanya terdiri dari kompresor, ruang bakar, turbin dan generator.
Di awal proses, udara ambient dimampatkan oleh kompresor sehingga menjadi udara
bertekanan, kemudian udara tersebut dialirkan ke ruang bakar, di dalam ruang bakar
disemprotkan pula bahan bakar gas, sehingga terjadi pembakaran isobarik. Gas hasil
pembakaran dialirkan ke turbin, dimana di dalam turbin terjadi proses ekspansi yang
mengakibatkan poros turbin berputar. Berputarnya poros turbin yang dikopel dengan
generator akhirnya membangkitkan energi listrik.
Tenaga
Listrik
Generator Kopel Kompresor Turbin
Gas
Buang
Ruang
Bakar
Udara
Bahan
Bakar

Gambar 2.1 Skema Turbin Gas

Universitas Sumatera Utara

2.2 Klasifikasi Turbin Gas
2.2.1 Berdasarkan Siklus Kerjanya
Siklus Terbuka
Dalam siklus ini, gas hasil pembakaran langsung dibuang ke udara bebas,
setelah mengalami proses ekspansi pada turbin, pada gambar 2.2 yang merupakan
skema instalasi turbin gas siklus terbuka terlihat bahwa instalasi ini memiliki struktur
yang sederhana, yaitu terdiri dari kompresor, ruang bakar, turbin dan beban.









Gambar 2.2 Sistem turbin gas dengan siklus terbuka

Siklus Tertutup
Dalam siklus ini, fluida kerjanya tidak berhubungan dengan atmosfir
sekitarnya, dengan demikian dapat dijaga kemurniannya. Hal ini sangat
menguntungkan dari segi pencegahan kerusakan yang disebabkan oleh erosi dan
korosi. Pada sistem ini dapat juga digunakan dengan tekanan tinggi (sampai 40 atm)
Universitas Sumatera Utara
seperti pada instalasi uap, tetapi kerjanya tidak mengalami perubahan fasa. Skema
instalasi turbin gas siklus tertutup dapat dilihat pada gambar 2.3
Turbin gas dengan sistem ini konstruksinya lebih rumit, karena membutuhkan
pesawat pemanas dan juga membutuhkan pesawat pendingin udara sebelum masuk
kompresor. Keuntungannya adalah :
1. Untuk daya yang sama, turbin ini mempunyai ukuran yang lebih kecil.
2. Dapat bekerja pada tekanan tinggi
3. Lebih menghemat penggunaan bahan bakar.








Keterangan : Pc =Precooler ; H =Heater ; RB =Ruang bakar
Gambar 2.3 Sistem turbin gas dengan siklus tertutup

Siklus Kombinasi
Karena banyaknya energi yang hilang bersama-sama dengan terbuangnya gas
buang, maka telah dilakukan beberapa upaya untuk memanfaatkan gas buang dengan
cara menambah beberapa macam proses baru setelah peralatan tambahan sehingga
energi yang terbuang dapat dimanfaatkan lagi untuk suatu proses tertentu sehingga
dengan demikian dapat meningkatkan efisiensi dari sistem tersebut. Tetapi seiring
Universitas Sumatera Utara
dengan hal itu bertambah pula biaya investasi yang diperlukan karena harus membeli
peralatan baru. Dilihat dari segi ekonomisnya, turbin gas dengan siklus
kombinasi memiliki kebaikan bila turbin gas ini dijalankan untuk base load (beban
dasar atau utama) dan secara kontinu.
Ada beberapa macam turbin gas dengan siklus kombinasi, antara lain :
Turbin gas dengan siklus regenerasi
Pada turbin gas dengan siklus regenerasi dilakukan dengan penambahan
peralatan berupa alat penukar kalor (heat exchanger) yang diletakkan antara ruang
bakar dan saluran gas buang. Udara bertekanan dari kompresor mengalir dengan suhu
rendah ke heat exchanger untuk kemudian diteruskan ke ruang bakar dengan
temperatur tinggi. Panas yang diberikan oleh heat exchanger diperoleh dari sisa gas
buang yang dilewatkan terlebih dahulu di dalam pesawat penukar kalor sebelum
dibuang ke udara bebas. Skema instalasi dapat dilihat pada gambar 2.4









Gambar 2.4 Skema instalasi turbin gas siklus regeneratif dengan heat exchanger

Siklus gabungan turbin gas dengan turbin uap
Panas dari gas buang dipergunakan kembali untuk keperluan diantaranya :
Universitas Sumatera Utara
Produksi uap untuk keperluan industri, misalnya proses pemanasan
Produksi uap untuk pembangkit tenaga listrik dengan menggunakan turbin
uap. Proses ini disebut Combined gas and steam cycle










Gambar 2.5 Skema instalasi siklus gabungan turbin gas-turbin uap

2.2.2 Berdasarkan Konstruksinya
a. Turbin gas berporos tunggal (single shaft)
Turbin gas ini digunakan sebagai pembangkit listrik pada perusahaan maupun
pada industri yang berskala besar.
b. Turbin gas berporos ganda (multi shaft)
Jenis turbin ini digunakan untuk menahan beban dan torsi yang bervariasi. Poros
pertama turbin dikopel langsung dengan poros aksial. Turbin dengan tekanan tinggi
berfungsi menggerakkan kompresor, mensuplai gas panas untuk turbin bertekanan
rendah. Turbin multi shaft ini juga digunakan untuk sentral listrik dan industri. Turbin
Keterangan Gambar :
K = Kompresor
RB = Ruang Bakar
TG = Turbin Gas
HE = Heat Exchanger
TU = Turbin Uap
C = Condensor
P = Pompa
Universitas Sumatera Utara
ini direncanakan beroperasi pada putaran yang berbeda tanpa menggunakan
reduction gear.
2.2.3 Berdasarkan arah aliran fluida kerjanya
a. Turbin aliran radial : dimana arah aliran fluida kerja dalam arah yang tegak
lurus terhadap sumbu poros.
b. Turbin aliran aksial : dimana arah aliran fluida kerja diperoleh dalam arah
sejajar sumbu poros.

2.3 Siklus Kerja Turbin Gas
2.3.1 Siklus Ideal
Turbin gas secara termodinamika bekerja dengan siklus Brayton. Siklus ini
merupakan siklus ideal untuk sistem turbin gas sederhana dengan siklus terbuka,
seperti terlihat pada gambar 2.2. Siklus ini terdiri dari dua proses isobar dan
isentropis.
Siklus ideal adalah suatu siklus yang dibangun berdasarkan asumsi sebagai
berikut :
Proses kompresi dan ekspansi terjadi secara isentropik
Perubahan energi kinetik dari fluida kerja antara sisi masuk dan sisi keluar
kompresor diabaikan
Tidak ada kerugian tekanan pada sisi masuk ruang bakar & sisi keluar ruang bakar
Laju aliran massa gas dianggap konstan

Adapun diagram T-S untuk siklus terbuka dapat dilihat sebagai berikut :


Universitas Sumatera Utara







Gambar 2.6 Diagram T-S dan P-V turbin gas siklus terbuka
Proses-proses yang terjadi dari diagram tersebut diatas adalah sebagai berikut :
Proses 1-2 : Proses kompresi isentropis pada kompresor.
Proses 2-3 : Proses pembakaran pada tekanan konstan (isobar) di dalam
ruang bakar, adanya pemasukan panas.
Proses 3-4 : Proses ekspansi isentropik pada turbin.
Proses 4-1 : Proses pembuangan kalor pada tekanan konstan.

Dengan demikian pada proses steady state untuk masing-masing proses diatas
diperoleh :
Proses 1-2 : Kerja Kompresor
Kerja spesifik kompresor ideal, titik 1-2 (W
K
) yaitu kalor spesifik yang
dibutuhkan untuk menggerakkan kompresor pada kondisi ideal :
W
K
= Cp (T
2
- T
1
)
= h
2
- h
1
(kJ/kg) (lit 3. hal 16)
Dimana : Cp = Panas jenis udara pada tekanan konstan (kJ/kg K)
T
1
= Temperatur udara masuk kompresor (K)
Universitas Sumatera Utara
T
2
= Temperatur udara keluar kompresor (K)
h
1
= entalpi udara spesifik masuk kompresor (kJ/kg)
h
2
= entalpi udara spesifik keluar kompresor (kJ/kg)

