Anda di halaman 1dari 10

EFISIENSI DAN BIAYA SEL

SURYA
1. PENDAHULUAN
Pemenuhan kebutuhan energi listrik saat ini masih bergantung pada sumber energi fosil
yang ketersediaanya terbatas. Oleh karena itu dimasa mendatang pemanfaatan sumber
energi terbarukan merupakan alternatif yang perlu terus dikembangkan [1].
Kata ‘photovoltaic’ terdiri dari dua kata yaitu photo dan volta. Photo yang berarti
cahaya (dari bahasa Yunani yaitu phos, photos: cahaya) dan Volta (berasal dari nama
seorang fisikawan italia yang hidup antara tahun 1745-1827 yang bernama Alessandro
Volta) yang berarti unit tegangan listrik. Dengan kata lain, arti photovoltaic yaitu proses
konversi cahaya matahari secara langsung untuk diubah menjadi listrik. Oleh karena itu,
kata photovoltaic biasa disingkat dengan PV. Photovoltaic merupakan elemen aktif
(semikonduktor) yang memanfaatkan efek photovoltaic untuk mengubah energi surya
menjadi energi listrik tanpa penggunaan dari bagian-bagian mekanis yang bergerak dan
tanpa penggunaan bahan bakar [2].
Wilayah Indonesia pada umumnya mempunyai potensi yang besar dalam bidang energi
terbarukan, terutama matahari, air dan angin. Potensi sumber energi terbarukan di
Indonesia meliputi 4,8 KWh/m2/hari energi surya, 458 GW biomassa 3-6 M/detik tenaga
angin, dan 3 GW nuklir (cadangan uranium). Indonesia juga memiliki sumber energi hidro
yang besar dengan total potensial diperkirakan 75.67 GW. Walaupun potensi dari energi
terbarukan seperti biomassa, panas bumi, energi surya, energi air, energi angin, dan energi
lautan relative tinggi, namun tidak digunakan secara signifikan, yakni kurang dari 4% pada
tahun 2007. Sistem energi kombinasi atau biasa disebut dengan hybrid adalah salah satu
energi terbarukan yang menjadi popular sebagai sistem tenaga listrik yang dapat berdiri
sendiri untuk memperoleh pasokan listrik. Sistem tenaga hybrid, biasanya terdiri dari dua
atau lebih sumber energi terbarukan yang digunakan bersama untuk menyediakan
peningkatan efisiensi sistem serta keseimbangan yang lebih besar dalam pasokan energi.
(Claire gin, Hybrid System, 2016). Energi listrik dapat dibangkitkan dengan mengubah
radiasi sinar matahari melalui sebuah proses yang dinamakan photovoltaic (PV). Photo
merujuk kepada cahaya dan voltaic merujuk kepada tegangan. Terminologi ini
memproduksi energi listrik arus searah dari energi radiasi matahari. Photovoltaic cell
dibuat dari material semi konduktor terutama silicon yang dilapisi oleh bahan tambahan
khusus. Jika cahaya matahari mencapai cell maka elektron akan terlepas dari atom silicon
dan mengalir membentuk sirkuit listrik sehingga energi dapat dibangkitkan. Sel surya
selalu di desain untuk mengubah cahaya menjadi energi listrik sebanyak-banyaknya dan
dapat digabung secara seri atau pararel untuk menghasilkan tegangan dan arus yang
diinginkan seperti yang dinyatakan oleh Chemi et. al. (2007). Peraturan presiden NO.
22/2017 tentang RUEN, yaitu:
a. Target bauran Energi baru Terbarukan sebesar 23% pada tahun 2025.
b. Untuk mencapai hal tersebut, salah satu strategi yang dilakukan adalah pemanfaatan sel
surya antara lain:
1) Memberlakukan kewajiban pemanfaatan sel surya minimum sebesar 30% dari luas
atap untuk seluruh bangunan Pemerintah Daerah.
2) Memberlakukan kewajiban pemanfaatan sel surya minimum sebesar 25% dari luas
atap bangunan rumah mewah, kompleks perumahan dan apartemen.
Berdasarkan peraturan presiden tersebut jelaslah bahwa saat ini Pembangkit Listrik
