Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

ENERGI DAN ELEKTRIFIKASI

ENERGI SURYA

Oleh :
Fifa Indywara Nareswari
NIM A1C017034

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2019
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Energi mempunyai peranan penting dalam pencapaian tujuan sosial, ekonomi,

dan lingkungan untuk pembangunan berkelanjutan, serta merupakan pendukung

bagi kegiatan ekonomi nasional. Sumber energi berjumlah besar dan bersifat

kontinyu terbesar yang tersedia bagi manusia adalah energi surya, khususnya energi

elektromagnetik yang dipancarkan oleh matahari. Energi surya menjadi salah satu

sumber pembangkit daya potensial selain air, uap, angin, biogas, batubara, dan

minyak bumi. Berbagai teknologi pemanfaatan energi surya termal untuk aplikasi

skala rendah telah dikuasai dari rancang bangun, kontruksi hingga manufaktur

secara nasional.

Energi surya merupakan radiasi dari matahari yang mampu menghasilkan

panas, yang menyebabkan reaksi kimia, atau pembangkit listrik. Matahari

merupakan sumber energi yang sangat kuat, dan sinar matahari adalah jauh sumber

terbesar energi yang diterima oleh Bumi, namun intensitasnya di permukaan bumi

sebenarnya cukup rendah. Energi surya dapat dikonversikan secara langsung

menjadi bentuk energi lain dengan tiga proses yaitu proses heliochemical yang

merupakan proses fotosintesis dimana proses ini sumber dari semua bahan bakar

fosil dan bioenergi, proses helioelectrical merupakan proses produksi listrik oleh

sel-sel surya dan proses heliothermal merupakan penyerapan radiasi matahari dan

pengkonversian energi matahari menjadi energi termal.


Radiasi surya adalah radiasi gelombang elektomagnetik pendek yang diserap

oleh pelat penyerap sebuah kolektor surya yang diubah menjadi menjadi panas.

Beberapa penerimaan radiasi surya di permukaan bumi yaitu bervariasi menurut

tempat dan waktu, skala makro menurut tempat ditentukan oleh letak lintang dan

keadaan atmosfer terutama awan, skala mikro arah lereng yang menentukan jumlah

radiasi surya yang diterima dan juga cuaca cerah, berawan dan mendung.

B. Tujuan

1. Mengetahui cara menggunakan pyranometer.

2. Mengetahui cara menggunakan photovoltaic.

3. Mengetahui cara mengukur energi surya.


II. TINJAUAN PUSTAKA

Energi surya adalah sumber energi yang tidak akan pernah habis

ketersediaannya dan energi ini juga dapat di manfaatkan sebagai energi alternatif

yang akan di ubah menjadi energi listrik, dengan menggunakan sel surya. Sel surya

juga mampu beroperasi dengan baik di hampir seluruh belahan bumi yang tersinari

matahari tanpa menghasilkan polusi yang dapat merusak lingkungan sehingga lebih

ramah lingkungan. Cara kerja sel surya adalah dengan memanfaatkan teori cahaya

sebagai partikel, sebagaimana diketahui bahwa cahaya baik yang tampak maupun

yang tidak tampak memiliki dua buah sifat yaitu dapat sebagai gelombang dan

dapat sebagai partikel yang disebut dengan photon. Sel surya atau yang disebut juga

(photovoltaic) adalah piranti semiconductor yang dapat mengubah energi matahari

secara langsung menjadi energ listrik DC (arus searah) dengan menggunakan kristal

silikon yang tipis. Pada umumnya sel surya memiliki ketebalan minimum 0.3 mm,

yang terbuat dari irisan bahan semikonduktor dengan kutub positip dan negatif

(Dewi dan Antonov, 2013).

Energi pada saat ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam

kehidupan manusia. Energi merupakan pendukung bagi kegiatan ekonomi nasional

dan dipakai sebagai alat untuk mencapai tujuan sosial, ekonomi, dan lingkungan.