Proses 2-3 : Pemasukan Panas
Proses pembakaran terjadi pada tekanan konstan (isobar), tetapi pada
kenyataannya terjadi pengurangan tekanan, faktor pengurangan tekanan sebesar
0,02-0,03
Q
in
= C
p
(T
3
-T
2
)
= h
3
-h
2
.... (lit 3. hal 17)
Dimana :
h
3
= entalpi gas keluar ruang bakar (kJ/kg)
T
3
= temperatur gas keluar ruang bakar (K)
Q
in
= kalor spesifik ruang bakar (kJ/kg)

Proses 3-4 : Kerja Turbin
Untuk proses ekspansi ideal pada turbin, kerja yang terjadi adalah :
W
t
= C
p
(T
3
-T
4
)
= h
3
-h
4
.... (lit 3. hal 17)
Dimana :
W
T
= kerja spesifik ideal yang keluar turbin (kJ/kg)
T
4
= temperatur gas keluar turbin (K)
h
4
= entalpi spesifik gas keluar turbin ideal (kJ/kg)


Universitas Sumatera Utara

Kerja netto siklus (W
net
)
Kerja spesifik siklus adalah selisih kerja yang dihasilkan turbin dengan kerja
yang dibutuhkan kompresor tiap kg gas, yang secara matematis dapat dituliskan :
W
net
= W
T
- W
K

= (h
3
-h
4
) - (h
2
-h
1
)

= C
p
(T
3
-T
4
) - C
p
(T
2
-T
1
)
W
net
= C
p
[(T
3
-T
4)
-(T
2
-T
1
)] (kJ/kg) .... (lit. 3 hal 20)

Maka, effisiensi total instalasi (
total
) adalah perbandingan antara kerja netto
siklus dengan pemasukan energi.

total
=
in
net
Q
W


=
) T - (T Cp
)] T - (T - ) T - [(T Cp
2 3
1 2 4 3


= 1 -
) T - (T Cp
) T - Cp(T
2 3
1 4

total
= 1 -
(
(

(
(

1
2
3
2
1
1
4
1
T
T
T
T
T
T

Oleh karena proses 1-2 dan 2-3 adalah proses yang berlangsung secara isentropis, dan
P
2
=P
3
dan P
4
=P
1


1
2
T
T
=
( )

1 -
1
2
P
P
|
.
|

\
|
=
( )

1 -
4
3
P
P
|
.
|

\
|
=
4
3
T
T

r
p
=
1
2
P
P
=
4
3
P
P

Universitas Sumatera Utara
dimana, r
p
adalah perbandingan tekanan (pressure ratio)
Maka, effisiensi total siklus menjadi :

total
= 1 -
( )

1 -
p r
1

Dengan demikian, jelas dapat dimengerti bahwa harga effisiensi tertinggi
tergantung kepada pressure ratio (r
p
). Jadi effisiensi akan naik apabila pressure ratio
yang digunakan lebih tinggi. Hubungan effisiensi, pressure ratio dan jenis fluida kerja
ditunjukkan oleh gambar berikut :








Gambar 2.7 Grafik hubungan effisiensi dan pressure ratio

2.3.2 Siklus Aktual
Proses kerja diatas terjadi secara isentropis, tetapi kenyataannya secara aktual
terjadi penyimpangan dari proses ideal. Penyimpangan-penyimpangan itu adalah :
1. Fluida kerja merupakan gas ideal dengan panas spesifik konstan.
2. Laju aliran massa fluida kerja tidak konstan.
3. Proses yang berlangsung di setiap komponen adiabatik.
Universitas Sumatera Utara
4. Proses kompresi di dalam kompresor tidak berlangsung secara isentropik.
5. Proses ekspansi di dalam turbin tidak berlangsung secara isentropis.
6. Proses pembakaran tidak berlangsung secara adiabatik serta tidak dapat menjamin
terjadinya pembakaran sempurna, sehingga untuk mencapai temperatur gas masuk
turbin yang ditetapkan diperlukan jumlah bahan bakar yang lebih banyak.
7. Terjadinya penurunan tekanan pada ruang bakar dan turbin.













