Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH ENERGI TERBARUKAN

POTENSI DAN PEMANFAATAN ENERGI SURYA DI INDONESIA

Disusun oleh :

Rizky Wahai
2212120181154495

FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN S1 MESIN
UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG
2022
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................ 3
2.1 Pengertian Energi Surya .......................................................................................... 3
2.2 Sejarah Energi Surya ............................................................................................... 3
2.3 Potensi Energi Surya ............................................................................................... 5
2.4 Peran Sumber Energi Surya Sebagai Sumber Energi Masa Depan ........................ 6
2.5 Konversi Energi Surya Menjadi Energi Listrik ....................................................... 6
2.5.1 Pembangkit Listrik Surya Termal ........................................................................ 6
2.5.2 Sel Surya Fotovoltaik ........................................................................................... 7
2.5.3 Perbedaan Tenaga Surya Termal Dengan Sel Surya Fotovoltaik ........................ 9
2.6 Konversi Energi Surya Sebagai Bahan Bakar ....................................................... 10
2.6.1 Mobil Tenaga Surya ........................................................................................... 10
2.6.2 Kompor Tenaga Surya ........................................................................................ 12
BAB III PENUTUP ..................................................................................................... 2
3.1 KESIMPULAN ....................................................................................................... 2

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Energi merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi kehidupan baik
kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan. Kebutuhan energi tersebut tentunya
harus diimbangi dengan tersedianya pasokan energi yang cukup. Akan tetapi
semakin berkembangnya proses kehidupan manusia, energi yang dibutuhkan
semakin banyak sementara ketersediaan energi semakin berkurang.

Manusia dan semua mahluk hidup yang ada di bumi sangat bergantung
terhadap energi. Energi yang saat ini banyak digunakan adalah energi fosil.
Ketergantungan terhadap energi fosil menjadi bom waktu yang dapat meledak
seketika. Energi fosil, seperti yang sudah kita ketahui sejak duduk di bangku
sekolah dasar, adalah energi yang tidak dapat diperbarui. Artinya suatu saat akan
habis sehingga diperlukan upaya pencarian sumur minyak baru sebagai cadangan
dan mencari alternatif - alternatif lainnya selain fosil yang sifatnya dapat
diperbaharui untuk mencukupi kebutuhan energi masa depan.

Penggunaan energi di Indonesia dalam memenuhi kebutuhan listrik


nasional masih didominasi oleh penggunaan energi fosil, di antaranya minyak dan
gas bumi serta batubara. Data bauran energi dari KESDM memperlihatkan
penggunaan energi fosil di Indonesia masih mencapai 90,82% di tahun 2019
sedangkan penggunaan energi terbarukan baru mencapai 9,18%.

Menurunnya produksi energi fosil dan adanya komitmen secara global


dalam upaya mengurangi emisi gas rumah kaca yang berbahaya bagi lingkungan
hidup telah mendorong pemerintah dan berbagai pihak untuk meningkatkan peran
energi terbarukan untuk menjaga ketahanan energi.

Potensi energi terbarukan, seperti: biomassa, panas bumi, energi surya,


energi air, energi angin, energi samudera, hydro power sampai saat ini belum
banyak dimanfaatkan, padahal potensi energi terbarukan ini sangatlah besar
khususnya di Indonesia. Dari sekian banyak sumber energi terbahurui seperti

1
diatas penggunaan energi melalui solar cell atau sel surya merupakan alternatif
yang paling potensial untuk diterapkan di wilayah Indonesia.

Energi surya merupakan salah satu energi yang sedang giat dikembangkan
saat ini oleh pemerintah Indonesia karena sebagai negara tropis, Indonesia
mempunyai potensi energi surya yang cukup besar. Berdasarkan data penyinaran
matahari yang dihimpun dari 18 lokasi di Indonesia, radiasi surya di Indonesia
dapat diklasifikasikan berturut-turut sebagai berikut: untuk kawasan barat dan
timur Indonesia dengan distribusi penyinaran di Kawasan Barat Indonesia (KBI)
sekitar 4,5 kWh/m 2 /hari dengan variasi bulanan sekitar 10%; dan di Kawasan
Timur Indonesia (KTI) sekitar 5,1 kWh/m 2 /hari dengan variasi bulanan sekitar
9%. Dengan demikian, potesi penyinaran matahari rata-rata Indonesia sekitar 4,8
kWh/m 2 /hari dengan variasi bulanan sekitar 9%.

Melihat besarnya potensi tersebut maka perlu adanya perhatian yang lebih
dalam upaya pengembangannya. Sehingga dengan demikian, pemakaian energi
dalam kehidupan dapat dapat dimaksimalkan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat dirumuskan
beberapa masalah antaranya sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan energi surya serta bagaimana potensi energi
surya di Indonesia?
2. Apa saja jenis-jenis pemanfaatan energi surya tersebut di Indonesia?
3. Bagaimana pemanfaatan energi surya bagi daerah sekitar?
4. Apa dampak positif dan negatif dari pemanfaatan energi surya tersebut?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk memberikan
pengetahuan tentang pentingnya pemanfaatan energi surya sebagai salah satu
energi alternatif pengganti energi fosil serta menjelaskan bagaimana cara dan
proses pengkonversian energi panas bumi menjadi energi listrik sehingga dapat
dimanfaatkan dalam kehidupan manusia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Energi Surya


Energi surya adalah energi yang berupa sinar dan panas dari matahari
(radiasi energi dalam bentuk panas dan cahaya yang dipancarkan oleh matahari).
Didapat dengan mengubah energi panas surya melalui perlatan tertentu menjadi
sumberdaya dalam bentuk lain. Energi surya menjadi salah satu sumber
pembangkit daya selain air, uap, angin, biogas, batubara, dan minyak bumi.
Energi ini dapat dimanfaatkan dengan menggunakan serangkaian teknologi seperti
pemanas surya, fotovoltaik surya, listrik panas surya, arsitektur surya, dan
fotosintesis buatan. Tanpa energi yang datang dari matahari, planet kita tidak akan
mampu mendukung kehidupan dan energi surya adalah bentuk energi paling
berlimpah yang tersedia di planet kita.

Jika dilihat pada proses penyerapan, pengubahan, dan penyaluran energi


surya, teknologi energi surya secara umum dikategorikan menjadi dua kelompok,
yakni teknologi pemanfaatan pasif dan teknologi pemanfaatan aktif. Contoh
pemanfaatan energi surya secara aktif adalah penggunaan panel fotovoltaik dan
panel penyerap panas. Contoh pemanfaatan energi surya secara pasif meliputi
mengarahkan bangunan ke arah matahari, memilih bangunan dengan massa termal
atau kemampuan dispersi cahaya yang baik, dan merancang ruangan dengan
sirkulasi udara alami.

Energi surya merupakan energi yang sedang giat dikembangkan saat ini
oleh pemerintah Indonesia karena sebagai negara tropis, Indonesia mempunyai
potensi energi surya yang cukup besar. Energi surya adalah energi yang sangat
luar biasa karena tidak bersifat polutif, tidak dapat habis, dapat dipercaya dan
tidak membeli. Ada banyak cara untuk memanfaatkan energi dari matahari.

2.2 Sejarah Energi Surya


Tenaga listrik dari cahaya matahari pertama kali ditemukan oleh
Alexandre-Edmund Becquerel seorang ahli fisika Perancis pada tahun 1839.
Temuanya ini merupakan cikal bakal teknologi solar cell. Percobaanya dilakukan
3
dengan menyinari dua elektrode dengan berbagai macam cahaya. Dalam
percobaanya ternyata tenaga listrik meningkat manakala intensitas cahaya
meningkat.

