Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

KONSTRUKSI OTOMOTIF
PERANCANGAN PISTON

Disusun Oleh :

NAMA : Alvin Sadam Oktavian

NRP : 0121603008

MATA KULIAH : Konstruksi Otomotif

DOSEN : MATSUANI S.Pd, M.Pd

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN D III OTOMOTIF


INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA
SERPONG
2019
Konstruksi Otomotif Alvin Sadam Oktavian
Perencanaan Piston 0121603008

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas berkat, rahmat serta hidayah – Nya
sehingga tugas “Konstruksi Otomotif” ini dapat terselesaikan dengan baik. Tugas ini
disusun untuk memenuhi mata kuliah Tugas Konstruksi Otomotif Fakultas Teknik
Mesin Otomotif, Jurusan D III Otomotif, Institut Teknologi Indonesia.

Penyusunan tugas ini bertujuan agar para mahasiswa dapat terbiasa dalam
perencanaan piston pada mesin mulai dari suatu hal yang kecil dari bentuk yang
sederhana hingga bentuk yang paling kompleks, dengan bantuan dan petunjuk dari para
dosen yang bersangkutan.
Penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian tugas Konstruksi Otomotif ini,
antara lain :
1. Bapak Matsuani S.Pd,M.Pd selaku dosen tugas Konstruksi Otomotif dan
Mata Kuliah Konstruksi Otomotif .
2. Kepada semua rekan–rekan mahasiswa yang telah membantu dalam
memberikan informasi dan saran.
Penyusun berharap agar tugas tersebut dapat bermanfaat bagi para pembaca
pada umumnya dan bagi penyusun pada khususnya, dan juga mengharapkan agar para
pembaca dapat memberikan informasi tambahan. Kritik dan saran sangat kami
harapkan, guna untuk penyusunan di masa yang akan datang.

Serpong, 21 MEI 2019

Penyusun

(Alvin Sadam O)

INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA i


Konstruksi Otomotif Alvin Sadam Oktavian
Perencanaan Piston 0121603008

DAFTAR ISI

Kata Pengantar i

Daftar Isi ii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 1


1.2. Tujuan Perancangan 1
1.3. Manfaat Perencanaan 2
1.4. Sistematika Penulisan 2

BAB II TEORI DASAR 3

2.1 Penjelasan Piston 3

2.2 Bagian-bagian Konstruksi Piston 4

2.3 Fungsi Piston 5

BAB III PRINSIP KERJA PISTON DAN JENIS PISTON 6

3.1. Cara Kerja Piston 6

3.2. Jenis-Jenis Piston 8

BAB IV PEMBUATAN DAN KOMPOSISI BAHAN 10

4.1. Proses Pembuatan Piston 10

4.2. Hal yang harus di perhatikan dalam proses produksi 17

4.3. Kompsisi Material 28

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 29

DAFTAR PUSTAKA

INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA ii


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Piston adalah bagian utama dalam mesin berupa sumbat geser yang
terpasang didalam sebuah silinder mesin yang bekerja secara bolak-balik menjadi
gerak angular/berputar yang digerakkan oleh adanya expand gas/pembakaran dan
mengubah energy panas menjadi energy gerak. Piston pada mesin juga dikenal dengan
istilah torak adalah bagian (parts) dari mesin pembakaran dalam yang berfungsi sebagai
penekan udara masuk dan penerima tekanan hasil pembakaran pada ruang bakar. Piston
terhubung ke poros engkol (crankshaft,) melalui setang piston (connecting rod).

Material piston harus terbentuk dari material bahan yang baik, ringan, tahan
terhadap panas temperatur dan tekanan tinggi. Sebagaimana diketahui, komponen-
komponen engine bekerja dan parts-partsnya saling bergesekan. Ada loss power yang
terjadi akibat gesekan tersebut. Piston yang lebih ringan meminimalisir gesekan
yang terjadi dan menyebabkan loss power semakin sedikit dan tentunya berimbas pada
tingkat responsifitas performa engine itu sendiri.Konsekuensinya, piston yang lebih
ringan membutuhkan material bahan yang lebih memiliki ketahanan. sehingga
walaupun dibuat lebih ringan (biasanya dengan cara memperpendek tinggi piston)
maka piston tidak cepat mengalami keausan sebagaimana material standar piston
umumnya.
Umumnya material yang dipilih adalah campuran aluminum (alluminum alloy).
Piston merupakan salah satu komponenen penting didalam sebuah silnder
pembakaran,maka kepresisian dimensi piston berpengaruh dalam proses pembakaran.
Dari hasil pembakaran didalam silinder mesin maka diperoleh hasil pembakaran untuk
menggerakan mesin. Oleh karena itu kualitas dimensi merupakan unsur utama yang
harus diperhatikan.untuk mendapatkan hasil yang baik dibutuhkan material
Konstruksi Otomotif Alvin Sadam Oktavian
Perencanaan Piston 0121603008

dengan komposisi yang seimbang antara lain besi, alumunium,magnesium,dll


serta proses produksi yang mendukung.

1.2. Tujuan Perancangan


Tujuan perancangan katup adalah :

1. Mengetahui cara modifikasi pada piston


2. Membuat dan mengetahui hal peting yang harus di perhatikan dalam
produksi.
3. Mengetahui kinerja dari mekanisme piston.