Gambar 2.8 Diagram h-s siklus aktual (lit. 3 hal 64)
Dari gambar diatas terlihat bahwa :
Kompresi berlangsung secara aktual, yaitu menurut garis 1-2, sedangkan pada
proses ideal terjadi secara non isentropik 1-2.
Proses ekspansi juga berlangsung secara aktual, yaitu menurut garis 3-4,
sedangkan pada proses ideal terjadi secara non isentropik 3-4.
Universitas Sumatera Utara
Effisiensi kompresor merupakan perbandingan kerja antara kerja kompresor
pada siklus ideal dengan siklus aktual, yaitu :

k
=
ka
ks
W
W
.... (lit. 3 hal 64)

k
=
) T - (T Cp
) T - Cp(T
1 2
1 2

=
1 2
1 2
h - h
h - h


Effisiensi turbin didefinisikan sebagai berikut :

T
=
Ts
Ta
W
W
.... (lit. 3 hal 64)

T
=
) T - (T Cp
) T - Cp(T
1 2
4 3


=
4 3
4 3
h - h
h - h

Jadi temperatur keluar kompresor (T
2a
) adalah :

k
=
) T - (T
) T - (T
1 2a
1 2s


T
2a
= 1
k
1 2s
T

T - T
+
Dan temperatur keluar turbin aktual (T
4a
) adalah :

T
=
) T - (T
) T - (T
4s 3
4a 3


T
4a
= T
3
- (T
3
- T
4s
) x
T








Universitas Sumatera Utara
2.4 Pemilihan Jenis Turbin
Ditinjau dari arah aliran, turbin dapat dibagi atas dua bagian, yaitu :
2.4.1 Turbin aliran radial
Turbin radial adalah turbin dimana arah aliran fluida kerja dalam arah yang
tegak lurus terhadap sumbu poros, yakni arah aliran radial. Pada turbin ekspansi fluida
dari tekanan awal ke tekanan akhir terjadi di dalam laluan semua baris sudu-sudu
yang berputar.







Gambar 2.9 Penampang turbin jenis radial
Turbin radial umumnya digunakan untuk aliran yang kecil, dimana turbin
radial lebih murah dan sederhana untuk dibuat bila dibandingkan dengan turbin aksial,
misalnya pada instalasi turbin gas yang kecil, dalam bidang automotif dan pompa
kebakaran yang dapat dipindah-pindahkan. Pada gambar 2.9 diperlihatkan gambar
penampang turbin jenis radial.
2.4.2 Turbin aliran aksial
Turbin aksial adalah turbin dimana arah aliran fluida kerja diperoleh dalam
arah sejajar sumbu poros.
Umumnya untuk kapasitas dan daya besar sering digunakan turbin aksial, karena
mempunyai beberapa keuntungan dibandingkan jenis radial, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
Effisiensi lebih baik
Perbandingan tekanan (r
p
) dapat dibuat lebih tinggi
Konstruksi lebih ringan dan tidak membutuhkan ruangan yang besar
Ditinjau dari sistem konversi energinya, turbin aksial dapat dibagi menjadi 2
(dua) bagian, yaitu :
Turbin aksial reaksi
Turbin aksial aksi (impuls)
Turbin aksial reaksi adalah turbin yang proses ekspansinya terjadi tidak hanya
pada laluan-laluan sudu gerak, sehingga penurunan seluruh kandungan kalor pada
semua tingkat terdistribusi secara merata.










Gambar 2.10 Penampang turbin jenis aksial
Turbin aksial aksi (impuls) adalah turbin yang proses ekspansinya (penurunan
tekanan) fluida hanya terjadi pada sudu diam, dan energi kecepatan diubah menjadi
energi mekanis pada sudu-sudu turbin (tanpa terjadinya ekspansi pada sudu gerak itu).
Konstruksi turbin aksial diperlihatkan pada gambar 2.10
Universitas Sumatera Utara











Gambar 2.11 Grafik effisiensi turbin v-s velocity ratio

Dalam perancangan ini penulis memilih turbin aksial reaksi, karena pada tipe
reaksi effisiensi maksimum dapat dicapai dengan perbandingan kecepatan () 0,8-1,0
bahwa effisiensi tingkat tipe reaksi lebih baik dibandingkan dengan tipe reteau (turbin
dengan tekanan bertingkat) dan curtis (turbin dengan kecepatan bertingkat), seperti
terlihat pada gambar 2.11
Dari gambar di atas terlihat bahwa :
Effisiensi tingkat pada tipe reaksi lebih baik daripada yang lainnya, dengan
perbandingan kecepatan yang lebih besar.
Pada tipe reaksi, effisiensi maksimum dapat tercapai pada daerah perbandingan
kecepatan () 0,8-1,0.
Pada tipe ini, kecepatan tangensial yang mengalir di antara sudu-sudu adalah tidak
terlalu besar, sehingga kerugian gesekan akibat kecepatan juga tidak terlalu besar.

Universitas Sumatera Utara
2.5 Ruang Bakar
Kalor spesifik yang masuk (q
in
) pada ruang bakar adalah gas hasil pembakaran.
Pembakaran ini menaikkan temperatur gas sekaligus menaikkan entalpinya, secara
teoritis terjadi pada tekanan konstan.
Reaksi pembakaran sempurna dengan udara untuk hidrokarbon dengan rumus
C
m
H
n
adalah menurut persamaan reaksi :
CmHn+
|
.
|

\
|
+
4
n
m (O
2
+aN
2
+bH
2
O) mCO
2
+
(

|
.
|

\
|
+
4
n
m a N
2
+
(

|
.
|

\
|
+ +
4
n
m b
4
n
H
2
O
Dimana :
a = perbandingan volume N
2
dengan O2 di udara
b = perbandingan volume H
2
O

dengan O2 di udara
Sehingga dapat diperoleh perbandingan udara dan bahan bakar yang
dibutuhkan pada kondisi stiokiometri yaitu :
AFR
teo
=
bakar bahan bakar bahan
udara udara
BM x mol
BM x mol

=
bakar bahan
udaraa
massa
massa

Dimana ; AFR = Air Fuel Ratio (kg
u
/kg
bb
)
BM
udara
= Berat Molekul udara (kg
u
/kmol
bb
)
BM
bhn bkr
= Berat Molekul bahan bakar (kg
u
/kmol
bb
)
Sedangkan untuk mendapatkan nilai AFR pada kondisi aktual, diperoleh
melalui persamaan berikut :
AFR
akt
= (AFR
teo
x ) + AFR
teo
Kemudian akan didapat faktor kelebihan udara (), yaitu :
=
teo
teo akt
AFR
AFR - AFR
x 100%

Universitas Sumatera Utara
2.6 Laju Aliran Massa Udara
Untuk menentukan laju aliran massa udara dan bahan bakar maka keadaan
dihitung pada temperatur rata-rata udara atmosfir yang dihisap kompresor, hal ini
sangat berguna untuk mendapatkan perbedaan daya keluaran sistem tidak terlalu besar
bila sistem bekerja pada temperatur udara rendah ataupun tinggi.
Laju aliran massa udara dan bahan bakar dapat dihitung dengan menggunakan
prinsip kesetimbangan energi dan instalasi :
P
E
= P
T
- P
K

P
E
= (
o
a
m +
o
f
m ) W
Ta
-
o
a
m . W
Ka


o
a
m =
Ka - Ta
a
f
E
W W .
m
m
1
P
|
.
|

\
|
+


Dimana :
o
a
m = laju aliran massa udara (kg/s)
o
f
m = laju aliran massa bahan bakar (kg/s)
P
T
= daya bruto turbin (kW)
W
Ta
= kerja turbin aktual (kJ/kg)
W
Ka
= kerj kompresor aktual (kJ/kg)
P
K
= daya kompresor (kW)