Energi surya merupakan salah satu energi yang sedang giat dikembangkan saat ini

oleh pemerintah Indonesia karena sebagai negara tropis, Indonesia mempunyai

potensi energi surya yang cukup besar. Energi surya adalah sangat luar biasa karena

tidak bersifat polutif, tidak dapat habis, dapat dipercaya dan tidak membeli.
Kejelekannya dari energi surya ini adalah sangat halus dan tidak konstan. Arus

energi surya yang rendah mengakibatkan dipakainya sistem dan kolektor yang luas

permukaannya besar untuk mengumpul dan mengkonsentrasikan energi itu. Energi

surya atau matahari telah dimanfaatkan di banyak belahan dunia dan jika

dieksplotasi dengan tepat, energi ini berpotensi mampu menyediakan kebutuhan

konsumsi energi dunia saat ini dalam waktu yang lebih lama. Matahari dapat

digunakan secara langsung untuk memproduksi listrik atau untuk memanaskan

bahkan untuk mendinginkan. Ada banyak cara untuk memanfaatkan energi dari

matahari. Tumbuhan mengubah sinar matahari menjadi energi kimia dengan

menggunakan fotosintesis (Widayana, 2012).

Energi baru dan terbarukan mempunyai peran yang sangat penting dalam

memenuhi kebutuhan energi. Hal ini disebabkan penggunaan bahan bakar untuk

pembangkit-pembangkit listrik konvensional dalam jangka waktu yang panjang

akan menguras sumber minyak bumi, gas dan batu bara yang semakin menipis dan

juga dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan. Selain itu, di Indonesia yang

merupakan daerah tropis mempunyai potensi energi matahari sangat besar.

Pemanfaatan energi surya disini yaitu sebagai sumber energi listrik yang menjadi

salah satu pemanfaatan energi ini adalah dengan mengubahnya menjadi energi

listrik, karena jumlahnya yang tidak terbatas energi matahari ini sangat cocok di

jadikan sumber energi listrik (Maysha et al., 2013).

Energi panas matahari sangat melimpah di daerah yang memiliki iklim tropis

seperti di Indonesia yang selalu disinari matahari sepanjang tahun. Hal itu menjadi

sumber energi yang sangat berpotensi untuk dikembangkan. Salah satu contohnya
pemanfaatan energi matahari untuk menghasilkan energi listrik yang sering disebut

dan lebih dikenal oleh maasyarakat yaitu solar cell. Solar cell dalam menghasilkan

energi masih dalam jumlah yang tidak terlalu besar. Sinar matahari yang menyinari

di bumi dapat diubah menjadi energi listrik melalui sebuah proses yang dinamakan

photovoltaic (PV). Photo merujuk kepada cahaya dan voltaic mengacu kepada

tegangan. Terminologi ini digunakan untuk menjelaskan sel elektronik yang

memproduksi energi listrik arus searah dari energi radian matahari. Photovoltaic

cell dibuat dari material semikonduktor terutama silikon yang dilapisi oleh bahan

tambahan khusus. Jika cahaya matahari mencapai cell maka elektron akan terlepas

dari atom silikon dan mengalir membentuk sirkuit listrik sehingga energi listrik

dapat dibangkitkan. Sel surya selalu didesain untuk mengubah cahaya menjadi

energi listrik sebanyak-banyaknya dan dapat digabung menjadi seri atau parallel

untuk menghasilkan tegangan. Cara kerja dari photovoltaic cell sangat tergantung

kepada sinar matahari yang diterimanya. Kondisi iklim (misal awan tebal dan

kabut) mempunyai efek yang sangat signifikan terhadap jumlah energi matahari

yang diterima sel sehingga akan mempengaruhi pula unjuk kerjanya (Dzulfikar dan

Wisnu, 2016).

Energi merupakan salah satu kebutuhan utama dalam kehidupan manusia.

Pemanfaatan tenaga surya melalui konversi photovoltaic telah banyak diterapkan

antara lain, penerapan sistem individu dan sistem hybrid yaitu sistem penggabungan

antara sumber energi konvensional dengan sumber energi terbarukan. Modul surya

(photovoltaic) adalah sejumlah sel surya yang dirangkai secara seri dan paralel,

untuk meningkatkan tegangan dan arus yang dihasilkan sehingga cukup untuk
pemakaian sistem catu daya beban. Untuk mendapatkan keluaran energi listrik yang

maksimum maka permukaan modul surya harus selalu mengarah ke matahari.

Komponen utama sistem surya photovoltaic adalah modul yang merupakan unit

rakitan beberapa sel surya photovoltaic. Untuk membuat modul photovoltaic secara

pabrikasi bisa menggunakan teknologi kristal dan thin film. Modul photovoltaic

kristal dapat dibuat dengan teknologi yang relatif sederhana, sedangkan untuk

membuat sel photovoltaic diperlukan teknologi tinggi. Modul photovoltaic tersusun

dari beberapa sel photovoltaic yang dihubungkan secara seri dan parallel. Sel surya

adalah suatu komponen elektronika yang dapat mengubah energi surya menjadi

energi listrik dalam bentuk arus searah (DC) . Modul surya (fotovoltaic) adalah

sejumlah sel surya yang dirangkai secara seri dan paralel, untuk meningkatkan

tegangan dan arus yang dihasilkan sehingga cukup untuk pemakaian sistem satu

daya beban (Gultom, 2006).

