Anda di halaman 1dari 32

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Energi Terbarukan


Energi terbarukan adalah energi yang dihasilkan dari sumber alami seperti
matahari, angin dan air. Sumber energi terbarukan adalah sumber energi yang
ramah lingkungan sehingga tidak memberikan konstribusi terhadap
perubahann iklim dan pemanasan global (N Nurdiana, 2021).

2.2 Energi Matahari


Matahari mempunyai fungsi dan manfaat yang sangat penting bagi bumi.
Energi pancaran matahari telah membuat bumi tetap hangat bagi kehidupan,
mambuat udara dibumi bersirkulasi dan banyak hal lainnya. Matahari juga
merupakan sumber energi (sinar panas) terbesar di bumi (Arham, et al., 2022).
Energi yang terkandung dalam batu bara dan minyak bumi sebenarnya juga
berasal dari matahari. Matahari mengontrol stabilitas peredaran bumi yang juga
berarti mengontrol terjadinya siang dan malam, serta mengontrol pelanet-
pelanet lainnya, karena berkat adanya sinar matahari dunia ini menjadi hidup
karena sinar matahari memberikan energi pada semua mahluk di bumi. Panas
matahari bisa digunakan untuk mengeringkan cucian, mengeringkan hasil
bumi, pertanian dan lain-lain (Arham, et al., 2022). Energi matahari sangat
atraktif karena tidak bersifat polutif, tidak akan habis dan gratis.

2.3 Photovoltaic (PV)


Fotovoltaik adalah alat yang dapat menkonversi langsung sinar matahari
menjadi energi listrik. Menurut bahasa, kata fotovoltaik berasal dari bahasa
Yunani fhotos yang berarti cahaya dan volta merupakan nama ahli fisika dari
Italia yang merupakan tegangan listrik. Efek photovoltaik pertama kali berhasil
diidentifikasi oleh seorang ahli fisika berkebangsaan Prancis Alexandre Edmon
Becquerel pada tahun 1839. Baru pada tahun 1876, Willian Grylls Adams
bersama muridnya, Richard Evans Day menemukan bahwa material padat
selenium dapat menghasilkan listrik ketika terkena paparan sinar, dengan kata
lain, arti photovoltaik yaitu proses konversi cahaya matahari secara langsung
untuk diubah menjadi listrik (Buwarda, 2019). Photovoltaik biasa disingkat

5
Politeknik Negeri Jakarta
6

dengan PV (Buwarda, 2019), nama lain untuk sel photovoltaik adalah solar
cell, solar panel, solar array, dan photovoltaik panel. Solar array adalah
kelompok dari solar panel, dan solar panel adalah kelompok dari solar cel.

Sel surya, atau Photovoltaic adalah perangkat semikonduktor yang terdiri


dari dioda broadband di persimpangan p-n yang dapat menghasilkan energi
listrik yang berguna di bawah sinar matahari. Perubahan bentuk energi ini
disebut efek fotovoltaik. Gambar 3.5

Persimpangan PN adalah semikonduktor tipe P dan N berlapis yang diperoleh


dengan paduan silikon murni. Semikonduktor tipe-p menghasilkan lebih
banyak lubang (pembawa muatan positif) daripada elektron, sehingga lubang
adalah pembawa muatan mayoritas sedangkan elektron adalah pembawa
muatan minoritas. Dan sebaliknya dengan semikonduktor.

Gambar 3. 1 Diagram Blok Cara Kerja Photovoltaic

Ketika kedua bahan ditempatkan berdampingan di panel surya, silikon tipe-


n menyerap elektron yang melompat untuk mengisi kekosongan di silikon tipe-
p. Ini berarti silikon tipe-n bermuatan positif dan silikon tipe-p bermuatan
negatif, menciptakan medan listrik melalui sel. Karena silikon adalah
semikonduktor, ia dapat bertindak sebagai isolator dan mempertahankan
ketidakseimbangan ini. Ketika foton yang mengenai elektron meninggalkan
atom silikon, medan tersebut melemparkannya ke trans terarah. Menyediakan
daya untuk kalkulator, satelit, dll. Pada prinsip pengoperasian PLTS, lensa dan
cermin digunakan untuk mengkonsentrasikan energi matahari yang
dihubungkan dengan sistem tracking. Tujuannya adalah memusatkan energi

Politeknik Negeri Jakarta


7

matahari menjadi satu langkah sehingga menggerakkan panas atau mesin


panas.

Perbedaan antara listrik surya dan energi surya terkonsentrasi terletak pada
mode operasinya. Banyak sel surya yang dibutuhkan untuk mendapatkan daya
yang cukup. Umumnya, sel surya disusun dalam panel-panel dan disebut
modul surya. Kapasitas modul surya dinyatakan dalam Wp dan tersedia dalam
berbagai ukuran. Untuk penggunaan oembangkit, total kapasitas modul adalah
50 Wp per modul. Untuk mendapatkan tegangan yang lebih tinggi, modul
dipasang secara seri, sedangkan untuk mendapatkan arus yang tinggi dipasang
secara paralel.

2.4 Pembangkit Listrik Tenaga Surya


Pembangkit Listrik Tenaga Suya (PLTS) PLTS adalah singkatan dari
Pembangkit Listrik Tenaga Surya. PLTS merupakan sistem pembangkit listrik
yang menggunakan sinar matahari sebagai sumber energi untuk menghasilkan
listrik. Teknologi ini menggunakan solar panel atau sel surya untuk menangkap
energi dari sinar matahari dan mengubahnya menjadi energi listrik.
Pengoperasian PLTS terdiri dari mengubah energi matahari menjadi energi
listrik melalui efek fotovoltaik. Proses ini terjadi ketika foton dari sinar
matahari mengenai sel surya, menyebabkan elektron terlepas di dalam sel surya
dan arus listrik mengalir. Arus ini kemudian dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan listrik rumah tangga, industri atau sistem lainnya (Wiguna, 2022).
Keunggulan PLTS antara lain ramah lingkungan karena tidak menghasilkan
emisi gas rumah kaca seperti pembangkit listrik berbahan bakar fosil, tenaga
surya tidak terbatas, dan mengurangi ketergantungan bahan bakar fosil.
PLTS banyak digunakan sebagai alternatif energi terbarukan di banyak
negara, terutama di daerah dengan sinar matahari yang kuat. Meskipun biaya
awal pemasangan PLTS mungkin lebih tinggi, seiring berkembangnya
teknologi dan berkembangnya skala ekonomi, biaya ini cenderung menurun,
membuatnya lebih menarik untuk diadopsi sebagai solusi energi berkelanjutan.

