Anda di halaman 1dari 15

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA

(PLTS)

I. TUJUAN
Praktikum kali ini bertujuan agar mahasiswa dapat:
 Mengetahui prinsip kerja Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).
 Menghitung daya yang dihasilkan dari sebuah seistem PLTS sederhana.
 Mengetahui pengaruh jarak antara sumber cahaya dengan surya terhadap daya yang
dihasilkan.

II. ALAT DAN BAHAN


A. Alat yang Digunakan
- Sel surya
- Lampu belajar
- Inverter (alat penyimpan energi listrik)
- Multimeter
- Kabel sambungan
B. Bahan yang Digunakan
- Cahaya lampu

III. DASAR TEORI

Energi Surya Sebagai Alternatif Masa Depan

Jika kita melihat tingkat konsumsi energi di seluruh dunia saat ini, penggunaan energi
diprediksikan akan meningkat sebesar 70 persen antara tahun 2000 sampai 2030. Sumber
energi yang berasal dari fosil, yang saat ini menyumbang 87,7 persen dari total kebutuhan
energi dunia diperkirakan akan mengalami penurunan disebabkan tidak lagi ditemukannya
sumber cadangan baru.

Cadangan sumber energi yang berasal dari fosil diseluruh dunia diperkirakan hanya
sampai 40 tahun untuk minyak bumi, 60 tahun untuk gas alam, dan 200 tahun untuk batu
bara. Kondisi keterbatasan sumber energi di tengah semakin meningkatnya kebutuhan energi
dunia dari tahun ketahun (pertumbuhan konsumsi energi tahun 2004 saja sebesar 4,3 persen),
serta tuntutan untuk melindungi bumi dari pemanasan global dan polusi lingkungan membuat
tuntutan untuk segera mewujudkan teknologi baru bagi sumber energi yang terbaharukan.

Di antara sumber energi terbaharukan yang saat ini banyak dikembangkan [seperti
turbin angin, tenaga air (hydro power), energi gelombang air laut, tenaga surya, tenaga panas
bumi, tenaga hidrogen, dan bio-energi], tenaga surya atau solar sel merupakan salah satu
sumber yang cukup menjanjikan.

Energi yang dikeluarkan oleh sinar matahari sebenarnya hanya diterima oleh
permukaan bumi sebesar 69 persen dari total energi pancaran matahari. Suplai energi surya
dari sinar matahari yang diterima oleh permukaan bumi sangat luar biasa besarnya yaitu
mencapai 3 x 1024 joule pertahun, energi ini setara dengan 2 x 1017 Watt.

Jumlah energi sebesar itu setara dengan 10.000 kali konsumsi energi di seluruh dunia
saat ini. Dengan kata lain, dengan menutup 0,1 persen saja permukaan bumi dengan divais
solar sel yang memiliki efisiensi 10 persen sudah mampu untuk menutupi kebutuhan energi
di seluruh dunia saat ini.

Pemanfaatan Energi Surya

Karena sel surya sanggup menyediakan energi listrik bersih tanpa polusi, mudah
dipindah, dekat dengan pusat beban sehingga penyaluran energi sangat sederhana serta
sebagai negara tropis, Indonesia mempunyai karakteristik cahaya matahari yang baik
(intensitas cahaya tidak fluktuatif) dibanding tenaga angin seperti di negara-negara 4 musim,
utamanya lagi sel surya relatif efisien, tidak ada pemeliharaan yang spesifik dan bisa
mencapai umur yang panjang serta mempunyai keandalan yang tinggi.

Untuk memanfaatkan potensi energi surya tersebut, ada 2 (dua) macam teknologi
yang sudah diterapkan, yaitu:

• Teknologi energi surya fotovoltaik, energi surya fotovoltaik digunakan untuk memenuhi
kebutuhan listrik, pompa air, televisi, telekomunikasi, dan lemari pendingin di Puskesmas
dengan kapasitas total ± 6 MW.

• Teknologi energi surya termal, energi surya termal pada umumnya digunakan untuk
memasak (kompor surya), mengeringkan hasil pertanian (perkebunan, perikanan, kehutanan,
tanaman pangan) dan memanaskan air.(dunia listrik.blogspot.2008)

Gambar 1 Desain solar sistem pada lokasi parkir


Teknologi Energi Surya Fotovoltaik

Salah satu cara penyediaan energi listrik alternatif yang siap untuk diterapkan secara
masal pada saat ini adalah menggunakan suatu sistem teknologi yang diperkenalkan
sebagai Sistem Energi Surya Fotovoltaik (SESF) atau secara umum dikenal sebagai
Pembangkit Listrik Tenaga Surya Fotovoltaik (PLTS Fotovoltaik). Sebutan SESF merupakan
istilah yang telah dibakukan oleh pemerintah yang digunakan untuk mengidentifikasikan
suatu sistem pembangkit energi yang memanfaatkan energi matahari dan menggunakan
teknologi fotovoltaik. Dibandingkan energi listrik konvensional pada umumnya, SESF
terkesan rumit, mahal dan sulit dioperasikan. Namun dari pengalaman lebih dari 15 tahun
operasional di beberapa kawasan di Indonesia, SESF merupakan suatu sistem yang mudah
didalam pengoperasiannya, handal, serta memerlukan biaya pemeliharaan dan operasi yang
rendah menjadikan SESF mampu bersaing dengan teknologi konvensional pada sebagian
besar kondisi wilayah Indonesia yang terdiri atas pulau – pulau kecil yang tidak terjangkau
oleh jaringan PLN dan tergolong sebagai kawasan terpencil.

Selain itu SESF merupakan suatu teknologi yang bersih dan tidak mencemari
lingkungan. Beberapa kondisi yang sesuai untuk penggunaan SESF antara lain pada
pemukiman desa terpencil, lokasi transmigrasi, perkebunan, nelayan dan lain sebagainya,
baik untuk penerangan rumah maupun untuk fasilitas umum. Akan tetapi sesuai dengan
perkembangan jaman, pada saat ini di negara-negara maju penerapan SESF telah banyak
digunakan untuk suplai energi listrik di gedung-gedung dan perumahan di kota-kota besar.

Pada umumnya modul fotovoltaik dipasarkan dengan kapasitas 50 Watt-peak (Wp)


dan kelipatannya. Unit satuan Watt-peak adalah satuan daya (Watt) yang dapat dibangkitkan
oleh modul fotovoltaik dalam keadaan standar uji (Standard Test Condition – STC). Efisiensi
pembangkitan energi listrik yang dihasilkan modul fotovoltaik pada skala komersial saat ini
adalah sekitar 14 – 15 %.

A. Sel Surya dan Komponen Utamanya

Sel surya atau juga sering disebut fotovoltaik adalah peralatan yang mampu
mengkonversi langsung cahaya matahari menjadi listrik. Sel surya bisa disebut sebagai
pemeran utama untuk memaksimalkan potensi sangat besar energi cahaya matahari yang
sampai kebumi, walaupun selain dipergunakan untuk menghasilkan listrik, energi dari
matahari juga bisa dimaksimalkan energi panasnya melalui sistem solar thermal. Sel surya
dapat dianalogikan sebagai device dengan dua terminal atau sambungan, dimana saat kondisi
gelap atau tidak cukup cahaya berfungsi seperti dioda, dan saat disinari dengan cahaya
matahari dapat menghasilkan tegangan. Ketika disinari, umumnya satu sel surya komersial
menghasilkan tegangan dc sebesar 0,5 sampai 1 volt, dan arus short-circuit dalam
skala milliampere per cm2. Besar tegangan dan arus ini tidak cukup untuk berbagai aplikasi,
sehingga umumnya sejumlah sel surya disusun secara seri membentuk modul surya. Satu
modul surya biasanya terdiri dari 28-36 sel surya, dan total menghasilkan tegangan dc sebesar
12 V dalam kondisi penyinaran standar (Air Mass 1.5). Modul surya tersebut bisa
digabungkan secara paralel atau seri untuk memperbesar total tegangan dan arus outputnya
sesuai dengan daya yang dibutuhkan untuk aplikasi tertentu.

Gambar 2. Modul surya biasanya terdiri dari 28-36 sel surya yang dirangkai seri untuk
memperbesar total daya output. (Gambar :”The Physics of Solar Cell”, Jenny Nelson)

B. Struktur Sel Surya

Sesuai dengan perkembangan sains & teknologi, jenis-jenis teknologi sel surya pun
berkembang dengan berbagai inovasi. Ada yang disebut sel surya generasi satu, dua, tiga dan
empat, dengan struktur atau bagian-bagian penyusun sel yang berbeda pula (Jenis-jenis
teknologi surya akan dibahas di tulisan “Sel Surya : Jenis-jenis teknologi”). Dalam tulisan ini
akan dibahas struktur dan cara kerja dari sel surya yang umum berada dipasaran saat ini yaitu
sel surya berbasis material silikon yang juga secara umum mencakup struktur dan cara kerja
sel surya generasi pertama (sel surya silikon) dan kedua (thin film/lapisan tipis).