Tenaga Surya (PLTS) Atap merupakan pemanfaatan Energi Baru Terbarukan yang
disarankan pemerintah.Tujuan/manfaat pengembangan PLTS Atap bagi masyarakat dan
pemerintah adalah agar penghematan/mengurangi tagihan listrik bulanan, membuka peran
serta masyarakat dalam pemanfaatan dan pengelolaan energi terbarukan, meningkatkan
peranan EBT dalam bauran energi nasional, percepatan peningkatan pemanfaatan energi
surya, mendorong berlangsungnya industri energi surya dalam negeri, meningkatkan
investasi EBT, meningkatkan kemandirian dan ketahanan energi, mengurangi emisi Gas
Rumah Kaca (GRK), meningkatkan lapangan kerja. Energi Surya merupakanenergi hijau
yang andal dan ekonomis ditinjau dari sumber energi yang tersedia. Ada 3 jenis Sistem
PLTS yang biasa digunakan yaitu:
a. Sistem On-Grid, sistem meliputi modul/panel surya, inverter, kWh meter eksport
import, sambungan PLN, dan sambungan beban listrik. Paralel dengan PLN.
b. Sistem Off-Grid, sistem meliputi modul surya, baterai, inverter, kontrol panel surya,
sambungan listrik dan beban. Baterai untuk menjamin keberlangsungan energi listrik.
c. Sistem Hybrid, sistem meliputi modul surya, inverter, kontrol hybrid, generator,
sambungan listrik dan beban. Paralel dengan generator, baterai untuk menjaga
stabilitas.
Dalam kenyataannya sampai saat ini masih sedikit sekali masyarakat yang
memanfaatkan energi surya, hal ini terjadi karena kesiapan jaringan PLN untuk
interkoneksi masih terhambat, lamanya tingkat pengembalian investasi pemasangan PLTS
Atap, tingginya biaya SLO untuk PLTS Atap dan tingginya biaya investasi awal
pemasangan, dimana konsumen golongan industri yang on-grid ke jaringan PLN
dikenakan biaya kapasitas (capacity charge) dan biaya pembelian energi listrik darurat
(emergency energy charge).
Berdasarkan implementasi dan penilitian yang dilakukan pada PLTS Atap dibuatlah
suatu perhitungan investasi dan penghematan biaya tagihan bulanan, diharapkan dapat
menjadi rujukan dalam pengelolaan dan pemanfaatan energi terbarukan, khususnya PLTS
Atap skala rumah tangga [3].
Energi Surya merupakan sumber energi yang tidak terbatas dan tidak akan pernah habis
ketersediaannya dan energi ini juga dapat di manfaatkan sebagai energi alternatif yang
akan di ubah menjadi energi listrik, dengan menggunakan sel surya. Panel Surya sebagai
sumber energi listrik alternatif dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang memerlukan
energi listrik, namun terkendala dengan ketidak tersediaannya energi listrik dari PLN
seperti para pedagang kaki lima, masyarakat yang tinggal diwilayah terpencil maupun
daerah yang belum teraliri listrik dari PLN. Sumber energi listrik lain yang bisa
dimanfaatkan oleh masyarakat sumber energi listrik selain dari PLN adalah generator atau
lebih sering disebut dengan Genset. Efisiensi penggunaan dari masing masing sumber
energi listrik alternatif perlu diketahui agar dalam penggunaanya didapatkan hasil yang
maksimal.
2. LANDASAN TEORI
Photovoltaic adalah suatu alat yang mampu merubah energi foton cahaya menjadi
energi listrik secara langsung. Gambar 1 menunjukkan proses yang disederhanakan dari
pembangkitan listrik di dalam sel surya. Sebuah lampu dihubungkan dengan rangkaian
luar yang menghubungkan kontak positif dan negative sel. Foton-foton cahaya yang
mempunyai energi berbeda-beda masuk melalui lapisan atas (bahan semikonduktor tipe-
n) menuju bahan semikonduktor tipe-p yang lebih tebal pada kedalaman yang berbeda dari
permukaan sel [4].