Energi surya merupakan energi ramah lingkungan, sehingga tidak

mengherankan bahwa energi terbarukan saat ini dikriteriakan sebagai energi masa

depan dan dapat diterima oleh masyarakat modern sehingga sudah mulai

dikembangkan oleh beberapa negara maju. pemanfaatan dari energi matahari

sebagai sumber energi energi alternatif yang mudah didapatkan dan bebas polusi

sehingga dampak negatif terhadap lingkungan kecil sekali. Tahapan-tahapan untuk

menentukan modul yang akan digunakan dalam perencanaan suatu sistem

photovoltaic adalah pemilihan jenis modul, arus keluaran tiap modul, keluaran

harian tiap modul dan jumlah minimum modul yang diperlukan sesuai dengan

besarnya beban. Data radiasi matahari yang terukur adalah besarnya radiasi
matahari yang sampai pada permukaan datar bumi. Dengan posisi modul yang

miring, maka besarnya radiasi matahari yang sampai permukaan modul akan

berbeda dengan yang sampai pada permukaan datar bumi. Untuk itu diperlukan

adanya koreksi untuk kemiringan tertentu hingga diperoleh radiasi optomal untuk

perencanaan sistem photovoltaic (Wibawa dan Andi, 2008).

Energi surya photovoltaic dihasilkan dengan mengubah energi surya atau

matahari menggunakan sel surya yang terdiri dari rangkaian panel unsur

semikonduktor, misalnya lapisan unsur silikon yang tipis. Lempengan silikon itu

dipasang dengan posisi sejajar dalam sebuah panel yang terbuat dari alumunium

atau baja anti karat dan dilindungi oleh kaca atau plastik. Berbeda dengan energi

surya termal, sel photovoltaic bergantung pada jumlah energi cahaya yang

mencapai lapisan semikonduktor dan luas permukaan sel. Ketergantungan pada

jumlah energi matahari yang menyinari sel inilah yang merupakan kelemahan

sumber energi surya photovoltaic (Utomo, 2007).


III. METODOLOGI

A. Alat dan Bahan

1. Alat tulis

2. Kalkulator

3. Multimeter

4. Photovoltaic

5. Pyranometer

6. Radiasi matahari

7. Stopwatch

B. Prosedur Kerja

1. Menaruh pyranometer perlakuan dibawah matahari langsung.

2. Menghubungkan pyranometer dengan mulimeter.

3. Mengamati perubahan radiasi surya tiap 15 menit.

4. Mencatat hasil pengamatan.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Gambar Alat

Gambar 1. Pyranometer

Gambar 2. Photovoltaic
2. Tabel Perhitungan

Tabel 1. Pyranometer
Waktu Pengamatan Radiasi
No Cuaca
(Menit) (W/m2)

1 0 128,57 Cerah berawan


2 5 114,28 Cerah berawan
3 10 85,71 Berawan
4 15 100 Berawan
5 20 142,85 Berawan
6 25 100 Berawan
7 30 157,14 Berawan

a. Perhitungan

Rumus : 1000/7 x P (tegangan)

1) 0 menit

1000/7 x 0,9 = 128,57 W/m2

2) 5 menit

1000/7 x 0,8 = 114,28 W/m2

3) 10 menit

1000/7 x 0,6 = 85,71 W/m2

4) 15 menit

1000/7 x 0,7 = 100 W/m2

5) 20 menit

1000/7 x 1,0 = 142,85 W/m2

6) 25 menit

1000/7 x 0,7 = 100 W/m2


7) 30 menit

1000/7 x 1,1 = 157,14 W/m2

Tabel 2. Photovoltaic

Waktu
No pengamatan Arus (A) Voltage (A) Daya (P)
(menit)
1 0 0,15 28,1 4,215
2 5 0,19 27,7 5,263
3 10 0,61 29,9 18,239
4 15 1,88 28,8 54,144
5 20 0,16 25,8 4,128
6 25 0,14 27,4 3,836
7 30 0,12 28,8 3,228