Gambar 3. Struktur dari sel surya komersial yang menggunakan material silikon sebagai
semikonduktor. (Gambar:HowStuffWorks)

Gambar diatas menunjukan ilustrasi sel surya dan juga bagian-bagiannya. Secara umum
terdiri dari :
1. Substrat/Metal backing
Substrat adalah material yang menopang seluruh komponen sel surya. Material
substrat juga harus mempunyai konduktifitas listrik yang baik karena juga berfungsi
sebagai kontak terminal positif sel surya, sehinga umumnya digunakan material metal atau
logam seperti aluminium atau molybdenum. Untuk sel surya dye-sensitized (DSSC) dan
sel surya organik, substrat juga berfungsi sebagai tempat masuknya cahaya sehingga
material yang digunakan yaitu material yang konduktif tapi juga transparan sepertii ndium
tin oxide (ITO) dan flourine doped tin oxide (FTO).

2. Material semikonduktor
Material semikonduktor merupakan bagian inti dari sel surya yang biasanya
mempunyai tebal sampai beberapa ratus mikrometer untuk sel surya generasi pertama
(silikon), dan 1-3 mikrometer untuk sel surya lapisan tipis. Material semikonduktor inilah
yang berfungsi menyerap cahaya dari sinar matahari. Untuk kasus gambar diatas,
semikonduktor yang digunakan adalah material silikon, yang umum diaplikasikan di
industri elektronik. Sedangkan untuk sel surya lapisan tipis, material semikonduktor yang
umum digunakan dan telah masuk pasaran yaitu contohnya material
Cu(In,Ga)(S,Se)2 (CIGS), CdTe (kadmium telluride), dan amorphous silikon, disamping
material-material semikonduktor potensial lain yang dalam sedang dalam penelitian
intensif seperti Cu2ZnSn(S,Se)4 (CZTS) dan Cu2O (copper oxide).
Bagian semikonduktor tersebut terdiri dari junction atau gabungan dari dua material
semikonduktor yaitu semikonduktor tipe-p (material-material yang disebutkan diatas)
dan tipe-n (silikon tipe-n, CdS,dll) yang membentuk p-n junction. P-n junction ini
menjadi kunci dari prinsip kerja sel surya. Pengertian semikonduktor tipe-p, tipe-n, dan
juga prinsip p-n junction dan sel surya akan dibahas dibagian “cara kerja sel surya”.

3. Kontak metal / contact grid


Selain substrat sebagai kontak positif, diatas sebagian material semikonduktor
biasanya dilapiskan material metal atau material konduktif transparan sebagai kontak
negatif.

4. Lapisan antireflektif
Refleksi cahaya harus diminimalisir agar mengoptimalkan cahaya yang terserap oleh
semikonduktor. Oleh karena itu biasanya sel surya dilapisi oleh lapisan anti-refleksi.
Material anti-refleksi ini adalah lapisan tipis material dengan besar indeks refraktif optik
antara semikonduktor dan udara yang menyebabkan cahaya dibelokkan ke arah
semikonduktor sehingga meminimumkan cahaya yang dipantulkan kembali.

5. Enkapsulasi / cover glass


Bagian ini berfungsi sebagai enkapsulasi untuk melindungi modul surya dari hujan
atau kotoran.
C. Cara Kerja Sel Surya

Sel surya konvensional bekerja menggunakan prinsip p-n junction, yaitu junction
antara semikonduktor tipe-p dan tipe-n. Semikonduktor ini terdiri dari ikatan-ikatan atom
yang dimana terdapat elektron sebagai penyusun dasar. Semikonduktor tipe-n mempunyai
kelebihan elektron (muatan negatif) sedangkan semikonduktor tipe-p mempunyai kelebihan
hole (muatan positif) dalam struktur atomnya. Kondisi kelebihan elektron dan hole tersebut
bisa terjadi dengan mendoping material dengan atom dopant. Sebagai contoh untuk
mendapatkan material silikon tipe-p, silikon didoping oleh atom boron, sedangkan untuk
mendapatkan material silikon tipe-n, silikon didoping oleh atom fosfor. Ilustrasi dibawah
menggambarkan junction semikonduktor tipe-p dan tipe-n.