Pada tahun 1873 seorang insinyur Inggris Willoughby Smith menemukan


Selenium sebagai suatu elemen photo conductivity. Kemudian tahun 1876,
William Grylls dan Richard Evans Day membuktikan bahwa Selenium
menghasilkan arus listrik apabila disinari dengan cahaya matahari. Hasil
penemuan mereka menyatakan bahwa Selenium dapat mengubah tenaga matahari
secara langsung menjadi listrik tanpa ada bagian bergerak atau panas. Sehingga
disimpulkan bahwa solar cell sangat tidak efisien dan tidak dapat digunakan
untuk menggerakkan peralatan listrik. Tahun 1894 Charles Fris membuat Solar
Cell pertama yang seungguhnya yaitu suatu bahan semiconductor (selenium)
dibalut dengan lapisan tipis emas.

Embargo minyak pada tahun 1973 dan krisis energi pada tahun 1979
menyebabkan perubahan kebijakan energi di dunia dan teknologi surya kembali
dilirik. Strategi pemasangan difokuskan pada program insentif seperti program
pengunaan fotovoltaik di Amerika Serikat dan program Sunshine di Jepang.
Usaha lain yang dilakukan meliputi pembentukan fasilitas riset di Amerika Serikat
(SERI, sekarang NREL), Jepang (NEDO), dan Perkembangan, penggunaan, dan
ekonomiJerman (Institut Fraunhofer untuk sistem energi surya). Pemanas air
surya komersil mulai dipasarkan di Amerika Serikat pada tahun 1890an.
Penggunaan pemanas ini meningkat sampai dengan tahun 1920 tapi kemudian
digantikan oleh pemanas berbahan bakar yang lebih murah dan diandalkan.
Seperti fotovoltaik, pemanas air surya kembali dilirik setalah krisis minyak tahun
1970, namun permintaan menurun pada tahun 1980an dikarenakan menurunnya
harga minyak Bumi. Perkembangan pemanasan air surya berkembang secara
berangsur selama tahun 1990an dan laju pertumbuhan sekitar 20% per tahun sejak
1999.

Tingkat efisiensi yang dicapai baru 1% sehingga belum juga dapat dipakai
sebagai sumber energi, namun kemudian dipakai sebaga sensor cahaya. Tahun
1905 Albert Einsten mempublikasikan tulisanya mengenai photoelectric effect.
4
Tuisanya ini mengungkapkan bahwa cahaya terdiri dari paket-paket atau quanta
of energy yang sekarang ini lazim disebut photon. Teorinya ini sangat
sederhana namun revolusioner. Kemuian tahun 1916 pendapat Einsten megenai
photoelectric effect dibuktikan oleh percobaan Robert Andrew Millikan seorang
ahli fisika berkebangsaan Amerika dan ia mendapatkan Nobel Prize untuk karya
photoelectric effect yang dipublikasikan 18 tahun sebelumnya.

Pada tahun 1955 metode itu belum banyak dikembangkan. Selama kurun
waktu lebih dari satu abad itu, sumber energi yang banyak digunakan adalah
minyak bumi dan batu bara. Upaya pengembangan kembali cara memanfaatkan
energi surya baru muncul lagi pada tahun 1958. Sel silikon yang dipergunakan
untuk mengubah energi surya menjadi sumberdaya mulai diperhitungkan sebagai
metode baru, karena dapat digunakan sebagai sumber daya bagi satelit angkasa
luar.

Hingga tahun 1980 an efisien dari hasil penelitian terhadap solar cell
masih sangat rendah sehingga belum dapat digunakan sebagai sumber daya listrik.
Tahun 1982, Hans Tholstrup seorang Australia mengendarai mobil berenaga surya
pertama untuk jarak 4000 Km dalam waktu 20 hari dengan kecepatan maksimum
72 Km/jam. Tahun 1985 University of South Wales Australia memecahkan rekor
efisiensi solar cell mencapai 20% dibawah kondisi satu cahaya matahari. Tahun
2007 University of Delaware berhasil menemukan solar cell technology yang
efisiensinya mencapai 42,8%. Hal ini merupakan rekor terbaru untuk thin film
photovoltaicsolar cell. Perkembangan dalam riset solar cell telah mendorong
komersialisasi dan produksi solar cell untuk penggunaanya sebagai sumber daya
listrik. Walaupun umumnya diremehkan, pemanas dan pendingin air surya adalah
teknologi surya yang paling banyak digunakan dengan perkiraan kapasitas 154
GW pada tahun 2007.

2.3 Potensi Energi Surya


Sebagai negara yang beriklim tropis, Indonesia memiliki potensi untuk
pengembangan energi terbarukan yang ramah lingkungan. Total potensi energi
terbarukan mencapai 442 GW untuk pembangkit listrik. Salah satu energi

5
terbarukan yang dapat dikembangkan di Indonesia yaitu energi surya. Potensi
energi surya di Indonesia sebesar 207,8 GWp.

2.4 Peran Sumber Energi Surya Sebagai Sumber Energi Masa Depan
Cahaya atau sinar matahari dapat dikonversi menjadi listrik dengan
menggunakan teknologi sel surya atau fotovoltaik. Potensi energi surya di
Indonesia sangat besar yakni sekitar 4.8 KWh/m2 atau setara dengan 112.000
GWp, namun yang sudah dimanfaatkan baru sekitar 10 MWp. Saat ini pemerintah
telah mengeluarkan roadmap pemanfaatan energi surya yang menargetkan
kapasitas PLTS terpasang hingga tahun 2025 adalah sebesar 0.87 GW atau sekitar
50 MWp/tahun. Jumlah ini merupakan gambaran potensi pasar yang cukup besar
dalam pengembangan energi surya di masa datang.

2.5 Konversi Energi Surya Menjadi Energi Listrik

2.5.1 Pembangkit Listrik Surya Termal


Dalam pembangkit ini, energi cahaya matahari akan digunakan untuk
memanaskan suatu fluida yang kemudian fluida tersebut akan memanaskan air.
Air yang panas akan menghasilkan uap yang digunakan untuk memutar turbin
sehingga dapat menghasilkan energi listrik.

Pembangkit Listrik Termal Surya dapat bekerja dalam berbagai cara.


Pembangkit ini juga biasa dikenal sebagai pembangkit listrik surya terkonsentrasi
(concentrated solar power plants). Tipe yang paling banyak digunakan adalah
desain parabola cekung. Cermin parabola dirancang untuk menangkap dan
memfokuskan berkas cahaya ke satu titik fokus, seperti seorang anak yang
menggunakan kaca pembesar untuk membakar kertas. Pada titik fokus tersebut
terdapat pipa hitam yang panjangnya sepanjang cermin tersebut. Didalam pipa
tersebut terdapat fluida yang dipanaskan hingga temperatur yang sangat tinggi,
seringkali diatas 300oF (150oC). Fluida panas tersebut dialirkan dalam pipa
menuju ke ruang pembangkitan energi listrik untuk memasak air, menghasilkan
uap air dan menghasilkan energi listrik.

6
2.5.2 Sel Surya Fotovoltaik
Sel surya fotovoltaik merupakan suatu alat yang dapat mengubah energi
sinar matahari secara langsung menjadi energi listrik. Pada dasarnya sel tersebut
merupakan suatu diode semikonduktor yang bekerja menurut suatu proses khusus
yang dinamakan proses tidak seimbang (non-equibilirium process) dan
berlandaskan efek fotovoltaik (photovoltaic effects). Efek fotovoltaik ini
ditemukan oleh Becquerel pada tahun 1839, dimana Becquerel mendeteksi adanya
tegangan foto ketika sinar matahari mengenai elektroda pada larutan elektrolit.
Pada tahun 1954 peneliti di Bell Telephone menemukan untuk pertama kali sel

7
surya silikon berbasis p-n junction dengan efisiensi 6%. Sekarang ini, sel
surya silikon mendominasi pasar sel surya dengan pangsa pasar sekitar 82% dan
efisiensi lab dan komersil berturut-turut yaitu 24,7% dan 15%.

Prinsip kerja sel surya silikon adalah berdasarkan konsep semikonduktor


p-n junction. Pada sel surya terdapat junction antara dua lapisan tipis yang terbuat
dari bahan semikonduktor yang masing-masing diketahui sebagai semikonduktor
jenis p ( positif ) dan semikonduktor jenis n ( negatif ). Struktur sel surya
konvensional silikon p-n junction dapat dilihat pada Gambar dibawah ini.

