,
_
1
1
]
1
,
_
/ 1
3
4
3
4
4 3
4 3
1
1
t
t
t
t
s t t
t t
tTs
tT
Ts
T
T
p
p
T
T
h h
h h
h
h
w
w
Seperti pada kompresor, selain terjadi gesekan pada fluida, pada turbin juga terjadi kerugian
mekanis sehingga dapat diperoleh kerja poros turbin,
T m f t t Te
W h h h W
4 3
Garnbar 6.6 Diagram h - s untuk proses di dalam turbin.
Untuk turbin gas stasioner ataupun turbin gas yang sepenuhnya ditujukan untuk
menghasilkan daya poros, energi kinetik gas keluar turbin sangat kecil sehingga dianggap sama
dengan nol. Dengan demikian dalam keadaan ideal, gas diekspansikan sampai mencapai tekanan
statiknya. Dapat dilihat bahwa usaha memperbesar efisiensi turbin mencakup semua usaha
mendekatkan titik t4 ke titik t4s dan memperkecil hf . Pada saat ini hf untuk turbin kira-kira
2% dari W
T
atau
m
= 0.98.
9. Efisiensi Nosel. Untuk motor turbojet, kecepatan jet gas sangat penting. Karena itu
efisiensi nosel digunakan untuk menyatakan perbandingan antara kecepatan jet sebenarnya
terhadap kecepatan jet yang dapat dicapai melalui ekspansi isentropik. Dari persamaan energi
yang umum untuk proses aliran tunak, untuk proses melalui nosel PE 0; q 0, w = 0,
sehingga
C
j
=
( )
j t
h h gJ
4
2
Untuk gas ideal dengan c
p
konstan, persamaan dapat dituliskan sebagai
45
C
j
=
,
_
4
4
1 2
t
j
t p
T
T
T gJc
Sedangkan untuk proses isentropik,
C
js
=
( )
js t
h h gJ
4
2
Untuk gas ideal dengan c
p
konstan, dapat dituliskan sebagai
C
js
=
,
_
4
4
1 2
t
js
t p
T
T
T gJc
Tentu Cj
s
> Cj, oleh karena itu didefinisikan efisiensi nosel sebagai,
N
=
js
j
C
C
Gambar 6.7 Diagram h s untuk ekspansi didalam nosel
10. Soal Latihan
a. Jelaskan tentang instalasi dan prinsip kerja motor turbojet.
b. Terangkan perbedaan siklus turbojet ideal dengan siklus turbojet sebenarnya!
c. Jelaskan efisiensi masing-masing komponen!
46
BAB VII
PRINSIP DASAR AKSI REAKSI
1. Pengantar. Prinsip dasar gaya dorong pada hakekatnya sudah ada sejak dahulu kala dan
telah digunakan pada kehidupan mahkluk saat itu hingga sekarang, contohnya perilaku binatang
atau hewan misalnya ikan bergerak maju mundur. Hal tersebut dapat dilaksanakan karena ikan
itu mempunyai tenaga (power) untuk mendorong tubuhnya sehingga dapat bergerak ke sana ke
mari. Kejadian tersebut merupakan dasar dari penggunaan gaya dorong pada periode-periode
berikutnya. Untuk memahami tentang prinsip dasar gaya dorong (aksi reaksi) banyak didasari
oleh teori-teori energi panas (thermal) menjadi mekanik. Maka pada bab ini akan diuraikan
mengenai konsep fisika dan hukum Newton serta konsep Thermodinamika sebagai teori
pendukung dasar aksi reaksi tersebut.
2. Konsep Fisika. Beberapa pengertian fisika yang digunakan dalam mendukung
pembahasan tentang prinsip dasar aksi reaksi pada motor turbojet adalah sebagai berikut :
a. Gaya. Suatu gaya didefinisikan sebagai besaran tekanan (dorongan) atau tarikan yang
mana menghasilkan atau menahan gerakan. Sebagai Contoh : Gravitasi yaitu suatu gaya
yang menarik semua benda menuju bumi dengan percepatan 32,2 ft/sec (9,8 m/sec
2
).
Apabila berat dibagi dengan gravitasi maka disebut massa dari benda itu. Gaya
merupakan vektor yaitu sesuatu yang mempunyai besaran dan arah.
b. Kerja. Secara mekanik kerja dilakukan apabila suatu gaya bekerja pada sebuah benda
mengakibatkan benda tersebut bergerak melalui jarak. Jadi kerja = gaya x jarak (W = F x
D).
Sebagai Contoh : jika sebuah benda didorong sekeras mungkin tetapi tidak bergerak maka
tidak ada kerja yang dilakukan. Jadi bila suatu objek diberi gaya sehingga terjadi
perpindahan atau pergeseran, maka objek telah melakukan kerja. Satuan kerja adalah
Joule sama dengan Newton meter.
c. Daya (Tenaga). Tenaga adalah besarnya kerja yang dilakukan persatuan waktu. Tidak
ada dalam definisi kerja yang menyatakan bagaimana cepatnya kerja yang dilakukan.
Tenaga yang dinyatakan dalam Horse Power adalah identik dengan besarnya daya yang
digunakan untuk memindahkan beban seberat 33.000 lbf sejauh 1 ft dalam waktu 1 menit
atau beban seberat 550 lb sejauh 1 ft dalam 1 menit. Dalam satuan S I daya dinyatakan
dalam mm/sec.
d. Energi. Energi didefinisikan sebagai kemampuan melakukan kerja. Energi yang
dimiliki benda dapat diklasifikasikan dalam kategori energi potensial dan energi kinetik.
Energi potensial terjadi karena letaknya atau kedudukannya.
Sebagai contoh : Air dalam tangki penyimpanan yang diangkat, atau distorsi dari benda
yang elastis seperti pegas yang tertekan. Jadi energi potensial adalah energi yang
terkandung dalam benda yang tidak bergerak.
Energi potensial = berat x ketinggian.
Ep = w x h
Energi Kinetik, adalah energi yang terkandung dalam benda yang bergerak. Gas yang
menggerakkan roda turbine menunjukkan energi kinetik.
47
e. Kecepatan (Speed). Speed sebuah benda yang bergerak didefinisikan jarak yang
ditempuh persatuan waktu. Speed merupakan besaran skalr, sedangkan kecepatan yang
dinyatakan dalam vektor (mempunyai besaran dan arah) disebut velocity.
f. Percepatan. Percepatan merupakan suatu laju perubahan kecepatan.
g. Momentum. Massa dikalikan kecepatan atau m x v didefinisikan sebagai momentum.
Momentum dimiliki oleh benda yang bergerak. Yang menentukan lamanya waktu yang
dibutuhkan untuk menghentikan dengan gaya yang konstan. Benda dengan gaya yang
besar dan momen kecepatannya rendah mungkin mempunyai momentum yang besarnya
sama dengan benda dengan massa kecil tetapi kecepatannya tinggi.
3. Hukum Newton. Hukum pergerakan Newton merupakan hukum-hukum dasar tentang
jet propulsi yang didemontrasikan beberapa abad yang lalu oleh para ilmuwan dengan berbagai
percobaan. Seorang berkebangsaan Inggris menentukan tiga hukum yang berhubungan dengan
benda dalam kondisi diam dan bergerak beserta gaya-gaya yang dikenakainya. Hukum tersebut
ialah :
a. Hukum Newton I. Suatu benda apabila diam cenderung untuk tetap diam dan bila
bergerak cenderung untuk tetap bergerak dengan kecepatan konstan dan lurus, kecuali
bila dikenakan suatu gaya.
Contoh : Bola yang terletak pada meja yang datar akan tetap tinggal diam, kecuali bila
digerakkan oleh suatu gaya misalnya oleh hembusan/tiupan udara atau oleh tangan orang.
b. Hukum Newton II. Apabila pada suatu benda ada gaya yang tidak seimbang, hal ini
cenderung menghasilkan suatu percepatan dalam arah gaya tersebut. Besarnya percepatan
adalah berbanding lurus dengan gaya dan berbanding terbalik dengan massa benda itu.
Contoh : Sebuah truk harus mempunyai gaya yang lebih besar untuk mencapai
percepatan yang sama dengan sebuah sepeda motor.
c. Hukum Newton III. Setiap gaya aksi akan menimbulkan gaya reaksi yang besarnya sama
tetapi berlawanan arahnya.
Contoh:
1) Bila seekor kuda menarik pedati, ia harus menjejakkan kakinya ke
permukaan jalan untuk mendorong pedati.
2) Pelatuk sebuah pistol memukul peluru, maka anak peluru akan melesat
keluar tetapi pistol akan tersentak ke belakang.
Rumus : F (aksi) = - F (reaksi)
4. Konsep Thermodinamika. Guna memperoleh pengertian yang jelas mengenai prinsip
kerja aksi- reaksi pada motor turbin gas, maka perlu mengetahui bahasan tentang konsep
thermodinamika yang berkaitan dengan aspek panas, kerja tenaga berikut perubahan-perubahan
bentuk tenaga dan sifat-sifat benda yang terkait serta perhitungannya antara lain sebagai berikut :
a. Perhitungan kerja. Kerja yang dilakukan oleh suatu sistem atau yang dilakukan pada
suatu sistem dari kondisi awal 1 ke kondisi akhir adalah :
48
Bila dv > 0 proses ekspansi telah terjadi. Dalam proses tersebut sistem telah melakukan
kerja, karena W > 0.
dv < 0 , proses kompresi telah terjadi. Pada proses kompresi sistem dikenai kerja karena
W < 0.
P
2
1
V
1 dv 2
Gambar 7.1 Grafik P terhadap V
b. Proses Thermodinamika. Proses-proses yang terdapat dalam thermodinamika antara lain
ialah :
1) ProsesAdiabatik. Suatu proses disebut adiabatik, jika selamaproses tersebut
berlangsung tidak terjadi pertukaran panas dengan sekelilingnya. Jadi tidak ada panas
yang masuk atau keluar sistem tersebut selama proses berlangsung. Dengan demikian,
pada proses tersebut terjadi dQ = 0 oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa energi yang
digunakan untuk melangsungkan proses tersebut berasal dari internal energi . Jadi jika
melakukan kerja, internal energi akan menurun, sebaliknya jika dikenai kerja maka
internal energi akan naik.
2) Proses Reversible. Proses Reversible ialah proses yang dapat kembali kepada
kondisi thermodinamik sistem dan sekelilingnya seperti kondisi semula.
3) Proses Irreversible. Ialah proses yang tidak dapat kembali kepada kondisi
thermodinamik sistem dan sekelilingnya seperti kondisi semula.
4) Internal Energi. Internal energi adalah jumlah energi yang dikandung oleh suatu
sistem.
dv = dQ - dw
Artinya : Pertambahan internal energi merupakan selisih energi (panas) yang dimasukkan
ke dalam sistem tersebut dengan kerja yang dilakukan.
5) Proses Isokhorik. Ialah proses dengan volume tetap. Pada proses ini tidak ada
perubahan volume jadi : dv = 0 , maka
0 .dv p v jadi dv = dQ
49
6) Hukum Thermodinamika I. Hukum ini menyebutkan bahwa energi sebelum
dan sesudah proses atau reaksi adalah tetap, jadi tidak ada energi yang hilang, atau energi
adalah kekal.
Jadi dv = dQ - dw
7) Hukum Thermodinamika II. Di dalam hukum ini dinyatakan bahwa proses
yang sebenarnya terjadi yaitu jumlah energi sebelum proses tidak sama dengan jumlah
energi setelah proses, sehingga ada energi yang hilang. Kehilangan energi inilah yang
dirumuskan dalam kenaikan entropi yang merupakan salah satu sifat thermodinamis.
Suatu proses yang tidak menghasilkan kenaikan entropi disebut proses isentropis atau
entropi konstan.
Rumusnya : ds = dQ/T = 0
Tetapi pada proses sebenarnya akan menghasilkan kenaikan entropi sehingga prosesnya
tidak isentropis atau politropik.
Rumusnya : ds = dQ/T > 0 (Hukum Thermodinamika II)
8) Hukum Gas Ideal. Didalam hukum gas ideal ini dinyatakan bahwa kalor spesifik
pada volume konstan (Cv) dan kalor spesifik pada tekanan konstan (Cp) merupakan
fungsi temperatur saja.
Dengan kata lain sifat-sifat ini tidak terpengaruh oleh tekanan. Perbandingan kalor
specifik () dinyatakan sebagai :
v
p
C
C
dimana C
p
C
v
= R sehingga
1
R
C
v dan
1
R
C
v
Persamaan untuk proses isothermal reversible adalah :
PV = P
1
. V
1
= P
2
V
2
= konstan.
5. Siklus Turbin Gas Sederhana. Siklus ideal untuk turbin gas sederhana adalah siklus
Joule atau siklus Brayton.
Persamaan energi:
( ) ( ) W C C h h Q + +
2
1
2
2 1 2
2
1
dimana:
q dan w adalah perpindahan panas dan kerja per satuan aliran massa.
( )
1 2 1 2 12
) ( T T c h h W
p
( ) ( )
2 3 2 3 23
T T c h h Q
p
( ) ( )
4 3 4 3 34
T T c h h W
p
efisiensi siklus:
50
masuk energi
w
.
=
( ) ( )
( )
2 3
1 2 4 3
T T c
T T c T T c
p
p p
dari hubungan isentropik p t :
t
2
/t
1
= r
( - 1)/
= t
3
/t
4
dimana :
r = p
2
/p
1
= p
3
/p
4
efisiensi menjadi:
( )
/ 1
1
1
,
_
r
Efisiensi hanya bergantung pada perbandingan tekanan dan sifat kerja spesifik w:
( ) ( )
1 2 4 3
T T c T T c W
p p
atau:
( )
( )
( ) 1
1
1
/ 1
/
1
,
_
r
r
t
T c
W
p
dimana
1
3
T
T
t
; t
1
temperatur atmosfer
karena r
(-1)/
=
1
2
T
T
=
4
3
T
T
maka dapat ditulis
1
2
T
T
x
4
3
T
T
= t, karena t = t
3
/t
1
maka t
2
= t
4
.
Kerja spesifik keluar akan maksimum bila temperatur keluar kompresor dan turbin berharga
sama. jadi, untuk semua harga
,
_
1
2
p
p
antara 1 dan t
/2( - 1)
, t
4
akan lebih besar dibanding t
2
sehingga dapat digunakan penukar panas atau refrigerator antara seksi keluar kompresor dan
ruang bakar untuk meningkatkan efisiensi termal.
6. SiklusTurbin Gas Dengan Penukar Panas r. Dari penukaran panas secara ideal terjadi
kondisi:
m(t
4
- t
6
) = m(t
5
t
2
)
dan t
4
= t
5
; t
6
= t
2
efisiensi siklus turbin dengan penukar panas :
51
( ) ( )
( )
5 3
1 2 4 3
T T c
T T c T T c
p
p p
7. Properti Stagnasi (h
0
). Jika selisih energi kinetik fluida kerja antara seksi keluar dan
seksi masuk sebuah komponen cukup besar, maka persamaan untuk entalpi, tekanan dan
temperatur menggunakan harga stagnasi sebagai berikut:
h
0
= h + c
2
/2
Jika fluida merupakan gas ideal, c
p
t dapat diganti dengan h dimana
h = u + pv
u = energi dalam
pv = energi aliran
Temperatur (total) stagnasi t
0
didefinisikan:
t
0
= temperatur dinamik
= t + c
2
/2c
p
t = temperatur statik
c
2
/2c
p
= temperatur dinamik
Contoh:
Hitung selisih antara t
0
dan t pada temperatur atmosfer dimana c
p
= 1,005 kj/kgK dan kecepatan
aliran 100 m/s.
t
0
t =
K 5
10 005 , 1 2
100
3
2
pers energi :
( ) ( ) ( )
01 02
1
1
2
2 1 2
2
1
T T c C C T T c w
p p
untuk proses pemanasan tanpa transfer kerja
q = c
p
(t
02
t
01
)
selanjutnya tekanan stagnasi didefinisikan sebagai:
( ) 1 /
0 0
,
_
T
T
p
p
Tekanan stagnasi dibedakan dari tekanan yang terukur dengan pipa pitot,
p
0
= p + c
2
/2
Untuk kompresi isentropik dari tingkat keadaan 1 ke tingkat keadaan 2 berlaku:
( ) 1 /
01
02
01
02
,
_
T
T
p
p
atau
( ) 1 /
1
02
1
02
,
_
T
T
p
p
Pada siklus turbin gas sebenarnya, fluida kerja bukanlah gas ideal dengan panas spesifik yang
konstan. Proses yang berlangsung disetiap komponen tidak adiabatik dan reversibel, karena ada
kerugian energi akibat gesekan dan perpindahan panas. Selain itu pada difuser, nosel, pendingin,
penukar panas dan di dalam ruang bakar terjadi penurunan tekanan.
8. Rugi Tekanan. Didalam ruang bakar, dapat terjadi rugi tekanan stagnasi (p
h
) yang
disebabkan adanya tekanan aerodinamika dari pemegang nyala dan peralatan penyampur serta
52
perubahan momentum yang disebabkan oleh reaksi esotermik. Jika digunakan penukar panas
maka akan muncul rugi tekanan (p
ha
) dan (p
hg
).