Gambar 4. Junction antara semikonduktor tipe-p (kelebihan hole) dan tipe-n (kelebihan
elektron). (Gambar : eere.energy.gov)

Peran dari p-n junction ini adalah untuk membentuk medan listrik sehingga elektron
(dan hole) bisa diekstrak oleh material kontak untuk menghasilkan listrik. Ketika
semikonduktor tipe-p dan tipe-n terkontak, maka kelebihan elektron akan bergerak dari
semikonduktor tipe-n ke tipe-p sehingga membentuk kutub positif pada semikonduktor tipe-
n, dan sebaliknya kutub negatif pada semikonduktor tipe-p. Akibat dari aliran elektron dan
hole ini maka terbentuk medan listrik yang mana ketika cahaya matahari mengenai susuna p-
n junction ini maka akan mendorong elektron bergerak dari semikonduktor menuju kontak
negatif, yang selanjutnya dimanfaatkan sebagai listrik, dan sebaliknya hole bergerak menuju
kontak positif menunggu elektron datang, seperti diilustrasikan pada gambar dibawah.
Gambar 5. Ilustrasi cara kerja sel surya dengan prinsip p-n junction. (Gambar : sun-
nrg.org)

D. Konsep Kerja Sistem PLTS

Pembangkit listrik tenaga surya itu konsepnya sederhana. Yaitu mengubah cahaya
matahari menjadi energi listrik. Cahaya matahari merupakan salah satu bentuk energi dari
sumber daya alam. Sumber daya alam matahari ini sudah banyak digunakan untuk memasok
daya listrik di satelit komunikasi melalui sel surya. Sel surya ini dapat menghasilkan energi
listrik dalam jumlah yang tidak terbatas langsung diambil dari matahari, tanpa ada bagian
yang berputar dan tidak memerlukan bahan bakar. Sehingga sistem sel surya sering dikatakan
bersih dan ramah lingkungan. Badingkan dengan sebuah generator listrik, ada bagian yang
berputar dan memerlukan bahan bakar untuk dapat menghasilkan listrik. Suaranya bising.
Selain itu gas buang yang dihasilkan dapat menimbulkan efek gas rumah kaca (green house
gas) yang pengaruhnya dapat merusak ekosistem planet bumi kita. Sistem sel surya yang
digunakan di permukaan bumi terdiri dari panel sel surya, rangkaian kontroler pengisian
(charge controller), dan aki (batere) 12 volt yang maintenance free.

Seperti yang telah dijelaskan diatas, panel sel surya merupakan modul yang terdiri
beberapa sel surya yang digabung dalam hubungkan seri dan paralel tergantung ukuran dan
kapasitas yang diperlukan. Yang sering digunakan adalah modul sel surya 20 watt atau 30
watt. Modul sel surya itu menghasilkan energi listrik yang proporsional dengan luas
permukaan panel yang terkena sinar matahari. Rangkaian kontroler pengisian aki dalam
sistemsel surya itu merupakan rangkaian elektronik yang mengatur proses pengisian akinya.
Kontroler ini dapat mengatur tegangan aki dalam selang tegangan 12 volt plus minus 10
persen. Bila tegangan turun sampai 10,8 volt, maka kontroler akan mengisi aki dengan
panelsurya sebagai sumber dayanya. Tentu saja proses pengisian itu akan terjadi bila
berlangsung pada saat ada cahaya matahari. Jika penurunan tegangan itu terjadi pada malam
hari, maka kontroler akan memutus pemasokan energi listrik. Setelah proses pengisian itu
berlangsung selama beberapa jam, tegangan aki itu akan naik.

Bila tegangan aki itu mencapai 13,2 volt, maka kontroler akan
menghentikan proses pengisian aki itu. Rangkaian kontroler pengisian itu sebenarnya mudah
untuk dirakit sendiri. Tapi, biasanya rangkaian kontroler ini sudah tersedia dalam keadaan
jadi di pasaran. Memang harga kontroler itu cukup mahal kalau dibeli sebagai unit tersendiri.
Kebanyakan sistem sel surya itu hanya dijual dalam bentuk paket lengkap yang siap pakai.

