Eka Liandari
Pendidikan Fisika Reguler 2008, Universitas Negeri Jakarta
ishlah.ekl@gmail.com
Abstrak
Konsumsi energi nasional Indonesia saat ini masih sangat bergantung dengan minyak
bumi yang merupakan sumber energi tak terbaharukan. Padahal, cepat atau lambat energi
tersebut akan habis. Untuk itu perlu adanya upaya mengoptimalkan pemanfaatan energi
terbarukan, salah satunya adalah pemanfaatan energi surya, apalagi melihat kondisi Indonesia
yang berada di daerah khatulistiwa yang mendapatkan radiasi sinar matahari melimpah.
Energi surya adalah jawaban yang tepat dalam pemanfaatan energi yang ramah lingkungan
dan tidak menimbulkan polusi berlebihan. Energi surya didapat dengan mengubah energi
panas surya (matahari) menjadi sumber daya dalam bentuk lain. Teknologi yang digunakan
untuk memanfaatkan energi surya ini adalah teknologi fotovoltaik yang mengkonversi
langsung cahaya matahari menjadi energi listrik dengan menggunakan divais semikonduktor
yang disebut sel surya (solar cells).
Kata kunci : energi terbarukan, energi surya, teknologi fotovoltaik
Pendahuluan
Kebutuhan akan energi yang terus meningkat dan semakin menipisnya cadangan
minyak bumi memaksa manusia untuk mencgooari sumber-sumber energi alternatif. Negaranegara maju juga telah bersaing dan berlomba membuat terobosan-terobosan baru untuk
mencari dan menggali serta menciptakan teknologi baru yang dapat menggantikan minyak
bumi sebagai sumber energi. Upaya-upaya untuk mengembangkan energi alternatif sebagai
pengganti energi fosil terus dilakukan. Ada beberapa energi alam sebagai energi alternatif
yang bersih, tidak berpolusi, aman dan dengan persediaan yang tidak terbatas. Di antaranya
adalah energi surya, angin, gelombang dan perbedaan suhu air laut.
Dalam upaya pencarian sumber energi baru sebaiknya memenuhi syarat yaitu
menghasilkan jumlah energi yang cukup besar, biaya ekonomis dan tidak berdampak negatif
terhadap lingkungan. Oleh karena itu pennulis menagarahkan pembahasn artikel ini pada
pemanfaatan energi matahari baik secara langsung maupun tidak langsung dengan
menggunakan panel sel surya. Panel surya dapat mengkonversi energi matahari menjadi
akses
terhadap
sumber
daya
energi.
Berbagai
faktor
yang
menciptakan
ketidakseimbangan tersebut antara lain adalah pesatnya laju pertambahan penduduk dan
masifnya industrialisasi dunia. Hal ini meningkatkan konsumsi energi dunia secara drastis
dan mengakibatkan tersedotnya cadangan energi khususnya energi fosil. Diperkirakan hingga
tahun 2030 konsumsi energi dunia masih tergantung kepada energi minyak bumi yang tidak
terbarukan. Dalam konteks kawasan, Asia Pasifik dengan pertumbuhan ekonominya yang
Bustanul Arifin,Ph.D, Pengelolaan Sumber Daya Alam Indonesia, (Jakarta: Erlangga,2001), h. 13.