Gambar 1. Proses Pembangkitan arus listrik pada sel surya


Prinsip kerja sel surya ini dimulai dari partikel yang disebut “Foton”, Foton adalah
partikel sinar matahari yang sangat kecil, dan juga partikel matahari tersebut meghatam
atom semikonduktor sel surya sehingga dapat menimbulkan energi yang besar untuk
memisahkan elektron dari struktur atomnya, elektorn yang terpisah dan bermuatan negatif
tersebut akan bebas bergerak pada daerah pita konduksi dari material semi konduktor,
sehingga atom yang kehilangan elektrin tersebut kekosongan pada strukturnya,
kekosongan tersebut dinamakan “Hole” dengan muatan positif.
Daerah Semi konduktor dengan elektron bebas ini bersifat negatif dan bertindak sebagai
Pendonor elektron, daerah semi konduktor ini disebut dengan Semi konduktor tipe N.
Sedangkan daerah semi konduktor dengan Hole bersifat Positif dan bertindak sebagai
Penerima elektron yang dinamakan dengan Semikonduktor tipe PDi persimpangan daerah
Positif dan Negatif akan menimbulkan energi yang mendorong elektron dan hole untuk
bergerak ke arah yang berlawanan. Elektron akan bergerak menjauhi daerah Negatif
sedangkan Hole akan bergerak menjauhi daerah Positif. Ketika diberikan sebuah beban
berupa lampu maupun perangkat listrik lainnya di Persimpangan Positif dan Negatif ini,
maka akan menimbulkan Arus Listrik [5].
Sel surya merupakan sebuah perangkat yang mengubah energi sinar matahari menjadi
energi listrik dengan proses efek fotovoltaic, oleh karenanya dinamakan juga sel
fotovoltaic (Photovoltaic cell – disingkat PV)). Tegangan listrik yang dihasilkan oleh
sebuah sel surya sangat kecil, sekitar 0,6V tanpa beban atau 0,45V dengan beban. Untuk
mendapatkan tegangan listrik yang besar sesuai keinginan diperlukan beberapa sel surya
yang tersusun secara seri. Jika 36 keping sel surya tersusun seri, akan menghasilkan
tegangan sekitar 16V. Tegangan ini cukup untuk digunakan mensuplai aki 12V. Untuk
mendapatkan tegangan keluaran yang lebih besar lagi maka diperlukan lebih banyak lagi
sel surya. Gabungan dari beberapa sel surya ini disebut Panel Surya atau modul surya.
Susunan sekitar 10 - 20 atau lebih Panel Surya akan dapat menghasilkan arus dan tegangan
tinggi yang cukup untuk kebutuhan sehari hari.
Solar Charge Controller adalah salah satu komponen di dalam sistem pembangkit listrik
tenaga surya, berfungsi sebagai pengatur arus listrik baik terhadap arus yang masuk dari
Panel Surya maupun arus beban keluar / digunakan. Bekerja untuk menjaga baterai dari
pengisian yang berlebihan. Solar Charge Controller mengatur tegangan dan arus dari Panel
Surya ke baterai. Sebagian besar Panel Surya 12 Volt menghasilkan tegangan keluaran
sekitar 16 sampai 20 volt DC, jadi jika tidak ada pengaturan, baterai akan rusak dari
pengisian tegangan yang berlebihan. Pada umumnya baterai 12Volt membutuhkan
tegangan pengisian sekitar 13-14,8 volt (tergantung tipe baterai) untuk dapat terisi penuh.
Tenaga surya hadir dalam bentuk panas dan cahaya. Energi dalam bentuk panas bisa
dipakai secara langsung maupun tidak langsung. Cahaya merupakan bentuk lain dari
energi yang terpancar dari matahari, cahaya dikonversi menjadi tenaga listrik dengan
menggunakan modul surya yang disebut dengan modul Photovoltaic (PV) atau panel
surya. Proton dari sinar matahari menerpa elektron di dalam sel PV sehingga memberikan
energi yang cukup bagi sebagian elektron untuk berpindah dari junction semi-konduktor
dan menimbulkan tekanan listrik yang disebabkan adanya ketidakseimbangan listrik,
terlalu banyak elektron bermuatan negatif pada satu sisi junction, dan terdapat terlalu
banyak muatan positif di sisi lainnya. Pada saat elektron mengalir dari sisi satu ke sisi