Jadi, sistem sel surya dalam bentuk paket lengkap itu jelas lebih murah dibandingkan
dengan bila merakit sendiri. Biasanya panel surya itu letakkan dengan posisi statis
menghadap matahari. Padahal bumi itu bergerak mengelilingi matahari. Orbit yang ditempuh
bumi berbentuk elip dengan matahari berada di salah satu titik fokusnya. Karena matahari
bergerak membentuk sudut selalu berubah, maka dengan posisi panel surya itu yang statis itu
tidak akan diperoleh energi listrik yang optimal. Agar dapat terserap secara maksimum, maka
sinar matahari itu harus diusahakan selalu jatuh tegak lurus pada permukaan panel surya.
Jadi, untuk mendapatkan energi listrik yang optimal, sistem sel surya itu masih harus
dilengkapi pula dengan rangkaian kontroler optional untuk mengatur arah permukaan panel
surya agar selalu menghadap matahari sedemikian rupa sehingga sinar mahatari jatuh hampir
tegak lurus pada panel suryanya. Kontroler seperti ini dapat dibangun, misalnya, dengan
menggunakan mikrokontroler 8031. Kontroler ini tidak sederhana, karena terdiri dari bagian
perangkat keras dan bagian perangkat lunak. Biasanya, paket sistem sel surya yang lengkap
belum termasuk kontroler untuk menggerakkan panel surya secara otomatis supaya sinar
matahari jatuh tegak lurus.

Komponen utama sistem surya fotovoltaik adalah modul yang merupakan unit rakitan
beberapa sel surya fotovoltaik. Untuk membuat modul fotovoltaik secara pabrikasi bisa
menggunakan teknologi kristal dan thin film. Modul fotovoltaik kristal dapat dibuat dengan
teknologi yang relatif sederhana, sedangkan untuk membuat sel fotovoltaik diperlukan
teknologi tinggi.

Modul fotovoltaik tersusun dari beberapa sel fotovoltaik yang dihubungkan secara
seri dan paralel. Biaya yang dikeluarkan untuk membuat modul sel surya yaitu sebesar 60%
dari biaya total. Jadi, jika modul sel surya itu bisa diproduksi di dalam negeri berarti akan
bisa menghemat biaya pembangunan PLTS. Untuk itulah, modul pembuatan sel surya di
Indonesia tahap pertama adalah membuat bingkai (frame), kemudian membuat laminasi
dengan sel-sel yang masih diimpor. Jika permintaan pasar banyak maka pembuatan sel
dilakukan di dalam negeri. Hal ini karena teknologi pembuatan sel surya dengan bahan
silikon single dan poly cristal secara teoritis sudah dikuasai. Dalam bidang fotovoltaik yang
digunakan pada PLTS, Indonesia ternyata telah melewati tahapan penelitian dan
pengembangan dan sekarang menuju tahapan pelaksanaan dan instalasi

Teknologi ini cukup canggih dan keuntungannya adalah harganya murah, bersih,
mudah dipasang dan dioperasikan dan mudah dirawat. Sedangkan kendala utama yang
dihadapi dalam pengembangan energi surya fotovoltaik adalah investasi awal yang besar dan
harga per kWh listrik yang dibangkitkan relatif tinggi, karena memerlukan subsistem yang
terdiri atas baterai, unit pengatur dan inverter sesuai dengan kebutuhannya.

Bahan sel surya sendiri terdiri kaca pelindung dan material adhesive transparan yang
melindungi bahan sel surya dari keadaan lingkungan, material anti-refleksi untuk menyerap
lebih banyak cahaya dan mengurangi jumlah cahaya yang dipantulkan, semikonduktor P-type
dan N-type (terbuat dari campuran Silikon) untuk menghasilkan medan listrik, saluran awal
dan saluran akhir (tebuat dari logam tipis) untuk mengirim elektron ke perabot listrik. Cara
kerja sel surya sendiri sebenarnya identik dengan piranti semikonduktor dioda. Ketika cahaya
bersentuhan dengan sel surya dan diserap oleh bahan semi-konduktor, terjadi pelepasan
elektron. Apabila elektron tersebut bisa menempuh perjalanan menuju bahan semi-konduktor
pada lapisan yang berbeda, terjadi perubahan sigma gaya-gaya pada bahan. Gaya tolakan
antar bahan semi-konduktor, menyebabkan aliran medan listrik. Dan menyebabkan elektron
dapat disalurkan ke saluran awal dan akhir untuk digunakan pada perabot listrik.

E. Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya

Karena pembangkit listrik tenaga surya sangat tergantung kepada sinar matahari, maka
perencanaan yang baik sangat diperlukan. Perencanaan terdiri dari:

 Jumlah daya yang dibutuhkan dalam pemakaian sehari-hari (Watt).


 Berapa besar arus yang dihasilkan solar cells panel (dalam Ampere hour), dalam hal
ini memperhitungkan berapa jumlah panel surya yang harus dipasang.
 Berapa unit baterai yang diperlukan untuk kapasitas yang diinginkan dan
pertimbangan penggunaan tanpa sinar matahari. (Ampere hour).

Dalam nilai ke-ekonomian, pembangkit listrik tenaga surya memiliki nilai yang lebih
tinggi, dimana listrik dari PT. PLN tidak dimungkinkan, ataupun instalasi generator listrik
bensin ataupun solar. Misalnya daerah terpencil: pertambangan, perkebunan, perikanan, desa
terpencil, dll. Dari segi jangka panjang, nilai ke-ekonomian juga tinggi, karena dengan
perencanaan yang baik, pembangkit listrik tenaga surya dengan panel surya memiliki daya
tahan 20 – 25 tahun. Baterai dan beberapa komponen lainnya dengan daya tahan 3 – 5 tahun.

Gambar 6. Diagram Rancang Bangun PLTS Sederhana

Dari diagram pembangkit listrik tenaga surya diatas: beberapa solar panel di paralel
untuk menghasilkan arus yang lebih besar. Combiner pada gambar diatas menghubungkan
kaki positif panel surya satu dengan panel surya lainnya. Kaki/ kutub negatif panel satu dan
lainnya juga dihubungkan. Ujung kaki positif panel surya dihubungkan ke kaki positif charge
controller, dan kaki negatif panel surya dihubungkan ke kaki negatif charge controller.
Tegangan panel surya yang dihasilkan akan digunakan oleh charge controller untuk
mengisi baterai. Untuk menghidupkan beban perangkat AC (alternating current) seperti
Televisi, Radio, komputer, dll, arus baterai disupply oleh inverter.

Instalasi pembangkit listrik dengan tenaga surya membutuhkan perencanaan mengenai


kebutuhan daya:

 Jumlah pemakaian
 Jumlah solar panel
 Jumlah baterai

F. Contoh Perhitungan Sederhana Pembangkit Listrik Tenaga Surya

Perhitungan keperluan daya adalah sebagai berikut :

Langkah Pertama : Menentukan jumlah total beban di rumah yang akan menggunakan
tenaga dari solar panel.

Dari tagihan listrik, bisa dilihat tingkat konsumsinya dalam bentuk kWh (kilowatt per
jam) setiap bulan. Sehingga dari situ kita bisa identifikasikan berapa kWh yang dibutuhkan
tiap hari, misalnya 200 watt.

Langkah Kedua : Menentukan lama beban yang totalnya 200 watt tersebut akan dihidupkan
dengan menggunakan sistem solar panel.

Boleh diasumsikan misalnya 12 jam. Jika 12 jam, berarti total konsumsi daya beban
dalam sehari adalah 12 x 200 kWh = 2.400 watt.

Tentunya lebih diuntungkan jika beban yang menggunakan solar panel dinyalakan
pada malam hari. Dengan begini, penggunaan baterai relatif tidak berat dan dimungkinkan
jumlah baterai dapat pula dikurangi jumlahnya, karena listrik yang disupply tidak hanya oleh
baterai tetapi sinar matahari masih turut memberikan supply.

Mari kita ambil contoh penggunaan sistem solar panel adalah pada pukul 18.00 s/d
06.00 (12 jam).

Langkah Ketiga : Menghitung berapa besar dan jumlah baterai yang dibutuhkan untuk
mensupply beban sejumlah total 2.400 watt:

Jumlah total 2.400 watt perlu ditambahkan sekitar 20% yang adalah listrik yang
digunakan oleh perangkat selain panel surya, yakni inverter sebagai pengubah arus DC
(searah) menjadi AC (bolak – balik) (karena pada umumnya peralatan rumah tangga
menggunakan arus AC), dan controller (sebagai pengatur arus) yakni menutup arus ke baterai
jika tegangan sudah berlebih di baterai dan memberhentikan pengambilan arus dari baterai
jika baterai sudah hampir kosong.

Sehingga jika ditambahkan 20%, maka total daya yang dibutuhkan adalah 2.400 x
(2.400 x 20%) = 2.880 watt.