Politeknik Negeri Jakarta


8

Photovoltaik merupakan proses konversi energi panas matahari menjadi


energi listrik dengan menggunakan bahan semikonduktor yang sering disebut
sel surya fotovoltaik. Teknologi panel surya berbasis pada efek fotovoltaik,
yaitu fenomena dimana energi cahaya matahari diserap oleh sel surya dan
menghasilkan energi listrik. Sel surya terbuat dari bahan semikonduktor yang
memiliki struktur yang dirancang khusus untuk memungkinkan eletron dalam
sel terlepas dari atom kemudian bergerak dan menciptakan aliran listrik saat
terpapar sinar matahari (Dzulfikar, 2019).

2.1.3 Jenis dan Sistem PLTS


Terdapat berbagai jenis solar panel seperti Monocrystalline Silicon PV
Module, Polycrystalline Silicon PV Module, Amorphous Silicon PV Module,
dan Hybrid Silicon PV Module. Besarnya energi matahari yang dikonfersi
menjadi energi listrik dipengaruhi oleh banyaknya sel surya. Semakin banyak
sel sruya yang digunakan maka hasil pengonversi matahari menjadi energi
listrik semakin besar.
Umumnya PLTS mempunyai beberapa jenis dan konfigurasi diantaranya :
 PLTS On-Grid (terhubung dengan jaringan PLN)
Konfigurasi ini terhubung langsung dengan jaringan PLN yang
artinya energi yang dihasilkan oleh panel surya akan mengalir langsung
ke jaringan listrik umum atau PLN dan tersedia untuk konsumen di
seluruh daerah tersebut.
 PLTS Off-Grid (tidak terhubung dengan jaringan PLN)
Konfigurasi Off-Grid beroprasi secara mandiri dan tidak terhubung
dengan jaringan listrik publik, Energi listrik yang dihasilkan oleh PLTS
sistem Off-Grid digunakan langsung oleh konsumen atau disimpan
kedalam baterai dan digunakan ketika cahaya matahari tidak tersedia.
 PLTS Hybrid
Sistem Hybrid merupakan gabungan dari dua sistem, yaitu On-Grid
dan Off-Grid. Sistem ini juga terhubung dengan jaringan listrik publik,
ketika daya yang berasal dari PLTS maupun baterai sudah habis, sistem
akan langsung memindahkan sumber energi langsung ke jaringan listrik
publik. Dalam kasus ini, salah satu sumber energi berasal dari panel

Politeknik Negeri Jakarta


9

surya. Outuput dari sistem ini menuju konsumen dan penyimpanan


baterai. (SUPRIYANTO, 2021)

2.5 Komponen Photovoltaic pada PLTS


2.2.1 Kerangka Panel Surya
Kerangka panel surya seperti pada Gambar 2.1 adalah struktur fisik yang
mendukung dan menopang panel surya. Kerangka ini merupakan bagian
penting dari instalasi panel surya dan memiliki beberapa kegunaan utama :

1. Stabilitas dan Perlindungan: Kerangka panel surya memberikan stabilitas pada


panel surya, menjaga panel tetap dalam posisi yang tepat untuk menangkap
sinar matahari secara optimal. Selain itu, kerangka juga melindungi panel surya
dari guncangan fisik, beban angin, dan bahaya eksternal lainnya.
2. Instalasi dan Pemasangan: Kerangka menyediakan platform yang kokoh untuk
pemasangan panel surya pada berbagai jenis permukaan, seperti atap rumah,
dinding, atau struktur bangunan lainnya. Selain itu, kerangka memudahkan
proses instalasi dan memastikan panel surya tetap terpasang dengan aman dan
rapi (Nadila, 2022).
3. Akses dan Perawatan: Kerangka yang dirancang dengan baik memungkinkan
akses mudah ke panel surya untuk perawatan dan pembersihan. Pemeliharaan
rutin pada panel surya membantu menjaga kinerja optimal dan memastikan
bahwa panel berfungsi dengan baik selama masa pakainya.
4. Estetika: Selain fungsionalitas, kerangka panel surya juga mempertimbangkan
aspek estetika. Desain kerangka yang menarik dan rapi dapat meningkatkan
tampilan visual instalasi panel surya pada bangunan dan lingkungannya.

Politeknik Negeri Jakarta


10

Gambar 2. 1 Kerangka Photovoltaik

(Sumber : Dokumen Pribadi)

2.2.2 Photovoltaik / Panel Surya


Panel surya, juga dikenal sebagai Photovoltaik atau solar panel seperti pada
Gambar 2.2 , adalah perangkat yang mengubah energi cahaya matahari menjadi
energi listrik menggunakan efek fotovoltaik. Panel surya terdiri dari beberapa sel
fotovoltaik, yang terbuat dari bahan semikonduktor, seperti silikon. eletron dalam
sel terlepas dari atom kemudian bergerak dan menciptakan aliran listrik saat
terpapar sinar matahari. Efisiensi Photovoltaic diambil dari rasio antara daya
keluaran (output) dari panel surya dengan daya masukan (input) cahaya matahari
yang jatuh pada panel surya. Efisiensi panel surya dinyatakan dalam persentase.
Rumusnya adalah sebagai berikut:

Politeknik Negeri Jakarta


11

Efisiensi (%) = (Daya Keluaran / Daya Masukan) x 100%

Gambar 2. 2 Photovoltaic Monocrystaline Maysun

2.2.2.1 Prinsip Kerja Photovoltaik


Sel surya terbuat dari potongan silicon kecil yang dilapisi bahan kimia
khusus ilustrasi seperti pada gambar 2.3. Memiliki ketebalan 0.3 milimeter dan
terbuat dari bahan semikonduktor dengan kutub positif dan negatif. Sinar
matahari memiliki partikel yang disebut foton, foton akan menghantam atom sel
surya sehingga menimbulkan energi besar dan memisahkan elektron. Elektron
akan bergerak ke pita energi, sehingga atom yang kehilangan elektron akan
bermuatan positif yang disebut HOLE. Elektron tersebut akan menjauhi area
negatif, sedangkan HOLE bergerak menjauhi daerah positif. Pergerakan inilah
yang akan merubah cahaya matahari menjadi energi listrik.

