Anda di halaman 1dari 8

PANEL SURYA

Bab ini membahas mengenai salah satu cara pembangkitan listrik dengan memanfaatkan
energi pada cahaya matahari (surya) yang berupa poton. Untuk merubah energi poton
menjadi energi listrik diperlukan bahan yang disebut dengan sel surya (photovoltaic cell).
Dalam bab ini akan disajikan materi mulai dari berbagai tipe (teknologi) sel surya, cara
pemasangannya, tipe instalasinya, komponen-komponen pendukung hingga cara
pengoperasian dan pemeliharaan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).

Dasar-Dasar Sel Surya

Sel surya dalam Bahasa Inggris sering disebut “Photovoltaic Cell.” Kata ‘photovoltaic’ terdiri
dari dua kata, yaitu photo dan volta. Photo adalah cahaya dan Volta (penghargaan yang
diberikan seorang ahli fisika dari Itali yang Bernama Volta, 1745-1827) adalah satuan
tegangan listrik. Dengan katalain photovoltaic artinya konversi langsung dari cahaya
matahari menjadi listrik. Singkatan yang umum digunakan untuk photovoltaic adalah PV.

Sejarah sel surya ini sebetulnya sudah dimulai sejak 1839, yaitu ketika Becquerel
menemukan efek cahaya, tetapi teknologi pada abad tersebut belum mampu untuk
mengeksploitasi temuan tersebut. Seratus tahun kemudian dimulai era semikonduktor.
Setelah Shockley mengembangkan sebuah model untuk sambungan p-n, Bell Laboratories
memproduksi sel surya pertama tahun 1954. Efisiensi dari sel surya tersebut kala itu hanya
berkisar 5% saja. Mulanya mahalnya biaya pembuatan sel surya ini tidak menjadi masalah
karena pada waktu itu aplikasi dari sel surya adalah untuk kegiatan penelitian luar angkasa.
Dalam tahun-tahun berikutnya, efisensi dari sel surya terus meningkat. Beberapa penelitian di
laboratorium sudah mencapai di atas 30%, tetapi yang beredar di pasaran masih kurang dari
20%. Bahan utama pembuat sel surya masih silicon, meskipun sel surya dari bahan lain juga
banyak dikembangkan, terutama untuk mencari bahan yang lebih tinggi efisiensnya atau lebih
murah biayanya.

Salah satu keunggulan sel surya dibanding energi terbarukan lainnya adalah penggunaannya
yang luas dan cocok untuk banyak aplikasi. Salah satu keunggulannya dapat dibuat dalam
bentuk modul. Semua ukuran kapasitas dapat dibuat mulai dari kapasitas milliwatt untuk
sumber energi jam tangan dan kalkulator hingga megawatt untuk pembangkit listrik
keperluan kawasan. Intenitas radiasi matahari di luar atmosper tergantung jarak dari matahari.
Nilai rata-rata iradiasi di atmosper disebut konstanta surya yang besarnya 1367 W/m2. Di
atmosper sinar matahari tidak semuanya mencapai permukaan bumi. Sebagian dipantulkan,
diserap dan disebarkan. Dalam keadaan cuaca baik, iradiasi mencapai permukaan bumi 1000
W/m2. Jika iradiasi energi surya dijumlahkan dalam setahun menghasilkan angka iradiasi
global tahunan dalam kWh/m2.

Cahaya, dengan energi poton, dapat memberikan energi untuk mengeksitasi elektron ke orbit
yang lebih tinggi (luar). Energi poton dapat dirumuskan dalam persamaan 2.1 berikut ini:

ℎ .𝑐
𝐸= 𝜆

(2.1)

yang mana λ Panjang gelombang dan c kecepatan cahaya = 2.99792458 • 108 m/s. Ketika
sebuah poton mempunyai energi yang cukup, ia dapat melepaskan elektron terpisah dari
intinya. Energi ini disebut sebagai energi ionisasi. Pelepasan elektron dari intinya oleh poton
disebut efek potolistrik eksternal. Tetapi sel surya merubah energi cahaya menjadi energi
listrik utamanya adalah cahaya tampak, ultraviolet dan infra merah yang energi potonnya
lebih kecil dari snar X, sehingga efek potolistrik eksternal tidak berlaku dalam sel surya. Jadi
efek poto listrik internal yang menentukan pengaruh cahaya dalam sel surya.

Gambar 2.1 memberikan ilustrasi mengenai tiga tipe bahan berdasarkan sifat kelistrikannya,
yaitu bahan konduktor yang menghantar listrik dengan baik, baik isolator yang menghantar
listrik kebalikan dari konduktor dan bahan semikonduktor yang sifat hantaran listriknya di
antara konduktor dan isolator. Pada gambar 2.1 pita tertinggi yang terisi penuh oleh elektron
disebut pita valensi. Pita berikutnya terisi sebagian atau bahkan kosong, disebut pita
konduksi. Ruang antara pita valensi dan pita konduksi adalah tingkat energi yang terlarang
sehingga ruang tersebut disebut dengan pita terlarang. Besarnya beda energi antara pita-pita
tersebut disebut celah energi, 𝐸𝑔 . Benda padat dikelompokkan ke dalam konduktor,
semikonduktor dan isolator tergantung pada besarnya celah dan susunan pita-pita tersebut.

Gambar 2.1 Pita energi konduktor, semikonduktor dan isolator.