lainnya maka tekanan akan berkurang. Hal ini terjadi ketika ada interkoneksi di antara sel.
Pada saat sel saling dihubungkan, maka terciptalah modul surya yang menghasilkan Arus
Searah (DC), untuk penggunaan Arus Bolak Balik (AC) maka dipergunakan inverter.
Inverter adalah rangkaian yang mengubah tegangan DC menjadi AC. Atau lebih
tepatnya inverter memindahkan tegangan dari sumber DC ke beban AC. Sumber tegangan
inverter dapat berupa baterai, Panel Surya maupun sumber tegangan DC lainya.
Berdasarkan gelombang keluaran yang dihasilkan, inverter dapat dibagi menjadi 3 macam
yaitu square wave, modified sine wave, dan pure sine wave
a. Square Wave
Inverter ini adalah yang paling sederhana. Walaupun inverter jenis ini dapat
menghasilkan tegangan 220V AC, 50 Hz namun kualitasnya sangat buruk. Sehingga
hanya dapat digunakan pada beberapa alat listrik saja. Hal ini disebabkan karena
karakteristik output inverter ini adalah memiliki level total harmonic distortion yang
tinggi.
b. Modified Sine Wave
Modified Sine Wave disebut juga Modified Square Wave atau Quasy Sine Wave karena
gelombang modified sine wave hampir sama dengan square wave, namun pada
modified sine wave outputnya menyentuh titik 0 untuk beberapa saat sebelum pindah
ke positif atau negatif. Selain itu karena modified sine wave mempunyai harmonic
distortion yang lebih sedikit dibanding square wave maka dapat dipakai untuk
beberapa alat listrik seperti komputer, tv dan lampu. Namun tidak bisa untuk beban-
beban yang lebih sensitif.
c. Pure Sine Wave
Pure Sine Wave atau true sine wave merupakan gelombang inverter yang hampir
menyerupai gelombang sinusoida sempurna, Dengan total harmonic distortion (THD)
<3%. Sehingga cocok untuk semua alat elektronika. Oleh sebab itu inverter ini juga
disebut clean power supply. Teknologi yang digunakan inverter jenis ini umumnya
disebut pulse width modulation (PWM) yang dapat mengubah tegangan DC menjadi
AC dengan bentuk gelombang yang hampir sama dengan gelombang sinusoida [6].
3. PEMBAHASAN
Penelitian diawali dengan mengumpulkan komponen – komponen yang diperlukan
untuk melakukan penelitian ini. Panel Surya yang dipakai adalah Panel Surya dengan
kapasitas 100 Wp dan memiliki jenis Mono-crystaline. Pada langkah kedua yang perlu
dilakukan adalah pemasangan Solar Charger Controller. Dengan cara menghubungkan
Panel Surya pada port 1 dan baterai pada port 2 serta beban pada port 3. Setelah tahap
pertama dan kedua dilakukan, sekarang pada tahap ketiga adalah menghubungkan inverter
pada port 3 solar charger controller, karena arus searah/ DC yang dikelarkan oleh Panel
Surya harus diubah terlebih dahulu menjadi arus bolak balik/AC. Setelah itu baru
dihubungkan ke beban yang telah disiapkan. Sebelum beban dinyalakan Panel Surya akan
terlebih dahulu mengisi baterai, baru setelah beban dinyalakan maka solar charger
controller secara otomatis membagi arus yang keluar dari Panel Surya ke baterai dan
beban, bila terdapat beban berlebih maka solar charger controller secara otomatis akan
menggunakan seluruh energi pada Panel Surya dan baterai kepada beban. Pengujian
dilakukan dengan mengambil sampel arus (Ampere) dan tegangan (Volt) baik dari Genset
maupun Panel Surya.
Setelah dilaksanakan penelitian dengan langkah langkah seperti diatas, didapatkan hasil
yang menunjukan bahwa penggunaan Panel Surya ternyata lebih efisien dibandingkan
dengan pengunaan Genset. Hal tersebut ditunjukan dengan investasi awal maupun biaya
operasional yang lebih rendah untuk Panel Surya. Persentase penghematan biaya Panel
Surya dibandingkan dengan Genset dapat dilihat di gambar 2.