Gambar 2.3 Prinsip Kerja Photovoltaik.

Politeknik Negeri Jakarta


12

Sel fotovoltaik sendiri merupakan sebuah dioda semikonduktor yang


junction p-n nya terpapas terhadap cahaya. Semikonduktor ini terdiri dari
ikatan-ikatan atom yang dimana terdapat elektron sebagai penyusun dasar. Jika
dilihat pada Gambar 2. 4, semikonduktor tipe n mempunyai kelebihan elektron
(muatan negatif) sedangkan semikonduktor tipe p mempunyai kelebihan hole
(muatan positif) dalam struktur atomnya. Kondisi kelebihan elektron dan hole
tersebut bisa terjadi dengan melakukan doping material dengan atom dopan
(Suripto, 2021).

Gambar 2.4 Cara Kerja PN Junction

Saat semikonduktor tipe p dan tipe n melakukan kontak, maka kelebihan elektron
akan bergerak dari semikonduktor tipe n ke tipe p sehingga membentuk kutub
dengan polaritas positif, dan sebaliknya, kutub polaritas negatif pada
semikonduktor tipe n. Aliran elektron dan hole ini juga akan membentuk medan
listrik di junction dimana seperi pada Gambar 2.5, ketika cahaya matahari
mengenai junction PN ini akan mendorong elektron dari semikonduktor menuju
kontak negatifsementara hole akan bergerak menuju kontak positif yang
selanjutnya bisa dimanfaatkan sebagai listrik (Suripto, 2021).

Politeknik Negeri Jakarta


13

Gambar 2.5 Ilustrasi bergeraknya Electron dan Hole

2.2.2.2 Faktor Pengoprasian Photovoltaic


 Temperatur udara lingkungan.
Sebuah sel surya dapat beroperasi secara maksimum jika temperatur sel
tetap normal pada 25ºC. Kenaikan temperatur lebih tinggi dari temperatur
normal pada sel surya akan melemahkan tegangan Voc yang dihasilkan.
Setiap kenaikan temperatur panel surya 1ºC (dari 25ºC) akan
mengakibatkan berkurang sekitar 0,4% total tenaga (daya) yang dihasilkan
sel surya (Hutajulu, 2021).
 Kecepatan angin bertiup
Kecepatan angin bertiup disekitar lokasi modul photovoltaik dapat
membantu mendinginkan temperatur kaca-kaca maodul pfotovvoltaic.
 Keadaan atmosfir bumi
Debu yang terdapat pada lingkungan berpengaruh pada pengurangan daya
dan pengurangan efisiensi pada modul photovoltaic.

Politeknik Negeri Jakarta


14

2.2.2.3 Karakteristik Tegangan Arus Pada Panel Surya


Penggunaan tegangan dari photovoltaik bergantung dari bahan
semikonduktor yang dipakai. Jika menggunakan bahan silikon maka
tegangan yang dihasilkan dari setiap sel surya berkisar 0.5 Volt. Tegangan
yang dihasilkan dari photovoltaik tergantung dari radiasi cahaya matahari.
Untuk arus yang dihasilkan dari photovoltaik bergantung dari luminasi (kuat
cahaya) matahari, seperti pada saat cuaca cerah atau mendung. Sebagai
contohnya suatu cristal silikon tunggal photovoltaik dengan luas permukaan
100 cm² akan menghasilkan sekitar 1,5 Watt dengan tegangan sekitar 0.5 Volt
tegangan searah dan arus sekitar 2 Ampere jika cahaya matahari dengan panas
penuh (1000W/m²) (Asrul, RK Demak, & R Hatib, 2019).

Gambar 2.6 Grafik Karakteristik Tegangan Arus Panel Surya

2.2.2.4 Jenis Jenis Photovoltaic


 Panel Surya Thin Film

Jenis panel surya ini terbuat dalam bentuk film tipis yang kemudia
dipasangkan pada sebuah lapisan dasar. Jenis film tipis ini mencakup
beberapa material seperti silikon amorf, kadmium telluride (CdTe), selenida
tembaga-indium-galisium (CIGS), dan lain-lain.

Keuntungan panel surya film tipis meliputi:

1. Panel surya ini dapat dibuat tipis sehingga fleksibel dan ringan, dan
diaplikasikan di berbagai permukaan

Politeknik Negeri Jakarta


15

2. Panel surya film tipis lebih unggul ketika berkinerja dalam kondisi cahaya
redup atau cahaya tidak langsung dibandingkan dengan panel kristalin.
3. Biaya produksi dalam pembuatan panel surya ini lebih rendah.
 Panel Surya Monokristalin

Panel Surya Monokristalin merupakan jenis panel surya tunggal yang


terbuat dari satu kristal silikon. Proses pembuatannya melibatkan
pemotongan dari potongan besar kristal silikon tunggal, yang menghasilkan
sel surya dengan struktur kristal yang seragam. Panel surya monokristalin
memiliki efisiensi tinggi dan minimnya kehilangan energi.

Keunggulan panel surya monokristalin :

1. Panel surya monokristalin memiliki efisiensi konversi energi yang tinggi,


yang berarti mereka dapat mengubah lebih banyak sinar matahari menjadi
listrik dibandingkan dengan jenis panel surya lainnya.
2. Panel surya monokristalin memiliki kinerja yang lebih baik dalam kondisi
cahaya rendah, seperti pada pagi dan petang hari atau di wilayah dengan
cuaca yang berkabut.

 Panel Surya Polikristalin

Panel Surya Polikristalin (PV Polikristalin) adalah jenis panel surya yang
menggunakan sel surya polikristalin dalam pembuatannya. Sel surya
polikristalin terbuat dari bahan silikon yang dilelehkan dan dibentuk menjadi
wafel. Proses pembuatannya lebih sederhana daripada sel surya
monokristalin, karena tidak memerlukan pemotongan dari kristal silikon
tunggal. Akibatnya, panel surya polikristalin memiliki biaya produksi yang
lebih rendah, sehingga menjadi pilihan yang populer untuk proyek-proyek
skala besar dan komersial.

2.2.3 Kabel
Kabel listrik merupakan sebuah alat yang fungsi utamanya digunakan
untuk menghantarkan arus listrik. Dimana arus listrik akan dihantarkan menuju
jaringan listrik tertentu. Inilah mengapa fungsi kabel sangat dibutuhkan untuk

Politeknik Negeri Jakarta


16

setiap pengoperasian perangkat dengan daya listrik. Dengan konduktor ini, arus
akan dihantarkan dan diedarkan pada seluruh jaringan listrik sehingga alat-alat
elektronik di rumah akan bekerja sesuai dengan fungsinya. Kemudian untuk
menjaga keamanan, maka kabel juga dilengkapi dengan isolator atau jaket
pelindung. Dimana komponen isolator atau bagian pelindung ini biasanya
digunakan untuk lapisan bagian terluar kabel. Rating kabel tertera pada Tabel
2.1

Fungsi utama dari komponen isolator sendiri adalah untuk melindungi kabel.
Jadi, ketika kabel lecet atau mengalami kerusakan, penggunanya akan terhindar
dari resiko terkena sengatan listrik.

Tabel 2. 1 Data Rating Kabel

No Penampang Kabel Kemampuan Hantar Arus (A)


1 0.75 12
2 1.5 15
3 2 18
4 2.5 26
5 4 34
6 6 44
7 10 61
8 16 80
9 25 108
10 35 135
11 50 168
12 70 207
(Sumber : Multi-Kabel.com)

Politeknik Negeri Jakarta


BAB III
PERENCANAAN DAN REALISASI

3.1 Rancangan Alat


Merancang PLTS Hybrid merupakan proses merencanakan sistem panel surya
untuk menghasilkan energi listrik dengan cara mengubah energi matahari menjadi
energi listrik. Berikut adalah langkah langkah dalam merancang PLTS Hybrid.
Untuk menghitung kebutuhan energi pada PLTS langkah yang perlu dilakukan
adalah menghitung daya yang dihasilkan dan daya yang digunakan pada
Photovoltaic PLTS.

 Perhitungan luas penampang panel surya.


Panjang : 670mm Lebar : 400mm
A=PxL
A = 670 x 400 = 268000mm atau 268 cm
 Perhitungan Daya yang digunakan oleh PLTS
Untuk mengetahui besaran yang dihasilkan, maka harus menghitung
perkalian intensitas radiasi yang diterima dengan persamaan :

W = Ir x A

Penampang Ir x A = 1310,80 x 1,2 = 1572,96 Joule

Kebutuhan Daya PLTS PLTS Pendopo Gedung D menggunakan daya


pada:

o 1 komponen Lampu Philips 18 Watt daya terpasang


digunakan selama 12 jam pemakaian (1 x 18 Watt x 12 jam = 216 Wh)

o Stop Kontak 50 Watt perkiraan daya digunakan seperti mencharging


dan menggunakan waktu 8 jam mengikuti waktu jam masuk dan pulang
di Kampus (2 x 25 Watt x 8 jam = 400 Wh).

17
Politeknik Negeri Jakarta
 Perhitungan Daya yang dihasilkan PLTS Dalam 1 hari Jumlah
Photovoltaik dibutuhkan: Total Daya 216 Wh + 400 Wh = 616
WhUntuk menghitung jumlah komponen yang digunakan PLTS, hasil
total konsumsi daya perhari pada rumah dikali dengan 2 agar dapat
mengantisipasi mendung (tanpa sinar matahari selama 1 hari). Sehingga
total konsumsi daya pada PLTS Pendopo maka, menjadi: 616 Wh x 2
= 1.232 Wh. Panel surya yang digunakan adalah dengan kapasitas 50
Wp dan asumsi penyinaran matahari 6 jam/hari (Perkiraan saat musim
penghujan), sehingga jumlah panel surya yang dibutuhkan: Total Panel
= 1.232 x 2 / 50 x 6 = 2.464 / 300 = 8.2 buah ≈ 8 buah panel
Photovoltaic.

 Jumlah Baterai yang dibuthkan PLTS

Baterai yang digunakan memiliki spesifikasi 12 Volt 65 Ah.


Berdasarkan spesifikasi inverter yang digunakan, inverter akan
beroprasi di rentan tegangan 12 Volt (tegangan input dengan daya
output sebesar 1000 Watt pure shine). Dari keterangan tersebut maka
kententuan kebutuhan tegangan input inverter adalah ;

Total Baterai (berdasarkan voltase) = 12 v / 12 v = 1 buah baterai.

Panel surya yang digunkan berjumlah 4 buah dan masing masing


memiliki power maksimal 50 Wp. Panel surya ini juga dapat
menghasilkan tegangan maksimal 24 Volt, maka perhitungan yang
dapat digunakan untuk menampung daya PLTS adalah :

4 buah panel x 50 Wp x 24 v / 24 v x 65 Ah = 4800/1560 = 3 buah


baterai.

Sehingga total baterai yang dibutuhkan untuk PLTS adalah 3 buah. Besar
nilai tegangan input 24 Volt untuk inverter yang digunakan dan jumlah panel surya
1 buah dengan masing – masing 50 Wp serta voltase tiap panel surya 12 Volt inilah
yang menyebabkan total baterai yang dibutuhkan untuk PLTS menjadi 1 buah.

Politeknik Negeri Jakarta


3.1.2 Menentukan lokasi PLTS dan Desain Kerangka Photovolatic
Pemilihan lokasi dan penempatan Photovoltaic sangatlah penting dalam
pemasangan PLTS, maka dari itu lokasi dan penempatan yang akan dipasangkan
dengan PLTS harus memiliki paparan sinar matahari yang cukup, dan memastikan
tidak ada penghalang yang membuat panel surya tidak sepenuhnya terpapar sinar
matahari.