Gambar Struktur sel surya Silikon p-n junction

Semikonduktor tipe-n didapat dengan mendoping silikon dengan unsur


dari golongan V sehingga terdapat kelebihan elektron valensi dibanding atom
sekitar. Pada sisi lain semikonduktor tipe-p didapat dengan doping oleh golongan
III sehinggaelektron valensinya defisit satu dibanding atom sekitar. Ketika
semikonduktor tipe-p dan tipe-n disambungkan maka akan terjadi difusi hole dari
tipe-p menuju tipe-n dan difusi elektron dari tipe-n menuju tipe-p. Difusi tersebut
akan meninggalkan daerah yang lebih positif pada batas tipe-n dan daerah lebih
negatif pada batas tipe-p. Batas tempat terjadinya perbedaan muatan pada p-n
junction disebut dengan daerah deplesi. Adanya

perbedaan muatan pada daerah deplesi akan mengakibatkan munculnya


medan listrik yang mampu menghentikan laju difusi selanjutnya. Medan listrik
tersebut mengakibatkan munculnya arus drift. Namun arus ini terimbangi oleh

8
arus difusi sehingga secara keseluruhan tidak ada arus listrik yang mengalir pada
semikonduktor p-n junction. tersebut. Ketika junction disinari, photon yang
mempunyai energi sama atau lebih besar dari lebar pita energi material tersebut
akan menyebabkan eksitasi elektron dari pita valensi ke pita konduksi dan akan
meninggalkan hole pada pita valensi. Elektron dan hole ini dapat bergerak dalam
material sehingga menghasilkan pasangan elektronhole. Apabila ditempatkan
hambatan pada terminal sel surya, maka elektron dari arean akan kembali ke area-
p sehingga menyebabkan perbedaan potensial dan arus akan mengalir. Skema cara

kerja sel surya silikon ditunjukkan pada Gambar dibawah ini.

Gambar Skema Cara Kerja Sel Surya Silikon

2.5.3 Perbedaan Tenaga Surya Termal Dengan Sel Surya Fotovoltaik


Seperti yang telah di jelaskan diatas, maka dapat disimpulkan Pembangkit
listrik tenaga surya adalah pembangkit listrik yang mengubah energi surya
menjadi energi listrik. Pembangkitan listrik bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu
secara langsung menggunakan fotovoltaik dan secara tidak langsung dengan
pemusatan energi surya. Fotovoltaik mengubah secara langsung energi cahaya
menjadi listrik menggunakan efek fotoelektrik. Pemusatan energi surya
menggunakan sistem lensa atau cermin dikombinasikan dengan sistem pelacak
untuk memfokuskan energi matahari ke satu titik untuk menggerakan mesin kalor.

9
2.6 Konversi Energi Surya Sebagai Bahan Bakar

2.6.1 Mobil Tenaga Surya

Gambar Mobil tenaga surya buatan anak bangsa

Mobil Tenaga Surya Solar Car atau tenaga matahari, yaitu tipe
kendaraan listrik yang memakai tenaga matahari untuk sumber dayanya. Daya
matahari di tangkap dengan memakai panel cell surya lalu dipakai untuk
menggerakkan motor listrik yang berperan untuk memutar roda. Supaya bisa
dipakai dengan cara stabil maka pada mobil surya dilengkapi dengan area untuk
menyimpan energy (energy storage) biasanya dipakai accu/aki atau batterai.
Dilengkapai dengan alat control pengatur kecepatan maka mobil ini bisa melaju
sesuai sama dengan kecepatan sesuai sama dengan kecepatan yang dirancang.

Penggunaan tenaga surya dalam mobil bertenaga surya yaitu untuk


menyerap panas teriknya sinar matahari. Panas yang dihasilkan dalam solar cell
akan dialihkan ke Baterai Control Regulator (BRC). Untuk menambah arus yang
dipakai, bisa menggunakan aki untuk disalurkan ke baterai. Tenaga yang
dihasilkan dalam mobil diolah di power inverter untuk mengubah dari arus AC ke
DC. Dinamo AC yang ditentukan haruslah sebesar 1PK atau 750 watt. Dalam
sebuah mobil bertenaga surya bisa dipakaikan 3 baterai yang masng-masing diberi
kekuatan sebesar 100 ampere. Jadi, penggunaan 3 baterai dalam sebuah mobil
bertenaga surya ini bisa mencapai 300 ampere. Sebuah solar cell akan mampu
bertahan menyimpan tenaga sebanyak 6 ampere dalam mobil bertenaga surya.
Jika kekuatan baterai 100 ampere, maka mobil ini akan bisa menempuh jarak 100
km dalam 40 km/jam.

10
Salah satu kekurangan mobil ini yaitu hanya mampu bertahan dimusim
kemarau. Jika musim penghujan datang inilah kekurangan mobil tenaga surya
diuji. Tidak adanya sinar matahari yang cukup membuat mobil ini susah bergerak.
Jadi pemakaian mobil tenaga surya ini sangat terbatas, bisa saja mobil ini melaju
tanpa tenaga surya, tetapi belum adanya perkembangan lebih lanjut dan belum
adanya standarisasi dari mobil ini.

Sebagian besar bensin tersusun dari hidrokarbon alifatik yang diperkaya


dengan iso-oktana atau benzena untuk menaikkan nilai oktan. Salah satu bentuk
pemanfaatan energi surya yaitu dengan panel surya. Panel surya adalah perangkat
rakitan sel-sel fotovoltaik yang mengkonversi sinar matahari menjadi listrik.
Ketika memproduksi panel surya, produsen harus memastikan bahwa sel-sel surya
saling terhubung secara elektrik antara satu dengan yang lain pada sistem tersebut.
Sel surya juga perlu dilindungi dari kelembaban dan kerusakan mekanis karena
hal ini dapat merusak efisiensi panel surya secara signifikan dan menurunkan
masa pakai dari yang diharapkan. Contoh Lainnya adalah C-MAX Solar Energy
Concept Car.

Mobil ini diproduksi oleh produsen mobil Ford Motors Amerika Serikat.
Mobil ini dapat memanfaatkan tenaga surya dengan menggunakan konsentrator
khusus yang bertindak seperti kaca pembesar, mengarahkan sinar matahari ke
panel-panel surya pada atap mobil. Sebuah sel surya mengubah energi cahaya
menjadi energi listrik. Konversi ini didasarkan pada fenomena efek fotovoltaik.
Sinar matahari terdiri dari foton dengan tingkat energi yang berbeda, tergantung
darimana spektrum mereka berasal. Ketika sinar matahari datang, permukaan

11
bahan fotovoltaik menyemburkan elektron yang menghasilkan generasi listrik.
Fenomena ini dikenal sebagai efek fotovoltaik.

Gambar Cara Kerja Mobil Tenaga Surya

2.6.2 Kompor Tenaga Surya


Kompor tenaga surya adalah perangkat masak yang menggunakan sinar
matahari sebagai sumber energi. Berhubung kompor jenis ini tidak menggunakan
bahan bakar konvensional dan biaya operasinya rendah, organisasi kemanusiaan
mempromosikan penggunaannya ke seluruh dunia untuk mengurangi
penggundulan hutan dan penggurunan, yang disebabkan oleh penggunaan kayu
sebagai bahan bakar untuk memasak. Kompor surya dapat digunakan di luar
rumah, terutama dalam situasi ketika konsumsi bahan bakar minimal atau resiko
kebakaran menjadi pertimbangan penting. Semuanya menggunakan panas dari

12
dan cahaya matahari untuk memasak makanan.

Gambar Desain Kompor tenaga surya

Beberapa prinsip dasar kompor surya adalah sebagai berikut: Pemusatan


cahaya matahari. Beberapa perangkat, biasanya berupa cermin atau sejenis bahan
metal/logam yang memantulkan cahaya, digunakan untuk memusatkan cahaya
dan panas matahari ke arah area memasak yang kecil, membuat energi lebih
terkonsentrasi dan lebih berpotensi menghasilkan panas yang cukup untuk
memasak. Mengubah cahaya menjadi panas. Bagian dalam kompor surya dan
panci, dari bahan apapun asal yang berwarna hitam, dapat meningkatkan
efektivitas pengubahan cahaya menjadi panas. Panci berwarna hitam dapat
menyerap hampir semua cahaya matahari dan mengubahnya menjadi panas,
secara mendasar meningkatkan efektivitas kerja kompor surya. Semakin baik
kemampuan panci menghantarkan panas, semakin cepat kompor dan oven
bekerja.

13
Memerangkap panas. Upaya mengisolasi udara di dalam kompor dari udara di
luarnya akan menjadi penting. Penggunaan bahan yang keras dan bening seperti
kantong plastik atau tutup panci berbahan kaca memungkinkan cahaya untuk masuk
ke dalam panci. Setelah cahaya terserap dan berubah jadi panas, kantong plastik atau
tutup berbahan gelas akan memerangkap panas di dalamnya seperti efek rumah kaca.
Hal ini memungkinkan kompor untuk mencapai temperatur yang sama ketika hari
dingin dan berangin seperti halnya ketika hari cerah dan panas. Strategi memanaskan
suatu barang dengan menggunakan tenaga matahari menjadi kurang efektif jika hanya
menggunakan salah satu prinsip tersebut di atas. Pada umumnya kompor surya
menggunakan sedikitnya dua cara atau bahkan ketiga prinsip dasar kompor surya
untuk menghasilkan temperatur yang cukup untuk memasak. Terlepas dari kebutuhan
akan adanya cahaya matahari dan kebutuhan untuk menempatkan kompor surya pada
posisi yang tepat sebelum menggunakannya, kompor ini tidak berbeda jauh dengan
kompor konvensional.

Namun demikian, salah satu kerugiannya adalah karena kompor surya


umumnya mematangkan makanan pada saat hari panas, ketika orang-orang
cenderung enggan memakan makanan yang panas. Bagaimanapun, penggunaan panci
tebal yang lambat menghantarkan panas (seperti panci dari besi tuang/cor) dapat
mengurangi kecepatan hilangnya panas dan dengan menggabungkannya dengan
penggunaan pengisolasi panas, kompor dapat tetap menghangatkan makanan sampai
malam hari. Penutup kompor biasanya dapat dibuka untuk menempatkan panci ke
dalamnya. Kotak kompor umumnya mempunyai satu atau lebih pemantul cahaya dari
bahan kertas alumunium atau bahan reflektif lainnya untuk memantulkan lebih
banyak cahaya ke bagian dalam kotak. Panci pemasak dan bagian dalam bawah
kompor sebaiknya berwarna gelap atau hitam. Dinding bagian dalam kompor harus
dapat memantulkan cahaya untuk mengurangi hilangnya panas dan mengarahkan
pantulan cahaya ke arah panci dan dasar kompor yang berwarna gelap, yang
bersentuhan langsung dengan panci.

1
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan beberapa hal
sebagai berikut :

1. Energi surya adalah energi yang berupa sinar dan panas dari matahari (radiasi
energi dalam bentuk panas dan cahaya yang dipancarkan oleh matahari).
2. Energi surya dapat dimanfaatkan dengan menggunakan serangkaian teknologi
seperti pemanas surya, fotovoltaik surya, listrik panas surya, arsitektur surya,
dan fotosintesis buatan.
3. Energi surya merupakan energi yang sedang giat dikembangkan oleh
pemerintah Indonesia karena sebagai negara tropis, Indonesia mempunyai
potensi energi surya yang cukup besar yaitu sebesar 207,8 GWp.
4. Konversi energi surya menjadi energi listrik meliputi ; pembangkit listrik
surya termal, sel surya fotovoltaik.
5. Konversi energi surya sebagai bahan bakar meliputi ; mobil tenaga surya,
kompor tenaga surya.

Anda mungkin juga menyukai