dinamis hanya memiliki cadangan minyak yang sedikit dan menyebabkan kebutuhan minyak
kawasan banyak tergantung pada kawasan lain.2
Dalam batas tertentu keadaan ini juga dialami Indonesia. Kondisi energi Indonesia
saat ini masih mengandalkan pada migas sebagai penghasil devisa maupun untuk memasok
kebutuhan dalam negeri. Cadangan minyak bumi dalam kondisi depleting, walaupun gas
bumi cenderung meningkat. Untuk energi baru dan terbarukan, meskipun Indonesia memiliki
potensi beragam, namun pengelolaan dan penggunaannya belum optimal. Berbagai potensi
energi tersebut antara lain: sumber energi surya, energi nabati, gas, panas bumi, energi nuklir,
energi surya, energi angin dan energi laut. Di sisi lain, Indonesia yang dulu merupakan negara
pengekspor minyak saat ini telah berubah menjadi negara pengimpor minyak.3
Harisson Brown, Professor dari
menyatakan bahwa ketergantungan kita terhadap energi fosil dikarenakan eksploitasi energi
fosil cenderung lebih murah, minimnya pengembangan dan penggunaan energi alternatif
dalam bidang industri, rendahnya priorotas kita dalam program penelitian dan pengembangan
energi alternatif. 4
Menurut Dr. Sudiartono, Kepala Pusat Studi Energi (PSE) UGM, pemanfaatan
sumber energi terbarukan menjadi solusi di masa datang untuk pemenuhan kebutuhan energi
yang semakin lama semakin besar. Sumber daya energi terbarukan memiliki keunggulan
yakni bisa diproduksi dalam waktu yang relatif tidak begitu lama dibanding dengan sumber
energi takterbarukan.5
Upaya Pemanfaatan Energi Surya
Matahari adalah sumber energi utama yang memancarkan energi yang luar biasa
besarnya ke permukaan bumi. Pada keadaan cuaca cerah, permukaan bumi menerima sekitar
1000 watt energi matahari per-meter persegi. Kurang dari 30 % energi tersebut dipantulkan
kembali ke angkasa, 47% dikonversikan menjadi panas, 23 % digunakan untuk seluruh
sirkulasi kerja yang terdapat di atas permukaan bumi, sebagaian kecil 0,25 % ditampung
angin, gelombang dan arus dan masih ada bagian yang sangat kecil 0,025 % disimpan melalui
proses fotosintesis di dalam tumbuh-tumbuhan yang akhirnya digunakan dalam proses
2
pembentukan batu bara dan minyak bumi (bahan bakar fosil, proses fotosintesis yang
memakan jutaan tahun) yang saat ini digunakan secara ekstensif dan eksploratif bukan hanya
untuk bahan bakar tetapi juga untuk bahan pembuat plastik, formika, bahan sintesis
lainnya.Sehingga bisa dikatakan bahwa sumber segala energi adalah energi matahari.
Energi matahari tidak hanya terdiri atas penyinaran secara langsung oleh pancaran
matahari ke bumi, tetapi termasuk seluruh efek tidak langsung seperti tenaga angin, tenaga
air, energi dari laut bahkan juga termasuk segala energi yang berasal dari biomassa. Energi
matahari dapat dimanfaatkan dengan berbagai cara yang berlainan, bahan bakar minyak
adalah hasil fotosintesis, tenaga hidro elektrik adalah hasil sirkulasi hujan, tenaga angin
adalah hasil perbedaan suhu antar daerah, dan sel surya (sel fotovoltaik) yang menjanjikan
masa depan yang cerah sebagai sumber energi listrik.6
Pemanfaatan energi matahari dapat dibedakan menjadi tiga cara. Cara pertama adalah
prinsip pemanasan langsung dimana sinar matahari mematasi secara langsung benda atau
media yang ingin dipanasi. Dengan cara pemanasan langsung ini, suhu yang diperoleh tidak
lebih dari 1000C. Cara kedua adalah pemanasan air yang kemudian dikonversi menjadi energi
listrik. Cara ketiga adalah cara photovoltaik yaitu konversi langsung energi matahari menjadi
energi listrik dengan mengunakan sel surya.7
Sel surya sanggup menyediakan energi listrik bersih tanpa polusi, mudah dipindah,
dekat dengan pusat beban sehingga penyaluran energi sangat sederhana serta sebagai negara
tropis, Indonesia mempunyai karakteristik cahaya matahari yang baik (intensitas cahaya tidak
fluktuatif) dibanding tenaga angin seperti di negara-negara 4 musim, utamanya lagi sel surya
relatif efisien, tidak ada pemeliharaan yang spesifik dan bisa mencapai umur yang panjang
serta mempunyai keandalan yang tinggi.
Dalam keadaan cuaca yang cerah, sebuah sel surya akan menghasilkan tegangan
konstan sebesar 0.5 V sampai 0.7 V dengan arus sekitar 20 mA dan jumlah energi yang
diterima akan mencapai optimal jika posisi sel surya (tegak lurus) terhadap sinar matahari
selain itu juga tergantung dari konstruksi sel surya itu sendiri. Ini berarti bahwa sebuah sel
surya akan menghasilkan daya 0.6 V x 20 mA = 12 mW. Jika matahari memancarkan
energinya ke permukaan bumi sebesar atau , maka bisa dibayangkan energi yang dihasilkan
sel surya yang rata-rata mempunyai luas bandingkan dengan bahan bakar fosil (BBM) dengan
proses foto-sintesis yang memakan waktu jutaan tahun.8
6
Saiful Manan, Energi Matahara, Sumber Energi Alternatif yang Efisien, Handal dan Ramah Lingkungan di
Indonesia, http://eprints.undip.ac.id/1722/1/solarseeker.pdf, diakses 11 Juni 2011
7
Prof.Ir.Abdul Kadir, Energi, (Jakarta: UI Press, 1990), h. 213
8
Saiful Manan, Loc Cit
Cahaya matahari ditampung dengan sebuah cermin cekung yang bergaris tengah 2 m,
sehingga cahaya matahari akan terkumpul dalam satu fokus. Pada fokus itu dipasang
lempengan logam sehingga logam akan menjadi panas sekali. Sistem pemanasan secara
langsung ini mempunya efesiensi sekitar 30-40 %. 9
Konversi Surya Thermis Elektris
Pada cara ini yang dipanaskan adalah juga air, akan tetapi panas yang terkandung
dalam air itu dikonversikan menjadi energi listrik. Pada prinsipnya, KSTE memerlukan
sebuah konsentrator optik untuk pemanfaatan energi surya, sebuah alat yang dapat menyerap
energi yang terkumpul, sistem pengangkut panas, dan sebuah mesin yang agak konvensional
untuk pembangkit tenaga listrik. Diperkirakan bahwa sebuah unit KSTE untuk menghasilkan
100 MW listrik memerlukan 12.500 buah heliostat dengan permukaan refleksi masingmasing seluas 40m2, sebuah menara penerima setinggi 250 m
yang memikul sebuah penyerap untuk membuat uap bagi sebuah turbin selama 6-8 jam
sehari.10
10
lapisan-lapisan tipis dari silikon, atau bahan-bahan semikonduktor lainnya. Sebuah kristal
silinder silikon (Si) yang hampir murni diperoleh dengan cara mencairkan silikon dalam suhu
tinggi dengan lingkungan atmosfer yang diatur. Sel surya silikon dikembangkan sejak tahun
1955 oleh Bell Laboratoris (USA) dan banyak dipergunakan untuk sistemsistem tenaga
kendaraan-kendaraan ruang angkasa dan satelit-satelit selama 20 tahun terakhir ini.
Keuntungan-keuntungan dari konvensi energi photovoltaic: tidak ada bagian-bagian
yang bergerak, usia pemakaian dapat melampaui 100 tahun sekalipun efisiensinya sepanjang
masa pemakaian akan menurun, pemeliharaan tidak sulit, sistem ini mudah disesuaikan pada
berbagai jenis pemanfaatannya.11
Perkembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya
Di sejumlah negara, pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) yang dibangun di atas
lahan yang luas sudah dibangun dan berjalan. Pada Februari 2008, sebuah pusat pembangkit
listrik dengan tenaga surya (PLTS) dibuka di Spanyol dan merupakan yang terbesar di dunia
saat ini. Dengan menggunakan 120.000 panel tenaga matahari (solar panel) di lahan seluas
100 hektar di Jumilla, daerah penghasil anggur di Selatan Spanyol, dapat menghasilkan
kapasitas sebesar 20 megawatts atau dapat "menghidupi" 20.000 rumah. Proyek ini
diharapkan bisa memberikan pendapatan 28 juta dollar per tahun dan dapat mengurangi emisi
gas CO2 sekitar 42.000 ton per tahun. Pembangunan 'pabrik' tenaga surya ini dilakukan
dengan berbagai ketentuan seperti menanam kembali pohon di sekitar pabrik, menyediakan
tempat penampungan air untuk mengatasi kebakaran, menyediakan tempat minum untuk
hewan, dan sebagainya. 12
Di belahan dunia lain, sebuah pembangkit listrik tenaga surya terbesar di Amerika
Utara kini sudah berfungsi dan menghasilkan listrik sekitar 30 juta kilowatt-hours setiap
tahunnya. Pembangkit bertenaga 14 megawatt ini ada di Pangkalan Udara Nellis (Nellis Air
Force) di Nevada. Pembangkit listrik yang menelan biaya sekitar US$ 100 juta itu diharapkan
dapat menghemat biaya listrik 1 juta dollar per tahun dan mengurangi gas karbondioksida
sekitar 24.000 ton per tahun. Dibuat dengan 72.000 panel solar, pembangkit ini bisa
menyediakan 30% kebutuhan listrik di pangkalan udara tersebut dimana terdapat 12.000
orang yang bekerja dan 7.125 orang yang menetap. Pangkalan udara ini bisa menghemat
pengeluaran listrik hingga 1 juta dollar per tahun. SunPower, perusahaan yang membuat
11
12
PLTS ini, menggunakan sistem pelacak dimana panel surya akan bergerak seiring dengan
gerakan sinar matahari sepanjang hari dan menghasilkan energi lebih banyak hingga 30
persen dibandingkan dengan sistem konvensional yang diam tidak bergerak. 13
Di kota Freiburg, Jerman ada sebuah perkampungan yang semua rumah (berjumlah 58
unit) sampai perkantoran di daerah tersebut menggunakan tenaga matahari sebagai sumber
listrik mereka. Bahkan desain dan layout rumahnya benar-benar difokuskan untuk
memaksimalkan penggunaan sinar matahari. Atap rumah didesain sedemikian rupa sehingga
hanya bayangan sinar matahari yang masuk ke dalam rumah saat musim panas tetapi
mengijinkan sinar matahari yang bersinar lebih rendah masuk ke rumah saat musim dingin
(passive heating). Energi yang dihasilkan dari proyek tenaga surya ini banyak digunakan
untuk membuat air panas dan menghangatkan ruangan saat musim dingin.14
Di Indonesia sendiri, PLTS sudah banyak diterapkan meski dalam skala kecil dan
menengah. Salah satunya adalah Desa Sukatani, Sukabumi, Jawa Barat, sejak tahun 1998.
Khusus untuk di daerah pedesaan atau kepulauan dengan pola permukiman yang menyebar
dan tidak terjangkau PLN, sistem pembangkit listrik tenaga surya yang diterapkan adalah
solar home system (SHS). Sistem ini terdiri dari panel modul surya, baterai, alat pengontrol
dan lampu, dipasang pada rumah-rumah dengan panel fotovoltaik di atas atap rumah. Dengan
kapasitas daya 50 Wp dimana pada radiasi matahari rata-rata harian 4,5 Kwh/m 2 akan
menghasilkan energi sekitar 125-130 watt-jam. Sedangkan untuk perkotaan sedang
dikembangkan sistem photovoltaic grid connected (jaring laba-laba PLN) yang dapat dimiliki
secara perorangan atau institusi. Sistem tersebut merupakan pembangkit listrik yang dapat
disimpan dalam jaringan PLN untuk mengurangi beban puncak sekaligus dapat dijual kepada
PLN. Kholid Akhmad MEng, PhD, peneliti dari Pusat Teknologi Konversi dan Energi
Konversi BPPT mengatakan bahwa sistem ini menggunakan interkoneksi. Secara teknis
mudah dipasang, jadi tidak perlu khawatir.15
13
Ibid.
Ibid.
15
Ibid.
14
Sinar Matahari merupakan sumber energi alternatif yang sangat penting karena
dengan menggunakan sel surya energi matahari dapat diubah langsung menjadi energi listrik,
selanjutnya dapat diubah menjadi energi lain sesuai dengan kebutuhan. Ini sehubungan
dengan semakin langka dan mahalnya bahan bakar minyak sebagai penyangga utama energi.
Mengingat Indonesia merupakan daerah tropis dan mempunyai iklim yang sangat
menguntungkan untuk dikembangkan pemanfaatan energi surya ini se-optimal mungkin
sebab energi surya adalah lebih baik dari segi ekonomi, kelangsungan kelestarian dan
amdalnya.
Upaya-upaya pemanfaatan energi matahari bisa dilakukan dengan cara pemanasan
secara langsung, penggunaan teknologi Konversi Surya Thermis Elektris (KSTE), penggun
melalinaan teknologi photovoltaik, pemanfaatan melalui pembangkit listrik tenaga surya, dan
yang sedang dikembangkan saat ini adalah pembangkit listrik tenaga surya satelit.
Daftar Pustaka
Arifin, Bustanul. 2001. Pengelolaan Sumber Daya Alam Indonesia. Jakarta: Erlangga
Mc Daniel, David. 1984. The Sun Our Future Energi Source. Canada: John Wiley&Sony Inc
Kadir, Abdul. 1990. Energi. Jakarta: UI Press
http://tekno.liputan6.com/read/317602/Satelit.Penyerap.Tenaga.Surya
http://www.beritaindonesia.co.id/iptek/masa- depan-bersama-matahari
http://eprints.undip.ac.id/1722/1/solarseeker.pdf
http://www.deplu.go.id/Pages/IIssueDisplay.aspx?IDP=6&l=id
http://tekim.undip.ac.id/staf/istadi/2009/04/energi-terbarukan-solusi-krisis-energi-indonesia