3.1.2.1 Lokasi PLTS


Penempatan lokasi PLTS terpasang diatas atap pendopo gedung Teknik
Elektro seperti pada Gambar 3.1 dan Gambar 3.2

Gambar 3. 2 Tampak depan lokasi PLTS

Gambar 3. 3 Tampak Atas Pemasangan PLTS

(Sumber : Dokumen Pribadi)

Politeknik Negeri Jakarta


3.1.2.2 Desain Kerangka Photovoltaic
Penentuan desain kerangka Photovoltaic seperti pada gambar 3.3 mencakup
keadaan lokasi pemasangan, verifikasi intensitas cahaya terhadap lokasi
pemasangan, durabilitas kerangka, dan efisiensi dalam hal perawatan maupun
penambahan. Pendopo Gedung dipilih sebagai lokasi pemasangan dikarenakan
kurangnya distribusi listrik untuk pengguna pendopo Gedung D, tak jarang juga
digunakan sebagai sarana tempat belajar. Maka dari itu,perlunya sumber energi
listrik untuk mencakup kebutuhan tersebut.
Pemasangan kerangka telah melalui tahap pengecekan bahan baku atap,
kekuatan atap, kemiringan, efisiensi, dan pencegahan malfungsi. Penyusunan
layout kerangka dilakukan dengan mempertimbangkan sudut kemiringan
berdasarkan efisiensi puncak panas matahari untuk mencapai hasil yang maksimal
dan kekuatan dalam menahan beban Photovoltaic.

Gambar 3. 4 Layout Kerangka Photovoltaic

(Sumber : Dokumen Pribadi)

Kerangka photovoltaic menggunakan bahan baja ringan dan penggunaan rel


roda pada pemasangan photovoltaic. Dikarenakan kekuatan dari kerangka atap
pendopo yang kurang mumpuni jika diberi beban yang sangat berat. Maka dari itu
pemilihan baja ringan dirasa sangat pas dalam merancang kerangka Photovoltaic.

Politeknik Negeri Jakarta


Rel roda dipasang diatas kerangka yang dimaksudkan sebagai jalur pv untuk
dapat melakukan pemasangan dan pencopotan. Pemasangan dan pencopotan ini
berhubungan dengan perawatan dan penambahan kapasitas daya, ketika ingin
melakukan perawatan pada photovoltaic atau melakukan penambahan, pv akan
mudah dicopot untuk melakukan pembersihan dengan cara mencopot kabel output
pada pv dan stopper pada rel lalu, menarik keluar pv dari relnya. Dalam
perancangannya, kaki kaki kerangka dibuat 15 dari sudut kemiringan atap yaitu
30 seperti pada Gambar 3.4. Dimaksudkan agar photovoltaic mendapat sinar
matahari yang optimal.

Gambar 3. 5 Layout Perencanaan, Dimensi, dan Derajat Kaki Kerangka

(Sumber : Dokumen Pribadi)

3.1.3 Memilih Jenis Panel Surya


Pemilihan jenis panel surya yang tepat adalah hal yang penting dalam
merancang sistem pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Terdapat beberapa jenis
panel surya yang umum digunakan, dan pemilihan yang tepat tergantung pada
berbagai faktor, termasuk kebutuhan energi, anggaran, lokasi geografis, dan
preferensi pribadi.

Pada penerapan Tugas Akhir memakai tipe solar panel (photovoltaik) jenis mono-
kristalin karena panel surya ini terbuat dari satu kristal silikon tunggal yang
memungkinkan lebih banyak penyerapan sinar matahari. Panel mono-kristalin
memiliki efisiensi yang tinggi dan lebih efektif dalam kondisi pencahayaan rendah.

Politeknik Negeri Jakarta


3.1.4 Desain Instalasi
Desain instalasi photovoltaic sangat penting karena memiliki dampak langsung
pada kinerja, efisiensi, dan keandalan sistem PLTS. Desain instalasi yang baik
melibatkan pemilihan lokasi yang tepat untuk panel surya, penempatan inverter,
dan perencanaan jalur kabel yang efisien. Pastikan sistem instalasi aman dan sesuai
dengan standar keamanan yang berlaku.

3.1.5 Deskripsi Alat


PLTS ini dirancang menggunakan empat Photovoltaic berjenis monocrystalline
dengan masing masing memiliki daya keluaran maksimum 50 Wp, sehingga total
maksimum daya yang dihasilkan sebesar 200 Wp. Berat masing masing panel surya
tersebut adalah 2.52 Kg dengan total beban yang akan dipasang 2.52 Kg x 4 = 10.8
Kg. Artinya kerngka akan dibuat untuk menahan beban total dari Photovoltaic
tersebut.
Kerangka ini juga memiliki empat kaki dan dua rel di sisi atas dan bawah untuk
memudahkan dalam hal perawatan, perbaikan, maupun penambahan unit
Photovoltaic.

3.1.7 Spesifikasi Alat


Pada PLTS hybrid khususnya kerangka dan photovoltaic memiliki bahan dan
komponen yang tepat dalam keandalan mengacu kepada spesifikasi tiap komponen
dan bahan yang ditunjukan pada Tabel 3.1 dibawah ini :

Tabel 3. 1 Data Spesifikasi Alat

No Nama Komponen Spesifikasi Jumlah Satuan


1 Photovoltaic Maysun solar cell 4 Unit
Dimensi 680 x 500x30mm
Tipe Monocrystalline
3,7 Kg.
Pmax50 Watt,+
Vmax 18,2V
Imax 2,74A.VOC 21,51V,ISC
2,96A.

Politeknik Negeri Jakarta


2 Kabel Photovoltaic Ukuran 2 x 2.5 mm 1 Pcs
5 meter
MC 4 ( + dan - )
Rated Voltage 1000 V
Rated Current 30 A
Temp Range - 40℃ s.d 90℃

3 Weldom Sliding Panjang 3 meter 2 Kit


Rail Max Load 80 Kg
Galvanis rail
Roda Nylon HDPL
4 Baja Ringan Kanal C75 1 Pcs
Ketebalan 0.8 mm
Dimensi 75 x 26
5 SDS (Self Drilling Ukuran 12 x 20 mm 56 Pcs
Screw)
6 Roofing Screw Ukuran 12 x 40 mm 16 Pcs
SDS Ring Karet
7 Baut dan Mur Ukuran 8x30 mm 8 Pcs
8 Konektor Mc4 AWG 12 2 Pcs
Cabang 2 (+ dan -) Rated Current 30 A
Rated Voltage 1000 V
Cable Leght 310 mm
Temp Range - 40℃ s.d 90℃
Net Wight 123.6 g

3.1.8 Diagaram Blok


Diagram Blok merupakan aliran kerja sistem secara sederhana yang bertujuan
untuk memudahkan dalam memahami cara kerja system

3.1.9 Flow Chart


Flowchart adalah jalur sistem bekerja yang dirangkum untuk dapat dipahami
dibawah ini merupakan Flow Chart dari cara kerja Fotovoltaic dan PLTS sistem
Hybrid