1.3. Manfaat Perencanaan


Mengetahui cara pembuatan atau merancang piston , cara kerja piston ,
mekanisme piston dan komponen-komponen serta fungsi dari komponen piston.

1.4. Sistemmatika Penulisan


Sistematika penulisan yang digunakan terdiri dari lima bab yang saling
berkaitan satu sama lain, yaitu :

Bab I : Pendahuluan
Berisi Latar Belakang, tujuan perancangan, batasan permasalahan,
sistematika penulisan dan cara kerja .
Bab II : Teori Dasar
Berisi tentang piston , bagian konstruksi piston dan fungsinya.
Bab III : Prinsip kerja piston.
Berisi tentang Prinsip kerja dari piston.
Bab IV : Pembuatan dan Komposisi Material
Berisi tentang pembuatan dan hal penting yang harus di perhatikan
dalam proses produksi.
Bab V : Kesimpulan dan Saran
Berisi tentang kesimpulan yang dapat diambil dari hasil pengumpulan
data di lapangan dan saran yang dapat diberikan kepada masyarakat.

INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA 2


Konstruksi Otomotif Alvin Sadam Oktavian
Perencanaan Piston 0121603008

BAB II

TEORI DASAR

2.1. Pengertian Piston

Piston adalah sumbat geser yang terpasang di dalam sebuah silinder mesin
pembakaran dalam silinder hidraulik, pneumatik, dan silinder pompa.Piston pada
mesin juga dikenal dengan istilah torak / seher adalah bagian (parts) dari mesin
pembakaran dalam yang berfungsi sebagai penekan udara masuk dan penerima
tekanan hasil pembakaran pada ruang bakar. Piston terhubung ke poros engkol
(crankshaft,) melalui batang piston (connecting rod).
Material piston umumnya terbuat dari bahan yang ringan dan tahan tekanan,
missal aluminium yang sudah dicampur bahan tertentu (aluminium alloy). Dikarenakan
bahan tersebut maka piston memiliki muaian yang lebih besar dibandingkan dengan
rumahnya (cylinder blok). Hal tersebut harus diantisipasi dengan clearence
cylinder blok dan piston (selisih diameter piston dengan diameter cylinder
blok). Clearance ini bervariasi untuk masing-masing piston.

Gambar 2.1.1 Piston


Banyak salah pengertian di antara pada mekanik bahwa piston harus sesak atau
pas dengan cylinder blok. Hal ini mengakibatkan seringnya terjadi macet (jammed)

INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA 3


Konstruksi Otomotif Alvin Sadam Oktavian
Perencanaan Piston 0121603008

pada saat mesin panas (overheat). Seharusnya piston longgar terhadap cylinder
blok. Banyak orang mengira bentuk dari piston adalah bulat. Sesungguhnya bentuk
piston adalah oval dengan bagian terkecil terletak didaerah lubang pin piston. Bagian
atas dari piston (tempat ring piston) selalu lebih kecil dari bagian bawah piston (bagian
ekor). Pada saat dimasukan ke dalam cylinder blok (yang berbentuk bulat
sempurna), bentuk oval dari piston ini akan mengakibatkan bagian yang lebih
kecil terlihat lebih renggang.

2.2. Bagian-Bagian Konstruksi Piston

Gambar 2.2.1. Bagian-bagian Konstruksi Piston


1.Head .
Pada piston jenis diesel terdapat coakan untuk menampung oli yang berfungsi
sebagai pendingin.

2.All Ring Group atau ring piston.

Ring piston memiliki dua tipe, ring kompresi dan ring oli. Ring kompresi

berfungsi untuk pemampatan volume dalam silinder serta menghapus oli pada dinding
silinder. Kemampuan kompresi ring piston yang sudah menurun mengakibatkan

INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA 4


Konstruksi Otomotif Alvin Sadam Oktavian
Perencanaan Piston 0121603008

performa mesin menurun. Ring oli berfungsi untuk menampung dan membawa oli serta
melumasi parts dalam ruang silinder. Ring oli hanya ada pada mesin empat tak karena
pelumasan mesin dua tak menggunakan oli samping.

3. Badan Piston.

Berfungsi sebagai bagian gesek antara piston dan liner atau dinding
silinder.Ukuran dan kepresisian badan piston sangat berpengaruh pada proses
pembakaran. Pada badan piston juga terdapat lubang yang disebut pin hole yang
memiliki fungsi sebagai tempat pin yang menghubungkan setang piston dan poros
engkol.

4.Kaki Piston / piston skirt

Yang berfungsi sebagai penyeimbang gerakan piston pada liner silinder.

2.3. Fungsi Piston


1.Menghisap, mengkopresi gas baru dan membuang gas bekas hasil pembakaran.

2.Merubah tekanan hasil pembakaran menjadi gaya dorong pada setang piston/seher.

3.Mengatur pemasukan dan pembuangan gas pada motor 2 tak.