Bahan semikonduktor adalah yang paling cocok untuk sel surya. Tahanan listrik spesifiknya
adalah di antara 10–5 Ω m and 107 Ω m. Pita konduksi dari bahan semikonduktor adalah
kosong sebagaimana bahan isolator. Tetapi karena celah energinya lebih kecil (𝐸𝑔 < 5 𝑒𝑉) ,
elektron-elektron pada bahan semikonduktor lebih mudah untuk dinaikkan ke pita konduksi
sebagaimana digambarkan pada Gambar 2.2. Peristiwa memindahkan elektron dari pita
valensi ke pita konduksi oleh poton disebut efek poto internal. Besarnya celah energi untuk
berbagai bahan semikonduktor pada suhu 300 K dapat dilihat pada tabel 2.1. Bagaimana sel
surya menghasilkan arus listrik yang mengalir dari bahan semikonduktor tipe p dan tipe n
dapat dijelaskan oleh gambar 2.3.
Gambar 2.2 Ilustrasi bagaimana energi surya poton mengeksitasi elektron untuk berpindah ke
pita energi yang lebih tinggi.

Tabel 2.1: Besarnya celah energi untuk berbagai bahan semikonduktor


Gambar 2.3 Prinsip sel surya dengan model pita energi

Sel surya hanya dapat merubah sebagian energi poton (energi cahaya) menjadi arus listrik.
Untuk poton-poton yang energinya lebih kecil dari celah energi, energinya tidak cukup untuk
memindahkan elektron dari pita valensi ke pita konduksi. Hal ini terjadi jika panjang
gelombang cahaya lebih besar dari persamaan 2.2, sehingga tanggap spektrum sel surya
hanya terjadi pada panjang gelombang tertentu saja sebagaimana ditunjukkan oleh gambar
2.4.Tidak semua energi dari poton-poton yang mempunyai /yang datang dipantulkan oleh
permukaan sel surya dan ada juga yang diteruskan (ditranskmisikan) oleh sel surya. Juga ada
beberapa elektron bergabung kembali lubang sehingga tidak berkontribusi terhadap arus
listrik yang mengalir. Dengan kata lain, elektron-elektron yang sudah dieksitasi oleh poton
dapat jatuh kembali ke dalam pita valensi sebelum berkontribusi terhadap produksi arus
listrik. Proses ini dapat dijelaskan oleh gambar 2.5

(2.2)

Proses iradiasi sinar matahari sampai ke permukaan bumi secara global terdiri dari radiasi
langsung dari matahari, radiasi yang tersebar secara acak karena menumbuk penghalang,
misal partikel-partikel debu di udara dan radiasi yang terpantul sebagaimana diilustrasikan
pada gambar 2.6. Dengan demikian jumlah iradiasi sinar matahari yang mencapai permukaan
sebuah sel surya sangat dipengaruhi oleh kondisi awan dan waktu, yang fluktuasinya dapat
sangat besar. Misalnya, kalua cuaca berawan banyak, Sebagian besar sinar matahari
dipantulkan oleh awan dan tidak mencapai permukaan bumi. Potensi radiasi matahari juga
sangat tergantung kepada kondisi tempat. Sebagai contoh potensi radiasi matahari di negara
Jerman rata-rata berkisar 900 – 1200 kWh/m2/thn, sementara di Indonesia rata-rata berkisar
1400 – 2200 kWh/m2/thn. Besaran rata-rata iradiasi harian sinar matahari dalam satuan
kWh/m2terkadang disebut “Peak Sun Hours” (PSH) atau puncak waktu matahari. PSH
menunjukkan iradiasi matahari pada lokasi tertentu ketika matahari bersinar maksimum
dalam 1 kW/m2 pada jam-jam tertentu. Sebagai contoh jika suatu lokasi menerima energi 10
kWh/m2per hari dapat dikatakan telah menerima 8 PSH per hari pada 1 kW/m2.

Gambar 2.4 Tanggap spektrum sel surya


Gambar 2.5. Proses-proses yang terjadi dalam iradiasi sebuah sel surya

Gambar 2.6. Ilustrasi hubungan antara cuaca dan iradiasi sinar matahari

Tipe-Tipe Sistem Listrik Tenaga Surya

Secara umum sistem listrik tenaga surya terdiri dari panel surya (solar PV) yang bisa modul
tunggal atau terdiri dari susunan beberapa modul, kotak kombinasi (“combiner box”),
pemutus arus DC, inverter (yang bisa juga dilengkapi dengan “charger” dan pengontrol,
pemutus arus AC, panel listrik dan baterei jika diperlukan. Sistem listrik tenaga surya secara
garis besar dapat dua tipe, yaitu tipe “off-grid” (tidak terhubung dengan jaringan PLN) dan
tipe “on-grid” (terintegrasi dengan jaringan PLN). Tipe “off-grid” terdiri dari pembangkit
(panel surya atau susunan beberapa panel surya), pengatur pengisian baterai (“charge
controller), inverter yang merubah listrik arus searah (DC) menjadi listrik arus bolak-balik
(AC), baterai tempat menyimpan listrik jika diperlukan dan beban pemakaian. Gambar 2.7
adalah salah satu contoh model konfigurasi untuk sistem listrik tenaga surya yang “off-grid.”
Untuk tipe yang “on-grid” (terintegrasi dengan jaringan PLN) terdiri dari pembangkit (panel
surya atau susunan beberapa panel surya), kotak kombinasi (combiner box) atau kotak
penghubung antar panel surya (PV junction box), inverter, meteran ekspor/impor, beban
listrik dan koneksi jaringan sebagaimana ditunjukkan pada gambar 2.8.

(a) (b)

Gambar 2.7. Contoh konfigurasi sistem listrik tenaga surya “off-grid.”

Gambar 2.8. Contoh konfigurasi sistem listrik tenaga surya “on-grid.”

Anda mungkin juga menyukai