Universitas Sumatera Utara
T
G
kopling
P
T
P
B
P
N
=P
G
P
G
P
B
P
E
2.7 Generator
Daya yang dibutuhkan untuk menggerakkan generator untuk menghasilkan daya
listrik merupakan daya netto turbin. Daya netto haruslah lebih besar dari daya
keluaran generator, karena pada generator itu sendiri terdapat faktor daya dan
kerugian-kerugian.
Untuk mentransmisikan daya dan putaran ke generator digunakan kopel
langsung, namun dalam hal ini akan terjadi kerugian-kerugian mekanis, sehingga daya
yang dibutuhkan generator adalah daya semu (Volt Ampere, P
B
) dan daya keluaran
(daya nyata, P
G
). Sehingga daya yang diperlukan ke generator adalah :
P
N
= P
B
Cos x
g x

m

Dimana :
g
=Efisiensi generator

m
=Efisiensi mekanis generator (0,9)






Dimana :
P
G
=daya berguna pada generator
P
B
=daya semu ( input generator)
P
E
=daya reaktif

Gambar 3.5 Skema alur daya pada instalasi turbin gas

Universitas Sumatera Utara
2.8 Perencanaan Turbin
Pada perencanaan turbin ini akan dibahas mengenai jumlah tingkat turbin,
kondisi gas dan dimensi sudu.
2.8.1 Jumlah Tingkat Turbin
Jumlah tingkat turbin dihitung berdasarkan total penurunan temperatur dan
penurunan temperatur tiap tingkat, penurunan tiap tingkat adalah :
=
2
Um
Tos . Cpg . 2

Dimana :
= Koefisien pembebanan sudu
Cpg = Panas jenis gas pada tekanan konstan (kJ/kg)
Tos = Penurunan temperatur tiap tingkat turbin (K)
Um = kecepatan tangensial rata-rata sudu (m/s)
Sedangkan total penurunan temperatur gas adlah :
Tos = T
3
- T
4

Dimana :
T
3
= temperatur gas masuk turbin (K)
T
4
= temperatur gas keluar turbin (K)
Jumlah tingkat turbin :
n =
Tos
To


Dimana :
n = Jumlah tingkat turbin



Universitas Sumatera Utara
2.8.2 Kondisi Gas dan Dimensi Sudu
Kondisi gas dianalisa pada keadaan stagnasi dan statis, keadaan stagnasi adalah
kondisi gas yang dianalisa dalam keadaan diam tanpa memperhitungkan
kecepatannya, sedangkan keadaan statis adalah kondisi gas yang dianalisa dalam
keadaan diam dengan memperhitungkan kecepatan.
Persamaan-persamaan stagnasi :
T
01
=

1 -
P
Pa
Ta
pf x
01
|
.
|

\
|
(


Dimana,
T
01
= Temperatur udara pada kondisi stagnasi (K)
Ta = Temperatur udara atmosfir (K)
01 P
Pa
= Perbandingan tekanan
pf = Effisiensi politropik filter udara
Persamaan-persamaan statik :
T
1
= T
01

pg
2
a
C . 2
C

P
1
= P
01

1 -
01
1
T
T
|
.
|

\
|

Dimana,
T
1
= Temperatur udara pada kondisi statik (K)
T
01
= Temperatur udara pada kondisi stagnasi (K)
P
1
= Tekanan udara pada kondisi statik (K)
P
01
= Temperatur udara pada kondisi stagnasi (K)

Universitas Sumatera Utara
Dari persamaan gas ini dapat dicari massa jenis gas yang mengalir yaitu :
=
T . R
100 . P

Dimana : = massa jenis gas (kg/m
3
)
Dengan menghitung laju aliran massa gas maka dapat dicari luasan yang ditempati
gas, yaitu :
A =
Ca .
m
o
g

Dimana : A = Luasan yang ditempati
o
g
m = Massa gas, yang dalam hal ini untuk tiap tingkat berbeda karena
pengaruh laju aliran massa perbandingan sudu (kg/s)
Perhitungan tinggi sudu
h =
60 . Um
n . A

Dimana : h = tinggi sudu (m)
n = putaran sudu (rpm)
Jari-jari sudu (jarak dari pusat cakram ke pitch sudu)
r
m
=
n . 2
Um . 60

Dimana : r
m
= jari-jari rata-rata sudu turbin (m)
Jari-jari akar sudu dan puncak sudu pada tiap tingkat turbin
r
m
= r
m
-
2
h

r
t
= r
t
+
2
h

Dimana : r
t
= jari-jari puncak sudu tiap tingkat turbin (m)
Universitas Sumatera Utara
Tebal sudu dan celah antar sudu
Wr =
3
hr

c = 0,25 . Wr
Dimana : w = tebal sudu (m)
C = celah antar sudu (m)

2.8.3 Diagram Kecepatan Gas
Untuk menggambarkan kecepatan aliran gas perlu dihitung besar sudut
kecepatan gas tersebut untuk sudut masuk dan sudut keluar relatif gas.