b. Perhitungan

Rumus: P = V x I

1) 0 menit

P = 28,1 x 0,15 = 4,215 w/s

2) 5 menit

P = 27,7 x 0,19 = 5,263 w/s

3) 10 menit

P = 29,9 x 0,61 = 18,239 w/s

4) 15 menit

P = 28,8 x 1,88 = 54,144 w/s

5) 20 menit

P = 25,8 x 0,16 = 4,128 w/s


6) 25 menit

P = 27,4 x 0,14 = 3,836 w/s

7) 30 menit

P = 26,9 x 0,12 = 3,228 w/s

B. Pembahasan

Energi surya adalah sumber energi yang tidak akan pernah habis

ketersediaannya dan energi ini juga dapat di manfaatkan sebagai energi alternatif

yang akan di ubah menjadi energi listrik, dengan menggunakan sel surya. Sel surya

juga mampu beroperasi dengan baik di hampir seluruh belahan bumi yang tersinari

matahari tanpa menghasilkan polusi yang dapat merusak lingkungan sehingga lebih

ramah lingkungan (Dewi dan Antonov, 2013).

Energi surya adalah energi yang berupa sinar dan panas dari matahari. Energi

ini dapat dimanfaatkan dengan menggunakan serangkaian teknologi seperti

pemanas surya, photovoltaic, listrik termal surya dan fotosistesis buatan dan juga

merupakan energi yang didapat dengan mengubah energi panas surya (matahari)

melalui peralatan tertentu menjadi sumber daya dalam bentuk lain (Hamdi, 2016).

Prinsip kerja pyranometer yaitu radiasi matahari yang mengenai alat akan

terdeteksi dengan melihat perubahan suhu akan dicatat oleh termokopel yang

dihubungkan oleh multimeter digital sedangkan prinsip kerja pada photovoltaic

yaitu cahaya matahari yang berupa energi photon datang mengenai sisi permukaan

lebih besar dari energi celah yang memisahkan pita valensi dan pita konduksi, maka
elektron-elektron bergerak dari pita valensi ke pita konduksi melalui hubungan (p-

n).

Kelebihan pyranometer yaitu pada bagian sensornya. Sensor dari

pyranometer sangat sensitif terhadap radiasi. Jika sinar matahari kuat dalam

pemancarannya, maka nilai dari pyranometer kan besar pula. Selain itu,

pyranometer merupakan alat yang masih sederhana dimana bisa dengan mudah

dibaca dan ditentukan seberapa besar radiasinya. Sinyal output biasanya diperoleh

oleh akurasi tinggi multi-saluran data logger yang diprogram dengan kepekaan

masing-masing radiometer, sehingga data dapat disimpan dalam satuan W/m2.

Kelebihan yang lain, pyranometer dapat diletakkan didaerah manapun, asalkan

tidak tertutup dari sinar matahari agar kerja pyranometer lebih maksimal.

Kekurangan dari pyaranometer yaitu penempatan alat ini yang harus benar-

benar datar dan rata. Sedikit saja alat tersebut miring maka akan mempengaruhi

kinerja pyranometer. Peletakkan pyranometer dapat dinantu dengan water pass

yang terdapat pada alat tersebut. Selain itu, kerena sangat sensitif, sensor yang ada

di pyranometer tidak bisa bekerja saat hujan atau di siang hari yang gelap. Alat ini

akan mengeluarkan nilai nol.

Kelebihan photovoltaic yaitu sebagai berikut:

1. Ramah Lingkungan

Sel surya ini merupakan ciptaan yang ramah lingkungan dan tidak berdampak

buruk bagi perubahan iklim dunia, berbeda dengan kasus bahan bakar fosil, karena

sel surya ini tidak memancarkan gas rumah kaca yang berbahaya seperti

karbondioksida.
2. Memanfaatkan Energi Matahari

Energi matahari yang berlimpah sudah pasti kita rasakan setiap harinya. Bumi

ini memiliki begitu banyak penduduk yang kreatif sehingga terciptalah sel surya

yang memanfaatkan limpahan energi matahari.

3. Mudah Dipasang

Sel surya ini mudah dipasang dan juga memiliki biaya pemeliharaan yang

rendah, sebab tidak ada bagian yang bergerak. Sel surya juga tidak memberikan

kontribusi dalam hal polusi suara dan bekerja dengan cara yang cukup halus. Sudah

bayak negara yang menawarkan sel surya ini kepada beberapa pemilik rumah

dengan keuntungan yang baik ini. Harga sel surya pun terus menurun meskipun

masih terus bersaing dengan bahan bakar fosil.