Dari 2.880 watt tersebut, jika dibagi 12 V ( tegangan umum yang dimiliki baterai)
maka kuat arus yang dibutuhkan adalah 240 Ampere. Maka, jika kita menggunakan baterai
yang sebesar 65 Ah 12 V, maka kita membutuhkan 4 baterai (65 x 12 x 4 = 3.120 watt).

Dengan mendapatkan 3.120 watt ini, akan didapatkan jumlah panel yang dibutuhkan,
termasuk besarannya yakni sebagai berikut. Jika menggunakan ukuran panel yang 100 wp
(watt peak), maka dalam sehari panel ini kurang lebih menghasilkan supply sebesar 100wp x
5 (jam) = 500 watt.

Adapun 5 jam didapat dari efektivitas rata-rata waktu sinar matahari bersinar di
negara tropis seperti Indonesia, dan 5 jam ini sudah menjadi semacam perhitungan rumus
baku efektivitas sinar matahari yang diserap oleh panel surya. Maka jika 1 panel yang 100 wp
mampu memberikan listrik sejumlah 500 watt, didapatkan total panel yang dibutuhkan adalah
sejumlah 3.120 watt / 500 watt = 7 panel (baiknya kita lebihkan).

Kesimpulan : Telah berhasil didapatkan kombinasi antara jumlah panel surya dan baterai
untuk mensupply listrik sejumlah total 3.120 watt yang dinyalakan selama 12 jam sehari
dimana beban yang menggunakannya dinyalakan pada malam hari antara pukul 18.00 s/d
06.00 yakni : 7 PANEL SURYA YANG 100 WP DAN 4 BUAH BATERAI 65Ah 12 V.

Mengenai harga, 1 buah panel surya dengan daya 100 wp adalah sebesar Rp.2.100.000,
sehingga total uang yang harus dikeluarkan untuk pembelian panel surya adalah
Rp.14.700.000,-
IV. LANGKAH KERJA
1. Menghidupkan lampu sebagai sumber panas dan cahaya dengan menyambung arus
listrik.
2. Menempatkan modul dengan derajat kemiringan yang telah ditentukan.
3. Meletakkan modul di bawah cahaya lampu dengan jarak 14 cm.
4. Menyambung modul dan inverter dengan menghubungkan kabel kutub positif dan
negatif. (Mencatat waktu dan tegangan setiap jarum indikator daya berada pada
daerah merah, kuning, dan hijau).
5. Jika telah mencapai hijau pada inverter, putuskan sambungan modul dan inverter.
Kemudian sambungkan inverter pada kincir dengan kabel positif dan negatif dan
mencatat berapa arus yang keluar.
6. Mengulangi langkah 1-5 dengan jarak antara cahaya lampu dengan sl surya yang
berbeda yaitu 3 cm.
V. DATA PENGAMATAN

Indikator Jarak Arus (Volt) Tegangan (Ampere) Waktu


Merah 4,5 0,9 32 menit, 6 detik
Kuning 14 cm 4,7 1,2 59 menit, 9 detik
Hijau - - -
Merah 4,8 0,9 16 menit, 40 detik
Kuning 3 cm 5,5 1,1 38 menit, 26 detik
Hijau - - -

VI. PERHITUNGAN

Daya yang Dihasilkan untuk Mencapai:


a. Indikator Kuning dengan jarak 14 cm
P =IxV
= 4,5 Volt x 0,9 Ampere
= 4,05 Watt