Politeknik Negeri Jakarta


Gambar 3. 6 Flowchart Sistem Kerja Fotovoltaik menjadi energi

Politeknik Negeri Jakarta


Gambar 3. 6 Flow Chart Sistem Manual PLTS

Gambar 3. 7 Flow Chart Sistem Manual PLN

Politeknik Negeri Jakarta


BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam bab ini dibahas mengenai Pemilihan Komponen, pengujian serta Analisa
hasil pengujian, Pemilihina Komponen dilakukan untuk mekakukan perancangan
dalam pembuatan alat. Sedangkan pengujian dilakukan untuk mengetahui kinerja
dari sistem, apakah sistem sudah sesuai dengan perencaan atau belum. Pengujian
terdiri dari pengujian komponen dan pengujian sistem secara keseluruhan.
Pengujian komponen terdiri dari pengujian maksimal beban yang dapat ditampung
kerangka, pengujian rangkaian photovoltaic, pengujian sudut kemiringan
photovoltaic, efisiensi daya yang dihhasilkan photovoltaic-.

4.1. Pemilihan Komponen


Pemilihan komponen sangat penting untuk merancang sebuah alat, maka
dari itu pemilihan komponen harus dilakukan dengan tepat sasaran agar konsep
awal yang sudah dibuat dapat terwujud dengan baik.

4.1.1 Prosedur Pemilihan Komponen


Prosedur pemilihan komponen mencakup hal hal seperti memastikan
konsep tugas akhir yang akan dibuat, melakukan perhitungan biaya yang akan
dikeluarkan, memperhatikan fungsi tiap komponen, dan menghitung spesifikasi
komponen berdasarkan kebutuhan.

4.1.2 Hasil Pemilihan Komponen


Berikut ini merupakan hasil pertimbangan yang didapatkan dalam
pemillihan komponen seuai dengan rencana awal pada PLTS Offgrid :

4.1.2.1 Photovoltaic
Pemilihan photovoltaic pada tugas akhir dipertimbangkan berdasarkan beban
yang dicakup mengingat PLTS dirancang hanya untuk sarana sumber daya listrik
pendopo yang notabene pengguna dengan beban listirk tidak begitu besar.maka
dari itu, photovoltaic yang digunakan bermerek MAYSUN Solar MS50M-18
Monocrystalline Silicon daya 50Wp dengan ukuran panel surya sebesar 1345 x
990 x 35 mm, berjumlah 4 lembar dengan total keluaran maksimum daya 200Wp.

26
Politeknik Negeri Jakarta
Masing masing panel memiliki Max Open Circuit Voltage (Voc) yang dihasilkan
adalah 44.2V. Beban yang dipasang pada pendopo gedung D berupa stop kontak
6 buah dan lampu penerangan pendopo sebanyak 2 buah. Photovoltaic dipasang
dengan rangkaian seri.

4.1.2.2 Kerangka Penopang


Kerangka Photovoltaik pada tugas akhir dipertimbangkan melalui beban yang
akan ditopang rangka mengingat photovoltaic memiki total beban 10.08 Kg dan
efisiensi dalam perawatan serta penambahan. Tidak hanya itu, bahan kerangka
dipertimbangkan agar beban total keseluruhan antara photovoltaic dan kerangka
tidak terlalu berat dikarenakan bahan dari atap pendopo tidak terlalu kokoh. Hasil
dari pertimbangan pemilihan bahan kerangka didapat menggunakan baja ringan
dengan ketebalan 0.8 mm. Bahan ini diakui ringan dan sangat kokoh untuk
menahan beban yang berat.
Bahan lain yang digunakan ilalah rel dengan roda, fungsi dari rel
diperuntukkan agar pemasangan, penambahan juga perawatan photovoltaic lebih
mudah. Pengaplikasian roda dipasangkan di lobang dudukan Photovoltaic agar
photovoltaic dapat berjalan lurus mengikuti rel.

4.1.2.3 Skrup dan Baut


Struktur penguat kerangka adalah skrup dan baut, dalam rancangan kerangka
photovoltaic ini menggunakan skrup SDS atau biasa disebut Self Drilling Screw
sebagai penguat anatara kerangka dengan atap. skrup ini memudahkan dalam
pemasangan dimana skrup bekerja tanpa perlu membuat lobang terlebih dahulu.
Baut juga digunakan dalam penguatan rail terhadap kerangka baja ringan. Ukuran
skrup yang digunakan berukuran 12 x 20 dna 12 x 40 dengan penambahan ring
karet sebagai penahan kebocoran air.

4.1.2.4 Kabel
Kabel yang digunakan untuk menyalurkan daya dari photovoltaic menuju
panel control berupa kabel khusus photovoltaic yang dilapisi dengan isolasi
berbahan karet berwarna hijau. Kabel ini memiliki spesifikasi rating tegangan
1000V, rating beban 30A.

Politeknik Negeri Jakarta


4.2 Pengujian Kondisi Komponen
Sebelum melakukan proses instalasi photovoltaic pada atap, pengujian kondisi
dari komponen merupakan hal yang penting. Karena tanpa melakukan pengujian
komponen terlebih dahulu, maka akan dapat mengganggu pekerjaan apabila
terdapat komponen yang kurang baik atau rusak.
4.2.1 Deskripsi Pengujian
Pengujian komponen merupakan proses untuk memastikan bahwa komponen
yang akan digunakan dapat berfungsi dengan baik sesuai kegunaan nya. Karena
jika komponen dalam kondisi yang kurang baik, maka akan mengganggu proses
pekerjaan.
4.2.2 Prosedur Pengujian
Prosedur pengujian dilakukan untuk mendapatkan hasil yang terbaca oleh
parameter yang menentukan apakah suatu komponen dalam kondisi yang baik
atau tidak. Berikut merupakan prosedur pada pengujian masing-masing
komponen:

4.2.2.1 Panel Surya


Prosedur pengujian panel surya yaitu pemasangan 2 modul panel surya
dilakukan secara paralel lalu dilakukan pemeriksaan VOC menggunakan
Multimeter DC, ISC diukur menggunakan tangampere dengan bantuan kabel
penghubung yang dishort

Politeknik Negeri Jakarta


4.3 Pengujian Pengisian Daya pada baterai oleh Fotovoltaik
Pengujian pengisian daya pada baterai dilakukan agar mencari tau keluaran
maksimal daya dari photovoltaic dan SCC berdasaran waktu menggunakan
multimeter dengan mode ADC dan VDC. Pengujian ini dilakukan secara terus
menerus seiring terbit dan terbenamnya matahari berdasarkan jam.