Kekurangan photovoltaic yaitu sebagai berikut:

1. Harganya Relatif Mahal

Meskipun mengemat pengeluaran untuk ke depannya dan harganya yang

mengalami penurunan, masih saja sel surya ini masih relatif mahal dengan harga

panel rumah sedang saat ini sekitar Rp 200.000 hingga Rp 4.000.000/unit.

2. Masih Perlu Peningkatan

Sel surya masih memerlukan peningkatan efisiensi secara signifikan karena

banyaknya sinar matahari yang terbuang sia-sia dan berubah menjadi panas.

Efisiensi sel surya saat ini masih kurang dari 20%.


3. Over Heating

Apabila dalam pemasangan sel surya ini tidak dilakukan dengan benar, bisa-

bisa terjadi over heating atau panas yang berlebihan. Karena sel surya yang terbuat

dari bahan-bahan yang tidak ramah lingkungan.

4. Kerusakan Lingkungan

Ketika akan melakukan daur ulang sel surya yang sudah tidak terpakai,

lakukanlah dengan hati-hati. Karena jika salah dalam mengerjakannya bisa

menyebabkan kerusakan lingkungan, mengingat silikon, selenium, kadmium, dan

heksafluorida. Senyawa-senyawa tersebut merupakan gas rumah kaca dapat

ditemukan di dalam sel surya dan bisa menjadi sumber pencemaran selama proses

daur ulang berlangsung. Jadi, gunakanlah sel surya yang ramah lingkungan ini

dengan bijak supaya tidak mengubah sel surya yang tadinya bermanfaat menjadi

sesuatu yang berbahaya bagi kehidupan manusia.

Pada praktikum mengenai energi surya kali ini, kami sebagai praktikan

mendapatkan banyak pengetahuan dan ilmu mengenai energi surya. Dimana kami

dapat memahami karakteristik serta cara pemanfaatan energi surya di dalam

kehidupan sehari-hari. Selain itu, dengan mendapatkan lmu serta pengetahuan

mengenai cara pemanfaatan energi surya ini kami dapat termotivasi untuk

mengembangkan sumber energi surya yang suatu saat dapat digunakan untuk

seluruh kehidupan di masa mendatang. Lalu kami juga dapat mengetahui cara kerja

pyranometer dan photovotaic untuk pengukuran radiasi matahari.


Di Indonesia sendiri telah terdapat banyak sekali PLTS atau Pembangkit

Listrik Tenaga Surya, namun hanya beberapa yang memiliki skala besar dalam

penggunaannya. Berikut adalah beberapa PLTS terbesar yang ada di Indonesia:

1. PLTS di Kabupaten Karangasem, Bali dengan kapasitas 1 MW.

2. PLTS di Kabupaten Bangli, Bali dengan kapasitas 1 MW.

3. PLTS di Pulau Gili Trawangan (NTB) berkapasitas 600 kWp.

4. PLTS di Pulau Gili Air (NTB) dengan kapasitas 160 kWp.

5. PLTS di Pulau Gili Meno (NTB) dengan kapasitas 60 kWp.

6. PLTS di Pulau Medang, Sekotok, Moyo, Bajo Pulo, Maringkik, dan Lantung

dengan total kapasitas 900 kWp.

7. PLTS Raijua (Kabupaten Sabu Raijua, NTT) dengan kapasitas 150 kWp.

8. PLTS Nule (Kab. Alor, NTT) dengan kapasitas 250 kWp.

9. PLTS Pura (Kab. Alor, NTT) dengan kapasitas 175 kWp.

10. PLTS Solor Barat (Kab. Flores Timur, NTT) dengan kapasitas 275 kWp.

11. PLTS Morotai (Maluku Utara) dengan kapasitas 600 kWp.

12. PLTS Kelang (Maluku) dengan kapasitas 100 kWp.

13. PLTS Pulau Tiga (Maluku) dengan kapasitas 75 kWp.

14. PLTS Banda Naira (Maluku) (Maluku) dengan kapasitas 100 kWp.

15. PLTS Pulau Panjang (Maluku) dengan kapasitas 115 kWp.

16. PLTS Manawoka (Maluku) dengan kapasitas 115 kWp.

17. PLTS Tioor (Maluku) (Maluku) dengan kapasitas 100 kWp.

18. PLTS Kur (Maluku) dengan kapasitas 100 kWp.

19. PLTS Kisar (Maluku) dengan kapasitas 100 kWp.


20. PLTS Wetar (Maluku) dengan total kapasitas 100 kWp.

21. PLTS Kabaena (Sulawesi Tenggara) dengan kapasitas 200 kWp.

Inovasi yang terkait energi surya yaitu skuter bertenaga surya, dimana sel

surya ditempatkan di bagian depan motor tepatnya di atas roda depan. Sel surya ini

kemudian mengirimkan energi untuk mengisi baterai yang mereka tempatkan di

dekat roda belakang. Untuk mengisi penuh baterainya, motor cukup didiamkan di

bawah terik sinar matahari selama 3 jam. Namun jika tiada matahari, motor ini bisa

diisi ulang lewat socket listrik. Bagian depan skuter bertenaga surya ini memiliki

tiga panel surya berwarna biru yang melekat pada rangkanya. Satu panel terletak di

atas pegangan, dan dua lainnya adalah ada di sepanjang kerangka dan berjajar lurus.

Panel surya, selain catu daya utama dalam kendaraan ini, ini juga membuat gaya

sedemikian rupa untuk bertindak sebagai pemotong angin aerodinamis yang

meningkatkan nilai koefisien hambatan kendaraan. Dengan kata lain, panel surya

membantu kendaraan lebih cepat.

Praktikum kali ini sebenarnya sudah berjalan dengan cukup baik dan lancar,

hanya saja masih terjadi beberapa kendala di dalam praktikum. Salah satunya

adalah tidak tersedianya termometer bola kering dan bola basah, sehingga tidak

dapat dilakukan pengukuran pada suhu lingkungan praktikum. Lalu, ada beberapa

asisten dan praktikan yang masih banyak datang terlambat dan membuat praktikum

menjadi terhambat. Selain itu, alat yang dirasa kurang memadai, sehingga

praktikum berjalan dengan keadaan yang kurang kondusif.

Keuntungan dari teknologi berbasis energi surya ini dibanding dengan

teknologi tradisional adalah sumber energi yang berasal dari sinar atau radiasi
matahari jumlahnya tidak terbatas dan sangat mudah didapatkan dan ramah

lingkungan. Selain itu, penggunaan dari teknologi energi surya ini lebih efektif dan

efisien dibanding dengan teknologi tradisional.

Kerugian yang didapat dari teknologi energi surya ini adalah sumber energi

sangat bergantung pada cuaca, misalnya saja ketika cuaca mendung atau sedang

musim penghujan maka teknologi energi surya ini tidak dapat bekerja dengan

maksimal. Selain itu membutuhkan biaya yang cukup mahal untuk pembangunan

atau pembuatan alat yang menunjang kerja teknologi dengan energi surya.
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum mengenai energi surya ini adalah praktikan telah

mampu memahami cara penggunaan dari pyranometer, photovoltaic, dan juga

mengetahui cara pengukuran energi surya serta pemanfaatannya di dalam

kehidupan sehai-hari.

B. Saran

Pada praktikum selanjutnya diharapkan agar pada saat praktikum

berlangsung, tiap kelompok dapat bekerja dengan tertib sehingga praktikum dapat

berjalan dengan kondusif.


DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Arvita Yuana dan Antonov. 2013. “Pemanfaatan Energi Surya sebagai Suplai
Cadangan pada Laboratorium Elektro Dasar di Institut Teknologi Padang”.
Jurnal Teknik Elektro. 2/3: 21-28.
Dzulfikar, Dafi dan Wisnu. 2016. “Optimalisasi Pemanfaatan Energi Listrik Tenaga
Surya Skala Rumah Tangga”. Jurnal Fisika. 5/2: 73-76.
Gultom, Togar. 2006. “Pemanfaatan Photovoltaic sebagai Pembangkit Listrik
Tenaga Surya”. Jurnal Smartek. 4/3: 33-42.
Hamdi. 2016. Energi Terbarukan. Jakarta: Kencana.
Maysha, Ima., Bambang dan Hasbullah. 2013. “Pemanfaatan Tenaga Surya
menggunakan Rancangan Panel Surya Berbasis Transistor 2n3055 dan
Thermoelectric Cooler. Jurnal Electrans. 12/2: 89-96.
Utomo, Pristiadi. 2007. Fisika Interaktif. Jakarta: Azka Press.
Wibawa, Unggul dan Andi. 2008. “Penerapan Sistem Photovoltaik sebagai Suplai
Daya Listrik Beban Pertamanan”. Jurnal Eeccis. 2/1: 27-37.
Widayana, Gede. 2012. “Pemanfaatan Energi Surya”. Jurnal Undiksha. 9/1: 37-46.

Anda mungkin juga menyukai