Rugi tekanan berpengaruh pada penurunan pressure ratio turbin relatif terhadap pressure ratio
kompresor sehingga mengurangi kerja keluar netto. Akibat adanya kerugian ini maka tekanan
inlet turbin menjadi:
,
_
02 02
02 03
1
p
p
p
p
p p
ha h
9. Heat Exchenger Effectiveness.
Laju gas buang dari exhaust turbin:
m
t
c
p46
(t
04
t
06
)
Laju keluar udara dari kompresor:
m
c
c
p25
(t
05
-t
02
)
Dari asumsi m
t
= m
c
maka berdasarkan prinsip kekekalan energi,
m
t
c
p46
(t
04
t
06
) = m
c
c
p25
(t
05
-t
02
)
Selanjutnya kemampuan penukar panas memindahkan panas gas buang kepada udara masuk
ruang bakar biasanya diukur dengan parameter yang disebut keefektifan atau efektifitas penukar
panas.
effectiveness =
02 04
02 05
T T
T T
11. Fuel-Air Ratio. Kinerja siklus nyata dapat dinyatakan dengan spesifik fuel consumption
(sfc) yaitu laju aliran massa per satuan power output netto.
efisiensi pembakaran:
sebenarnya f
teori f
h
.
.
Pada gambar 7.2 ditunjukkan kenaikan temperatur pembakaran terhadap fuel/air ratio.
Selanjutnya ada parameter untuk mengukur kehematan bahan bakar yang biasa digunakan, yaitu
pemakaian bahan bakar spesifik (specific fuel consumption) sfc yang didefinisikan sebagai:
53
N
W
f
sfc
dimana:
f:jumlah bahan bakar yang digunakan persatuan waktu biasanya dinyatakan dalam kg per jam,
kg/h.
w
n
: daya poros turbin gas, dalam kw
Gambar 7.2 Kenaikan temperatur pembakaran terhadap fuel/air ratio
Massa udara dan massa bahan bakar dapat diukur sehingga sfc dapat dihitung. Sedangkan w
n
dapat dihitung dari pengukuran momen putar t dan putaran n. Disamping itu efisiensi termal
dapat dihitung dari:
BB BB
N
Q sfc Q f
W
masukan
keluaran
.
1
.
dimana
Q
bb
= nilai kalor bahan bakar, sama dengan entalpi pembentukan atau entalpi reaksi tetapi
berlawanan tanda.
Efisiensi termal yang tinggi menunjukkan pemakaian bahan bakar spesifik yang rendah.
Efisiensi termal tidak bersatuan oleh karena itu apabila sfc dinyatakan dalam kg/kwh dan Q
bb
dalam kj/kg maka:
54
BB
Q sfc.
3600
sfc.q
bb
: angka panas; jumlah panas yang diperlukan untuk menghasilkan satu satuan daya;
biasanya dinyatakan dalam (kj/kwh). makin kecil angka panas, makin efisien.
12. Latihan Soal
Hitunglah kerja spesifik, konsumsi bahan bakar dan efisiensi siklus untuk siklus penukar panas
dengan spesifikasi sebagai berikut:
Compresor pressure ratio 4,0
Turbin inlet temperatur 1100 K
Efisiensi isentropik kompresor 0,85
Efisiensi isentropik turbin 0,87
Efisiensi mekanik 0,99
Efisiensi pembakaran 0,98
Efektiveness 0,80
Rugi tekanan
Ruang bakar 2 % dari P
02
Sisi penukar panas 3 % dari P
02
Sisi gas 0,04 bar
Kondisi ambient 1 bar, 288 K
BAB VIII
THRUST
1. Pengantar. Segala macam motor baik motor jet, roket maupun motor piston akan
menghasilkan thrust dengan cara yang sama, yang sesuai dengan hukum Sir Isac Newton
55
(Hukum pergerakan). Karena pada setiap orang pada mulanya mendapatkan kesulitan untuk
memahami dari mana jet engine mendapatkan thrust, bahkan ada pula yang berpikiran bahwa
thrust didapatkan dari exhaust engine yang mendorong udara luar. Untuk
memahami/mempelajari tentang thrust perlu memahami dahulu hukum Newton tersebut sebagai
berikut :
a. Hukum Newton I: Suatu benda yang diam akan tetap diam kecuali bila benda tersebut
mendapatkan suatu aksi dari kekuatan luar.
b. Hukum Newton II: Suatu perubahan dalam gerak adalah sebanding dengan tenaga yang
menyebabkan.
c. Hukum Newton III: Pada setiap aksi selalu ada reaksi yang sama dan berlawanan arah.
Contoh. Bola yang terletak pada meja yang datar akan tetap tinggal diam kecuali bila digerakkan
oleh suatu gerakan misalnya oleh hembusan angin/udara atau oleh tangan orang. Pada bagian
kedua Hukum Newton yang pertama dikatakan bahwa yang bergerak akan bergerak secara
kontinyu pada garis lurus dengan kecepatan tetap kecuali bila dipengaruhi oleh kekuatan lain.
2. Definisi Massa. Massa adalah suatu materi, baik dalam bentuk suatu benda padat, atau
objek. Dikatakan berat bila benda tersebut berada pada tempat yang terpengaruh gravitasi ,
misalkan gravitasi dari bumi. Meskipun begitu suatu benda akan masih mempunyai karakteristik
dari massa meskipun berada di ruang angkasa luar dimana tidak ada pengaruh gravitasi. Untuk
mempercepat atau memperlambat kita masih harus memberi suatu tenaga dan untuk
mendapatkan benda tersebut bertemperatur tertentu kita harus memanaskan untuk
mendapatkannya. Dalam hal jet engine kita juga harus memperhitungkan pula massa ini.
3. Perhitungan Thrust. Dengan menggunakan hukum gerak Newton II dapat digunakan
untuk menyelesaikan soal sederhana berikut:
contoh: Berapakah gaya yang dibutuhkan untuk mempercepat sebuah objek yang beratnya 161 lb
pada laju 10 ft/sec
2
?
jawab:
F = Ma
Dimana F = gaya
M =
gravitasi percepatan
objek berat
a = perubahan kecepatan
a
g
W
F X
50 10
2 , 32
161
lb
rumus yang sama dapat diterapkan untuk jet engine.
Contoh:
Sebuah jet engine besar menyerap 100 lb udara per detik. Kecepatan udara ini pada bagian nosel
jet adalah 659 mph (sekitar 966 fps). Hitung besarnya thrust!
Jawab:
F = Ma
56
a x
g
W
966
32,2
100
= 3000 lb = thrust
4. Net thrust. Net thrust adalah thrust yang dihasilkan dari perubahan didalam momentum
dari masa udara dan bahan bakar yang melewati engine. Termasuk Net Thrust adalah extra thrust
pada jet nosel sewaktu static pressure pada nosel melewati static pressure udara luar (ambient),
Thrust tambahan ini timbul yang kejadiannya sama dengan yang kita dapati pada balon yaitu
adanya suatu gaya yang dapat menggerakkan balon mainan. Haruslah diingat bahwa terjadinya
adalah karena adanya ketidakseimbangan tekanan didalam balon setelah lubang isian dilepaskan.
ketidakseimbangan antara static pressure pada nosel jet engine dan static pressure udara luar
berakibat sama. Dalam hal jet engine seperti halnya dengan balon, static pressure didepan (pada
arah pergerakkan jet engine dan balon) lebih besar dari static pressure dibelakang, yang
menambah gaya dorong" ("pushing force") yang dikenal dengan thrust.
Sebenarnya, bagaimana additional thrust (thrust tambahan) atau yang ditimbulkan pada nosel jet
engine dan balon adalah lebih rumit, hanya penjelasannya disederhanakan sedemikian rupa
sehingga prinsip dasarnya dapat mudah dimengerti. Bila untuk sementara kita kesampingkan
additional thrust yang dibangkitkan pada nosel dan menggantikan kata-kata dalam rumus diatas
tadi dengan simbol yang ada maka rumus tersebut adalah sebagai berikut :
aliran udara yang melewati engine dalam lb/sec,
aliran bahan bakar dalam lb/sec.
Percepatan karena gravitasi.
Kecepatan exhaust gas dalam Ft/sec.
Kecepatan udara masuk dalam Ft/sec.
Kecepatan bahan bakar yang masuk dalam Ft/sec.
5. Gross Thrust. Gross thrust adalah thrust vang dihasilkan pada exhaust. Termasuk dalam
gross thrust adalah thrust yang dihasilkan oleh momentum dari exhaust gas (out going
momentum) dan thrust tambahan yang dihasilkan dari perbedaan statik presure pada nosel dan
udara luar (ambient air). Gross thrust tidak memasukkan momentum udara dan bahan bakar yang
masuk kedalam perhitungan. Ketika menghitung gross thrust, kecepatan udara masuk mesin
yang disebabkan oleh gerakan pesawat diabaikan sedangkan kecepatan gas meninggalkan nosel
dianggap sebagai faktor percepatan. Percepatan yang sebenarnya merupakan selisih antara
kecepatan udara masuk dan keluar mesin. Dan nilai ini yang akan digunakan untuk menghitung
net thrust. Kehilangan thrust yang disebabkan udara menumbuk bagian depan mesin disebut ram
drag. Jadi net thrust adalah gross thrust dikurangi ram drag.
r g n
F F F
Massa udara dikali kecepatan udara ketika masuk mesin menyatakan momentum awal. Makin
cepat pesawat bergerak, makin besar momentum awalnya dan makin lambat pesawat makin kecil
momentumnya.
MV
2
MV
1
= percepatan gas melewati mesin
Contoh:
Dengan menggunakan engine dan nilai-nilai yang sama dengan soal terdahulu, tetapi kecepatan
pesawat 220 mph, hitunglah net thrust !
Jawab:
Net thrust = Ma
57
=
( )
1 2
V V
g
W
dimana V
2
= kecepatan udara di jet nosel, fps
V
1
= kecepatan pesawat, fps (220 mph = 322 fps = ram drag)
Net thrust =
( ) 322 966
2 , 32
100
= 2000 lb
Dalam perhitungan untuk jet engine yang sebenarnya, harus dilibatkan faktor massa bahan bakar
kedalam rumus thrust, sehingga persamaan menjadi:
F
n
= ( ) ( )
f
f
a
V
g
W
V V
g
W
+
1 2
Dimana W
f
= berat bahan bakar W
a
= berat udara
V
f
= kecepatan bahan bakar
Persamaan tersebut masih valid sampai nosel mengalami chock, yaitu kondisi tekanan dimana
kecepatan gas melewati nosel sama dengan kecepatan suara dan tidak bisa dipercepat. Persamaan
lengkap untuk mesin turbojet dengan nosel chock adalah:
F
n
= ( ) ( )
f
f
a
V
g
W
V V
g
W
+
1 2
+ A
j
(P
j
+ P
am
)
Dimana:
A
j
= luas nosel jet
P
j
= tekanan statik jet nosel
P
am
= tekanan statik ambient
6. Jet tipe engine yang sederhana. Semua jet engine termasuk motor roket, pulse jet dan
ram jet adalah tergantung dalam kelas power plant yang dikenal sebagai engine reaksi , seperti
yang baru saja kita bicarakan. Gas turbine, tentu saja termasuk engine reaksi juga balon
anak-anak bisa digunakan untuk memperlihatkan bagaimana Hukum Newton diterapkan pada
turbojet (atau setiap engine reaksi ) dalam prosesnya membangkitkan thrust. Bila balon tadi kita
pompa diisi dengan udara pada temperatur kamar dan lubang pengisian tadi diikat sehingga
tertutup sampai tidak ada udara yang keluar, balon tersebut akan tetap tingggal diam bila
diletakkan sebab tekanan udara dalam balon akan menekan didinding balon kesemua arah dan
sama besar. Tidak ada kekuatan yang ditimbulkan yang akan menggerakkan balon. Bila lubang
pengisian balon tadi dilepaskan, udara akan terlepas sebab sudah tidak ada lagi penahan udara
bertekanan tadi. Dan lagi hilangnya bagian kecil permukaan balon menimbulkan
ketidakseimbangan gaya pada kulit balon dengan membuang gaya yang menekan area yang
tertutup oleh lubang pengisian. sedangkan gaya yang menekan kesemua bagian lainnya masih
bekerja seperti sebelumnya. Sebagai akibatnya, maka ketidakseimbangan gaya yang ditimbulkan
mengakibatkan balon bergerak pada arah berlawanan dengan lubang pengisian (tangkai balon)
gambar 8.1. Perlu diketahui bahwa balon tersebut akan tetap bergerak sedemikian rupa meskipun
misalkan di dalam ruangan (kamar) hampa sebagai contoh roket (yang membawa bahan bakar
oxidizer sendiri) tetap bisa bekerja di angkasa luar.
7. Ruang Thrust Pada Motor Jet. Kekuatan Propulsi yang ditimbulkan oleh Jet Engine
adalah hasil serangkaian aksi dan reaksi yang sangat kompleks yang terjadi didalam engine
58
Gambar 8.1 Contoh engine reaksi
Selama kekuatan didalam itu mengandung suatu percepatan dari masa atau gas, rumus
F = M a dipakai untuk menghitung thrust bila suatu alat mekanik, seperti engine ground test
stand yang dilengkapi dengan alat pengukur thrust, tidak tersedia. Rumus untuk mencari thrust
dari jet engine adalah sama dengan rumus yang dipergunakan untuk menerangkan definisi dari
massa.
Pada turbojet dapat dirubah dan ditulis kembali sebagai berikut :
Kata momentum force akan timbul apabila terjadi perbedaan antara final momentum dan
momentum mula-mula (initial momentum) dari suatu masa sewaktu masa tersebut dipercepat
kedalam suatu engine. Untuk mendapatkan seluruh perubahan dalam momentum, out going
momentum dari gas harus dikurangi dengan incoming momentum dari. udara dan momentum
dari bahan bakar yang masuk kedalam turbojet, yang mana ini menggambarkan atau
melambangkan suatu force yang ditimbulkan didalam engine. Thrust yang berkembang atau
dikembangkan oleh sebuah turbojet diperoleh dari ketidak seimbangan forces yang tercipta
didalam engine itu sendiri. Tatkala static pressure melebihi static pressure udara luar, suatu
tambahan force, atau thrust akan timbul pada nosel.
8. Faktor-faktor yang mempengaruhi Thrust. Bila turbojet engine bekerja dalam
keadaan statis (diam) rumus net thrust tidak akan mengalami perubahan jumlah hasilnya pada
setiap setting dari throttle. Akan tetapi semua engine yang terpasang pada pesawat tentunya akan
bekerja dibawah macam-macam keadaan, baik keadaan ketinggian ataupun kecepatan. Keadaan
yang bermacam-macam ini sangat mempengaruhi temperatur dan pressure udara yang masuk
engine, jumlah aliran udara yang melewati engine, dan pressure dari gas jet nosel engine. Ini
berarti bahwa setiap setting dari throttle rumus thrust tadi akan menghasilkan harga yang berbeda
dengan perubahan kecepatan dan ketinggian pesawat. Penjelasan tadi kalau diterangkan dan
diterapkan dalam praktek hasil akhirnya adalah suatu karekteristik engine bertipe gas turbine
(gas turbine engine) yang harus dipahami oleh mereka yang bekerja dilingkungan gas turbine.
Pada setiap setting dari throttle, engine thrust akan berubah
selama temperatur dan pressure dari udara
59
yang masuk kedalam engine berubah.
Dengan memahami pengaruh terhadap rumus thrust dari beberapa perubahan yang akan ditemui
sewaktu engine bekerja secara normal akan membantu untuk melukiskan bagaimana perubahan
keadaan pada engine air inlet berpengaruh terhadap kerja engine dalam penerbangan maupun
ditanah.
a. Jet Nosel Velocity. Pada setting-setting throttle dan kecepatan yang lebih tinggi dalam
suatu penerbangan, nosel pada bagian belakang engine mungkin akan selalu ter "choke",
yang berarti bahwa gas yang lewat melalui bagian nosel yang convergent akan sama atau
mendekati kecepatan suara (M = 1).
Kecepatan suara berubah-rubah karena pengaruh temperatur dan demikian juga dengan
perubahan temperatur exhaust gas akan mengakibatkan perubahan pada kecepatan suara.
Bila nosel dalam keadaan choke, perubahan kecepatan gas tadi hanya disebabkan oleh
perubahan temperatur dari exhaust gas. Dalam keadaan seperti itu hanya sedikit
perubahan kecepatannya. apabila nosel tidak dalam keadaan choke, keadaan atmosfir
yang berubah-rubah akan menyebabkan suatu perubahan dalam kecepatan jet nosel.
Seperti bila kita lihat pada rumus-rumus thrust, perubahan kecepatan exhust gas atau
nosel velocity (v
j
) akan mempengaruhi thrust.
b. Air Velocity (kecepatan udara). Didalam suatu engine test stand atau bila suatu
pesawat dalam keadaan di tanah, engine pesawat tersebut harus menarik udara
sedemikian rupa dari luar dan mempercepat udara tadi mulai dari kecepatan nol hingga
mencapai kecepatan exhaust pada jet nosel.
Thrust
Airspeed
Gambar 8.2 Pengaruh kecepatan udara terhadap thrust
Sewaktu pesawat tadi mulai bergerak, kecepatan udara yang masuk ke dalam engine juga
mulai bertambah yang disebabkan oleh kecepatan pesawat. Selisih antara V
j
dan V
a
akan
menjadi lebih kecil bila air speed (Va) bertambah. Net thrust diperoleh dari perkalian
massa dengan selisih kecepatan. Jadi F
n
sebanding dengan w
a
(V
j
V
a
). bila selisih
kecepatan berkurang, engine thrust akan turun.
c. Masa aliran udara. Perubahan-perubahan yang paling berarti dalam rumus thrust
adalah masa dari aliran udara ( air flow = Wa ). Banyak faktor yang mempengaruhi masa
air flow, yang paling penting adalah temperatur dan pressure, sebab mereka sama-sama
menetukan kerapatan udara yang masuk kedalam engine. Kerapatan suata zat/benda
adalah massa persatuan volume, atau jumlah molekul per foot kubik. Bila kerapatan dari
suatu gas naik, berarti jumlah molekul per kubik foot juga lebih banyak. Bila kerapatan
berkurang, molekul per kubik foot berkurang. Jumlah molekul udara per detik yang
60
dibutuhkan oleh engine diatur oleh engine inlet. Yang fix pada waktu rpm konstan.