Piston mempunyai pembebanan tugas yang berat, antara lain :


1. Menerima tekanan dan temperatur gas pembuangan yang tinggi.
2. Menerima gaya percepatan yang tinggi.
3. Menerima gaya gesek dan gaya samping

Karena tugasnya yang berat, piston harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Kuat terhadap tekanan tinggi
2. Tahan terhadap temperatur tinggi.
3. Tahan terhadap gesekan dan mempunyai sifat luncur yang baik.
4. Mempunyai koefisien muai panas yang kecil
5. Mempunyai bobot yang ringan

INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA 5


Konstruksi Otomotif Alvin Sadam Oktavian
Perencanaan Piston 0121603008

BAB III
PRINSIP KERJA PISTON

3.1 Cara Kerja Piston

Cara kerja piston yaitu mengubah energy gerak menjadi energy mekanik pada
Proses pembakaran pada ruang bakar.Piston yang terhubung ke poros
engkol(crankshaft,) melalui setang piston menggerakkan piston naik turun sehingga
proses pembakaran terjadi.

Adapun cara kerja dengan siklus Otto dikenal dua jenis mesin, yaitu mesin 4
langkah (four stroke) dan 2 langkah (two stroke). Untuk mesin 4 langkah terdapat 4
kali gerakan piston atau 2 kali putaran poros engkol (crank shaft) untuk tiap siklus
pembakaran, sedangkan untuk mesin 2 langkah terdapat 2 kali gerakan piston atau 1
kali putaran poros engkol untuk tiap siklus pembakaran. Sementara yang dimaksud
langkah adalah gerakan piston dari TMA (Titik Mati Atas) atau TDC (Top Death
Center) sampai TMB (Titik Mati Bawah) atau BDC (Bottom Death Center) maupun
sebaliknya dari TMB ke TMA. Langkah-langkah mekanisme pada piston sebagai
berikut :

1. Langkah hisap (suction stroke)

Pada langkah ini bahan bakar yang telah bercampur dengan udara dihisap oleh
mesin. Pada langkah ini katup hisap (intake valve) membuka sedang katup buang
(exhaust valve) tertutup, sedangkan piston bergerak menuju TMB sehingga tekanan
dalam silinder lebih rendah dari tekanan atmosfir. Dengan demikian maka campuran
udara dan bahan bakar akan terhisap ke dalam silinder.

INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA 6


Konstruksi Otomotif Alvin Sadam Oktavian
Perencanaan Piston 0121603008

2.Langkah Kompresi (compression stroke).

Pada langkah ini kedua katup baik intake maupun exhaust tertutup dan piston
bergerak dari TMB ke TMA. Karena itulah maka campuran udara dan bahan bakar
akan terkompresi, sehingga tekanan dan suhunya akan meningkat. Beberapa saat
sebelum piston mencapai TMA terjadi proses penyalaan campuran udara dan bahan
bakar yang telah terkompresi oleh busi (spark plug). Pada proses pembakaran ini terjadi
perubahan energi dari energi kimia menjadi energi panas dan gerak.

3. Langkah Ekspansi (expansion stroke) .

Karena terjadi perubahan energi dari energi kimia menjadi energi gerak dan
panas menimbulkan langkah ekspansi yang menyebabkan piston bergerak dari TMA
ke TMB. Gerakan piston ini akan mengakibatkan berputarnya poros engkol sehingga
menghasilkan tenaga. Pada saat langkah ini kedua katup dalam kondisi tertutup.

4. Langkah Buang (exhaust stroke) .

Pada langkah ini piston bergerak dari TMB ke TMA, sedangkan katup buang
terbuka dan katup isap tertutup, sehingga gas sisa pembakaran akan terdorong keluar
melalui saluran buang (exhaust manifold) menuju udara luar.

Gambar 3.1.1 Cara Kerja Piston Pada Mesin 4 Langkah

INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA 7


Konstruksi Otomotif Alvin Sadam Oktavian
Perencanaan Piston 0121603008

3.2 Jenis-Jenis Piston .

Jenis piston dibagi menjadi 3 yaitu:

1.Piston Motorcycle

Piston motorcycle yaitu piston yang digunakan pada mesin motor.Yang


membedakan dari jenis piston lain adalah ukurannya yang paling kekecil dari jenis
piston lain.

Piston motorcycle dibagi menjadi 2 yaitu:

a.Piston motorcycle High Silicon adalah piston yang dipakai untuk motor 2 tak.

Gambar 3.2.1 piston untuk motor 2 tak

b.Piston Non High Silicon adalah piston yang dipakai untuk motor 4 tak.

Gambar 3.2.2 Piston untuk motor 4 tak

INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA 8


Konstruksi Otomotif Alvin Sadam Oktavian
Perencanaan Piston 0121603008

2.Piston Diesel.

Piston Diesel adalah jenis piston yang digunakan pada silinder mesin
mobil,truk,bus dan traktor. pada jenis piston jenis ini dibagian kepala piston terdapat
coakan sebagai penampung oli sebagai pendingin saat proses pembakaran terjadi yang
berguna untuk mengurangi efek kompresi karena benturan pada kepala piston.

Gambar 3.2.3 Piston Diesel.

3.Piston Gasoline.

Piston Gasoline adalah piston semi diesel yang bahan bakunya terdapat
campuran silicon kualitas tinggi.Piston jenis ini digunakan untuk mobil,seperti
Daihatsu Carry,Honda Jaz,Toyota Avansa dll.

Gambar 3.3.4 Piston Gasoline.

INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA 9


Konstruksi Otomotif Alvin Sadam Oktavian
Perencanaan Piston 0121603008

BAB IV
PEMBUATAN DAN KOMPOSISI MATERIAL

4.1. PROSES PEMBUATAN PISTON PADA PROSES MACHINING PADA


PISTON DIESEL

Proses Machining adalah proses pembubutan piston, dari bentuk casting piston
menjadi piston finish dengan menggunakan mesin CNC.Dalam pembuatan piston pada
proses machining yang menggunakan mesin CNC memiliki urutan sebagai berikut :

1.Proses Guide Bore Roughing

Proses Guide Bore Roughing yaitu proses pembuatan lubang diameter dalam
casting system yang berguna sebagai dudukan pada yatoi pada proses rought turning.
Proses Guide Bore Roughing (GBR) merupakan proses awal dari pembuatan
piston,pada proses GBR ini dibuat dasar atau base untuk proses selanjutnya
(proseRoughTurning atau proses Rough Top Ring Groove),Bagian piston yang
mengalami proses GBR adalah bagian skirt.

Pada proses GBR terdapat dua buah proses, yaitu:

1.Pemakanan Skirt.

2.Pemakanan Base.

Dimensi yang paling penting pada proses ini adalah nakago dan valve. Biasanya untuk
piston yang memakai valve, dimensi valve didahulukan penyetingan dengan dimensi
nakago. Karena bila tinggi valve terlalu plus akan berakibat mentoknya valve pada
piston dengan katup masuk udara.

INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA 10


Konstruksi Otomotif Alvin Sadam Oktavian
Perencanaan Piston 0121603008

2.Proses Rough Turning.

Proses Rough Turning (RT) merupakan proses pembubutan pada bagian


diameter (yang dijadikan tumpuan clamp untuk proses GBF) dan bagian head (yang
dijadikan base untuk proses GBF). Hal ini berlaku untuk piston Non Hisi, Gasoline dan
diesel. Pada piston Hisi, proses RT juga merupakan pembentukan finish head dan
center boss cutting (CBC).

Gambar 4.1.1 proses rough turning.

Pada proses RT ini biasanaya pemakanan sampai dua kali. Selain itu biasanya
juga dilakukan modifikasi tool sampai tiga buah untuk mempercepat cycle time.
Sehingga proses ini cenderung membuat tool cepat tumpu,dimensi yang perlu
diperhatikan, pada proses RT adalah kesumbuan center drill terhadap GBF. Karena bila
tidak satu sumbu mengakibatkan run out dari piston tersebut jelek sehingga bisa
menyebabkan nokori (proses yang tidak habis).

3.Proses Guide Bore Finish.

Proses Guide Bore Finish yaitu proses pembuatan untuk base proses finish
selanjutnya dan pembuatan lubang drill, pada center boss untuk center clamp (untuk
piston motor cycle dan gasoline). Pada proses Guide Bore Finish (GBF) proses yang

INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA 11


Konstruksi Otomotif Alvin Sadam Oktavian
Perencanaan Piston 0121603008

terjadi pada dasarnya sama seperti pada proses GBR. Cuma ada sedikit tambahan pada
proses GBF adalah pembetukan chamfer skirt.

Yang perlu diperhatikan untuk proses ini adalah besarnya diameter GBF.
Karena bila besar diameter bertambah besar dapat mengakibatkan terjadinya reject step
OD dan nokori OD,Selain itu dapat juga mengakibatkan profil dan tateform berubah.
Yang perlu diperhatikan juga adalah feeding untuk proses ini,bila feeding terlalu cepat
mengakibatkan permukaan hasil proses GBF menjadi kasar dan membuat uneri
(flatness) NG.

Gambar 4.1.2 Proses Guide Bore Finish.

4.Proses Pin Hole Rough.

Proses Pin Hole Rough (PHR) merupakan proses pembuatan lubang pin yang
berfungsi sebagai pemegang pada proses berikutnya (untuk motorcycle non HISI,
gasoline, dan diesel),Selain itu juga merupakan proses finish dari snap ring (untuk
piston motorcycle dan diesel (untuk tipe diesel memakai radius bosh)

Proses PHR ini berfungsi untuk membentuk lubang yang digunakan sebagai
tempat pin dalam perakitan piston nantinya. Proses PHR ini merupakan pembentukan

INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA 12


Konstruksi Otomotif Alvin Sadam Oktavian
Perencanaan Piston 0121603008

proses awal. Sedangkan snap ring yang terbentuk pada proses ini berguna untuk
mengunci pin sehingga pin tidak bergerak.

Gambar 4.1.3 Piston Gasoline Hasil Proses Pin Hole Rough.

5.Proses Drill Oil Hole.

Merupakan proses pembuatan lubang oli pada piston,agar sirkulasi pelumasan


oli pada piston lancar.

6.Proses Rough Top Ring Groove.

Proses ini hanya terdapat pada proses untuk piston diesel. Proses ini merupakan
proses awal untuk pembentukkan ring kompresi (torenga). Material ring kompresi ini
tidak terbuat dari alumunium alloy seperti piston. Melainkan dari besi karbon.
Mengingat material untuk pembuatan ring kompresi keras, maka proses untuk ring
kompresi ini ada 2, yaitu:

1. Rough Top Ring Groove.

2.Finish Top Ring Groove.

Proses Rough Top Ring Groove (RTRG) merupakan proses pembubutan awal
untuk ring kompresi. Dasar proses ini memakai dari hasi proses GBR. Proses RTRG
ini hanya membubut pada bagian piston tempat ring kompresi berada.

INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA 13


Konstruksi Otomotif Alvin Sadam Oktavian
Perencanaan Piston 0121603008

Yang perlu diperhatikan adalah life time tool RTRG karena bila melebihi batas
mengakibatkan pemakanan akan menjadi lebih berat dan panas. Akibatnya ring besi
akan bisa lepas dari lapisan intermetalisnya.

Gambar 4.1.4 Proses RTRG

7.Finish Top Ring Groove dan All Ring Groove.

Proses ring groove merupakan proses pembuatan alur untuk ring piston. Pada
piston gasoline dan motorcycle, proses ring satu, ring dua dan ring tiga dilakukan pada
mesin yang sama. Sedang pada piston diesel, ring satu prosesnya terpisah.

Pada diesel proses ini dibagi menjadi Finish Top Ring Groove (FTRG) dan All
Ring Groove (ARG). Hasil Proses FTRG dan ARG pada diesel dapat dilihat pada
Gambar 4.1.5 proses tersebut dilakukan dua kali. Yaitu untuk proses roughing
kemudian diakhiri dengan proses finish.

INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA 14


Konstruksi Otomotif Alvin Sadam Oktavian
Perencanaan Piston 0121603008

Gambar 4.1.5 Proses FTRG.

8. Proses Combustion Chamber.

Proses combustion merupakan proses pembuatan ruang bakar untuk piston


diesel. pada umumnya system semua piston diesel memiliki ruang bakar (combustion
chamber),proses combustion biasanya dibagi menjadi 2 tahap, yaitu: proses roughing
dan proses finish. Proses combustion ini dibagi menjadi 2 tahap karena besarnya
pemakanan yang mesti dilakukan dari benda casting.

Gambar 4.1.6 Proses Combustion.

INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA 15


Konstruksi Otomotif Alvin Sadam Oktavian
Perencanaan Piston 0121603008

9. Proses Valve.

Proses valve merupakan proses pembuatan dudukan valve pada bagian head
piston. Proses valve ini merupakan proses yang kritis karena bila kedalaman valve
terlalu dangkal atau terlalu dalam akan menyebabkan engine akan kekurangan tenaga
bahkan mengalami kerusakan karena piston menabrak valve,Proses valve dilakukan
dalam 1 tahapan saja. Proses valve ini biasanya terdapat hanya pada piston diesel saja.
Dan tidak semua piston diesel memakai proses valve.

Yang perlu diperhatikan dalam proses valve ini adalah menggunakan mesin
machining center. Dalam penggunaan machining center ini yang perlu diperhatikan
adalah penggunaan system koordinat 3 derajat (x, y, dan z) sedang mesin CNC yang
lain pada umumnya menggunakan 2 derajat (x, dan z).

10.Proses Outside Diameter Finish.

Proses ODF merupakan proses yang paling kritikal dari semua proses yang ada.
Pada dasarnya proses ODF merupakan proses bubut dengan diameter akhir adalah
diameter finish. Yang menyebabkan proses ODF kritikal adalah adanya penentuan
diameter untuk piston (grade). Grade ini merupakan bagian penting karena menentukan
pasangan piston tersebut dengan liner yang ada,Grade liner dan grade piston
merupakan pasangan yang pas. Bila diameter piston terlalu kecil terhadap diameter
liner akan menimbulkan piston noise. tapi bila diameter piston lebih besar
dibandingkan dengan liner akan menimbulkan piston seret.jadi memang bisa dikatakan
sangat penting grade piston tersebut.

11. Proses Pin Hole Finish.

Pada proses PHF merupakan proses pembubutan akhir pada lubang pin. Proses
PHF ini merupakan proses lanjutan dari proses PHR. proses PHF ini merupakan proses
yang kritikal karena diameter hasil proses PHF berpasangan dengan pin pada saat assy.
Oleh sebab itu perlu diperhatikan dimensi hasil proses PHF.

INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA 16


Konstruksi Otomotif Alvin Sadam Oktavian
Perencanaan Piston 0121603008

Proses PHF merupakan proses yang cenderung stabil dan mudah dalam
penyetingan. Yang perlu diperhatikan pada saat penyetingan adalah roughness dan
profil. Selain itu juga perlu diperhatikan concentricity snapring dan lubang pin hole
finish.Jika hasil proses concentricity snapring dan lubang pin hole finish jauh dari
standar maka menyebabkan pin tidak bisa terpasang.

4.2. Hal yang harus diperhatikan dalam Proses Produksi

Dari hasil pengamatan dan data dilapangan bawa dalam pembuatan piston setiap proses
piston memiliki spesifikasi dan hal-hal yang harus diperhatikan saat produksi
berlangsung yaitu:

1.Proses GBR

Yang Harus
Diperhatikan Akibat Bila Tidak Dilakukan

Cek dimensi
heniku (heniku
skirt dan heniku Jarak snap ring dengan pin hole akan berbeda antara lubang kiri dan
pin hole) setiap kanan.
ganti lot dan
cavity.

Cek ketinggian
baut jig GBR Hasil proses GBR akan miring dan heniku akan NG

INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA 17


Konstruksi Otomotif Alvin Sadam Oktavian
Perencanaan Piston 0121603008

Baut-baut pengikat
dalam keadaan Benda kerja akan berputar pada saat proses pemakanan karena clamp
kencang. tidak kuat memegang benda kerja.

 Tool akan menabrak benda kerja karena ketinggian benda


kerja yang tidak rata.
Piston diclamp
 Hasil proses GBR yang miring sehingga proses selanjutnya
dengan sempurna
menjadi NG (proses RT hasil nokori dan center boss tidak
(tidak miring atau
center; proses RTRG hasil ring miring).
terganjal).
 Heniku piston akan NG.

Posisi pemasangan
Piston harus  Dimensi Heniku(perbedaan tebal) piston NG
seragam.

2.Proses RT

Yang Harus Diperhatikan Akibat Bila Tidak Dilakukan

 Piston pecah karena tekanan clamp yang


terlalu tinggi.
Tekanan clamp dan pin chuck yang
 Piston pecah karena tumpuan pin chuck
digunakan harus sesuai standar
mengenai ujung lubang pin hole bagian
dalam sehingga momennya menjadi besar.

Pemasangan benda kerja tidak  Hasil proses akan NG (nokori atau center
miring boss tidak center).

INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA 18


Konstruksi Otomotif Alvin Sadam Oktavian
Perencanaan Piston 0121603008

 Tool akan menabrak benda kerja.


 Head tidak flat, akan mempengaruhi heniku
di GBF.

 Hasil proses timbul step pada bagian OD


atau head finish.
Periksa feeding dan lifetime tool.
 Pemakanan akan berat sehingga tool bisa
pecah, Selain itu piston bisa pecah pula.

Stylus master copy untuk radius  Radius head tidak masuk standar.
head dan tekanan stylus terhadap  Center bosh akan terlalu kecil.
mastercopy.  Timbul step pada head.

3.Proses GBF

Yang Harus
Akibat Bila Tidak Dilakukan
Diperhatikan

Kesumbuan antara
Piston nokori karena lubang drill dan hasil proses guide bore
lubang drill dan hasil
finish tidak sesumbu.
guide bore finish

Feeding GBF Hasil proses menjadi kasar sehingga kemungkinan


disesuaikan dengan WS concentricity ring groove dan ODF NG.

INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA 19


Konstruksi Otomotif Alvin Sadam Oktavian
Perencanaan Piston 0121603008

Chuck clamp akan mencekam benda kerja tidak merata.


Cek kesumbuan chuck
Sehingga hasil proses kemungkinan besar akan heniku atau
clamp mesin GBF.
posisi center dan GBF tidak satu sumbu.

 Ovality ODF akan besar bila diameter GBF longgar,


sedang ovality akan minus bila diameter GBF sempit
Diameter hasil proses
 Tateform ODF akan miring bila diameter GBF terlalu
guide bore finish
longgar.
disesuaikan dengan
 Profil ODF akan keriting bila diameter GBF terlalu
diameter yatoi ODF
longgar.
 CP tidak stabil.

Diameter lubang drill


dan bidang sentuh antara Profil ODF akan tidak stabil dan berubah-ubah.
center dan lubang drill.

Cek ketinggian baut


untuk head pada jig Heniku skirt maupun heniku pin hole akan menjadi NG.
untuk proses GBF .

 Hasil proses akan miring sehingga base piston untuk


Run out dari jig clamp proses selanjutnya akan miring pula.
chuck.  Chamfer skirt akan besar sebelah.
 Concentricity ODF dengan ring groove NG.

Diameter dan kedalaman  Bila diameter lubang drill besar maka kemungkinan
lubang drill. profil ODF akan membesar.

INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA 20


Konstruksi Otomotif Alvin Sadam Oktavian
Perencanaan Piston 0121603008

 Bila diameter lubang drill kecil maka kemungkinan


profil ODF akan mengecil.

Bila kotor maka untuk proses selanjutnya akan miring.


Kebersihan base piston
Sehingga piston kemungkinan besar menjadi nokori atau
(hasil proses GBF)
chamfer besar sebelah.

 Bila nakago terlalu dalam mengakibatkan daging pin


hole terlalu tipis. Sehingga bisa mengkibatkan pecah
Nakago (kedalaman atau retaknya piston.
piston) dan tebal kepala  Kedalaman valve terlalu dalam atau terlalu dangkal.
 Piston diesel yang menggunakan ring besi
mengakibatkan tebal ring akan beda.

4.Proses PHR

Yang Harus Diperhatikan Akibat Bila Tidak Dilakukan

Pitch snap ring menjadi sempit atau blong kemungkinan


karena:
Pitch snap ring yang
sesuai WS (periksa empat  Stopper slide terlalu maju atau terlalu mundur.
posisi)  Slide recessing sudah aus.
 Index yatoi berubah karena aus.
 Baut pengikat tool holder kendor

INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA 21


Konstruksi Otomotif Alvin Sadam Oktavian
Perencanaan Piston 0121603008

Ketinggian antara lubang  Hasil proses akan nokori


hasil PHR dan PHF.  Concentricity snap ring menjadi NG

 Haba snap ring menjadi sempit atau besar sesuai


Haba snap ring yang dengan haba tool yang terpasang
sesuai standar WS.  Haba snap ring sebagian sempit atau besar karena
slide recessing mesin PHR NG

 Diameter sempit kemungkinan karena diamater


boring bar yang sudah tumpul. Selain itu hasil proses
Diameter lubang hasil terlihat alur yang dalam dan berulir
proses PHR.  Diameter oval dan diameter blong karena putaran
spindle tidak stabil
 Holder NG sehingga menyebabkan concentricity NG

 Diameter snap ring NG karena baut pengikat tool dan


Diameter snap ring sesuai baut stopper longgar
WS.  Diameter snap ring oval kemungkinan karena putaran
recessing yang tidak stabil karena tidak ada grease.

Timbul step karena tool snap ring NG atau grease slide


reccesing kurang
Radius snap ring.

 Concentricity snap ring NG karena offset PHR NG


Offset PHR sesuai WS.
 Hasil proses nokori pada PHF karena Offset PHR NG

INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA 22


Konstruksi Otomotif Alvin Sadam Oktavian
Perencanaan Piston 0121603008

 Grease untuk mesin PHR sudah habis


Hasil proses snap ring
 Proses kena makan punggung tool
yang kasar.
 Putaran spindel saat recessing terlalu cepat

Magari NG kemungkinan karena:


Magari PHR.
 Kere atau per jig PHR NG
 Stopper index yang berubah karena aus

Pemasangan yatoi tidak  Tinggi ( – ) minus


boleh kotor / terganjal  Offset berubah
skrap.  Concenticity Snap Ring NG

5.Proses FTRG dan ARG

Yang Harus Diperhatikan Akibat Bila Tidak Dilakukan

Pemasangan jig akan miring sehingga


Bersihkan dudukan mesin (spindle), dan
pada saat proses benda kerja akan miring
yatoy dari kotoran scrab.
juga

 Pemasangan benda kerja akan


miring sehingga chamfer head
mSetting kesumbuan spindle dengan yatoi akan besar sebelah
maksimum 10.  Piston akan nokori di ODF
 Concentricity ODF dan ring
groove menjadi NG sehingga

INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA 23


Konstruksi Otomotif Alvin Sadam Oktavian
Perencanaan Piston 0121603008

chamfer untuk ring groove akan


menjadi miring
 Diameter negasi akan besar
sebelah

 Bila feeding dan rpm tidak sesuai


standard, ring besi akan pecah
Setting feeding dan putaran spindel sesuai karena gesekan tool yang terlalu
standard. berat
 Life time tool akan menjadi
pendek

m (untuk ring rata dan semi kiston) dan 0


(untuk ring kiston)Periksa beda pemakanan
tool roughing dan tool finish yaitu 150,  Arasa dish NG secara visual akan
tampak bagian yang buram
Arasa dish NG secara visual akan tampak
bagian yang buram.

 Arasa dan uneri ring groove akan


Cek konsentrasi coolant harus sesuai standar. buram dan kasar
 Tool cepat tumpul

6.Proses Coumbustion

Yang Harus Diperhatikan Akibat Bila Tidak Dilakukan

INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA 24


Konstruksi Otomotif Alvin Sadam Oktavian
Perencanaan Piston 0121603008

Bersihkan dudukan mesin


Pemasangan jig akan miring sehingga pada saat
(spindle), dan yatoy dari kotoran
proses benda kerja akan miring juga
scrab.

 Bila feeding dan rpm tidak sesuai standard,


Setting feeding dan putaran spindel ring besi akan pecah karena gesekan tool
sesuai standard. yang terlalu berat
 Life time tool akan menjadi pendek

mPeriksa beda pemakanan tool


Arasa dan profil combution akan terlihat kasar
roughing dan tool finish yaitu 300.

 Tenaga engine menjadi turun karena volume


Ketinggian puncak combustion dan combustion membesar
kedalaman combustion.  Aliran turbulence bahan bakar menjadi tidak
teratur

7.Proses Valve

Yang Harus
Akibat Bila Tidak Dilakukan
Diperhatikan

Bersihkan dudukan  Pemasangan jig akan miring sehingga pada saat proses
yatoy dari kotoran benda kerja akan miring juga sehingga kedalaman
scrab. valve menjadi tidak merata

INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA 25


Konstruksi Otomotif Alvin Sadam Oktavian
Perencanaan Piston 0121603008

 Posisi valve akan menjadi NG karena basic proses


valve adalah GBF dan lubang pin hole

 Bila terlalu dalam dapat mengakibatkan tenaga engine


Cek kedalaman berkurang
valve pada 3 posisi.  Bila terlalu dangkal dapat mengakibatkan valve
menabrak piston

8.Proses ODF

Yang Harus Diperhatikan Akibat Bila Tidak Dilakukan

 Putaran mastercam atau run out


akan susah untuk disetting
Bersihkan dudukan yatoy dari kotoran scrab.
 Kemungkinan barang menjadi
nokori atau step

Hasil profil ODF akan NG (profil ODF


mSetting kesumbuan spindel, tanggo, master
untuk tiap ketinggian tidak terletak
cam dan yatoy maksimum 5.
pada satu sumbu)

Bila stylus terlalu lebar proses copy


Ukur tebal stylus dan sesuaikan dengan ukuran
menjadi tidak sempurna sehingga step
WI.
pada bagian mastercam ikut ter-copy

INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA 26


Konstruksi Otomotif Alvin Sadam Oktavian
Perencanaan Piston 0121603008

 Hasil profil ODF akan NG


Perhatikan radius pada stylus yang harus
 Pada saat proses bagian tool
sesuai dengan radius mastercam bagian pin
yang memotong benda kerja
hole (diameter minor).
adalah bagian punggung

 Ovality akan membesar (+) bila


tekanan center atau stylus
terlalu besar
 Ovality akan mengecil (-) bila
Sesuaikan tekanan clamp atau certer clamp
tekanan center atau stylus
dan tekanan stylus sesuai dengan standart
terlalu kecil
kerja.
 Tateform pada bagian skirt
akan mengalami deformasi
 Timbul step pada bagian
diameter piston

 Bila terlalu longgar ovality


akan cenderung (+)
 Bila terlalu seret ovality akan
cenderung (-)
Sesuaikan diameter hasil proses GBF dengan  Bila terlalu longgar tateform
diameter yatoy ODF. akan miring
 Bila terlalu longgar akan timbul
step pada bagian diameter
 Timbul step pada bagian
diameter piston

INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA 27


Konstruksi Otomotif Alvin Sadam Oktavian
Perencanaan Piston 0121603008

Perhatikan deep of cut (DOC) atau perbedaan


tebal pemakanan antara proses SOD dan ODF Nokori ODF
pada 3 ketinggian (head, punggung dan skirt).

Iching atau run out terutama untuk piston yang


Nokori ODF
memakai clamp chuck.

 Umur tool akan menjadi


Ketinggian tool terhadap titik pusat mastercam pendek
 Profil ODF akan menjadi NG

4.3. Komposisi Material

Dalam pembuatan sebuah piston terdapat komposisi bahan-bahan untuk mendapatkan


kualitas terbaik antara lain sebagai berikut :

-Nitrogen : 1.5%

-Magnesium : 3.15 %

-Fosfor :3.85 % Diproses pada Suhu 600-900 C/ 1 – 1.5


jam

-Alumunium :90.0 %

-Lain-lain :1.50 %

Per 100 Kg

INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA 28


Konstruksi Otomotif Alvin Sadam Oktavian
Perencanaan Piston 0121603008

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Pemisahan jenis piston berdasarkan kegunaannya pada kompresi didalam


mesin. piston adalah sumbat geser yang terpasang di dalam sebuah silinder mesin
pembakaran dalam silinder hidrolik,pneumatik dan silinder pompa.

Piston pada mesin juga dikenal dengan istilah torak adalah bagian (parts) dari
mesin pembakaran dalam yang berfungsi sebagai penekan udara masuk dan penerima
tekanan hasil pembakaran pada ruang bakar. Piston terhubung ke poros engkol
(crankshaft,) melalui setang piston (connecting rod). Material piston umumnya terbuat
dari bahan yang ringan dan tahan tekanan, misal aluminium yang sudah dicampur
bahan tertentu (aluminium alloy).

Piston merupakan salah satu komponenen penting didalam sebuah silnder


pembakaran,maka kepresisian dimensi piston berpengaruh dalam proses pembakaran.
Dari hasil pembakaran didalam silinder mesin maka diperoleh hasil pembakaran untuk
menggerakan mesin. Oleh karena itu kualitas dimensi merupakan unsur utama yang
harus diperhatikan.untuk mendapatkan hasil yang baik dibutuhkan material dengan
komposisi yang seimbang antara lain besi, alumunium,magnesium,dll serta proses
produksi yang mendukung.

5.2 SARAN

Makalah ini menjelaskan tentang jenis-jenis piston dan proses pembuatan


piston.

INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA 29


Konstruksi Otomotif Alvin Sadam Oktavian
Perencanaan Piston 0121603008

Penulis berharap masyarakat mengetahui pembuatan piston sebagai


pengetahuan maupun dapat diaplikasikan dalam belajar mengajar. Marilah kita
bersama-sama mempelajari ilmu pengetahuan agar teknologi dalam negeri semakin
maju. Penulis juga menerima kritik dan saran dari dosen pengajar karna kami tidak
luput dari kesalahan sehingga kedepannya dapat lebih baik dalam pembuatan makalah.

INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA 30


Konstruksi Otomotif Alvin Sadam Oktavian
Perencanaan Piston 0121603008

DAFTAR PUSTAKA

https://otomotrip.com/langkah-kerja-piston-pada-mesin-4-tak/

https://www.google.com/search?q=gambar+pembuatan+piston&safe

http://www.laskar-suzuki.com/2012/03/fungsi-bahan-dan-cara-pembuatan-
piston.html

https://jurnal.uisu.ac.id/index.php/piston

http://openjournal.unpam.ac.id/index.php/Piston

Making Pistons for Experimental and Restoration Engines - S Chastain 2004.

INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA 31

Anda mungkin juga menyukai