b. Indikator Merah dengan jarak 14 cm


P =IxV
= 4,7 Volt x 1,2 Ampere
= 5,64 Watt

c. Indikator Kuning dengan jarak 3 cm


P =IxV
= 4,8 Volt x 0,9 Ampere
= 4,32 Watt

d. Indikator Merah dengan jarak 3 cm


P =IxV
= 5,5 Volt x 1,1 Ampere
= 6,05 Watt
VII. ANALISA DATA
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui pengaruh jarak antara sumber
cahaya dengan sel surya terhadap daya yang dihasilkan. Dalam percobaan kali ini daya
yang dihasilkan digunakan untuk mengisi daya alat penyimpan energi listrik (batere).
Sel surya adalah teknologi mengubah cahaya matahari menjadi energi listrik dengan
menggunakan photovoltage. Secara umum, cara penggunaan energi matahari ini dibagi
dua, yaitu aktif dan pasif.
Sel surya atau sel photovoltaic, adalah sebuah alat semikonduktor yang terdiri dari
sebuah wilayah-besar diode p-n junction, di mana, dalam hadirnya cahaya matahari
mampu menciptakan energi listrik yang berguna. Pengubahan ini disebut efek
photovoltaic. Bidang riset berhubungan dengan sel surya dikenal sebagai photofoltaik.
Sel surya memiliki banyak aplikasi. Mereka terutama cocok untuk digunakan bila tenaga
listrik dari grid tidak tersedia, seperti di wilayah terpencil, satelit pengorbit bumi,
kalkulator genggam, pompa air, dll. Sel surya (dalam bentuk modul atau panel surya)
dapat dipasang di atap gedung di mana mereka berhubungan dengan inverter ke grid
listrik dalam sebuah pengaturan net metering.
Bahan sel surya terdiri dari pelindung dan material adhesive transparan yang
melindungi bahan sel surya dari keadaan lingkungan. Cara kerja sel surya sendiri
sebenarnya identik dengan prinsip kerja semikonduktor dioda. Ketika cahaya
bersentuhan dengan sel surya dan diserap oleh bahan semikonduktor, terjadi pelepasan
elektron. Apabila elektron tersebut melewati lapisan semikonduktor yang berbeda,
terjadi perubahan sigma gaya-gaya pada bahan.
Gaya tolak antar bahan semikonduktor dapat menyebabkan aliran medan listrik,
serta menyebabkan elektron dapat disalurkan ke saluran awal dan akhir untuk digunakan
pada alat-alat listrik. Bahan dan cara kerja yang aman terhadap lingkungan menjadi sel
surya salah satu energi alternatif masa depan.
Semikonduktor adalah sebuah bahan dengan konduktivitas listrik yang berada di
antara insulator dan konduktor. Semikonduktor disebut juga sebagai bahan setengah
penghantar listrik. Sebuah semikonduktor bersifat sebagai insulator pada temperatur
yang sangat rendah, namun pada temperatur ruangan besifat sebagai konduktor. Bahan
semikonduksi yang sering digunakan adalah silikon, germanium, dan gallium arsenide
Semikonduktor sangat berguna dalam bidang elektronik, karena konduktansinya yang
dapat diubah-ubah dengan menyuntikkan materi lain (biasa disebut pendonor elektron).
Semikonduktor jenis n merupakan semikonduktor yang memiliki kelebihan elektron,
sehingga kelebihan muatan negatif, (n = negatif). Sedangkan semikonduktor jenis p
memiliki kelebihan hole, sehingga disebut dengan p ( p = positif) karena kelebihan
muatan positif. Caranya, dengan menambahkan unsur lain ke dalam semkonduktor, maka
kita dapat mengontrol jenis semikonduktor tersebut.
Pada percobaan ini, pertama sel surya dihubungkan dengan amperemeter, kutub
negatif pada voltmeter dihubungkan dengan tahanan, kemudian kutub positif dari sel
surya dihubungkan dengan amperemeter dan kutub negatifnya pada voltmeter. Dan
lampu dihidupkan, lalu menentukan nilai tegangan dan arus dengan menggunakan
multimeter. Lampu halogen yang digunakan fungsinya untuk daya input sel surya,
dimana cahaya yang dihasilkan hampir sama dengan cahaya matahari.
Pada percobaan pertama jarak antara lampu dengan sel surya adalah 14 cm, waktu
yang dibtutuhkan untuk mengisi daya batere sampai mencapai indikator kuning adalah
59 menit 9 detik, sedangkan pada percobaan kedua jarak yang digunakan adalah 3 cm
waktu yang dibtutuhkan untuk mengisi daya batere sampai mencapai indikator kuning
adalah 38 menit 26 detik. Dari data di atas dapat dianalisa bahwa jarak antara sumber
cahaya dengan sel surya dapat berpengaruh dalam pengisian daya baterai. Semakin dekat
jaraknya maka akan semakin cepat pula daya baterai akan terisi. Hal ini dikarenakan
daya yang dihasilkan juga semakin besar.

VIII. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Energi matahari dapat di konversi menjadi energi listrik dengan menggunakan sel
surya.
2. Semakin dekat jarak antara sumber cahaya dengan sel surya maka waktu yang
diperlukan untuk mengisi daya baterai akan semakin cepat.
3. Semakin dekat jarak antara sumber cahaya dengan sel surya maka daya yang
dihasilkan akan semakin besar.

Anda mungkin juga menyukai