Demikian halnya dengan masa udara yang mengalir melalui engine pada sebarang rpm
ditentukan oleh kerapatan udara yang masuk kedalam kompresor, kecuali pada engine
yang mempunyai inlet yang luasnya dapat diubah-ubah. Di udara bebas, kenaikan
temperatur akan menyebabkan tiap-tiap molekul udara kecepatannya akan bertambah
sehingga masing-masing akan berlari bertabrakan dengan lebih hebat. Pada waktu
bertabrakan lebih keras, mereka akan terdorong terpisah lebih jauh satu sama lain. Ketika
mereka terpisah lebih jauh, sejumlah semula dari melekul tadi akan menempati ruang
yang luas, sehingga udara yang masuk kedalam engine akan lebih sedikit. Dengan
sedikitnya molekul udara yang melalui engine inlet tiap detiknya berarti udara yang
mengalir kedalamnya juga lebih sedikit. Hal ini akan berlangsung terus sedemikian rupa
sehingga bila kerapatan udara berkurang maka aliran udara masuk berkurang, dan thrust
yang dihasilkan enginepun berkurang.
thrust
T
Gambar 8.3 Effect of Air Temperature on Thrust.
Jadi ketika temperatur bertambah, thrust akan berkurang. Diudara terbuka bila pressure
bertambah itu disebabkan karena jumlah melekul per kubik foot lebih banyak, berarti
lebih banyak melekul yang masuk kedalam ruang inlet yang fix tadi. Berarti pula aliran
udara masuk 1ebih banyak. Kenaikan pressure berarti pula kenaikan kerapatan udara.
Karena kerapatan naik, aliran udara juga naik sehingga konsekuensinva, thrust juga naik.
Dari sini kita bisa melihat bahwa kerapatan mempengaruhi w
a
, dan bahwa w
a
secara
langsung mempengaruhi thrust. Suatu engine dengan thrust sebesar 10.000 pound
misalnya, mungkin akan menghasilkan 8000 pound thrust pada cuaca yang panas, akan
tetapi pada cuaca yang dingin engine tersebut akan menghasilkan thrust 12.000 pound.
d. Pengaruh ketinggian. Pengaruh ketinggian pada thrust sebenarnya merupakan
pengaruh kerapatan. Bila sebuah pesawat menambah ketinggian, pressure udara luar akan
menjadi rendah/turun dan umumnya temperaturnya juga akan menjadi lebih dingin/turun.
Bila pressure turun thrust akan turun juga tetapi bila temperatur turun thrustnya akan
bertambah. Penurunan temperatur akan berhenti pada ketinggian kira-kira 36.000 feet
dan kemudian temperatur akan menjadi konstan. Akan tetapi tekanan udara luar akan
turun terus dengan stabil sejalan dengan penambahan ketinggian. Oleh karena itu thrust
akan turun dengan cepat diatas ketinggian 36.000 feet. Bila hanya engine yang
dipertimbangkan, maka 36.000 feet adalah ketinggian optimum untuk penerbangan
jelajah jarak jauh pada nominal airspeed.
Thrust
61
Temperatur
Gambar 8.4 Pengaruh Air Pressure terhadap Thrust.
e. Pengaruh ram (ram effect). Tekanan udara (atau gas) yang disebabkan oleh
pergerakan disebut ram pressure atau ram effect. Seperti halnya dengan suatu pesawat
yang kecepatannya bertambah dalam keadaan terbang turun menuju kelandasan, udara
laurpun sedang dalam keadaan bergerak melalui pesawat dengan memperbesar
kecepatan. Effect tadi juga berlaku pada sebuah pesawat yang dalam keadaan diam pada
sebuah wind tunnel yang padanya ditiupkan angin yang ditimbulkan oleh fan yang
dipasang didalam sebuah tunnel. Gerakan pesawat kedepan melawan udara luar ini
menyebabkan udara luar di ram kan kedalam engine inlet duct. Efek ram ini menambah
aliran udara ke engine, yang selanjutnya tentu saja menambah thrust. Efek ram, tidaklah
hanya pada kecepatan udara itu saja akan tetapi juga pada besarnya perubahan dalam
pressure dan kecepatan yang terjadi didalam oleh bentuk dari duct itu sendiri, ini akan
diterangkan nanti. Untuk sementara kita kesampingkan dulu hal yang belakangan tadi.
Gambar 8.5 Pengaruh Ram Pressure terhadap Thrust.
Akan tetapi, sebagai akibat dari ram ini, penambahan air speed juga menambah tekanan udara
dan aliran udara kedalam engine (w
a
). Jadi apa yang terjadi sebenarnya adalah, resultante dari
kedua efek tersebut seperti yang ditujukkan pada gambar. Dalam gambar, garis A menunjukkan
penurunan thrust akibat kenaikan airspeed yang disebabkan kecepatan inlet velocity bertambah
(v
a
). Garis "B" menggambarkan thrust yang disebabkan oleh efek ram yang menambah airflow
(w
a
) yang berarti menambah thrust. Garis "C" adalah resultante dari garis 'W' dan garis "B".
Perlu dicatat disini , bahwa penambahan thrust yang disebabkan ram, seperti misalnya semakin
cepatnya pesawat, akan cukup besar untuk bisa mengatasi krhilangan thrust yang disebabkan
oleh pertambahan v
a
. Ram adalah hal yang penting terutama untuk pesawat yang berkecepatan
tinggi misalnya (pesawat fighter), sebab pada waktu pesawat mencapai kecepatan yang tinggi,
efek dari ram ini akan memproduksi suatu penambahan yang berarti pada engine thrust. Pada
62
pesawat bermotor multi engine tanpa afterburner yang biasanya menjelajah pada kecepatan
subsonic, ram tidak berpengaruh pada thrust. Meskipun demikian jumlah pertambahan thrust
menjadi menarik pada pesawat subsonic modern pada keadaan altitude yang lebih tinggi dan
keadaan jelajah (cruising).
9. Soal Latihan
Berikut ini akan diberikan contoh perhitungan termodinamika instalasi turbin gas dengan
penukar panas. Dalam kaitan ini misalnya diketahui :
Tekanan atmosfer , p
0
1 bar
Temperatur atmosfer sekitar, T 298 K
Perbandingan tekanan kompresor p
t2
/p
1
4,0
Temperatur gas masuk turbin 1050 K
Efisiensi isentropik,
k
0,85
Efisiensi isentropik turbin,
t
0,85
Efisiensi mekanik,
m
0,99
Efisiensi pembakaran,
RB
0,98
Keefektifan penukar panas, E
R
0,85
Rugi tekanan di :
Sisi udara, 0,03 p
t2
Sisi gas, 0,05 bar
Ruang bakar, 0,03 p
t2
Dalam hal ini dianggap C
0
= 0 sehingga T
t1
= T
1
= T
0
=298 K
BAB IX
AIR INLET DUCT
1. Pengantar. Air Inlet Duct atau biasa dinamakan "Diffuser" sebenarnya bukan
merupakan bagian utama dari suatu motor, akan tetapi sangat berpengaruh terhadap performance
motor secara keseluruhan. Suatu inlet duct harus mampu mensuplai udara baik jumlah maupun
bentuk alirannya kepada sebuah kompresor sesuai dengan kebutuhan. Sedang fungsi utamanya
adalah mengubah energi kinetik udara masuk menjadi bentuk ram pressure pada suatu kecepatan
tertentu, dimana perubahan itu harus secara pelan dan halus.
63
Sebagaimana diuraikan diatas bahwa air inlet duct atau Diffuser sebenarnya bukan merupakan
bagian dari Engine, melainkan bagian dari air frame (rangka pesawat), karena perancang dan
pembuat inlet duct adalah pabrik air frame bukan pabrik motor pesawat. Tetapi karena fungsinya
dalam operasional engine inlet duct menjadi sangat berpengaruh pada engine performance secara
keseluruhan. Adapun fungsi engine inlet adalah untuk menerima suplai udara yang masuk
kedalam engine dimana udara tersebut berenergi tinggi dan relatif tidak bengkok arah datangnya
pada jumlah yang di butuhkan untuk selanjutnya dilewatkan pada kompressor. Suatu air flow
yang berlanjut dan steady adalah perlu untuk mencegah Compresor stall yang mengakibatkan
temperatur terlalu tinggi pada turbine. Kompresor stall adalah karakteristik dari kerja engine
yang akan diterangkan nantinya.
Gas turbine engine membutuhkan udara sebanyak enam sampai sepuluh kali lebih banyak dari
piston engine per-jam-nya untuk engine yang ukurannya sama. Jadi jalan masuk udara tersebut
akan lebih besar terutama pada kecepatan tinggi atau lebih luas. Ketidakefisienan dari duct bisa
berakibat kepada komponen lainnya. Inlet duct mempunyai dua fungsi untuk engine dan satu
fungsi untuk pesawat. Pertama harus sanggup mendapatkan sebanyak-banyaknya total pressure
dari aliran udara bebas dan memberikan pressure kedepan engine dengan tidak kehilangan
pressure yang banyak. Kedua duct tersebut harus memberikan udara pada kompresor inlet
dengan turbulensi dan variasi pressure sekecil mungkin. Karena duct ini juga ada hubungan
pengaruhnya kepada pesawat, duct tersebut jangan sampai menyebabkan drag (air resistance)
yang besar, atau ukuran dibuat seminimum mungkin.
Gambar 9.1 Jenis-jenis inlet duct
2. Tipe Dasar. Secara umum air inlet duct ada beberapa tipe sesuai dengan
kebutuhan/performance pesawatnya, adapun jenis/tipe air inlet duct sebagai berikut :
a. Single entrance duct. Inlet duct tipe ini lebih umum dan paling efektif sebab duct
tersebut terletak langsung didepan engine sehingga dengan posisi tersebut dapat menyedot
udara bebas didepan pesawat. Single entrance duct adalah standard untuk semua multi
engine subsonic aircraft. Duct seperti itu relatif pendek, yang memungkinkan hanya
sedikit sekali kehilangan pressure. Duct yang pendek harus dibuat secara hati-hati, untuk
mencegah pembelokan udara pada inlet sewaktu pesawat sedang terbang pelan dan climb
dengan sudut tajam.
64
Gambar 9.2 single entrance duct
b. Divided Entrance Duct. Untuk pesawat yang high speed, single engine, dimana pilot
duduk rendah didalam fuselage dekat dengan nose, sulit untuk membuatnya apabila
menggunakan single entrace duct. Untuk itu mungkin diatasi dengan bentuk lain dari
duct, yaitu suatu duct yang terbagi dua yaitu terbagi dikiri dan kanan dari fuselage
pesawat.
Gambar 9.3 Devided Entrance Duct.
Divided duct ini bisa terdiri dari dua inlet pada pangkal wing (wing root) atau dua inlet
pada kedua sisi fuselage. Kedua-duanya menyulitkan designer daripada pembuatan single
entrance duct, sebab akan timbul persoalan boundary layer dan juga kesulitan dalam
mencapai atau mendapatkan sedotan udara yang mencukupi karena scoop yang tentunya
jadi terbatas sehubungan dengan drag yang akan terlalu besar bila pembuatan scoop tadi
terlalu besar. Secara Keseluruhan, problema juga dihadapi dalam usaha pembuatan yang
panjangnya mencukupi, tetapi dengan mempertimbangkan supaya sekecil mungkin
pembelokan udara yang diserap oleh duct tersebut. Dari kedua duct ini macam yang
kedualah yang lebih sering digunakan.
c. Variable Geometry Duct. Didalam pesawat supersonic yang terbang pada kecepatan
diatas Mach 1.0 duct dibuat sedemikian rupa sehingga udara yang masuk diperlambat
65
sampai pada kecepatan subsonic sebelum mencapai kompresor. Kadang-kadang maksud
itu berhasil sebagian, dengan memberikan bentuk inlet duct suatu kombinasi supersonic
diffusser dan subsonic diffuser. Didepan supersonic part (bagian supersonic dari duct)
memperlambat kecepatan udara masuk sampai Mach 1.0, setelah itu bagian subsonic lebih
jauh memperlambat kecepatan dan menambah pressure udara masuk tadi, sebelum masuk
kedalam engine. Duct banyak yang dapat diubah-ubah dengan alat mekanik sewaktu
pesawat menambah atau mengurangi kecepatan. Duct semacam itu kita namakan variable
geomatry duct. Ada dua cara yang berbeda yang biasanya dipakai untuk
memancarkan/menebarkan (men-diffuse) inlet air dan melambatkan inlet airflow pada
penerbangan dengan kecepatan supersonic.
Gambar 9.4 Variable Geometry Duct.
Gambar 9.5 Turbojet Inlet Duct Dengan Regulating spike ditengah.
Salah satu cara adalah dengan mengubah-ubah area atau geometry dari inlet duct baik
dengan menggunakan suatu spike yang movable didalam durt atau dengan memasang
suatu bentuk sebagai tahanan seperti misalkan ramp atau wedge (ganjal) didalam duct.
Pada kedua hal tersebut, luas akan menjadi bertambah atau menyempit sebagai akibat
pergerakan bagian belakang lubang inlet secara otomatis. Dengan cara tersebut
dimaksudkan supaya pilot tidak usah repot-repot memperhatikan perubahan pembukaan
inlet sewaktu terjadi perubahan dari Mach number. Ada juga lainnya dalam hal
pengaturan untuk geometry duct, yaitu suatu bentuk dari variable airflow, suatu bypass
sistem yang mengurangi sebagian dari udara yang masuk pada duct didepan engine. Ada
kalanya kedua sistem dipergunakan bersama-sama atau dengan dikombinasikan. Cara
lainnya dalam mendiffuse dan memperlambat inlet airflow pada kecepatan supersonic ini
adalah dengan mempergunakan suatu shock wave pada aliran udara (airstream). Suatu
shock wave adalah suatu daerah tipis aliran udara atau gas yang terhenti, dimana dalam
waktu itu kecepatan, pressure dan kerapatan serta temperature udara atau gas mengalami
perubahan yang mendadak. Semakin kuat shock wave, semakin luas perubahan yang
timbul pada sifat-sifat udara atau gas. Shock wave sengaja diadakan didalam supersonic
66
flow udara yang masuk kedalam duct, dengan cara memasang tahanan atau rintangan kecil
yang secara otomatis menonjol kedalam duct pada mach number yang tinggi. Shock wave
tersebut menimbulkan tebaran airflow yang mengakibatkan turunnya kecepatan airflow.
Pada beberapa pesawat, kedua cara yaitu shock dan variable geometry yang menimbulkan
tebaran (diffusion) dikombinasikan bersama-sama. Juga, luas duct dan besarnya shock
berubah-ubah secara otomatis, sejalan dengan kecepatan pesawat.
3. Soal Latihan :
a. Jelaskan fungsi dari inlet duct ? Mengapa design yang tepat sangat penting ?
b. Terangkan tentang effisiency pressure duct dan ram recovary point ?
c. Mengapa istilah-istilah dalam soal b tersebut penting untuk inlet duct yang baik ?
d. Jelaskan jenis-jenis inlet duct yang digunakan!
e. Mengapa pesawat supersonic harus menggunakan inlet duct tipe variable geometry inlet
duct?
BAB X
KOMPRESOR ALIRAN SENTRIFUGAL
1. Pengantar. Kompresor sentrifugal terdiri dari impeller (pendorong) dan diffuser manifol, lihat
gambar 10.1. Komponen lain misalnya kompresor manifol bisa ditambahkan untuk mengarahkan
udara bertekanan tinggi ke dalam ruang bakar. Impeller berputar pada kecepatan tinggi,
sehingga udara terseret ke dalam.
67
Gambar 10.1 Kompresor sentrifugal single-stage
Gaya sentrifugal memberikan percepatan yang tinggi pada udara dan menyebabkan udara
bergerak keluar dari sumbu putar ke bagian tip, dan udara disemburkan pada kecepatan tinggi
dan energi kinetik yang tinggi. Kenaikan tekanan dihasilkan oleh perpindahan udara dalam
diffuser manifol dengan merubah energi kinetik dalam pergerakan ke energi tekanan statik,
gambar 10.2.
Kompresor sentrifugal dapat dibuat dalam beberapa variasi yang antara lain single stage
(satu tingkat), multiple stage (beberapa tingkat) dan double side type (tipe dua sisi). Kompresor
sentrifugal telah banyak digunakan dalam beberapa perusahaan pembuat mesin turbin gas,
seperti Detroit Diesel Allison J33, Boeng520 (T60), Teledyne CAE J69-T25A, Garrett
AiResearh TPE331 (T76) dan Williams Research WR24-6 dan WR27-1.
Sifat-sifat penting yang dimiliki yaitu kesederhanaan dan harga yang rendah. Karena konstruksi
yang pejal dan berat sehingga tidak mudah dimasuki benda asing yang bisa menimbulkan
kerusakan. Kompresor sentrifugal dapat dibuat secara relatif rasio tekanan yang tinggi per
tingkat. Efisiensi 80% bisa mencapai rasio tekanan 4:1. Di atas rasio tekanan ini, efisiensi turun
dengan cepat karena melampaui besar kecepatan ujung yang tinggi dan terbentuknya gelombang
kejut. Beberapa engine aliran sentrifugal memperoleh rasio tekanan agak lebih tinggi bila
menggunakan kompresor multi tingkat. Walaupun masalah kecepatan ujung dapat diperkecil,
efisiensi berkurang karena kesulitan dalam pembelokan udara ke dalam celah dari tingkat satu ke
tingkat yang lainnya. Kompresor dua masukan juga bisa membantu dalam penyelesaian
masalah kecepatan ujung yang tinggi, tetapi keuntungan ini hanya sebagian mengganti kerugian
dalam kesulitan design engine yang perlu mendapatkan udara pada pendorong paling belakang
dan keinginan untuk ruang udara, dimana udara di jalan masuk saluran mempunyai kecepatan
lebih rendah untuk perubahan efisiensi arah dan tekanan lebih tinggi.
Energi yang diserap kompresor akan ditentukan oleh keadaan udara di inlet dan outlet
pendorong. Di asumsikan udara yang masuk mata pendorong dalam arah aksial sehingga
momentum angular tidak ada Sudut yang dibentuk leading edge vanes dengan arah tangensial
68
Gambar 10. 2 Perubahan aliran, tekanan dan kecepatan kompresor sentrifugal
akan memberikan arah kecepatan relatif udara pada inlet, V
1
. Jika udara yang meninggalkan
ujung pendorong dengan kecepatan absolut C
2
, akan dipunyai komponen tangensial, C
w2
dan
komponen radial, C
r2
. Dibawah kondisi ideal C
2
akan sama dengan kecepatan ujung pendorong,
U seperti ditunjukan dengan kecepatan sudut triangle pada gambar 10.3. Oleh karena inersia,
udara yang tertangkap antara vanes pendorong tidak mau bergerak berputar dengan pendorong
dan ini menghasilkan tekanan statik yang lebih tinggi pada permukaan leading edge vanes dari
permukaan trailing edge vanes. Ini juga menjaga udara untuk memperoleh kecepatan tangensial
sama dengan kecepatan pendorong. Pengaruh ketidaksamaan ini di sebut slip.
Seberapa besar kecepatan tangensial pada ujung pendorong berkurang terhadap
kecepatan ujung pendorong tergantung besarnya jumlah vanes pendorong. Semakin besar
jumlah vanes semakin kecil slip. Faktor slip dinotasikan sebagai , dimana didefinisikan
sebagai rasio C
w2
/U.
n
63 . 0
1
; dimana n = jumlah vanes
Pendekatan ini diperoleh dari eksperiment yang dilakukan oleh Stanitz.
Dengan pertimbangan unit massa aliran udara diberikan secara teori bahwa :
Torque = C
w2
. r
2
Work done = C
w2
. r
2
. = C
w2
. U ; di mana = kecepatan angular
Work done = . U
2
Karena adanya gesekan antara casing dan udara yang berputar dengan vanes dan kehilangan
yang lain sehingga kerja yang dilakukan sebenarnya akan lebih besar dari pada teori maka kerja
sebenarnya dapat ditulis :
Work done = . U
2
; di mana = faktor tenaga masukan
Jika (T
03
T
01
) adalah kenaikan temperatur yang tidak berubah sepanjang kompresor maka tidak
ada energi yang ditambahkan dalam semburan. Nilai ini harus sama dengan kenaikan temperatur
yang tidak berubah (T
02
T
01
) sepanjang pendorong itu sendiri, sehingga :
( )
p
C
U
T T
2
01 03
di mana c
p
= rata-rata panas spesifik dalam jangkauan temperatur = (1.035 1.04)
Jika efisiensi isentropik
c
diasumsikan maka diketahui bagaimana kerja yang diperlukan untuk
menaikkan tekanan. Rasio tekanan adalah sebagai berikut :
69
) 1 /(
03
2
1
) 1 /(
03
01 03
1
) 1 /(
01
03
01
03
1
1
]
1
1
]
1
1
]
1
T
p
C
U
c
T
T T
c
T
T
P
P
Gambar 10.3 Airflow kompresor aksial
Kompresor aksial mempunyai keuntungan pada kemampuan rasio tekanan yang tinggi
berhubungan dengan efisiensi yang tinggi dibandingkan dengan kompresol sentrifugal.
Kecelakaan terhadap blade perlu diperhatikan, khususnya arah ke belakang, dimana tipe ini
mudah dimasuki benda asing yang merusak. Lagi pula jumlah blade dan stator vane yang
banyak (dapat lebih dari 1000 dalam jet engine besar) perlu ditutup untuk efisiensi pemompaan
udara dan lebih menyempitkan luas daerah ke arah belakang, yang membuat tipe kompresor ini
70
sangat kompleks dan sangat mahal untuk diproduksi. Teknik produksi modern adalah diinginkan
membawa harga terendah untuk kompresor aliran aksial yang terkecil.
Gambar 10.4 Perbandingan efisiensi kompresor sentrifugal dan aksial terhadap pressure ratio
2. Teori Kompresor. Beberapa pembahasan dari pengoperasian kompresor harus
mempertimbangkan perhitungan aerodinamik dan thermodinamik. Tidak mungkin untuk
menekan udara dengan tidak menambah naik temperaturnya. Kenaikan temperatur adalah hasil
kerja dari rotor blades. Pada tahun 1843 James Joule menunjukan bahwa kenaikan temperatur
dalam udara selalu seimbang dengan energi atau kerja yang dikeluarkan.
Penggambaran sifat-sifat tingkat (stage) menggunakan aliran steady persamaan energi
pada rotor dan melalui proses yang diasumsikan adiabatik. Dapat ditulis tenaga masukan (Input
power) dengan :
( )
01 02
T T C m W
p
Diulangi untuk stator dimana proses dapat diasumsikan lagi adiabatik dan tidak ada input
kerja (work) sehingga T
02
= T
03
. Semua tenaga yang diserap di rotor dan stator hanya
mentransformasi energi kinetik untuk menambah tekanan statik dengan stagnation temperatur
konstan. Penambahan stagnation tekanan tidak dilakukan dalam rotor dan kenyataannya
terdapat beberapa pengurangan dalam stagnation tekanan dalam stator oleh karena gesekan
fluida. Kehilangan juga akan terjadi dalam rotor dan kenaikan stagnation tekanan akan kurang
dari yang diperoleh pada penekanan isentropik dan beberapa input power.
Hasil input power untuk stage pada thermodinamika sederhana tidak membantu
perencanaan blade. Untuk maksud ini diperlukan untuk menghubungkan input power pada
stage triangle kecepatan. Perhatian awal akan difokuskan pada analisa sederhana aliran pada
tinggi rata-rata blade di mana kecepatan pheriperal adalah U, diasumsikan aliran terjadi pada
plane tangensial untuk radius rata-rata.
Pendekatan 2 (dua) dimensi berarti bahwa kecepatan udara secara umum akan
mempunyai 2 (dua) komponen yaitu aksial yang dinotasikan dengan subscript a dan tangensial
yang dinotasikan dengan subscript w. Udara mendekati rotor dengan kecepatan C
1
pada sudut
1
dari arah aksial, C
1
dihubungkan secara vektorial dengan kecepatan blade U memberikan
kecepatan relatif blade V
1
pada sudut
1
dari arah aksial. Setelah melewati rotor yang mana
kecepatan absolut bertambah di udara, fluida meninggalkan rotor dengan kecepatan relatif V
2
pada sudut
2
yang ditentukan oleh sudut keluaran blade rotor. Diasumsikan bahwa design
kecepatan aksial C
a
adalah konstan, nilai V
2
dapat diperoleh dan kecepatan triangle keluaran
disusun oleh gabungan V
1
dan U secara vektorial diberikan C
2
pada sudut
1
. Udara
meninggalkan rotor pada
1
maka melewati stator untuk kecepatan V
3
, sudut
3
. Sifat-sifat
71
design adalah bahwa C
3
C
1
dan
3
1
sehingga udara telah disiapkan untuk sama bila
masuk stage lain.
Diasumsikan bahwa C
a
= C
a1
= C
a2
, dua persamaan dasar menurut geometri triangle
kecepatan yaitu :
1 tan tan
C
U
1
a
+
dan 2
a
tan 2 tan
C
U
+
Dengan pertimbangan perubahan momentum angular udara yang melewati rotor, menurut
pernyataan input power pada stage dapat disimpulkan :
( )
w1 w2
C C mU W
dimana C
w1
dan C
w2
adalah komponen tangensial kecepatan fluida sebelum dan sesudah rotor.
Pernyatan ini dapat ditempatkan dalam istilah kecepatan aksial dan sudut udara yang diberikan
( )
1 2 a
tan tan C mU W
Ini lebih berguna tetapi untuk menyatakan tenaga dalam istilah untuk sudut udara rotor blade
1
dan
2
. Ini dapat secara mudah diperoleh dari persamaan diatas bahwa
( ) ( )
2 1 1 2
tan tan tan tan
, selanjutnya input power diberikan oleh :
( )
2 1 a
tan tan C mU W
Input energi akan diserap secara bagus untuk menaikan tekanan di udara dan secara boros dalam
mengatasi bermacam-macam kehilangan akibat gesekan. Kenaikan stagnation temperatur dalam
stage diberikan sebagai berikut :
( )
2 1 a 01 02 01 03 0
tan tan C U T T T T T
s
Dinotasikan efisiensi pada stage dengan
s
, di mana :
01 03
01 03
s
T T
T ' T
+
01
03 s
01
03
s
T
T
1
P
P
R
Ini dapat dilihat bahwa hasil kenaikan temperatur yang diinginkan untuk mengurangi stage untuk
memberikan rasio tekanan semua perencana harus mempertimbangkan :
a. Tinggi kecepatan blade
b. Tinggi kecepatan aksial
c. Tinggi defleksi fluida (
1
-
2
) dalam rotor blade.
72
3. Aerodinamika Kompresor. Analisa vektor akan membantu dalam menggambarkan aliran
udara, tekanan dan perubahan kecepatan kompresor aliran aksial. Dimulai dengan bagian
masuk, panjang panah (vector) A & B adalah sama. Ini menunjukan bahwa tidak ada perubahan
kecepatan yang terjadi pada titik ini. Vanes pemandu hanya menyimpangkan udara sebelum
menghasilkan sudut terhadap arah perputaran rotor. Pada titik C & D vektornya berbeda
panjang, yang menggambarkan bahwa kerja yang dilakukan terhadap udara dalam bentuk
kehilangan kecepatan dan memperoleh tekanan. Stator masukan/entrance (vektor E) dan stator
pelepasan/discharge (vektor F) mengambarkan kehilangan kecepatan yang lain dan memperoleh
tekanan secara nyata seperti yang terjadi sepanjang rotor. Udara pelepasan (D) terlihat pada
sudut untuk memasuki stator tingkat pertama tetapi kesalahan masuk pada perputaran pergerakan
udara disebabkan oleh pembelokan penekanan, resultan E & G adalah hasilnya yang mana dari
menggambarkan aliran udara yang benar sepanjang kompresor. Menunjukan bahwa vektor
adalah secara tepat dalam garis di jalan masuk untuk tingkat selanjutnya pada kompresor. Satu
titik aerodinamika terakhir untuk dicatat bahwa strator masukan (vektor E) lebih panjang dari
pada stator pelepasan (Vektor F) karena penambahan energi pada udara oleh perputaran rotor
sebesar X. Kemudian masing-masing set blades rotor dan stator menyebabkan tekanan naik
yang terjadi pada kecepatan pelepasan, pergerakan perputaran udara yang memperbaiki
kecepatan energi pada masing-masing blade pelepasan, untuk ini dalam berbelok mengubah
energi tekanan.
Akan dilihat bahwa keduanya rotor blade dan stator blade adalah penghambur aliran. Jumlah
kenaikan tekanan atau rasio tekanan tergantung pada massa udara yang dilepaskan oleh
kompresor, pembatasan untuk aliran ditimbulkan oleh bagian engine secara langsung yang mana
udara harus melewati dan keadaan pengoperasian (tekanan) di dalam engine dibandingkan
dengan tekanan udara ambient yang masuk pada kompresor. Tekanan terakhir dihasilkan dari
perkalian kenaikan tekanan dari setiap tingkat.
Rasio tekanan akan bertambah dan berkurang sesuai dengan kecepatan engine. Ini juga
akan dipengaruhi oleh temperatur yang masuk ke kompresor. Temperatur yang masuk
bertambah, rasio tekanan akan cenderung berkurang karena dihubungkan dengan pengaruh
kerapatan udara yang berkurang dan temperatur berpengaruh pada sudut serang. Rasio tekanan
yang ideal (seimbang) adalah yang mana akan diperoleh tekanan maksimum dalam akhir pipa.
Secara normal rasio tekanan tinggi tekanan pada akhir pipa tinggi pula. Walaupun pada rasio
tekanan tinggi dan temperatur yang masuk kompresor tinggi dan dengan temperatur yang masuk
turbin dibatasi untuk nilai khusus, pelepasan temperatur kompresor akan tinggi juga, yang mana
aliran bahan bakar utama akan dibatasi dan rotor turbin akan menggunakan beberapa energi
tekanan dalam energi pembakaran untuk menjalankan kompresor. Maka ini akan menghasilkan
tambahan tekanan yang hilang dalam turbin dibandingkan dengan penambahan tekanan
kompresor. Pada penerbangan kecepatan tinggi akan mempengaruhi tekanan dan temperatur
pada kompresor pelepasan. Kecepatan pesawat yang tinggi akan menyebabkan tekanan ram dan
temperatur ram naik agak besar sebanding dengan bagian depan kompresor. Rasio tekanan
ram yang tinggi dan rasio temperatur ram ini ketika dikalikan dengan kenaikan tekanan dan
temperatur sepanjang kompresor akan menghasilkan tekanan dan temperatur dalam engine yang
mana akan melewati batasan design.
Melihat bagian per bagian engine menunjukan bahwa ruang yang dibentuk kompresor
disk ram dan rumah stator daerahnya berkurang ke arah belakang. Jika udara ditekan dan
volume tidak berkurang, kecepatan akan berkurang ke arah tingkat paling belakang. Metode
untuk memperkecil volume ke arah tingkat paling belakang yaitu dengan menggunakan
kompresor yang diameternya konstan dan diameter rotornya mengecil (meruncing) ke arah
belakang atau dengan menggunakan kompresor yang diameternya mengecil (meruncing) ke arah
belakang dan diameter rotor yang tetap konstan.
73
Bila RPM diperbesar kompresor akan membelokan udara secepat mungkin. Perlu diingat
bahwa ujung blade tidak boleh melampaui kecepatan suara untuk menghindari pembentukan
gelombang kejut yang akan merusak efisiensi pemompaan. Kecepatan ujung perlu dijaga untuk
mendekati Mach 0.85. Dengan menggunakan rumus :
rpm D V
fpm
atau
60 12
rpm D
V
fpm
dimana :
V
fpm
= kecepatan, ft/min
V
fps
= kecepatan, ft/det
D = diameter, ft
D/12 = diameter, inci
Rpm/60 = repolusi per detik
Sebagai contoh diameter sebagian kompresor adalah 18 inci [45.7 cm] dari ujung ke
ujung, rpm kompresor 20,000 dan suhu didepan kompresor adalah normal, kecepatan ujung
blade adalah :
60 12
rpm D
V
fps
60
20000
12
18 14 . 3
x
V
fps
] / 8 . 3987 [ / 1570 s cm s ft V
fps
Perlu diingat kecepatan suara yang merupakan fungsi dari temperatur dan bahwa
temperatur standard harian kecepatan suara sama dengan 1117 ft/s [340.5 m/s], dapat dilihat
bahwa rpm kompresor akan tinggi juga yang kecepatanya dibatasi 1117 x 0.85 = 950 ft/s [289.6
m/s]. Dan ditunjukan kenaikan temperatur yang agak besar pada tingkat paling belakang dari
kompresor. Ini akan mengijinkan kecepatan ujung tertinggi pada tingkat paling belakang tidak
melampaui kecepatan suara.
4. Stall Kompresor. Pada kompresor aliran aksial terdiri atas deret-deret yang secara
bergantian bagian berputar dan yang tetap yang dibuat seperti airfoil atau sayap, kesamaan
aturan dan pembatasan penambahan airfoil atau sayap akan menambah keseluruhan sifat
kompresor. Dari gambar 11 agak lebih sulit dari pada untuk airfoil tunggal karena blade
menjadi satu dan masing-masing blade dipengaruhi leading egde dengan aliran udara terus
melewati blade. Hasil cascade dapat lebih cepat dimengerti jika aliran udara yang melalui
kompresor dilihat sebagai aliran yang melalui deret saluran yang dibentuk dengan blade itu
sendiri, yang akan lebih baik dari pada aliran terhadap airfoil dalam menghasilkan lift. Hasil
cascade adalah awal yang terpenting dalam menentukan design blade dan penempatannya,
gambar 10.5
74
Gambar 10.5 Pengaruh Cascade
Gambar 10.6 Hasil perubahan kecepatan aliran dan rpm terhadap sudut serang
Dalam kompresor aksial, masalah yang sulit dan lebih penting adalah masalah stall. Jika
untuk beberapa sebab sudut serang yaitu sudut pada aliran udara yang mengenai rotor blade,
menjadi rendah juga, di daerah tekanan seperti ditunjukan gambar 11 akan rendah nilainya dan
aliran udara dan tekanan akan rendah. Jika sudut serang tinggi, daerah penekanan akan tinggi
dan aliran udara dan rasio tekanan akan tinggi pula sehingga kompresor akan stall. Aliran udara
dipermukaan bagian atas akan menjadi turbulent dan merusak daerah tekanan. Ini akan
75
mengurangi penekanan dan aliran udara. Sudut serang akan menyimpang dengan rpm engine,
temperatur kompresor dijalan masuk dan pelepasan kompresor atau tekanan pembakaran. Dari
gambar 12 dapat dilihat bahwa berkurangnya kecepatan dalam aliran udara atau bertambahnya
kecepatan rotor engine akan cenderung untuk menambah sudut serang. Secara umum, bahwa
beberapa pengaruh pengurangan aliran udara terhadap kecepatan engine akan menambah sudut
serang dan menambah kecenderungan stall. Pengurangan dalam aliran udara bisa dihasilkan
dari tekanan kompresor pelepasan yang menjadi tinggi juga.
Jika kecepatan engine dikurangi dari design kecepatan, rasio tekanan akan berkurang
dengan lebih rendah sesuai dengan kecepatan rotor, seperti terlihat pada gambar 12. Dengan
mengurangi dalam penekanan volume udara dalam kompresor paling belakang akan lebih besar.
Pengaruh volume udara ini menyebabkan aksi choking untuk kompresor paling belakang dengan
berkurangnya aliran udara , yang mana dalam pembelokan mengurangi kecepatan udara di
bagian depan kompresor dan cederung menambah stall. Jika tidak secara benar dalam
perencanaan yang diambil di bagian depan kompresor akan stall pada engine kecepatan rendah.
Hal penting lain yang menyebabkan stall adalah tingginya temperatur udara dijalan
masuk kompresor. Kecepatan pesawat yang tinggi temperatur udara di jalan masuk adalah 250
0
F [121
0
C] atau lebih tinggi karena pengaruh ram. Temperatur yang tinggi menyebabkan rasio
tekanan rendah (meskipun density berubah) dan juga akan menyebabkan choking pada
kompresor paling belakang. Kondisi choking-stall ini sama seperti disebabkan oleh rasio
tekanan rendah meskipun untuk kecepatan engine rendah. Tinggi temperatur di jalan masuk
kompresor akan menyebabkan panjang vector aliran udara menjadi lebih panjang.
Terdapat 5 penyelesaian dasar yang dapat digunakan untuk memperbaiki depan-akhir,
kecepatan rendah, tinggi temperatur udara kondisi stall :
a. Lebih rendah sudut serang di tingkat paling depan sehingga tinggi sudut pada kecepatan
engine rendah bukan sudut stall.
b. Menempatkan katup aliran ditengah atau di paling belakang kompresor dan
menggunakan aliran udara dan menambah aliran di depan kompresor pada kecepatan
engine terendah.
c. Membagi kompresor dalam dua bagian atau rotor (2 spool rotor) dan merencanakaan
kecepatan rotor didepan lebih rendah dari pada rotor paling belakang pada kecepatan
rendah sehigga kecepatan rotor rendah di depan akan sama aliran udara tekanan rendah.
d. Meletakkan secara berubah-ubah vanes pemandu di bagian depan kompresor dan
mengubah-ubah stator vanes pertama didepan dari beberapa tingkat kompresor sehingga
sudut serang dapat dipasang untuk sudut rendah dengan mengerakan secara berubah-ubah
vanes pada kecepatan engine rendah. Beberapa perkembangan perencanaan engine juga
menggunakan secara berubah pengertian stator pada tingkat terakhir kompresor.
e. Menggunakan secara berubah-ubah daerah pipa keluaran untuk tidak membebani
kompresor selama percepatan.
5. Penunjukan Stall. Stall ringan bisa ditunjukan dengan kebisingan engine seperti
bergemuruh atau mendengung. Penunjukan stall yang lain bisa diperlihatkan EGT bertambah
atau berfluktuasi, RPM berfluktuasi, EPR berkurang atau berfluktuasi, bergetar disebabkan
getaran kompresor dan berkurangnya kekuatan engine untuk mengerakan poros. Dari beberapa
stall terdengar seperti memukul sangat keras dan bisa disertai dengan nyala, uap atau asap di
jalan masuk atau keluaran engine. Stall yang lama bisa menyebabkan kerusakan engine atau
fungsi yang buruk secara bersama-sama. Stall yang terjadi berulang-ulang disebabkan fungsinya
yang sudah buruk dan diperlukan utuk dilakukan perawatan.
6. Soal Latihan
76
a. Jelaskan perbedaan kompresor axial dengan sentrifugal
b. Apa yang disebut dengan faktor slip dan work done !
c. Apa pengaruh temperatur pada ratio tekanan !
d. Jelaskan pengertian stall pada kompresor !
BAB XI
RUANG BAKAR
1. Pengantar. Combustion chamber adalah bagian/komponen dari motor jet yang berfungsi
sebagai ruang berlangsungnya proses konversi yaitu pengubahan energi kimia bahan bakar
menjadi energi panas lewat proses pembakaran yang penyalaannya dibantu dengan peralatan
yang di sebut igniter plug dan terjadi pada saat start. Setelah motor mencapai self sustaining
pembakaran akan tejadi dengan sendirinya. Setelah penyalaan api pembakaran akan segera
77
mengembang secara cepat meliputi daerah pembakaran (combustion zone), yaitu suatu daerah
dimana campuran bahan bakar dan udara secara proportional terjadi. Jika semua udara yang
masuk motor bercampur dengan bahan bakar, maka campuran tidak proporsional lagi sehingga
campuran tidak akan bisa terbakar. Oleh karena itu hanya dari udara yang masuk motor ikut
dalam proses pembakaran. Temperatur gas hasil pembakaran mencapai sekitar 350
0
F, dan
sebelum masuk ke turbin temperatur tersebut harus diturunkan sampai nya. Pendinginan
dilakukan dengan cara campuran gas hasil pembakaran dengan udara yang melalui lubang
sekundair (lubang-lubang yang relatip lebih bersar terletak di bagian belakang liner).Sebelum
mengadakan pembahasan tentang commbustion chamber perlu membahas tentang komponen
lainnya yang sangat terkait dengan kerja dari combustion chamber, komponen tersebut ialah :
a. Diffuser section dan airbleed.
b. Fuel manifold dan Nosel.
2. Diffuser section dan Air bleed. Pada diffuser dan airbleed, udara yang meninggalkan suatu
axial kompresor lewat melalui suatu stator yang disebut kompresor exit guide vanes, kemudian
melalui diffuser section. Bentuk diffuser tadi adalah bentuk yang membesar diameternya untuk
mendapatkan pengurangan kecepatan dan penambahan static pressure udara. Dengan demikian
mempersiapkan udara untuk masuk kedalam combustion chamber dengan kecepatan udara yang
rendah untuk memungkinkan percampuran dengan bahan bakar.
Proses diffusion (penebaran) dibantu oleh exit quide vanes dari kompresor yang diletakkan tepat
dibelakang state terakhir dari kompresor. Lubang-lubang atau port biasanya dibuat pada badan
diffuser atau pada bagian diffuser dari kompresor yang kegunaanya untuk lubang keluar sewaktu
discharce air dari kompresor dikeluarkan (bleeding) dari engine. Bleeding tersebut dimaksudkan
untuk pelayanan pesawat (air craft service). Pada dual kompresor, pengeluaran udara dengan
tujuan yang sama (act service) juga diambilkan dari lubang tambahan.
3. Fuel Manifold dan Nosel. Untuk diketahui bahwa kedalam aliran udara, bahan bakar
disalurkan/diberikan di depan burner dalam bentuk semburan untuk memudahkan percampuran
dengan udara secara cepat. Bahan bakar disalurkan dari engine, dengan suatu manifold sistem ke
nosel yang terpasang di dalam burner. Tipe yang paling umum dari nosel menggunakan suatu
asas pressure atomizing yang menjamin pembagian/pemberian yang merata dari pertikel-partikel
kecil pada bahan bakar dari seluruh bahan bakar yang mengalir selama engine bekerja. Nosel
ganda (multiple nosel) sering digunakan untuk mengatasi jumlah bahan bakar yang banyak
dengan pembagiannya dan mengusahakan seminim mungkin variasi yang mungkin disebabkan
oleh tersumbatnya salah satu dari nosel. Primary dan secondary manifold sering digunakan
untuk mesin-mesin yang besar. Manifold tersebut kadang-kadang dinamakan pilot dan main
manifold. Primary atau pilot manifold bekerja untuk thrust rendah. Pada thrust tinggi seconadary
atau main manifold bekerja dan bahan bakar mulai mengalir kedalam elemen primair dan
secundair dari suatu double orifice nosel. Pada nosel tipe ini, primary fuel disemburkan melalui
sebuah single orifice ditengah-tengah nosel. Secondary fuel disemburkan melalui sejumlah
orifice pada suatu ring sekeliling pusat orifice.
4. Combustion chamber. Combustion chamber adalah salah satu komponen besar motor jet yang
berfungsi untuk membakar campuran dari bahan bakar dan udara, mengirim gas hasil
pembakaran ke turbine pada temperatur yang tidak akan melampui batas yang diperbolehkan
pada turbine inlet. Burner didalam ruang yang sangat terbatas, harus menambah energi panas
yang cukup kepada gas yang melewati engine untuk mempercepat masa gas cukup untuk
memproduksi thrust yang diinginkan. Kriteria dari burner yang dapat diterima bahwa kehilangan
pressure sewaktu gas lewat melalui burner harus dijaga sampai minimum, efisiensi pembakaran
78
dijaga pada taraf yang tinggi, dan tidak ada tendensi adanya peledakan. Harus tidak terjadi
pembakaran setelah gas meninggalkan burner oulet yang berarti bahwa pembakaran hanya
terjadi seluruhnya didalam ruang burner. Pada waktu memasuki turbine, gas harus bertemperatur
yang diinginkan dan merata serta temperatur maksimum yang masih bisa diterima.
5. Macam-macam combustion chamber. Ada beberapa macam combustion chamber dengan
bermacam-macam desain. Bentuk-bentuk dasar diketahui sebagai tipe can, annular dan can
annular. Semua desain sedemikian rupa sehingga kurang dari sepertiga dari seluruh volume
udara yang masuk chamber yang tercampur bahan bakar. Perbandingan antara udara seluruhnya
dengan bahan bakar berbeda tergantung pada tipe engine dari 40 sampai dengan 80 bagian udara
dengan satu bagian bahan bakar dalam berat. Rata-rata perbandingan adalah 60. Dari 60 bagian
tersebut hanya sekitar 15 bagian dalam berat yang dipakai untuk pembakaran. Jadi semua udara
sebagai sisa dari 15 bagian tersebut, akan merubah fuel nosel dan dipergunakan untuk
mendinginkan permukaan burner dan bercampur serta mendinginkan gas yang terbakar sebelum
masuk turbine.
a. Can tipe. Burner denga tipe "Can" sangat sering dipergunakan pada centrifugal kompresor
engine. Dalam sistem ini, udara dibagi begitu meninggalkan diffuser dan disalurkan kedalam
can-can pembakar yang terletak secara terpisah, yang diatur (silinder) sekeliling ruang dalam
burner section dari engine.
Gambar 11.1a Can tipe burner
Tiap burner atau can mempunyai fuel nosel dan burner liner sendiri-sendiri, lihat gambar
11.1 Primery air (udara primer) yang datang pada nosel, membantu terjadinya pembakaran
tahap tertama. Udara pendingin atau secondary air mengalir antara 1iner dan tabung burner.
Liner dilengkapi dengan beberapa deret lubang-lubang melalui mana udara secunder masuk
dari luar, lubang-lubang ini menimbulkan lapisan udara yang mendinginkan, mengalir
sepanjang liner bagian dalam dan mensuplai udara tambahan untuk proses pembakaran.
79
Gambar 11.1b Penampang can type burner
Setelah pembakaran terjadi dengan sempurna, aliran udara yang terpanaskan dari rangkaian
burner-burner terpusat alirannya dan mengalir kedepan turbine. Fuel nosel bercampur dengan
hasil pembakaran, mendinginkannya untuk mencapai temperatur dimana turbine dapat
menerimanya. Burner tipe can ini banyak kelebihannya. Karena dengan diameter tiap can
yang lebih kecil, seperti misalkan dibandingkan dengan tipe annular, struktur bisa dibuat
dengan kuat (ditambah) lagi ringan. Burner ini mempunyai serviceability yang sangat baik.
Tiap-tiap unit dapat dilepas dari engine untuk tujuan pemeriksaan atau penggantian tanpa
mengganggu instalasi engine. Dilain pihak desain tersebut adalah begitu rupa sehingga
diameter can harus dijaga sampai minimum, yang berarti bahwa burner bertipe can tidak
bermanfaat bila panjang can terlalu pendek. Tambahan lagi fuel nosel harus diletakkan
dipusat burner, yang mendorong udara menempuh jarak yang dipertimbangkan menuju can
sebelum mencapai fuel bercampur dan terbakar. Juga bila terjadi kerusakan salah satu nosel
mengakibatkan panas/ temperatur yang tidak merata, yang bisa menyebabkan pembelokan
pada vane.
b. Annular Tipe. Beberapa engine dengan axial kompresor mempunyai single annular
combustion chamber, seperti gambar 11.2 berikut :
Gambar 11.2 Ruang Bakar jenis anular
Liner dari tipe burner ini terdiri dari shroud atau dinding yang bersambung memutar dengan
dalam dan luar yang mengelilingi sebelah luar nousing dari poros putar kompresor.
Lubang-lubang pada dinding (shroud) tadi melewatkan udara sekunder (yang mendinginkan)
ketengah-tengah combustion chamber, dengan begitu menjaga pembakaran terjadi pada
dinding/shroud.
Didalam annular combustion chamber, fuel dikeluarkan melalui nosel-nosel didepan liner.
Karena besarnya kemungkinan terbakar, semua tipe burner liner tidak mungkin tahan lama
pemakaiannya bila dibandingkan dengan komponen engine lainnya yang lebih sering
diperiksa dan diganti.
80
Tipe burner ini mempunyai keuntungan dalam hal penggunaan ruangan yang tersedia dengan
terbatas yang sangat efektif memperoleh percampuran yang lebih baik dalam struktur
tersebut.. Perbandingan yang optimum antara luas permukaan dalam burner dengan volume
dipenuhi, dengan demikian menjamin pendinginan yang maksimum kepada gas selama
pembakaran belangsung. Design tersebut juga mencegah heat warping (pembelokan karena
panas). Pada beberapa engine burner liner tidak dapat dilepas (diassemble) dengan tidak
menurunkan dulu enginenya dari pesawat yang berarti suatu kerugian/ kejelekan yang nyata.
c. Can Annular Tipe. Can annular banyak dipakai pada engine-engine yang besar seperti
turbofan, dan turbojet. Tipe ini terdiri can-can yang letaknya berderet memutar dan berada
didalam suatu annular chamber (lihat gambar 11.3). Pada bagian depan can terdapat beberapa
fuel nosel. Tiap can mempunyai dua lubang yang berlawanan dan terletak agak didepan yang
gunanya untuk melewatkan atau menularkan api dari can satu ke can lainnya pada waktu
starting.
Gambar 11.3 Ruang Bakar jenis turbo-anular atau biasa juga disebut kanular
Hal tersebut adalah untuk memudahkan pelepasan individual can tersebut pada waktu diperlukan
untuk suatu pemeriksaan dan penggantian tanpa menurunkan engine terlebih dahulu. Juga
dengan pendeknya burner pada tipe ini menghindari adanya penrunan tekanan yang besar dari
gas diantara kompresor outlet dan frame area (area pembakaran). Kecual itu temperatur yang
dihasilkan akan merata diruang turbine inlet, mengurangi hadirnya panas setempat bila terjadi
kemacetan fuel masuk.
6. Prinsip Kerja Combution Chamber. Telah diuraikan diatas bahwa combustion chamber
adalah bagian dari motor jet dimana berlangsung proses konversi energi yaitu energi kimia yang
terkandung didalam bahan bakar menjadi energi panas (energi thermal) melalui suatu proses
81
pembakaran. Adapun cara kerja dari combustion chamber ini adalah sebagai berikut. Bahan
bakar di semprotkan pada ujung burner dalam bentuk otomized spaseng yang tinggi dari nosel
yang harus atau dalam suatu bentuk pembuatan dari alat yang disebut vapore rizing Tubes. Udara
mengalir disekitar fuel nosel dan melalui baris 1 sampai dengan lubang-lubang udara pada
combostion chamber. Burner Geometry menmngkinkan udara dekat nosel berada dekat dinding
depan dan liner yang bertujuan mendinginkan dan membersihkan sementara udara masuk
melalui oppesing linier hole bercampur dengan cepat dengan fuel membentuk campuran combas
tible. Penambahan udara diperlihatkan pada gambar 11.4 dibawah ini melalui lubang udara
dalam linier udara masuk pada bagian depan linier cenderung berinkulasi dan bergerak keatas
melancarkan semburan bahan bakar. Hal ini akan mempercepat proses pencampuran bahan bakar
dan udara serta mencegah terjadinya 'Slower Ouf' karena terbentuknya daerah kecepatan rendah.
Udara masuk pada bagian aliran belakang (Down Stream) menyediakan campuran yang benar
untuk pembakaran dan juga menciptakan turbulen yang perlu untuk campuran fuel/ bahan bakar
dengan udara untuk memindahkan energi dan gas yang terbakar kepada gas yang tidak terbakar.
Karena biasanya hanya ada dua igniter plugh dalam suatu motor, maka crass ignitions tubes
perlu pada chamber jenis can maupun can anular tipe chamber agar pembakaran mungkin
dimulai dalam can yang lain atau linier IG motor plugh (yang biasanya terletak dalam up stream
liner reverse daerah aliran dari chamber). Setelah igniter membara, menyalakan dengan cepat
berkembang ke primery atau combustion zone, dimana kira-kira perbandingan udara yang tepat
melengkapi pembakaran fuel-air mixture.
Jika seluruh udara yang melalui motor di campur dengan bahan bakar pada daerah ini (Daerah
combustion) campuran tidak bisa sebesar untuk fuel yang normal digunakan. Dengan demikian
hanya kira-kira 1/3 sampai 1/2 diijinkan masuk daerah pembakaran (combustion zone) dan
hanya 25% udara yang betul-betul berperan dalam proses pembakaran. Temperatur gas
pembakaran 3500 F (1900
0
), oleh karena itu sebelum masuk ke turbine harus didinginkan.
Pendinginan dilakukan oleh udara secondary yang masuk perangkat lubang yang relative besar
diletakkan dibelakang linier. Demikian linier yang mesti dilindungi dari temperatur tinggi dari
pembakaran ini biasanya dilakukan oleh udara yang dingin dibeberapa relation sepanjang linier
membentuk suatu selimut penyekat antara gas panas dinding metal. Metal dengan temperatur
tinggi membentuk untuk mengembang. Fin wall suatu konsep pendingin yang unik. Mengurangi
pendinginan udara yang dibutuhkan sampai 50% dan mengurangi berat chamber 20%. Ini
dilakukan oleh suatu design dari dinding chamber can yang terdiri banyak longitudinal passange
untuk menambah efficiency pendinginan. Konstruksi fin wall serupa dengan honey combustion
menyediakan suatu dinding yang kuat dengan berat yang kecil melalui penggunaan dari material
yang lebih tipis.
7. Soal Latihan :
a. Sebutkan tiga tipe dasar ruang bakar dan jelaskan keuntungan dan kerugian masing-
masing !
b. Jelaskan aliran udara yang melewati ruang bakar !
c. Berapa jumlah ignitor umumnya yang digunakan dalam pembakaran !
d. Jelaskan syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan ruang bakar yang baik !
e. Jelaskan pengaruh-pengaruh dari tekanan, teperatur inlet, fuel/air ratio, dan kecepatan
aliran terhadap performance pembakaran !
f. Bagaimanakah hubungan antara fuel nosel design dan kinerja pembakaran !
82
BAB XII
SISTEM BAHAN BAKAR DAN KONTROL MESIN
1. Pengantar. Besarnya daya dorong yang dihasilkan oleh suatu mesin turbin gas dikontrol
melalui pengaturan jumlah aliran bahan bakar yang masuk ke dalam sistem pembakaran. Hal
tersebut bervariasi sesuai dengan kecepatan putaran mesin, aliran massa udara dan daya dorong
yang diperlukan. Daya dorong yang diperlukan pada mulanya diset oleh penerbang melalui
throttle di cockpit, tetapi untuk mencapai dan menjaga hal tersebut agar selalu sesuai dengan
83
setting dalam semua kegiatan penerbangan tanpa mengakibatkan timbulnya kerusakkan terhadap
mesin diperlukan sistem kontrol bahan bakar yang otomatis. Sistem tersebut harus dapat
berfungsi secara efisien dan hanya memberikan beban yang minimal kepada penerbang, jadi
harus :
a. Dapat dikontrol sepenuhnya oleh penerbang dari cockpit melalui sebuah tangkai
pengatur (control lever).
b. Dapat bereaksi cepat dan bekerja dengan stabil terhadap gerakan tangkai pengatur.
c. Ada persentase yang tetap dari daya dorong maksimal yang dimungkinkan pada setiap
posisi tangkai pengatur berapapun ketinggian dan kecepatan pesawat.
d. Merupakan sistem yang dapat diandalkan untuk melindungi terhadap over heating,
over speeding dan over stressing.
Kecepatan putaran motor (rpm) biasanya dipakai sebagai parameter, karena itu sistem kontrol
direka bentuk agar dapat menghasilkan rpm yang konstan pada setiap posisi throttle. Daya
dorong yang dihasilkan dinyatakan dalam rpm motor. Ada dua macam pengontrolan mesin
yaitu rangkaian terbuka dan rangkian tertutup. Yang banyak dipergunakan saat ini adalah sistem
terbuka dengan menggunakan komponen-komponen hidro mekanik, maka sistem rangkaian
tertutup dengan kontrol automatis yang diatur oleh komputer sudah mulai dipakai.
2. Kontrol Sistem Bahan Bakar. Sistem pengontrol bahan bahan bakar disebagian besar
mesin turbin gas saat ini adalah tipe hidro mekanik dimana bahan bakar berfungsi sebagai cairan
hidrolik yang menggerakkan semua peralatan kontrol. Kerja alat ini didasarkan pada kenyataan
bahwa jumlah zat cair yang melewati suatu orifice tergantung pada luas penampang dan
turunnya tekanan sepanjang orifice tersebut.
3. Untuk mengontrol sistem bahan bakar ada dua bagian utama, yaitu high pressure fuel
pump dan fuel control unit.
a. HP Fuel Pump berfungsi untuk meningkatkan tekanan bahan bakar dari LP
pump/booster pump sampai mencukupi untuk kebutuhan pembakaran motor secara
efisien.
b. Fuel Control Unit (FCU) berfungsi untuk mengontrol suplai bahan bakar ke ruang
bakar sesuai dengan pengaturan throttle di cockpit.
Sistem yang juga banyak dipakai adalah kombinasi kontrol akselerasi dan kecepatan (CASC =
combined acceleration and speed control), sedangkan kontrol elektronik juga sudah mulai
banyak dipergunakan pada beberapa jenis mesin turbin gas.
Bahan bakar
Tekanan rendah HP pump throttle valve TCU ke burner
FCU yang terdiri dari komponen-komponen throttle valve dan alat-alat yang bekerja
secara otomatis seperti barometric control, acceleration control dan engine protecting averide
unit dapat dijelaskan sebagai berikut :
84
a. Barometric Control . jika throttle dibuka sampai posisi tertentu, motor akan berputar
secara konstan dengan rpm tertentu pula dan menghasilkan daya dorong yang besarnya
merupakan perbadingan terhadap daya maksimal sesuai posisi throttle. Bila ketinggian
dan kecepatan pesawat berubah maka akan terjadi perubahan aliran massa udara yang
akan mengakibatkan rasio bahan bakar/udara juga berubah dari harga yang dikehendaki
semula. Dari gambar 12.1, garis AB menunjukkan banyaknya aliran bahan bakar pada
posisi throttle tertentu. Fungsi barometric contol adalah untuk menjaga agar rpm tetap
konstan untuk setiap posisi throttle. Caranya dengan memberikan masukkan tentang
besarnya tekanan total di intake (Ptl) dan Variasi Ptl untuk mengatur perubahan jumlah
keluaran HP fuel pump. BC menunjukan bertambahnya rpm akibat perubahan ketinggian
sekalipun jumlah aliran bahan bakar tetap.
Gambar 12.1. Variasi ketinggian dan rpm.
b. Acceleration Control. Bilamana mesin turbin gas mendapat suplai bahan bakar
secara berlebihan dalam akselerasi, akan mengakibatkan terjadinya "compressor surge".
Untuk mencegah hal tersebut perlu ada pembatas agar tidak terjadi kelebihan bahan bakar
saat akselerasi.
1) Pada gambar 12.2a dapat kita saksikan pengaruh rpm bila mesin tidak dilengkapi
dengan alat pengatur akselerasi/ACU (acceleration control unit). Di titik "A" motor
berputar konstan pada 70% rpm. Kalau throttle kita buka dengan tiba-tiba maka
aliran bahan bakar akan meningkat dengan cepat, sepanjang garis "AC". Akan tetapi
karena compressor yang berputar memiliki inersia besar maka peningkatan rpm
tidak berlangsung dengan segera sedangkan aliran bahan bertambah terus sampai
daerah surge sehingga mesin akan mengalami surge.
2) Dari gambar 12.2b, kita lihat suatu mesin yang, dilengkapi dengan ACU, dimana
ACU akan memberikan data tentang tekanan udara dari compressor (Pt2) dan
menyelaraskannya dengan aliran bahan bakar, sehingga secara otomatis akan
membatasi jumlah bahan bakar, sehingga secara otomatis akan membatasi jumlah
bahan bakar agar selalu berada dibawah garis surge untuk setiap rpm motor.
Akibatnya adalah terbentuk suatu garis akselerasi "XY". Kalau throttle dibuka
secara mendadak maka aliran bahan bakar akan terbatas sampai titik "B" saja
sampai rpm bertambah sesuai peningkatan aliran bahan bakar.
85
3) Dalam gambar 12.2c tampak untuk mencapai akselerasi yang tinggi maka garis
akselerasi harus berada dekat dengan garis surge pada semua rpm. Oleh karena itu
ACU pada mesin turbo gas yang canggih harus bisa mengatur tekanan udara
compressor secara terpisah (split Pt2), baik untuk rpm rendah maupun tinggi.
Gambar 12.2a Compressor surge akibat Gambar 12.2b Mencegah compressor surge.
Kelebihan bahan bakar tak terkontrol compresor surge dengan ACU
Gambar 12.2c Split P2 Acceleration Control
5. Komponen sistem. Komponen sistem bahan bakar terdiri dari sistem pengontol bahan
bakar, HP fuel pump, hydro mechanic control unit, CASC mechanical fuel system dan peralatan
pelindung mesin.
a. Sistem pengontrol bahan bakar.
b.HP Fuel Pump ada dua macam yang lazim dipergunakan yaitu piston type variable
stroke Lucas pump dan fixed stroke gear type pump.
1) Lucas Pump. Pompa jenis ini banyak dipakai pada mesin turbo gas buatan
Inggris dan mampu meningkatkan tekanan bahan bakar dari 50 psi menjadi
2000 psi. Inti pompa ini adalah sebuah rotor yang diputar oleh gear shaft, tujuh
86
buah piston berpegas dan sebuah wash plate yang dipasang menyudut. Putaran
wash plate menyebabkan piston bekerja memompa bahan bakar.
Gambar 12.3Pompa Lucas.
2) Gear Pump. Konstruksi pompa ini lebih sederhana dan ringan, banyak
dipergunakan pada mesin buatan USA. Tekanan yang dihasilkan juga lebih kecil
dari pada tipe Lucas. Oleh karena keluaran pompa tetap untuk setiap putaran rpm
maka kelebihan aliran bahan bakar akan dikembalikan ke masukkan melalui relif
valve.
c. Hydro Mechanical Control Unit. Metode yang dipakai adalah memanfatkan
bahan bakar (FCU). Tekanan servo bahan bakar diatur sesuai pengontrolan jumlah bahan
bakar yang melalui orifice di ujung pipa servo, makin tinggi tekanan servo bahan bakar
diatur sesuai pengontrolan jumlah bahan bakar yang melalui orifice di ujung pipa. servo,
makin tinggi tekanan servon maka akan semakin sedikit jumlah bahan bakar yang
dialirkan, maka demikian sebaliknya.
d. CASC Mechanical Fuel System. Sistem ini bekerja secara mekanis sepenuhnya
dan lebih handal dari pada sistem hidro mekanis. Peralatannya yang utama adalah VMO
(variable metering orifice) untuk mengatur jumlah bahan bakar yang dialirkan ke dalam
ruang bakar.
e.Peralatan pelindung mesin dimaksudkan untuk melindungi mesin dari kerusakkan yang
mungkin timbul akibat penggunaannya yang berlebihan.
1 ) Pembatas Temperatur Maksimal. Suhu turbin diukur melalui thermocouple
dalam gas buang atau tempat lain dalam motor. Bila suhu maksimal tercapai akan
memberikan sinyal ke amplifier yang akan membatasi putaran pompa dengan cara
mengurangi tekanan servo Pompa..
87
2) Pembatas daya untuk menghindarkan terjadinya beban yang berlebihan akibat
tekanan udara compressor (Pt2) yang berlebihan selama putaran tinggi dengan
ketinggian terbang yang rendah. Bila Pt2 mencapai maksimum maka valve (half
ball valve) akan membuka dan mengalirkan udara bertekanan ke ACU agar
selanjutnya ACU mengurangi putaran pompa.
3) Overspeed governor untuk mencegah motor dari overspeedding.
Biasanya dipasang pada HP fuel pump atau FCU. Kalau terjadi overspeed maka
kelebihan tekanan akan dialirkan keluar sehingga rpm akan turun.
6. Soal Latihan
a. Jelaskan persyaratn sistem pengaturan bahan bakar yang baik pada pesawat
terbang !
b. Jelaskan bagian-bagian yang berperanan dalam mengontrol bahan bakar !
c. Apa yang dimaksud dengan kompresor surge !
BAB XIII
PENDINGINAN DAN PELUMASAN MESIN
1. Pengantar.Temperatur dalam sistem pembakaran turbin dan pipa buang sebuah mesin turbin
gas sangat tinggi sehingga diperlukan suatu sistem pendingin yang baik.
2. Internal Cooling. Untuk mendinginkan komponen bagian dalam mesin, seperti :
a. Komponen di ruang bakar (combustion chamber) didinginkan dengan metode
pendinginan di dinding sebelah dalam oleh pembentukan lapisan udara. Sebagian dari
udara yang mengalir ke dalam ruang bakar terpisah dari nyala api pembakaran. Dinding
luar didinginkan oleh udara pendinginan dari compressor.
88
Gambar : 13-1 Pendinginan ruang bakar
b. Main shaft dan main bearing didinginkan oleh aliran udara pendingin dan minyak
pelumas bertekanan.
c. Komponen turbin didinginkan dengan sistem aliran udara pendingin dari compressor.
d. Asesori dan reduction gear didinginkan dengan udara dan minyak pelumas. Akan
tetapi komponen listrik/eletronik seperti generator didinginkan dengan mengalirkan udara
dingin dari atmosfer yang diarahkan ke komponen-komponen tersebut.
3. External Cooling. Dalam keadaan terbang, untuk mendinginkan komponen yang berada
diluar seperti ruang mesin dapat digunakan udara luar secara memadai. Akan tetapi pada saat
motor diputar di tanah udara pendingin diambil dari internal cooling yang dihubungkan melalui
sistem ejector.
Aliran udara pendingin dalam ruang mesin juga berfungsi untuk mengeluarkan campuran gas
yang mudah terbakar. Selain itu juga dipasang sekat tahan api dalam ruang mesin untuk
membagi ruangan menjadi beberapa ruang yang terpisah dan berbeda suhunya. Ruangan yang
lebih dingin dimanfaatkan untuk menempatkan peralatan listrik, sistem bahan bakar, hidrolik dan
sebagainya. Pada mesin turbofan yang memiliki bypass ratio tinggi memerlukan sistem
pendinginan yang lebih kompleks, dimana udara pendingin diambil dari intake dan fan sesuai
bagian mesin yang perlu didinginkan (gambar 13.2 dan 13.3).
89
Gambar 13.2 Sistem pendinginan generator
Gambar 13.3 Pendinginan dan ventilasi pada Turbofan
4. Internal Sealing. Untuk mencegah terjadinya kebocoran oli dalam sistem pelumasan bearing,
udara pendinginan dimafaatkan juga untuk penyumbatan (sealing) udara. Caranya dengan
mengalirkan udara bertekanan ke kedua sisi bearing sehingga tidak ada oli yang bocor keluar.
Ada beberapa macam cara penyumbatan udara, seperti : thread-type oil seal, ringtype oil seal,
continuous groove-type airseal dan continuous groove interstage air seal.
90
Gambar : 13.4 Cartride-type oil filter
5. Pelumasan Mesin. Gesekan antara dua benda akan selalu menimbulkan panas dan keausan,
oleh karena itu diperlukan pelumasan. Fungsi pelumasan adalah untuk menjaga agar permukaan
barang yang bergesekkan tetap licin dan halus sehingga dapat bergerak dengan lancar. Mesin
turbin gas dirancang agar mampu bekerja di berbagai kondisi yang berbeda sehingga sistem
pelumasannya dapat mengatasi keadaan seperti :
a. Rpm motor sangat tinggi.
b. Perubahan suhu bearing dari yang paling rendah -650F di musim dingin sampai +4500F
sesaat sesudah start.
6. Bearing. Sebagian besar merupakan tipe "rolling contact" Main bearing terdiri dari roller
bearing di bagian depan compressor/turbin dan ball bearing di bagian belakangnya, untuk
menahan beban axial dari main shaft. Pada saat ini sedang dikembangkan dan telah mulai
dipakai jenis squeeze film bearing" sebagai main bearing. Pada jenis ini oli bertekanan tinggi
dialirkan ke dalam alur yang melingkar antara bearing outer track dan rumah bearing sehingga
bearing seakan akan mengapung dalam oli bertekanan. Pemakaian jenis ini menguntungkan
karena mampu menyerap getaran lebih baik seperti yang telah terpasang di mesin R.R. Spey.
7. Sistem pelumasan ada dua macam, yaitu :
a. Recilculatory. Dalam sistem ini oli didistribusikan dan dikembalikan ke tanki oleh
pompa. Ada dua jenis yaitu :
1) Pressure relatif valve system
2) Full flow system.
b. Expendable. Sistem habis pakai ini dipergunakan pada mesin - mesin kecil.
91
Gambar 13.5 Tekanan dan temperatur twin spool turbofan engine
Gambar 13.6 Blok diagram sistem oli PRV.
8. Pressure Relief Valve System. Dalam sistem ini aliran oil ke berbagai bearing diatur oleh
relief valve yang membatasi tekanan maksimum dalam pipa penyalur. Takanan oli diperoleh dari
pompa yang akan bertambah besar bila putaran mesin semakin cepat. Bila tekanan oli lebih besar
dari yang ditentukan relief valve akan membuka dan kelebihan tekanan akan disalurkan keluar
sehingga tekanan oli dalam sistem tetap konstan. Komponen utama sistem ini adalah : tanki oli,
pompa, pendingin oli dan pembatas tekanan oli, breather dari "front bearing metering pump".
9. Full Flow Lubrication System. Ada tiga peralatan yang mengontrol kerja sistem pelumasan
ini, yaitu : Kecepatan putaran pompa oli, ukuran masing-masing oil jet dan besarnya tekanan oli
dalam tiap-tiap rumah bearing. Pada sistem ini jumlah oli yang kembali tekanan oli yang
keluaran dari pumpa. Dengan demikian kebutuhan pelumasan di setiap bearing akan sesuai
dengan kecepatan putaran motor.