Gambar 2. Persentase penghematan biaya penggunaan Panel Surya dibanding Genset.


Metode selanjutnya yang dilakukan adalah dengan merancang sebuah pembangkit
listrik tenaga surya dengan kapasitas 1300 watt yang akan menopang kebutuhan energi
listrik untuk beban rumah tanggga. Dari pengujian ini diperoleh data Pemakaian beban
seperti dalam tabel 1 berikut:
Tabel 1. Jenis Beban dan Daya Terpakai
No Jenis Beban Kwantitas Daya Terpakai (Watt)
1 Lampu 9 buah 134
2 Kulkas 1 buah 120
3 Dispenser 1 buah 85
4 Magic Com 1 buah 68
5 Kipas Angin 1 buah 72
6 Televisi 1 buah 125
Dari data yang diperoleh terlihat total daya yang terpakai sebesar 604 Watt.
a. Biaya Investasi PLTS Atap
Biaya investasi untuk sebuah PLTS Atap tipe Off-Grid sebagai berikut:
Tabel 2. Biaya Investasi PLTS Atap
No Jenis Material Jumlah Harga (Rupiah) Total Harga (Rupiah)
1 Modul Surya 250 Wp 2 buah 2.500.000,- 5.000.000,-
Baterai Luminous 100
2 2 buah 2.200.000,- 4.400.000,-
Ah
3 Inverter 1200 watt 1 buah 1.300.000,- 1.300.000,-
4 Solar Source Charge 1 buah 1.200.000,- 1.200.000,-
5 Kabel 128.000,- 128.000,-
TOTAL INVESTASI 12.028.000,-

b. Perbandingan Biaya Beban Listrik


Perbandingan biaya beban listrik sebelum dan sesudah pemasangan PLTS Atap per
bulan terlihat dalam tabel dibawah ini:
Tabel 3. Perbandingan Biaya Beban Listrik
Biaya Beban Listrik Bulan I Bulan II Bulan III
Sebelum Pemanfaatan
Rp400.000,-
PLTS Atap
Setelah Pemanfaatan
Rp300.000,- Rp250.000,- Rp272.000,-
PLTS Atap
Dari tabel terlihat penghematan biaya beban listrik selama pengamatan tiga bulan, dan
terlihat penghematan tidak konstant, hal ini dipengaruhi oleh pemakaian beban yang tidak
konstant dan kondisi matahari / cuaca pada saat itu. Jika diperhitungkan rata-rata biaya
beban listrik perbulan setelah memanfaatkan PLTS Atap adalah:
∑ Biaya bulan ke−... 822.000
Biaya Beban Listrik = = = Rp274.000, −/bulan
3 3

Maka selisih biaya beban listrik sebelum dan sesudah 400.000 – 274.000 = Rp126.000,-
/bulan. Jika selisih diperhitungkan selama 1 tahun maka kita dapat menghemat:
Jumlah Selisih = 126.000 × 12 = Rp1.512.000, −
4. KESIMPULAN DAN SARAN
Penggunaan Panel Surya sebagai sumber energi alternatif untuk mensuplai beban listrik
lebih efisien jika dibandingkan dengan menggunakan Genset sebagai sumber dayanya. Hal
tersebut berkaitan dengan biaya investasi dan biaya operasional Panel Surya yang lebih
murah.
Pembangkit listrik tenaga matahari atau surya merupakan pembangkit listrik yang
ramah lingkungan. Pembangkit listrik tenaga surya membutuhkan biaya investasi yang
besar dan memerlukan waktu yang lama dalam pengembalian modal investasi.
Pembangkit listrik tenaga surya atap belum mampu untuk menjadi sumber energi utama
berhubung kapasitas baterai belum memadai untuk penyimpanan energi listrik.
Pembangkit listrik tenaga surya atap mampu menghemat biaya beban listrik sekitar 31,5%.

DAFTAR PUSTAKA
[1] APAMSI, Pengembangan PLTS di Indonesia, Yogyakarta, 2013.
[2] V. Quaschining, Understanding Renewable Energy Systems, London: Sterling, VA:
Earthscan, 2005.
[3] Zuraidah Tharo and Hamdani, “Analisis Biaya Pembangkut Listrik Tenaga Surya (PLTS)
Atap Skala Rumah Tangga”.
[4] A. Samsurizal , Christiano, “Evaluasi Sudut Kemiringan Terhadap Pengaruh Irradiance
Pada Array Photovoltaic Jenis Monocristalline,” J. Ilm. Setrum, vol. 8, no. 1, pp. 28–34,
2019.
[5] I Gede Saputra Widharma, dkk. “Sistem Kontrol Terdistribusi Pada PLTS”, 2020.
[6] Bambang Hari Purwoto, “Efisiensi Penggunaan Panel Surya Sebagai Sumber Energi
Alternatif”.

Anda mungkin juga menyukai