4.3.1 Deskripsi Pengujian Pengisian Daya oleh Fotovoltaic


Pengujian daya Photovoltaic melibatkan pengukuran kinerja panel surya
dalam menghasilkan tenaga listrik. Pengujian melibatkan beberapa Langkah
yaitu mengukur arus dan tegangan Photo voltaic, memantau daya yang
dihasilkan selama periode waktu tertentu.

4.3.2 Prosedur Pengujian Pengisian Baterai


 Hubungkan panel surya ke SCC atau sistem baterai yang akan diisi.
 Pasang alat ukur tegangan dan arus (multimeter) pada jalur keluaran panel
surya.
 Catat tegangan dan arus yang dihasilkan oleh panel surya pada kondisi
cahaya matahari yang diberikan.

4.3.3 Hasil Pengujian Pengisian Baterai


Berikut ini adalah tabel yang merupakan hasil dari pengujian daya yang
dihasilkan pada instalasi Fotovoltaik dengan sambungan Pararel .

Tabel 4. 1 Pengujian Pengisian Daya Baterai

No Jam Volt Ah (SCC)

1 08:00 18,8 V 9,7 Ah

2 09:00 19 V 10 Ah

3 10:00 20,8 V 10,8 Ah

4 11:00 21,9 V 11,2 Ah

5 12:00 22 V 11,4 Ah

6 13:00 21,8 V 11,6 Ah

7 14:00 21,1 V 11,7 Ah

Politeknik Negeri Jakarta


8 15:00 20,5 V 12,2 Ah

9 16:00 20,7 V 12,2 Ah

10 17:00 20 V 11,2 Ah

4.3.4 Analisa Data


Pengambilan data dari hasil pengujian dapat dilakukan sebanyak yang
diperlukan hingga data dapat dianalisa. Tujuan dari penganalisaan data adalah
untuk mengetahui di jam berapa saja instalasi dari fotovoltaik andal dalam
pengisian daya.

Setelah melakukan pengambilan data tegangan dan arus pada keluaran


SCC, selanjutnya dilakukan analisa untuk memperoleh hasil perbandingan dari
beberapa waktu yang telah ditentukan. Berdasarkan hasil pengukuran terlihat
bahwa output dalam pengisian baterai tertinggi yaitu pada jam 13:00 WIB pada
posisi arah hadapan ke utara dengan sudut kemiringan 15˚. Ah tertinggi yang
didaptkan pada jam 13:00 yaitu 11,6 Ah pada posisi arah hadapan ke Utara
dengan sudut kemiringan 15˚.

4.4 Pengujian Rangakaian pada Fotovoltaik


Pengujian rangkaian dilakukan agar mencari tau keluaran maksimal daya
dari photovoltaic berdasaran rangkaian menggunakan multimeter dengan mode
ADC dan VDC. Pengujian ini dilakukan dengan measanng Fotovoltaik dengan
rangkaian seri dan pararel.

4.4.1 Deskripsi Pengujian


Pengujian rangkaian merupakan salah satu proses untuk memastikan
komponen yang akan digunakan berfungsi secara maksimal dengan kebutuhan
daya keluaran yang diinginkan. Karena jika menggunakan rangkaian yang tidak
tepat, maka komponen bisa tidak maksimal dalam mengisi baterai maupun
digunakan.

4.4.2 Prosedur Pengujian


Pengujian ini dilakukan untuk mendapatkan hasil yang terbaca oleh
parameter yang menentukan apakah Potofoltaik dirangkai seri atau pararel

Politeknik Negeri Jakarta


Pengujian rangkaian photovoltaic dengan menggunakan multimeter untuk
mengetahui intensitas daya yang dihasilkan berdasarkan rangkaian Potovoltaik.

4.4.3 Hasil Pengujian Rangkaian


Berikut ini adalah tabel yang merupakan hasil dari pengujian rangkaian
yang dihasilkan pada instalasi Fotovoltaik.

Tabel 4. 2 Pengujian Rangkaian

No Rangkaian Tegangan DC (V) Arus (A)


1 Seri 73,6 V 2,3 A
2 Pararel 21,3 V 17,31 A

4.4.4 Analisa Data


Setelah melakukan pengambilan data tegangan dan arus pada keluaran
Fotovoltaik, selanjutnya dilakukan analisa untuk memperoleh hasil
perbandingan dari dua jenis rangkaian yang telah ditentukan yaitu seri dan
pararel. Berdasarkan hasil pengukuran terlihat bahwa output yang sesuai
dengan rancangan pengisian baterai dengan spesifikasi 65 Ah dan 12 V adalah
dengan rangkaian pararel dengan mendapatkan hasil ampere tertinggi yaitu
17,31 A. Sehingga lama dari waktu pengisian baterai didapat :

Jumlah Jam = ( kapasitas aki yang telah dikeluarkan / besarnya arus


pengisian ) X 1,2

= (65 Ah / 17,31) x 1,2

= 4,5 Jam

Semakin kecil besar arus dalam pengisian baterai maka akan membutuhkan
waktu yang semakin lama untuk mengisi baterai sampai posisi 100%.

4.5. Pengujian Instalasi Photovoltaic


Setelah kondisi komponen sudah selesai diuji, maka selanjutnya dilakukan
penginstalasian pada panel distribusi. Ketika instalasi photovoltaic sudah selesai,
maka langkah selanjutnya yaitu melakukan pengujian terhadap hasil dari instalasi
tersebut.

Politeknik Negeri Jakarta


4.5.1 Deskripsi Pengujian Instalasi
Setelah melakukan instalasi sesuai dengan diagram pengawatan yang telah
dibuat, maka perlu dilakukan pengujian untuk memastikan bahwa instalasi
tersebut sesuai dengan yang diinginkan. Dimana pengujian ini dilakukan dengan
menguji sambungan tanpa tegangan antara satu kabel dengan kabel lainnya
menggunakan ohmmeter digital.

4.5.2 Prosedur Pengujian Instalasi


Untuk melakukan pengujian instalasi diperlukan langkah-langkah yaitu
sebagai berikut :

1. Pengujian dilakukan dengan menggunakan multimeter digital dengan mode


buzzer (bunyi), apabila tersambung akan terdengar bunyi beep.

2. Pastikan Multimeter yang digunakan dalam kondisi baik. Jika sudah


mengetahui bahwa kondisinya dalam keadaan baik ditandakan dengan bunyi
apabila positif (+) dan negative (-) dihubungkan.

3. Kemudian dilakukan pengujian dengan cara menghubungkan probe

positif (+) dan negatif (-) pada multimeter ke terminal yang akan

dicoba.

4. Apabila tersambung makan alat ukur akan berbunyi.

5. Sambungan kabel dalam keadaan baik jika suara yang dikeluarkan

multimeter besar dan tidak remang-remang.

6. Melakukan secara berurutan kesambungan dari terminal ke terminal

4.5.3 Hasil Pengujian Instalasi


Berikut ini adalah tabel yang merupakan hasil dari pengujian pada instalasi
tanpa adanya tegangan.

Tabel 4. 2 Hasil Pengujian Instalasi

No Dari Ke Kondisi Ohmmeter Keterangan


Photovoltaic

Politeknik Negeri Jakarta


1. Kutub Positif Kabel PV (+) Bunyi Baik
2. Kutub Negatif Kabel PV (-) Bunyi Baik
MCB DC
3. Kabel PV (+) Input MCB Bunyi Baik
Fuse
4. Kabel PV (-) Input Fuse Bunyi Baik

4.5.4 Analisa Data


Data hasil pengujian yang dapat dianalisa, pengambilan data dari hasil
pengujian dapat dilakukan sebanyak yang diperlukan hingga data dapat dianalisa.
Tujuan dari penganalisaan data adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan
darikerja plant dan untuk mengetahui apakan instalasi dan komponen sudah
memenuhi standar untuk memenuhi deskripsi kerja.

4.4.4.2 Analisa Hasil Pengujian Instalasi Photovoltaic


Setelah melakukan pengujian instalasi maka data dianalisa apakah installasi
telah memenuhi kriteria yang baik. Tujuan dari penganalisaan data instalasi
adalah untuk mengetahui apakah instalasi antar komponen pada plant tersebut
sudah tersambung dengan baik atau adakah gangguan yang disebabkan dari
kurang baiknya instalasi yang terpasang, yang dapat menyebabkan tegangan
menjadi turun. Dengan melihat data dari tabel sampai dengan Dapat kita
analisa bahwa plant memiliki hubungan instalasi antar komponen yang baik
dan terhubung secara sempurna, untuk menentukan baik atau buruknya
sambungan pada komponen dapat menggunakan multimeter dengan mode
buzzer dengan mengecek sambungan yang terdapat antar komponen dan
setelah melakukan pengujian instalasi sesuai SOP didapat nilai tahanan yang
terukur oleh ohmmeter pada multimeter sebesar 0 – 0,1.

Kemudian dengan baiknya hubungan instalasi antar komponen pada plant


maka tidak terlihatnya ada tegangan drop dilihat dari tabel setiap komponen
menyalurkan tegangan dengan baik sesuai spesifikasi komponennya dan juga
ada fluktuatif nilai tegangan itu disebabkan oleh efisiensi dari komponen itu

Politeknik Negeri Jakarta


sendiri bukan dari hubungan antar instalasiya. Dengan data yang didapatkan
dari hasil pengujian instalasi dapat disimpulkan bahwa antar komponen
memiliki hubungan instalasi yang baik karena semuanya tersambung dengan
normal dan nilai tahanan yang sangat kecil yang diukur pada ohmmeter digital
dan nilai tegangannya tidak ada yang drop, nilainya sesuai dengan sepsifikasi
dari komponen itu sendiri.

4.6 Perbandingan Rancangan Awal dan Realisasi


Perancangan adalah salah satu proses yang utama dalam membuat sebuah
alat pada tugas akhir ini. Namun, tidak semua perancangan awal yang dibuat
akan sama persis dengan realisasi akhir dari sebuah alat.

4.6.1 Metode Perancangan


Dalam melakukan perancangan pada proyek tugas akhir ini, digunakan
metode atau prosedur yang dilakukan, yaitu sebagai berikut:

4.6.1.1. Observasi
Observasi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan mengamati
dan mencatat terhadap data atau informasi yang diselidiki. Dengan melakukan
observasi akan mendapatkan data atau informasi informasi yang berkaitan
dengan konsep yang diinginkan.

4.6.1.2 Konsultasi
Konsultasi adalah kegiatan yang dilakukan secara langsung dengan pihak
terkait (sumber informasi). Konsultasi ini dilakukan secara online melalui
whatsapp maupun offline mendatangi pembimbing secara langsung di kampus
PNJ, dengan sumber informasi yaitu Ibu Isdawimah dan Pak Fatahula selaku
pembimbing 1 dan pembimbing 2 pada proyek tugas akhir ini.

4.6.2 Hasil Perancangan dan Realisasinya


Perancangan desain awal merupakan perancangan yang dilakukan
dengan metode observasi, penulis mencari beberapa data dari berbagai sumber
dengan konsep yang mirip dari konsep yang diinginkan penulis. Setelah
mendapatkan data kemudian penulis mengolah data-data tersebut menjadi

Politeknik Negeri Jakarta


sebuah rancangan dari konsep awal penulis, yaitu Rancang Bangun
Photovoltaic.

Gambar 4.1 Layout 3D dari Perancangan

Politeknik Negeri Jakarta


Gambar 4.2 Realisasi Photovoltaic

Setelah melakukan rancangan awal, penulis melakukan metode yang kedua,


yaitu konsultasi. Setelah konsultasi dilakukan, banyak perubahan yang
dilakukan terhadap rancangan awal dengan berbagai pertimbangan yang ada.
Berdasarkan hal tersebut, penulis kemudian membuat dan menentukan
rancangan akhir dari konsep yang diinginkan penulis dan melakukan realisasi
alat dari rancangan akhir yang telah ditetapkan tersebut. Pada Gambar dibawah
ini merupakan gambar dari rancangan akhir dan realisasi alat yang telah dibuat.

Politeknik Negeri Jakarta

Anda mungkin juga menyukai