92
Gambar : 13.7. Aliran oli melewati filter
10. Oil Jet. Minyak pelumas dan pendingin bearing dialirkan melalui sebuah pipa sempit didekat
bearing dan diarahkan ke sela-sela bearing filter. Untuk mencegah kebocoran oli dipakai sistem
penyumbatan udara tipe "thead seal". Sistem ini sangat mudah diatur dan cukup handal untuk
dipakai pada berbagai macam bearing dengan suhu yang berbeda-beda.
I
Gambar 13.8 Typical aerodynamic reverser
11. Retracktable Ejector System. Dapat dioperasikan dengan sistem hidrolik maupun
pneumatik, yaitu dengan menggunakan pintu model bucket untuk membalik arah aliran gas
buang. Ejector dipasang disekeliling ruang mesin dimana tuas-tuas pendorong akan memanjang
ke belakang bila sistem dioperasikan sehingga pintu akan menutup tepat di tengah-tengah alairan
gas buang sehingga arahnya berubah ke depan.
93
Gambar 13.9 Forward thrust
Gambar 13.10 Reverse thrust
BAB XIV
SISTEM PEMBALIK DAYA DORONG DAN PEREDAM SUARA
1. Pengantar. Sistem pembalik daya dorong sangat bermafaat untuk mengurangi landing run
sebuah pesawat tanpa menggunakan rem secara berlebihan atau payung pengerem. Pada pesawat
bermesin torak atau turboprop, pengereman dilaksanakan dengan merubah sudut daun propeller
ke posisi reverse. Sedangkan pada pesawat dengan mesin turbojet hal tersebut dilaksanakan
dengan merubah arah aliran gas buang. Cara ini jauh lebih aman daripada menggunakan rem
roda, terlebih lagi bila landasan basah atau dilapisi es/salju.
94
Tanpa reverse : 3600 ft
R/W basah
50 % reverse thrust 2150 ft
Tanpa reverse : 5700 ft
R/W + on
50 % reverse thrust : 2460 ft
Gambar : 14.1. Perbandingan landing run pesawat seberat 200.000 lbs dengan 4 mesin RP
conway, pada berbagai landasan
Pembalikan daya dorong dapat juga dipakai untuk memperlambat laju pesawat dalam
penerbangan sehingga dapat descent dengan cepat seklipun tanpa air brake sistem.
2. Macam-macam sistem pembalik daya :
a. Tipe SNECMA. Pada tipe ini aliran udara berkecepatan tinggi dari motor dipisahkan
melalui kisi-kisi pembalik (reverser cascades). Dengan cara ini masalah penyekatan
udara (gas seal), distorsi dan pelumasan bearaing dapat diatasi namun tenaga yang
dihasilkan dari pembalikan daya dorong hanya kecil saja.
b. "Target Type/Mechanical Blockage". Cara ini cukup sederhana pengoperasiannya,
murah dan ringan. Namun resultante daya dorong ke depan kecil, disamping itu sulit
untuk memodifikasi/memasang alat peredam suara dan juga aliran gas buang yang
berbalik arahnya dapat merusakkan landing flap bila mesin terpasang tanpa pod.
c. Cetracktable Ejector System. Dapat dioperasikan dengan sistem hidrolik maupun
pneumatik, yaitu dengan menggunakan pintu model bucket untuk membalik arah aliran
gas buang. Ejector dipasang disekeliling ruang mesin dimana tuas-tuas pendorong akan
memanjang ke belakang bila sistem dioperasikan sehingga pintu akan menutup tepat di
tengah-tengah aliran gas buang sehingga arahnya berubah ke depan.
d. "Clamshell Door Thrust Reverser" Dengan menggunakan pintu model rumah
kerang (clamshell door) yang terlipat disekeliling pipa buang saat tidak dipergunakan.
Bila sedang dioperasikan pintu rumah kerang akan menutup aliran gas buang dan
merubah arah alirannya 135
0
ke depan melalui kisi-kisi disamping kiri dan kanan atau
atas dan bawah. Pintu rumah kerang bekerja dengan dorongan dongkrak pneumatic
dimana bearing maupun tuas-tuas penghubung bekerja pada suhu sampai 900 K tanpa
sistem pelumasan.
95
Gambar : 14.2. Pembalik daya dorong
e. "Cold Stream Reverser and Hot Stream Spoiler System" Pada mesin torbofan
dengan rasio bypass tinggi, sebagian terbesar dari aliran gas buang berasal dari fan.
Sistem ini memanfaatkan kedua macam aliran gas buang yaitu dari sisa pembakaran dan
dari fan. Bila sistem ini sedang dioperasikan maka katup akan menutup pipa aliran udara
dari fan dan bersamaan dengan kisi-kisi terbuka sehingga arah aliran udara akan
membalik ke depan (reversed). Pada saat yang sama kedua pintu spoiler akan terkatup di
tengah-tengah aliran gas buang sehingga tidak lagi menghasilkan daya dorong (spoiled).
f. "Kombinasi Thrust Reverser and Variable Geometry Nozzle. Pesawat terbang yang
canggih pada saat ini, menggunakan kombinasi sistem pembakaran ulang dan pembalik
daya dorong. Pesawat Concorde menggunakan kombinasi antara sistem pembalik daya
dorong dan variable geometry nozzle yang sering disebut dengan sistem TRA.
Gambar 14.3 Pembalik daya dorong tipe CSR dan HSS
3. Dalam mengoperasikan sistem pembalik daya dorong, ada beberapa hal yang berkaitan
dengan keamanan, seperti :
a. Pembalik daya dorong tidak boleh dioperasikan sebelum throttle/power control ditarik
penuh ke posisi idle.
b. Mesin tidak boleh diakselerasikan bila pintu/katup pembalik tidak membuka/berfungsi
dengan sempurna setelah dioperasikan.
c. Sebuah mekanisme pengaman akan mencegah pintu/katup bergerak dari posisi daya
dorong ke depan sampai throttle/power control dipindahkan ke posisi"reverse thrust"
96
d . Akselerasi hanya dapat dilakukan bila control level pengatur pembalik daya dorong
berada pada posisi penuh ke depan dan pintu/katup dalam keadaan terbuka
Sistem Peredam Suara.
5. Semua pesawat bermesin turbin gas menghadapi masalah kebisingan yang ditimbulkan oleh
mesin. Makin besar tenaga mesin yang dipakai makin keras bunyi yang ditimbulkan. Tingkat
bunyi yang tinggi dapat menimbulkan gangguan psikis maupun pisik pada manusia selain dapat
juga menimbulkan kerusakkan terhadap struktur pesawat itu sendiri. Oleh karena itu bunyi yang
ditimbulkan oleh mesin hanya diijinkan sampai 100-110 PNdb, gambar 14.5 menunjukkan
perbandingan bunyi yang dikeluarkan oleh berbagai jenis mesin turbin gas (bandingkan dengan
rumah makan/dapur yang sibuk bisa mencapai 75-80 PNdb).
Gambar : 14.4 Pembalik daya dorong tipe TRA.
6. Sumber Bunyi. Supaya dalam mendalami masalah kebisingan dan peredam suara dapat lebih
jelas, maka terlebih dahulu kita perlu untuk mengetahui dari mana sebenarnya sumber suara
tersebut. Pada mesin turbin gas, sumber suara adalah : semburan gas buang, turbin dan
compressor atau fan.
a. Semburan Gas Buang. Bunyi bising yang berasal dari semburan gas buang terjadi
dalam proses pencampuran gas yang berkecepatan tinggi dengan udara disekitarnya. Di
daerah percampuran tadi kecepatan aliran gas buang berkurang secara bertahap
(bergradasi). Kerapatan udara di sekitarnya mengakibatkan proses gradasi tadi
menimbulkan vortex dan daya geser (shear) yang pada akhirnya mengakibatkan
timbulnya bunyi keempat jurusan (quadropole). Tingkat kebisingan tadi sebanding
97
dengan vj
e
dimana adalah besarnya kerapatan udara dan vj
e
adalah kecepatan gas
buang.
Gambar : 14.5 tingkat bunyi berbagai mesin turbin gas.
Gambar 14.6 Sumber bunyi
b. Ada dua sumber kebisingan yang berasal dari turbin, yaitu :
1 ) Bunyi "desis" (white noise). Pengertian bunyi desis adalah suara yang
ditimbulkan oleh reaksi setiap blade terhadap aliran massa udara yang melaluinya.
(hal ini dapat dibandingkan dengan bunyi desis yang terjadi bila kita membuka
jendela kecil di mobil). Disamping itu bunyi tadi juga disebabkan oleh
turbulens pada aliran massa udara yang melalui blade akibat sudut datang yang
berubah-ubah sesuai perubahan daya angkat yang terjadi.
2) Bunyi "Desing " (discrete noise). Antara rotor dan stator vane terdapat suatu
celah sempit dimana kalau rotor berputar akan menimbulkan bunyi desing.
Karena sempitnya celah tadi maka terjadi interaksi yang berulang-ulang antara
berbagai daerah tekanan udara di rotor/stator. Hal ini hanya dapat diatasi dengan
perbaikan reka mesin dan komponennya. Pada turbin yang juga lebih dari satu
tingkat tingginya tingkat bunyi juga disebabkan oleh perubahan sudut datang
aliran massa udara. Dari tingkat (rotor & stator) yang satu ke tingkat berikutnya,
sehingga tekanan dan kecepatan udara berubah-ubah menambah kerasnya suara.
98
Gambar 14.7 Proses pencampuran gas buang-udara
Gambar 14.8 Sumber suara ke 4 arah (quadrupole)
c. Bunyi dari compressor dan fan terjadi seperti halnya pada turbin, hanya saja nadanya
yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh proses pencampuran udara berkecepatan subsonic
dipangkal blade dengan yang berkecepatan supersonic di ujung blade.
99
Gambar 14.9 Diagram bunyi dari mesin turbofan
7. Resultante Bunyi Mesin. Bunyi yang dikeluarkan oleh sebuah mesin turbin gas adalah
resultante dari bunyi compressor, turbin dan nozzle (gas buang). Gambar menunjukkan bunyi
dari mesin turbofan dengan rasio by pass yang rendah sampai tinggi.
a. Mesin turbofan dengan rasio bypass rendah, bunyi akibat aliran gas turun karena
kecepatannya juga berkurang. Bunyi dari turbin turun karena jumlah aliran massa udara
dan kecepatannya juga berkurang. Bunyi dari LP compressor meningkat dengan cepat
untuk berbagai macam kecepatan/ daya dorong.
b. Dengan rasio bypass yang lebih tinggi kecenderungan tadi berlanjut terus hingga bunyi
dari turbin dan fan lebih besar daripada bunyi dari aliran gas buang. Bunyi dari fan dapat
menyamai bunyi dari aliran gas buang mesin turbojet. Namun demikian kenaikkan akan
kecil saja bila mesin hanya terdiri dari satu tingkat fan tanpa IGV (inlet guide vane).
Gambar 14.10 Diagram bunyi mesin
8. Alat Peredam Suara. Tahap pertama dalam upaya menanggulangi kebisingan mesin adalah
dengan perbaikan reka bentuk bagian-bagian berputar dalam ruang mesin seperti rotor dan
statornya, fan dan sebagainya. Cara berikutnya adalah memanfaatkan material khusus.yang
mampu meredam suara dan penyempurnaan selama proses pembuatannya. Sedangkan cara-cara
lain seperti:
a. Accustic Linning. Untuk mengurangi kebisingan dari fan pada mesin turbofan dengan
rasio bypass tinggi dengan memasang peredam suara di ruang mesin. Lapisan peredam
tadi dibuat dengan konstruksi khusus berbentuk sarang lebah dengan ketebalan tertentu
sesuai tinggi gelombang suara yang harus di redam. Kerugian memakai alat ini adalah
berat mesin bertambah sehingga konsumsi bahan bakar spesifik (SFC) juga akan
bertambah akibat gesekan yang terjadi dalam ruang mesin.
100
b. Pengaturan Bentuk dan Was Nozzle. Pada mesin turbofan dengan rasio bypass
tinggi tanpa menggunakan IGV sumber kebisingan yang utama adalah fan
Gambar 14.11 Bahan peredam suara
Gambar : 14.12 Pemasangan Liner pada mesin turbofan
dan turbin. Dengan bypass ratio tinggi, massa udara dingin bertambah besar dibandingkan
dengan massa jet panas. Tetapi dengan kecepatan jet dingin yang relatif lebih kecil daripada jet
panas, akan diperoleh penurunan tingkat tekanan suara yang cukup besar. Penurunan tingkat
suara tersebut dapat berkisar antara 5 20 DB, berturut-turut untuk perbandingan simpang yang
rendah dan tinggi. Pengurangan tekanan suara tersebut biasanya juga disertai dengan
pengurangan kandungan frekuensi suara yang tinggi. Apabila rpm fan dapat dapat dikurangi
tanpa mengakibatkan kehilangan daya dorong, kebisingan mesin dengan dengan sendirinya akan
berkurang juga. Untuk kondisi daya doron kurang dari maksimum, pada mesin turbofan dengan
multi-spool hal ini dapat dilaksanakan dengan penggunaan veriable nozzle, dimana luas
penampang nozzle dapat diatur secara mekanis. Dengan memperkecil luas penampang nozzle
maka rpm LP compressor dan turbin yang berhubungan akan turun sehingga bunyi dari fan dan
101
turbin berkurang. Keadaan ini akan mencapai optimal apabila tingkat kebisingan dari fan, turbin
dan aliran gas buang sama, yang biasanya dapat tercapai bila nozzle dikecilkan sampai 50% dari
luas semula.
Gambar 14.14 Nozzle yang dapat diatur luasnya
c. Mencampur Semburan Gas Buang. Pada mesin turbofan dengan rasio bypass rendah,
sumber kebisingan yang utama adalah suara semburan gas buang. Sedangkan pada mesin
turbojet hal itu lebih besar lagi andilnya dalam meimbulkan kebisingan. Oleh karena itu untuk
mengatasinya dipakai cara mempercepat proses pencampuran gas buang dengan udara luar
dengan menggunakan "suppressor" tipe lobe nozzle dan corrugated nozzle.
102
Gambar 14.15 Alat peredam suara gas buang
9. Soal Latihan
a. Jelaskan fungsi dan mekanisme kerja sistem pembalik daya dorong !
b. Jelaskan jenis-jenis sistem pembalik daya !
c. Sebutkan faktor-faktor yang berkaitan dengan keamanan dalam pengoperasian pembalik
daya !
d. Sebutkan sumber kebisingan apa saja yang bersumber dari pesawat terbang !
BAB XV
PENGOPERASIAN
1. Pengantar. Dalam bab ini akan dibicarakan tentang operasi motor propulsi pesawat
terbang pada umumnya. Oleh karena itu bukan maksud dari bab ini untuk membahas masalah
operasi secara terinci. Hal tersebut disebabkan karena pada dasarnya setiap motor memiliki
cirinya yang khas meskipun sama prinsip kerjanya. Setiap operasi yang baik selalu berawal dari
proses start yang mudah serta terpercaya dalam seluruh tahap dan daerah operasinya.
Selanjutnya perlu diketahui bahwa dengan penerapan teknologi maju, operasi dan perawatan
103
merupakan suatu kesatuan yang terpadu sehingga tidak lagi dapat dipisahkan fungsi dan
perannya.
Keduanya berorientasi pada keberhasilan dan keterpercayaan sistem. Prosedur operasi harus
ditaati. Sedangkan penyimpangan dari tingkat keadaan yang normal harus memungkinkan
perbaikan terhadap sumber kesalahan atau kerusakan pada kesempatan pertama. Hal tersebut
merupakan usaha memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat serta meningkatkan
ketersediaan (availability) dan kesiapan operasi (operation readiness) dari setiap instalasi atau
pesawat terbang yang bersangkutan.
2. Proses start mesin. Motor propulsi pesawat terbang tidak akan dan tidak boleh bekerja jika
tidak distart. Dalam menentukan proses start, harus diketahui lebih dahulu cara kerja mesin dan
karakteristiknya. Karena operasinya mungkin sekali menyangkut fungsi-fungsi lain, maka
prosedur start hendaknya disusun dengan seksama. Hal tersebut diperlukan supaya tidak terjadi
risiko atau kesalahan yang tidak perlu. Oleh karena itu operasi motor propulsi sudah dimonitor
sejak persiapan sampai motor dimatikan dan diamankan. Prosedur dan proses start sangat besar
pengaruhnya terhadap umur mesin.
Kompresor harus dijalankan lebih dahulu supaya dapat memasukkan dan menekan udara
masuk ke dalam ruang bakar. Segera setelah itu penyala dijalankan, dan baru kemudian bahan
bakar disemprotkan ketika putaran kompresor sudah mencapai kurang lebih 15% putaran
nominalnya (n
nom
). Hal tersebut d1lakukan agar bahan bakar dapat secepatnya dinyalakan serta
untuk menghindari kebakaran atau kepanasan pada turbin dan saluran buang. Beberapa saat
kemudian bahan bakar menyala dan terbakar, misalnya pada putaran kompresor n 20%
nom
.
Di
sini ditunjukkan bahwa proses pembakaran memerlukan waktu dan terjadi pada perbandingan
bahan bakar-udara serta tekanan dan temperatur yang tepat. Perlu diingatkan bahwa tekanan p
n
2
sehingga dapat dipahami mengapa penyala dan penyemprot bahan bakar mulai dijalankan
ketika putaran kompresor sudah mencapai harga tertentu; yaitu ketika udara di dalam ruang
bakar telah mencapai tekanan dan temperatur yang cukup tinggi untuk memulai pembakaran.
Ketika penyalaan berhasil maka gas pembakaran yang terjadi mampu menaikkan
kecepatan kompresor, dan kira-kira pada n
m
35% n
nom
turbin gas dianggap dapat bekerja
mandiri. Dengan demikian sistem start dapat dilepaskan. Putaran kompresor dan turbin terus
naik sesuai dengan jumlah bahan bakar yang disemprotkan sampai mencapai putaran tanpa
beban (idle rpm). Hal tersebut di atas dilukiskan pada Gambar 15.1, dimana kecepatan tanpa
beban kira-kira ada pada n
tb
= 0.50 - 0.60 n
nom
, atau dalam waktu kurang lebih 30 - 40 detik sejak
awal start. Sedangkan grafik momen putar start dan temperatur gas masuk turbin versus
kecepatan putar poros digambarkan pada Gambar 15.2.
Dari Gambar 15.2 dapat dilihat bahwa momen putar negatif pada putaran poros di bawah
putaran mandiri (sustaining speed), n
nom
menunjukkan bahwa kompresor memerlukan momen
putar lebih besar daripada yang dapat diberikan turbin. Kondisi operasi start adalah jauh di
bawah titik rancangnya, sehingga tidak mengherankan jika prosesnya tidak efisien. Kekurangan
momen putar tersebut diatasi oleh motor start yang dapat menyediakan momen putar lebih untuk
memungkinkan akselerasi pada poros. Demikianlah hal tersebut tergantung dari massa yang
harus diputar. Oleh karena itu turbin gas yang besar dibuat dengan beberapa spul. Dalam hal ini,
motor start hanya memutar pasangan turbin kompresor tekanan tinggi saja sehingga dapat lebih
ringan daripada jika motor turbin gas berporos tunggal. Perlu dikemukakan di sini bahwa
sebaiknya semua turbin sudah berputar sebelum bahan bakar disemprotkan, untuk mencegah
terbakarnya sudu turbin yang ada di sisi hilir. Makin tinggi putarannya makin baik dan lebih
aman.
104
Selama proses start perlu diamati temperatur gas masuk turbin dan juga saat penyemprotan
bahan bakar dan penyalaan (light-up). Waktu yang diperlukan dari awal penyemprotan sampai
penyalaan kira-kira 2-3 detik. Jika waktu dari awal penyemprotan sampai penyalaan terlalu lama,
maka besar kemungkinan jumlah bahan bakar yang terbakar pada waktu penyalaan terjadi sudah
terlalu banyak. Hal tersebut tidak dikehendaki karena ada risiko kebakaran, ledakan, atau
kepanasan pada turbin. Apabila penyalaan berhasil maka temperatur gas masuk turbin akan naik
lebih cepat dan putaran rotor terasa makin ringan dan bertambah cepat. Pada suatu ketika
pembakaran dapat berlangsung mandiri dan stabil, kira-kira pada putaran poros n
m
= 35% n
nom.
Setelah itu motor start dan penyala dapat dimatikan, yaitu setelah kira-kira 3 - 4 detik, atau
setelah putaran poros mencapai n
pp
= 37%
nominal,
dimana n
pp
putaran poros pada waktu penyala
dipadamkan. Selanjutnya putaran poros akan terus naik sehingga mencapai putaran tanpa beban
(idle speed), n
tb
50 - 60% n
nom
.
Waktu yang diperlukan dari awal start sampai mencapai putaran tanpa beban kira-kira 30
- 40 detik. Pesawat militer memerlukan motor propulsi yang dapat distart secepatnva dan
mencapai putaran tanpa beban n
tb
dalam waktu sesingkat-singkatnya. Selain itu diusahakan tidak
menggunakan atau tidak memerlukan peralatan bantu dari luar pesawat terbang. Sedangkan
pesawat komersial lebih menekankan pada gangguan yang minimum terhadap penumpang, dan
ekonomis.
Gambar15.1 Urutan proses start sebuah motor turbin gas pesawat terbang
105
Gambar 15.2 Momen putar dan putaran poros pada proses start
Namun faktor keterpercayaan sangat diutamakan bagi keduanya. Dalam hal digunakan
ruang-bakar tunggal tubular, penjelasan tersebut di atas sudah dianggap cukup. Namun untuk
ruang bakar tubular ganda, anular, atau turbo-anular, penyala tidak selalu tersedia untuk setiap
penyemprot bahan bakar. Dalam hal tidak tersedia penyala, penyalaan dilakukan dengan nyala
api dari tabung-dalam ruang bakar di sebelahnya, yang telah bekerja. Nyala api tersebut dialirkan
melalui pipa api yang menghubungkan tabung dalam dari ruang bakar yang berdekatan.
Proses start dinyatakan gagal jika motor start tidak mampu membawa kompresor mencapai
putaran mandiri, n
m
. Penyaluran dan penyemprot bahan bakar ataupun penyala tidak bekerja
seperti seharusnya; tetapi juga jika terjadi kerusakan pada saluran masuk, kompresor tidak
berfungsi dengan baik, penyalaan melalui pipa api tidak berhasil, atau bahan bakar tidak sesuai
dengan spesifikasi yang ditetapkan. Proses start yang tidak berhasil membuat turbin mencapai
putaran mandiri dinamai start- menggantung (hung start). Apabila dalam hal tersebut jumlah
bahan bakar yang dimasukkan diperbanyak, mungkin sekali terjadi start-panas (hot start)
dimana turbin kepanasan. Start-menggantung sering terjadi pada waktu start dalam keadaan
dingin karena panas yang terjadi diserap oleh rotor dan stator yang masih dingin. Sedangkan
start-panas sering terjadi apabila start dilakukan ketika motor masih panas dari operasi
sebelumnya. Start-panas dapat dihindari dengan membuang sebagian udara kompresor tekanan
tinggi untuk beberapa saat.
Putaran tanpa beban, n
tb
, ditetapkan lebih tinggi dari pada putaran mandiri, n
m
, supaya motor
tidak mati jlka ada beberapa gangguan kecil pada sistem udara atau sistem bahan bakar. Tetapi
tidak terlampau tinggi sehingga tidak menggunakan terlalu banyak bahan bakar atau
menghasilkan gaya dorong.
3. Motor start. Untuk mencapai tujuan tersebut di atas ada beberapa jenis motor start yang dapat
digunakan, antara lain motor start listrik, pembakaran propelan, turbin udara, turbin gas dan
motor start hidrolik. Untuk kapal dan turbin gas industri dapat juga digunakan motor diesel.
Masing-masing memiliki ciri dan penggunaannya yang khas serta tergantung dari persyaratan
yang diminta. Pada dasarnya motor start berfungsi memutar kompresor (atau pembangkit gas)
dari keadaan diam sehingga mencapai putaran mandiri dan dengan momen putar - lebih yang
cukup tinggi mampu berakselerasi sampai mencapai putaran tanpa-beban. Maka motor start
harus dapat menghasilkan momen putar yang diperlukan untuk memungkinkan hal tersebut.
Selain itu juga digunakan untuk memutar rotor dalam proses membersihkan sebelum start
(pre-start purging), pendinginan rotor setelah operasi (rotating cool- down), dan pada waktu
pencucian motor. Prinsip kerja motor start akan diterangkan sebagai berikut.
4. Motor start listrik. Motor listrik yang digunakan biasanya dari jenis arus searah (direct
current) yang dihubungkan dengan poros kompresor-turbin melalui roda gigi reduksi dan
106
mekanisme roda-bebas (ratchet). Hal tersebut terakhir memungkinkan hubungan roda gigi
tersebut terlepas apabila putaran turbin sudah lebih tinggi daripada putaran motor start (yaitu
pada putaran mandiri). Energi listrik yang digunakan juga digunakan untuk menjalankan
penyala. Energi listrik diputuskan secara otomatis apabila beban motor start turun, karena turbin
sudah dapat beroperasi secara mandiri, dan mencapai n
pp.
Motor start listrik yang biasa
digunakan ditunjukkan pada Gambar 15.3.
5. Motor start dengan propelan padat. Motor start dengan propelan padat merupakan
Gambar 15.3 Motor start listrik.
turbin gas impuls kecil yang bekerja dengan propelan padat. Jika dinyalakan, propelan akan
menghasilkan gas panas yang menggerakkan turbin gas tersebut. Motor start menggerakkan
motor propulsi melalul roda gigi. Propelan padat disimpan dalam tabung yang jumlahnya
menunjukkan jumlah start yang dapat dilakukan. Jenis motor start ini banyak digunakan pada
pesawat terbang militer dan sangat independen.
6. Motor start dengan propelan cair. Motor start ini secara prinsip sama dengan motor start
dengan propelan padat, kecuali fluida kerja yang digunakan adalah gas hasil reaksi propelan cair,
yaitu isopropilnitrat yang termasuk monopropelan. Gambar 15.4 menunjukkan skema
accumulator starting sistem.
7. Motor start udara. Dalam hal ini digunakan turbin udara yang menghasilkan daya
poros untuk memutar poros motor propulsi melalui roda gigi reduksi. Turbin udara dapat
digerakkan oleh udara dari tangki udara tekan di darat, dari unit daya khusus di pesawat terbang
(Auxiliary Power Unit, APU), atau dari udara tekan yang diambil dari motor propulsi lain yang
sudah bekerja. Jenis ini banyak digunakan pada pesawat terbang komersial modern ataupun
pesawat militer, karena ringan, sederhana dan ekonomis. Sistem start dengan udara tekan dari
APU dapat dilihat pada Gambar 15.5.
107
Gambar 15.4 Accumulator starting system
Beberapa sistem start udara tekan, kadang-kadang dilengkapi dengan starter ruang bakar. Dalam
hal ini udara tekan dari botol udara yang ada di pesawat terbang dimasukkan ke dalam ruang
bakar untuk membakar bahan bakar. Selanjutnya gas pembakaran yang terjadi dimasukkan ke
dalam turbin udara dari motor start udara tekan. Bahan bakar yang digunakan sama dengan yang
digunakan oleh pesawat terbang. Starter ruang bakar digunakan apabila, udara tekan tidak dapat
diperoleh dari sumber luar. Ada kalanya juga digunakan udara tekan yang secara langsung
ditumbukkan pada sudu turbin motor propulsi (misalnya turbojet) sehingga turbin berputar.
Udara tekan tersebut dapat diperoleh dari sumber luar (tangki udara tekan di darat) atau dari
motor propulsi yang sudah bekerja.
8. Motor start turbin gas. Penggunaan turbin gas kecil sebagai motor start sangat efektif,
terutama untuk turbojet. Hal tersebut disebabkan karena kompak, ringan dan dapat menghasilkan
daya tinggi; dapat dipasang di depan, dengan sumbu poros penggerak segaris dengan sumbu
poros turbojet sehingga sangat serasi. Motor start ini merupakan unit yang mandiri; bahan
bakarnya sama dengan bahan bakar pesawat terbang, dan bagi motor start tersebut berlaku
prosedur start yang sama dengan turbin gas pada umumnya. Setelah motor start mencapai
putaran mandiri, proses start motor turbojet dapat dilaksanakan.
9. Motor start hidrolik. Motor start hidrolik biasanya digunakan pada motor turbojet kecil.
Daya yang diperlukan oleh motor start diperoleh dari tekanan hidrolik dari unit hidrolik di darat
yang kemudian ditransmisikan pada motor turbojet dengan perantaraan roda gigi dan kopling.
Motor start tersebut pada dasarnya adalah pompa hidrolik pada motor turbojet yang dapat
difungsikan sebagai motor start listrik. Selanjutnya, berikut ini akan diberikan penjelasan tentang
alat penyala yang lazim dipakai.
10. Penyala. Dalam hal ini hanya akan dibicarakan tentang penyala listrik saja. Pada dasarnya
penyala adalah sebuah busi yang mengeluarkan loncatan elektrik di antara elektrodenya.
108
Gambar 15.5 Sistem start dengan udara tekan dari APU, dari motor lain, dan dari tangki udara
tekan di darat.
Gambar 15.6 Sebuah busi penyala (Rolls Royce, Ltd.)
Pelepasan energi terjadi pada tegangan dan arus yang tinggi. Pada kondisi lingkungan yang
kritis, misalnya karena hujan lebat, salju dan es, besar kemungkinan api pembakaran mati. Untuk
mencegah kemungkinan tersebut diperlukan penyala yang dapat terus dioperasikan. Dalam hal
ini energi loncatan listrik tidak perlu tinggi, misalnya 3 sampai 6 joule saja, supaya busi tidak
cepat rusak. Kedua keperluan tersebut dapat dipenuhi dengan memasang dua jenis penyala,
tetapi juga dapat dipenuhi oleh satu penyala yang dapat menghasilkan baik energi keluaran yang
tinggi maupun rendah. Gambar 15.6 menunjukkan sebuah busi penyala. Setiap busi dilayani oleh
satu unit penyala yang dapat menggunakan sirkuit arus searah (DC) atau arus bolak-balik (AC).
Pada unit penyala dengan sirkuit DC dan mekanisme trembler, koil induksi dijalankan oleh kerja
trembler yang memutus-mutuskan arus sehingga dapat memuati kapasitor induk (reservoir
capacitor) atau kondensor, melalui rektifaier (rectifier) tegangan tinggi. Apabila tegangan
109
kapasitor tersebut mencapai harga sama dengan harga tegangan jatuh (breakdown value) dari
pelepas arus (discharge gap) yang tertutup rapat, maka ketika itu juga energi dilepaskan
melintasi permukaan dari busi penyala. Selanjutnya sebuah komponen yang dinamai cuk atau
pujut (choke) digunakan untuk memperpanjang waktu pelepasan energi. Sedangkan resistor
pelepasan (discharge resistor) menjamin supaya energi yang disimpan dalam kapasitor dapat
dibuang dalam waktu satu menit (misalnya) setelah sistem penyala dimatikan. Resistor
pengaman (safety resistor) digunakan untuk menjaga agar unit penyala dapat beroperasi dengan
aman, walaupun kabel-kabel tegangan tinggi tidak disambung dan terisolasi.
Cara kerja unit penyala dengan transistor sama dengan unit penyala dengan mekanisme
trembler, tetapi fungsi trembler diganti oleh sirkuit transistor yang tidak memiliki komponen
yang bergerak sehingga umur pakainya relatif jauh lebih panjang; ukurannya lebih kecil dan juga
lebih ringan dari unit penyala dengan mekanisme trembler.
Pada unit penyala dengan sirkuit AC, energi listrik masuk melalui transformator dan
rektifaler untuk memuat kapasitor. Jika muatan atau tegangan kapasitor mencapai harga sama
dengan tegangan jatuh (breakdown value) dari pelepas arus (discharge gap) yang tertutup, maka
kapasitor melepaskan muatan energinya melintasi permukaan dari busi penyala. Di sini, seperti
halnya dengan unit penyala sirkuit DC dengan mekanisme trembler, juga digunakan resistor
pelepasan dan pengaman.
11. Operasi dan faktor pertimbangan penting. Setiap motor dibuat berdasarkan titik
rancangannya (design point), yaitu kondisi operasi yang dirancang; misalnya dapat menghasilkan
gaya dorong tertentu, pada kecepatan dan ketinggian terbang tertentu atau pada tekanan dan
temperatur lingkungan tertentu. Pada kondisi tersebut motor dapat memberikan prestasi
terbaiknya sesuai dengan parameter rancangan yang ditetapkan. Pada kondisi operasi yang lain
prestasinya berkurang; daya dan efisiensinya turun. Meskipun demikian diusahakan agar
kalaupun terjadi penurunan prestasi, hendaknya tidak terlalu banyak. Hal tersebut diharapkan
dapat dipenuhi dengan desain yang baik, atau dengan desain sistem kontrol yang memungkinkan
operasi di luar titik rancangan (off design) secara optimal. Sedangkan apabila karena suatu hal
terjadi kerusakan pada sistem kontrol, maka hendaknya motor masih dapat dikendalikan secara
manual dengan baik. Dalam hal tersebut diperlukan instrumentasi yang terpercaya sehingga
dengan berpedoman pada grafik karakteristiknya, titik operasi motor dapat ditetapkan dan
selanjutnya dimonitor agar tidak keluar dari batas-batas kemampuan. Pengendalian operasi
turbin hanya dilakukan dengan satu tuas, yaitu tuas trotel (throttle lever) yang mengatur jumlah
bahan bakar yang dimasukkan ke dalam ruang bakar dan sekaligus putarannya. Apabila motor
dilengkapi dengan ruang bakar kedua (afterburner) maka ada satu tuas lagi yang khusus
mengatur pemasukan bahan bakar untuk ruang bakar kedua.
Pada motor turboprop tuas trotel disambung dengan unit pengaturan propeler, sehingga
memungkinkan pengendalian motor dengan satu tuas termasuk operasi untuk gaya dorong balik
(reverse thrust). Demikian pula dengan helikopter, tuas trotel disambung dengan tuas langkah
(pitch) dari daun, rotor, sehingga kenaikan langkah daun rotor selalu disertai dengan kenaikan
daya motor. Berbeda dengan motor turboprop, motor turbojet dengan pembalik gaya dorong
(thrust reverser) dilengkapi dengan tuas tambahan untuk mengatur operasi gaya dorong balik.
Pada motor turbojet terdapat pengukur gaya dorong (thrust meter). Sedangkan pada motor
turboprop ada alat pengukur momen putar (torque meter) dan takometer. Pada motor yang
menggunakan dua-spul atau lebih, digunakan alat pengukur putaran pada setiap spul. Jika tidak,
sekurang-kurangnya ada pengukur putaran untuk spul tekanan tinggi.
Turbin gas menggunakan jumlah udara berlebihan, sehingga perbandingan bahan bakar
udara total yang digunakan menjadi sangat kecil, misalnya f
150
1
50
1