Gambar 2.13 Diagram kecepatan pada sudu
= 4 . . tg
2m
+2
= 4 . . tg
3m
- 2
Dimana : = koefisien aliran gas
1
= sudut relatif kecepatan gas masuk sudu ()

0
= sudut relatif kecepatan gas keluar sudu ()
Universitas Sumatera Utara
2.9 Bagian Utama Turbin
Pada bagian-bagian utama akan dibahas mengenai poros turbin, pelumasan,
bantalan, pasak dan cakram.
2.9.1 Poros Turbin





Gambar 2.14 Poros
Poros turbin harus mampu menahan beban-beban yang diakibatkan berat turbin,
kompresor dan lainnya. Mencari diameter poros :
d
p
=
3
1
a
T . Cb . Kt .

5,1
(

|
.
|

\
|

Dimana :
d
p
= diameter poros (mm)

a
= tegangan geser ijin (kg/mm
2
)
K
t
= faktor pembebanan
C
b
= faktor koreksi beban lentur poros
T

= momen torsi (kg.mm)





Universitas Sumatera Utara
2.9.2 Pasak








Gambar 2.15 Pasak
Bahan pasak yang digunakan disarankan memiliki kekuatan permukaan dan
tegangan geser yang tinggi. Tetapi jangan sampai lebih tinggi dari kekuatan poros.
Tegangan geser pada pasak terjadi karena gaya tangensial dari poros yang besarnya :
F
t
=
p d
T . 2


g
=
g
t
A
F

Dimana :
F
t
= gaya tangensial (kgf)
T

= torsi pada poros (kg.mm)
d
p
= diameter poros (mm)

g
= tegangan geser (kg/mm
2
)
A
g
= luas bidang geser (mm
2
)



Universitas Sumatera Utara
Gaya tangensial ini juga menyebabkan terjadinya tegangan normal :

p
=
s
t
A
F

Dimana :

p
= tegangan normal (kg/mm
2
)

s A = luas permukaan samping pasak (mm
2
)

2.9.3 Bantalan







Gambar 2.16 Bantalan luncur
Bantalan berfungsi sebagai penopang poros yang berputar. Pada dasarnya ada 3
jenis bantalan, yaitu :
1. Bantalan Aksial
Bantalan aksial yaitu bantalan yang berfungsi menahan beban-beban aksial atau
beban-beban yang sejajar sumbu poros.
2. Bantalan Radial
Bantalan radial yaitu bantalan yang berfungsi menahan beban-beban radial atau
beban-beban yang tegak lurus sumbu poros.

Universitas Sumatera Utara
3. Bantalan Aksial-Radial
Bantalan aksial-radial yaitu bantalan yang berfungsi menahan beban-beban
aksial maupun radial sekaligus secara bersamaan ataupun bergantian.
Dalam perancangan jenis ini bantalan yang digunakan adalah bantalan aksial-
radial sesuai dengan keadaan pada turbin gas, dimana pengekspansian gas ke arah
aksial yang menyebabkan gaya aksial pada poros. Begitu juga untuk gaya radial yang
tegak lurus poros, gaya ini disebabkan oleh berat poros itu sendiri, berat cakram, berat
sudu, berat selubung pemisah antar turbin dan kompresor dan beban-beban lainnya.
Untuk menahan beban-beban ini digunakan bantalan yang mampu menahan
beban radial dan aksial. Pada bantalan terdapat angka karakterisitk bantalan atau
angka Sommerfield, yaitu :
S =
P
N .
x
c
r

|
.
|

\
|

Dimana :
S = angka Sommerfield
r = radius journal (mm)
c = ruang bebas arah radial (mm)
= viskositas dinamik pelumasan (N/m.s)
P = beban per satuan luas bantalan (Mpa)













Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai