KONVERSI ENERGI
ENERGI SURYA
Nida Fadhilah Aolia
BAB I
PENDAHULUAN
Energi adalah satu kata yang mempunyai makna sangat luas karena tidak
ada aktifitas di alam raya ini yang bergerak tanpa energi dan itulah sebabnya kata
salah seorang professor di Jepang bahwa hampir semua perselisihan di dunia ini
dipicu, atau berpangkal pada perebutan atas penguasaan sumber energi.
Secara umum sumber energi dikategorikan menjadi dua bagian yaitu
conventional energy dan non-conventional energy. Sumber energi fosil adalah
termasuk kelompok yang pertama, dan ternyata sebagaian besar aktivitas di dunia
ini menggunakan energi konvensional.
Dunia membutuhkan sumber energi alternatif ramah lingkungan yang
ketersediaannya berlimpah, serta dapat diperbarui (non-konvensional). Untuk
memenuhi kebutuhan energi yang terus meningkat itulah maka dikembangkan
berbagai energi alternatif, di antaranya energi terbarukan. Potensi energi
terbarukan, seperti: biomassa, panas bumi, energi surya, energi air, energi angin
dan energi samudera, sampai saat ini belum banyak dimanfaatkan, padahal potensi
energi terbarukan di Indonesia sangatlah besar.
Masalah yang dibahas dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1.4 Manfaat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Jelas matahari tidak memberikan energi konstan untuk setiap titik di bumi,
sehingga penggunaannya terbatas. Sel surya sering digunakan untuk daya baterai,
karena kebanyakan aplikasi lainnya akan membutuhkan sumber energi sekunder,
untuk mengatasi padam. Beberapa pemilik rumah menggunakan tata surya yang
menjual energi ke grid pada siang hari, dan menarik energi dari grid di malam
hari, inilah keuntungan untuk semua orang, karena permintaan listrik AC tertinggi
pada siang hari.
Bahan semi konduktor yang paling umum dipakai dalam sel photovoltaic
adalah silikon, sebuah elemen yang umum ditemukan di pasir. Semua sel
photovoltaic mempunyai paling tidak dua lapisan semi konduktor seperti itu, satu
bermuatan positif dan satu bermuatan negatif. Ketika cahaya bersinar pada semi
konduktor, lading listrik menyeberang sambungan diantara dua lapisan
menyebabkan listrik mengalir, membangkitkan arus DC. Makin kuat cahaya,
makin kuat aliran listrik.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Energi Surya Sebagai Alternatif Masa Depan
Jika kita melihat tingkat konsumsi energi di seluruh dunia saat ini,
penggunaan energi diprediksikan akan meningkat sebesar 70 persen antara tahun
2000 sampai 2030. Sumber energi yang berasal dari fosil, yang saat ini
menyumbang 87,7 persen dari total kebutuhan energi dunia diperkirakan akan
mengalami penurunan disebabkan tidak lagi ditemukannya sumber cadangan baru.
Jumlah energi sebesar itu setara dengan 10.000 kali konsumsi energi di
seluruh dunia saat ini. Dengan kata lain, dengan menutup 0,1 persen saja
permukaan bumi dengan divais solar sel yang memiliki efisiensi 10 persen sudah
mampu untuk menutupi kebutuhan energi di seluruh dunia saat ini.
Karena sel surya sanggup menyediakan energi listrik bersih tanpa polusi,
mudah dipindah, dekat dengan pusat beban sehingga penyaluran energi sangat
sederhana serta sebagai negara tropis, Indonesia mempunyai karakteristik cahaya
matahari yang baik (intensitas cahaya tidak fluktuatif) dibanding tenaga angin
seperti di negara-negara 4 musim, utamanya lagi sel surya relatif efisien, tidak ada
pemeliharaan yang spesifik dan bisa mencapai umur yang panjang serta
mempunyai keandalan yang tinggi.
Berdasarkan proyeksi dari tingkat arus hanya 354MW, pada tahun 2015
kapasitas total pemasangan pembangkit tenaga panas matahari akan melampaui
5000 MW. Pada tahun 2020, tambahan kapasitas akan naik pada tingkat sampai
4500 MW setiap tahunnya dan total pemasangan kapasitas tenaga panas matahari
di seluruh dunia dapat mencapai hampir 30.000 MW- cukup untuk memberikan
daya untuk 30 juta rumah.
Saat ini produksi pemanas air panas domestik merupakan aplikasi paling
umum untuk tenaga panas matahari. Di beberapa negara hal ini telah menjadi
sarana yang umum digunakan oleh gedung tempat tinggal. Tergantung pada
kondisi dan konfigurasi sistem, kebutuhan air panas dapat disediakan oleh tenaga
matahari hingga 100% . Sistem yang lebih besar dapat ditambahkan untuk
menutupi bagian penting dari kebutuhan energi untuk pemanas ruangan. Ada dua
tipe teknologi:Tabung vakum- penyedot di dalam tabung vakum menyedot radiasi
dari matahari dan memanaskan cairan di dalam, seperti di panel tenaga matahari
datar. Tambahan radiasi diambil dari reflektor di belakang tabung. Bentuk bundar
tabung vakum membuat cahaya matahari dari berbagai sudut dapat mencapai
penyerap secara langsung. Bahkan di saat mendung, ketika cahaya datang dari
banyak sudut pada saat bersamaan, tabung vakum kolektor tetap dapat
efektif.Kolektor solar panel datar- pada dasarnya merupakan kotak yang ditutupi
kaca yang ditaruh di atap seperti cahaya langit. Di dalam kotak terdapat
serangkaian tabung pemotong dengan sirip pemotong terpasang. Seluruhstruktur
dilapisi substansi hitam yang didesain untuk menangkap sinar matahari. Sinar ini
memanaskan air dan campuran bahan anti beku, yang beredar dari kolektor turun
ke pemanas air di bawah tanah. Pendingin tenaga matahari: Pendingin tenaga
matahari menggunakan sumber energi panas untuk menghasilkan dingin dan /atau
mengurangi kelembaban udara dengan cara yang sama dengan lemari pendingin
atau AC konvensional. Aplikasi ini cocok dengan energi panas matahari, sejalan
dengan meningkatnya permintaan pendingin ketika panas matahari banyak.
Pendingin tenaga matahari telah sukses didemonstrasikan. Penggunaan skala besar
dapat diharapkan di masa depan, sejalan dengan berkurangnya biaya teknologi ini,
terutama untuk sistem skala kecil.
Dalam keadaan cuaca yang cerah, sebuah sel surya akan menghasilkan
tegangan konstan sebesar 0.5 V sampai 0.7 V dengan arus sekitar 20 mA dan
jumlah energi yang diterima akan mencapai optimal jika posisi sel surya 90o(tegak
lurus) terhadap sinar matahari selain itu juga tergantung dari konstruksi sel surya
itu sendiri. Ini berarti bahwa sebuah sel surya akan menghasilkan daya 0.6 V x 20
mA = 12 mW. Jika matahari memancarkan energinya ke permukaan bumi sebesar
100W/m2 atau 100 mW /cm2 , maka bisa dibayangkan energi yang dihasilkan sel
surya yang rata-rata mempunyai luas 1 cm2bandingkan dengan bahan bakar fosil
(BBM) dengan proses foto-sintesis yang memakan waktu jutaan tahun(Saiful
Manan:32)
Sel surya yang sering kita lihat adalah sekumpulan modul sel photovoltaic
(photo = cahaya, voltaic = listrik) yang disusun sedemikian rupa dan dikemas
dalam sebuah frame. Sel photvoltaic ini yang nantinya akan merubah secara
langsung energi matahari menjadi listrik.
Lebih detail lagi bisa dijelaskan sinar matahari yang terdiri dari photon-
photon, jika menimpa permukaaan bahan solar sel (absorber), akan diserap,
dipantulkan atau dilewatkan begitu saja), dan hanya foton dengan level energi
tertentu yang akan membebaskan electron dari ikatan atomnya, sehingga
mengalirlah arus listrik. Level energi tersebut disebut energi band-gap yang
didefinisikan sebagai sejumlah energi yang dibutuhkan utk mengeluarkan electron
dari ikatan kovalennya sehingga terjadilah aliran arus listrik. Untuk membebaskan
electron dari ikatan kovalennya, energi foton (hc/v harus sedikit lebih besar atau
diatas daripada energi band-gap. Jika energi foton terlalu besar dari pada energi
band-gap, maka extra energi tersebut akan dirubah dalam bentuk panas pada solar
sel. Karenanya sangatlah penting pada solar sel untuk mengatur bahan yang
dipergunakan, yaitu dengan memodifikasi struktur molekul dari semikonduktor
yang dipergunakan.
Tentu saja agar efisiensi dari solar cell bisa tinggi maka foton yang berasal
dari sinar matahari harus bisa diserap yang sebanyak banyaknya, kemudian
memperkecil refleksi dan remombinasi serta memperbesar konduktivitas dari
bahannya.
Untuk bisa membuat agar foton yang diserap dapat sebanyak banyaknya,
maka absorber harus memiliki energi band-gap dengan range yang lebar, sehingga
memungkinkan untuk bisa menyerap sinar matahari yang mempunyai energi
sangat bermacam-macam tersebut. Salah satu bahan yang sedang banyak diteliti
adalah CuInSe2 yang dikenal merupakan salah satu dari direct semiconductor.
Dari begitu banyak keuntungan solar cell seperti telah diuraikan diatas
ternyata tidak polemik tidak kemudian berhenti begitu saja, masih ada yang
mengatakan memang benar solar cell ketika melakukan proses perubahan energi
tidak ada polusi yang dihasilkan, tetapi sudahkah kita menghitung berapa besar
polusi yang telah dihasilkan dalam proses pembuatannya, dibandingkan kecilnya
efisiensi yang dihasilkan. Nah tantangannya disini adalah memang bagaimana
untuk menaikkan efisiensi, yang tentunya akan berdampak kepada nilai
ekonomisnya.
Kapasitas Pemanfaatan
Jenis Energi Terbarukan Potensi (MW)
Terpasang (MW) (%)
Sebagai negara yang kaya akan energi surya, sudah selayaknyalah untuk
mengembangkan dan memanfaatkan energi yang melimpah tersebut. Namun
demikian pemanfaatan energi surya di Indonesia baru sekitar 882,5 kw, jauh di
bawah 1% dari energi yang tersedia. Jika dibandingkan dengan ketersedianya
energi surya maka pencapaian pemakaian ini masih sangat kecil.
Nilai rata-rata energi radiasi harian adalah 4,815 kWh/m2. Untuk seluruh
Indonesia dengan luas daratan kurang lebih 2 juta km2, potensi energi radiasi
harian adalah: 2 x 1012 m2 x 4,815 kWh/m2 = 9,63 . 1012 kwh.
Dari tabel 2 masih kelihatan bahwa antara kelebihan dan kelemahan masih
berimbang sehingga jika PLTS ini diaplikasikan belum memberikan keuntungan
yang signifikan. Namun melihat permintaan tenaga listrik yang tumbuh rata-rata
8,2 % pertahun (meningkat dari 51,2 TWh pada th 1990 menjadi 555 TWh pada
2021) dengan jumlah pembangkit yang sangat terbatas (Jawa Bali) maka
pengembangan PLTS adalah sangat strategis.
KELEBIHAN KELEMAHAN
Modul solar langsung mengkonversi sinar Biaya investasi awal tinggi.
matahari menjadi Energi listrik searah tanpa
bahan bakar.
Proses konversi tidan menimbulkan kebisingan, Memerlukan baterai sebagai media
gas buang, limbah. penyimpan listrik.
Pemeliharaan sederhana dibanding sistem Pemeliharaan baterai harus rutin
konvensional. Karena dalam proses tidak ada karena keandalan sistem ditentukan
bagian yang bergerak. oleh kondisi baterai.
Untuk beban yang kecil mempunyai ke Alat-alat yang dioperasikan pada
cenderungan makin ekonomis. tengangan rendah terbatas.
Dapat diaplikasikan langsung pada alat alat Teknisi yang terlatih untuk
praktis. perencanaan dan pemasangan sistem
konversi energi surya masih sangat
sedikit.
Instalasisistem lebih aman karena tega ngan
rendah dan searah.
Tahun Radiasi
No Kota Provinsi
Pengukuran rata- rata
1 Banda Aceh Aceh 1980 4.1
2 Palembang Sumatera Selatan 1979 – 1981 4.95
3 Menggala Lampung 1972 – 1979 5.23
4 Rawasragi Lampung 1965 – 1979 4.13
5 Jakarta Jakarta 1965 – 1981 4.19
6 Bandung Jawa Barat 1980 4.15
7 Lembang Jawa Barat 1980 5.15
8 Citius, Tangerang Jawa Barat 1980 4.32
9 Darmaga, Bogor Jawa Barat 1980 2.56
10 Serpong, Tangerang Jawa Barat 1991 – 1995 4.45
11 Semarang Jawa Tengah 1979 – 1981 5.49
12 Surabaya Jawa Timur 1980 4.30
Kenteng,
13 Yogyakarta 1980 4.50
Yogyakarta
14 Denpasar Bali 1977 – 1979 5.26
15 Pontianak Kalimantan Barat 1991 – 1993 4.55
Kalimantan
16 Banjarbaru 1979 – 1981 4.80
Selatan
Kalimantan
17 Banjarmasin 1991 – 1995 4.57
Selatan
18 Samarinda Kalimantan Timur 1991 – 1995 4.17
19 Menado Sulawesi Utara 1991 – 1995 4.91
20 Palu Sulawesi Tenggara 1991 – 1994 5.51
Nusa Tenggara
21 Kupang 1975 – 1978 5.12
Barat
Waingapu, Sumba NusaTenggara
22 1991 – 1995 5.75
Timur Timur
Nusa Tenggara
23 Maumere 1992 – 1994 5.7
Timur
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN