Anda di halaman 1dari 29

BAB 2

DASAR TEORI

2.1 Landasan Teori

Dalam upaya pemecahan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya pada Bab I,

dibutuhkan teori-teori yang mendukung. Teori-teori ini nantinya digunakan untuk

membantu menghasilkan rancangan yang penulis buat. Sehubungan dengan hal tersebut,

maka dalam bab ini akan diuraikan beberapa teori-teori yang terkait, antara lain :

2.1.1 PLTS ( Pembangkit Listrik Tenaga Surya )

Pembangkit Listrik Tenaga Surya ( PLTS ) adalah suatu teknologi pembangkit

listrik yang mengkonversi foton dari surya menjadi energi listrik. Konversi ini dilakukan

pada panel surya yang terdiri dari sel-sel fotovoltaik. Sel-sel ini merupakan lapisan-

lapisan tipis dari silicon (Si) murni atau bahan semikonduktor lainnya yang diproses

sedemikian rupa, sehingga apabila bahan tersebut mendapat energi photon akan

mengeksitasi electron dari ikatan atomnya menjadi electron yang bergerak bebas, dan

pada akhirnya akan mengeluarkan tenaga listrik arus searah.

2.1.2 Solar Cell ( Fotovoltaik)

Sel surya atau juga sering disebut fotovoltaik adalah suatu alat dari bahan

semikonduktor dimana penyerapan sinar matahari akan menghasilkan muatan-muatan

listrik. Energi sinar matahari diubah langsung menjadi energi listrik dengan cara

menjatuhkan sinar matahari pada bidang batas dari dua macam bahan semikonduktor

yang ada didalam suatu elemen sel surya1. Energi matahari merupakan radiasi

gelombang elektromagnetik yang terdiri atas radiasi energi matahari dan energi photon.

1
Sulasno,Teknik Konversi Energi Listrik dan Sistem Pengaturan (Semarang 2009) hal.10

6
7

Besarnya energi matahari ini adalah suatu konstanta dikalikan dengan frekuensi radiasi

yaitu:

E = h. f....................................................................(2.1)

Dimana: h = konstanta Planck ( 6,6 . 10-34 joule detik )

f = frekuensi ( c/s ) = c / 𝜆

c = kecepatan rambat gelombang elektromagnetik ( 3 x 108 m/det )

𝜆 = panjang gelombang radiasi ( m )

Energi matahari yang sampai ke bumi adalah dalam bentuk spektrum radiasi infra

merah, sinar nampak dan radiasi ultraviolet. Ketika melalui atmosfir, radiasi energi ini

sebagian diserap plah lapisan troposfer. Sedangkan sebagian lagi akan dipantulkan

kembali ke ruang angkasa.

Untuk memperoleh energi matahari yang sebaik-baiknya, maka sel surya harus

diarahkan tegak lurus pada sinar matahari dan memastikan tidak adanya segala hal yang

dapat menghalangi sinar matahari ke panel surya tersebut. Untuk mencapai kondisi ini

dipergunakan hubungan:

mA = 1
……………………………(2.2)
cos(Ø+𝜑)

dimana : mA = perbandingan luas yang disinari dengan luas daerah efektif terhadap

sinar matahari.

Ø = sudut garis lintang ( derajat )

𝜑 = sudut yang ditentukan oleh perubahan relatif kedudukan matahari

Keadaan ideal ini akan sangat sulit dicapai dan sebagai pendekatan mA hanya

ditentukan oleh kedudukan garis lintang dan kedudukan matahari pada saat kulminasi.
8

Sinar matahari yang sampai pada permukaan sel surya, kemudian siliconnya akan

melaksanakan proses photovoltaik yang membangkitkan aliran elektron dan lubang.

Aliran elektron dan lubang ini merupakan aliran listrik yang dapat menyalakan lampu

dalam suatu rangkaian listrik sederhana. Seperti pada gambar 2.1.

Gambar 2.1. Bentuk fisik sel surya


(Sumber : Energi dan Konversi Energi, hal 17)

Ada tiga macam struktur sel surya yang paling sederhana, yaitu:

a. Sambungan homo, hubungan p-n dari bahan semikonduktor yang sama.

b. Sambungan hetero, hubungan p-n antara dua bahan semikonduktor yang berbeda.

c. Penghalang schottly atau diode schotty, hubungan metal semikonduktor.

Jenis bahan semikonduktor yang lazim digunakan untuk membuat sel surya adalah

elemen Silikon, gabungan Cadmium Sulfida dan sel surya Gallium Aesesida dan

Cadmium Telkuride:

1. Elemen Silikon (Si)

Muatan listrik yang bergerak dalam sel surya ini adalah akibat dari gerakan elektron

dan lubang. Besarnya efisiensi sekitar 11 %


9

2. Gabungan Cadmium Sulfida (CdS)

Pada sel surya ini tidak terdapat sambungan P-N seperti pada sel surya silicon, tetapi

diodanya terbentuk dari sambungan antara tembaga dan CdS. Daerah penghalang tidak

ditentukan seluruhnya oleh celah energi dari semikonduktor, tetapi sebagian ditentukan

oeh elektron CdS. Bila energi yang diserap lebih besar dari 1 eV, maka akan terjadi

pemindahan muatan bebas dari tembaga ke CdS dan muatan bebas ini dikontribusikan

ke daerah penghalang dan merupakan aliran muatan yang disebutkan oleh proses

photovoltaik. Efisiensi adalah 7 %.

3. Sel Surya Galliun Arsenida dan Cadmium Telluride

Sel surya Ga As ini dibuat dari Kristal tunggal atau dengan lapisan tipis. Sel surya

ini sangat cocok untuk pemakaian di ruang angkasa, karena mempunyai daya tahan

tinggi terhadap benturan partikel ruang angkasa luar.

Sel surya Ga As mempunyai celah energi sebesar 1,34 eV, sedangkan sel surya Cd Te

mempunyai celah energi sebesar 1,96 eV2.

Sel surya yang mempunyai 20 Wp (dimensi 60 x 30 cm) artinya solar cell hanya

mampu mengasilkan daya maksimal 20 watt. Pada siang hari jika sinar matahari

terhadap sel surya tegak lurus maka daya yang diperoleh minimal 5 watt dan

mengahasilkan arus 1 Ampere, akan tetapi jika pada saat kondisi mendung sel surya

hanya mampu menghasilkan daya sekitar 2,8 – 4 watt dan menghasilkan arus 150-220

mA.

2
Sulasno,Teknik Konversi Energi Listrik dan Sistem Pengaturan (Semarang 2009) hal. 18-19
10

2.1.3 Solar Charger Controller

Solar Charger Controller adalah peralatan elektronik yang digunakan untuk

mengatur arus searah yang diisi ke baterai dan diambil dari baterai ke beban. Solar

charge controller mengatur overcharging (kelebihan pengisian karena baterai sudah

penuh) dan kelebihan voltage dari panel surya / solar cell. Kelebihan voltage dan

pengisian akan mengurangi umur baterai. Solar charge controller menerapkan teknologi

Pulse width modulation (PMW) untuk mengatur fungsi pengisian baterai dan

pembebasan arus dari baterai ke beban. Panel surya / solar cell 12 Volt umumnya

memiliki tegangan output 16 – 21 Volt. Jadi tanpa solar charge controller, baterai akan

rusak oleh over – charging dan ketidak stabilan tegangan. Baterai umumnya di-charge

pada tegangan 13 – 13,8 Volt. Beberapa fungsi detail dari solar charge controller adalah

sebagai berikut:

a. Mengatur arus untuk pengisian ke baterai, menghindari overcharging, dan

overvoltage.

b. Mengatur arus yang dibebaskan / diambil dari baterai agar baterai tidak full discharge

dan overloading.

c. Monitoring temperature baterai.

Untuk membuat solar charge controller yang harus diperhatikan adalah: Voltage 12

Volt DC / 24 Volt DC kemampuan (dalam arus searah) dari controller. Misalnya 5

Ampere, 10 Ampere, dsb. Full charger dan low voltage cut. Seperti yang telah

disebutkan sebelumnya solar charge controller yang baik biasanya mempunyai

kemampuan mendeteksi kapasitas baterai. Bila baterai sudah penuh terisi maka secara

otomatis pengisian arus dari panel surya berhenti. Cara mendeteksi adalah melalui
11

monitor level tegangan baterai. Solar charge controller akan mengisi baterai sampai

level tegangan tertentu, kemudian apabila level tegangan drop, maka baterai akan diisi

kembali. Solar charge controller biasanya terdiri dari: 1 input (2 terminal) yang

terhubung dengan output panel surya, 1 output (2 terminal) yang terhubung dengan

baterai / aki dan 1 output (2 terminal) yang terhubung dengan beban (load). Arus listrik

DC yang berasal dari baterai tidak mungkin masuk ke panel sel surya karena biasanya

ada „diode protection‟ yang hanya melewatkan arus listrik DC dari panel surya ke

baterai, bukan sebaliknya.

1. Cara Kerja Solar Charge Controller

Solar charge controller adalah komponen penting dalam Pembangkit Listrik

Tenaga Surya. Cara kerja solar charge controller antara lain: Charging Mode Solar

Charge Controller dan Mode Operasi Solar Charge Controller:

a. Charging Mode Solar Charge Controller

Dalam charging mode, umumnya baterai diisi dengan metoda three stage

charging:

a) Fase bulk : baterai akan di-charge sesuai dengan tegangan setup (bulk–antara

14,4 – 14,6 Volt) dan arus diambil secara maksimun dari panel surya. Pada saat

baterai sudah pada tegangan setup (bulk) dimulailah fase absorption.

b) Fase absorption : pada fase ini, tegangan baterai akan dijaga sesuai dengan

tegangan bulk, sampai solar charge controller timer (umumnya satu jam)

tercapai, arus yang dialirkan menurun sampai tercapai kapasitas dari baterai.

c) Fase float : baterai akan dijaga pada tegangan float setting (umumnya 13,4-13,7

Volt). Beban yang terhubung ke baterai dapat menggunakan arus maksimun dari
12

panel surya pada stage ini.

b. Mode Operation Solar Charge Controller

Pada mode ini, baterai akan melayani beban. Apabila ada over-discharge ataun over-

load, maka baterai akan dilepaskan dari beban. Hal ini berguna untuk mencegah

kerusakan dari baterai.

Gambar 2.2 Bentuk Charger Controler


(Sumber : Penulis)

2.1.4 DIODA

Dioda adalah sambungan semiconductor p-n, berfungsi sebagai penyearah. Dioda

terbuat dari bahan semikonduktor yang saling dipertemukan. Bahan tipe-p menjadi sisi

anoda sedangkan tipe-n menjadi katoda. Bergantung pada polaritas tegangan yang

diberikan kepadanya, dioda bisa berlaku sebagai saklar terbuka apabila anoda

mendapatkan tegangan negatif, sedangkan katoda mendapatkan tegangan positif dan

berlaku sebagai saklar penutup apabila anoda mendapatkan tegangan positif sedangkan
13

katoda mendapatkan tegangan negatif, kondisi tersebut terjadi hanya pada diode ideal-

konseptual. Pada diode faktual (ril), perlu tegangan lebih besar dari 0,7 volt (untuk diode

yang terbuat dari bahan silicon) pada anoda terhadap katoda agar diode dapat

menghantar arus listrik. Tegangan sebesar 0,7 volt ini disebut sebagai tegangan halang

(barrier voltage). Dioda yang terbuat dari bahan germanium memiliki tegangan halang

kira-kira 0,3 volt. Komponen dioda sering berbentuk silinder kecil dan biasanya diberi

lingkaran pada katoda untuk menunjukkan posisi garis dalam lambang3.

Berdasarkan jenisnya ada lima jenis diode sebagai berikut :

a. Dioda penyearah adalah diode yang difungsikan untuk penyearah tegangan bolak-

balik menjadi tegangan searah, biasanya digunakan pada rangkaian power supply.

b. Dioda pemancar cahaya atau LED adalah diode yang memancarkan cahaya bila

dipancar maju (forward Bias).

c. Dioda foto (fotovoltaic) digunakan untuk mengubah energy cahaya menjadi energi

listrik searah.

d. Dioda zener digunakan untuk regulasi tegangan

Gambar 2.3 Simbol dan bentuk diode


(Sumber : Komponen Dasar Elektronika, hal 28)

3
Richard Blocher, Dipl.Phys Dasar Elektronika (Yogyakarta: Andi, 2009) hal. 17
14

Dioda digunakan untuk menyearahkan tegangan listrik bolak balik (AC) menjadi

tegangan listrik searah. Rangkaian dioda penyerah dapat dibagi menjadi :

a. Penyearah Setengah Gelombang (Half Wafe Rectifier)

Penyearah setengah gelombang (half wave rectifier) adalah sistem penyearah

yang menggunakan satu blok dioda tunggal (bisa satu dioda atau banyak dioda yang

diparalel) untuk mengubah tegangan dengan arus bolak-balik (AC) menjadi tegangan

dengan arus searah (DC). sinyal. Prinsip kerja penyearah setengah gelombang

memanfaatkan karakteristik dioda yang hanya bisa dilalui arus satu arah saja. Disebut

penyearah setengah gelombang karena penyearah ini hanya melewatkan siklus positif

dari sinyal Bolak Balik (Alternating Current).

Rangkaian penyearah setengah gelombang banyak dipakai pada power supply dengan

frekuensi tinggi seperti pada power supply SMPS dan keluaran transformator Flyback

Televisi. Sistem penyearah setengah gelombang kurang baik diaplikasikan pada

frekuensi rendah seperti jala-jala listrik rumah tangga dengan frekuensi 50Hz karena

membuang satu siklus sinyal AC dan mempunyai riak (ripple) yang besar pada

keluaran tegangan DC-nya sehingga membutuhkan kapasitor yang besar.

Prinsip kerja penyearah setengah gelombang dapat dilihat pada gambar dibawah

ini. Tegangan input dengan arus bolak-balik melewati satu dioda penyearah

kemudian pada outputnya tampak melewatkan "gunung" dari sinyal sinus dan

menghambat fase lembahnya. Hal ini mengakibatkan keluaran dari penyearah

setengah gelombang memiliki banyak riak (riple) dan membutuhkan kapasitor yang

besar untuk menghaluskannya.


15

Gambar 2.4 Rangkaian Penyearah Setengah Gelombang


(Sumber : Komponen Dasar Elektronika, hal 29)

Penyearah setengah gelombang memiliki kelebihan dari segi rangkaian yang

sangat simpel dan sederhana. Karena menggunakan satu dioda maka biaya yang

dibutuhkan untuk rangkaian lebih murah. Kelemahan dari penyearah setengah

gelombang adalah keluarannya memiliki riak (ripple) yang sangat besar sehingga

tidak halus dan membutuhkan kapasitor besar pada aplikasi frekuensi rendah seperti

listrik PLN 50Hz. Kelemahan ini tidak berlaku pada aplikasi power supply frekuensi

tinggi seperti pada rangkaian SMPS yang mempunyai duty cycle diatas 90%.

Kelemahan penyearah setengah gelombang lainnnya adalah kurang efisien karena

hanya mengambil satu siklus sinyal saja. Artinya siklus yang lain tidak diambil alias

dibuang. Ini mengakibatkan keluaran dari penyearah setengah gelombang memiliki

daya yang lebih kecil.

b. Penyearah Gelombang Penuh (Full Wafe Rectifier)

Penyearah gelombang penuh (full wave rectifier) adalah sistem penyearah yang

menyearahkan semua siklus gelombang sinus menggunakan dua blok dioda (satu

blok dioda bisa berupa satu atau beberapa dioda yang diparalel) yang bekerja secara

komplenen. Satu dioda bekerja pada fase siklus positif dan satu dioda bekerja pada

fase siklus negatif yang telah dibalik. Oleh karena itu penyearah gelombang penuh
16

identik dengan penggunaan transformator center tap (CT) yang memiliki dua buah

output sinyal AC dengan fase berkebalikan.

Rangkaian penyearah gelombang penuh menghasilkan tegangan DC dengan riak

(ripple) yang lebih sedikit dibanding penyearah setengan gelombang. Hal ini karena

gelombang yang dihasilkan lebih rapat yaitu hasil penggabungan dari siklus sinyal

sinus positif dan siklus sinyal sinus negatif yang telah dibalik menjadi siklus positif.

Jadi penyearah akan tetap mengeluarkan output pada periode gunung dan lembah dari

sinyal sinus

Sebuah rangkaian penyearah gelombang penuh dibangun dari sebuah

transformator CT dengan dua dioda penyearah. Fungsi transformator CT adalah

menghasilkan dua buah sinyal sinus dengan fase yang berkebalikan. Satu lilitan

menghasilkan fase yang sama dengan input dan satu lilitan yang lain menghasilkan

fase yang berkebalikan dari sinyal inpu Dengan dua sinyal AC yang saling berbeda

fase ini maka kedua dioda yang masing-masing berfungsi sebagai penyearah setengah

gelombang dapat bekerja secara bergantian. Satu dioda menyearahkan siklus positif

dari lilitan atas dan satu dioda kemudian ganti menyearahkan siklus positif dari lilitan

bawah yang merupakan balikan fasa dari siklus negatif sinyal input AC. Output dari

penyearah gelombang penuh yang lebih rapat dari penyearah setengah gelombang

menyebabkan riak (ripple) yang ada pada output tegangan DC menjadi lebih kecil.

Akibatnya output dari penyearah gelombang penuh menjadi lebih halus dan lebih

stabil dari penyearah setengah gelombang.


17

Gambar 2.5 Rangkaian Penyearah Gelombang Penuh


(Sumber : Komponen Dasar Elektronika, hal 30)

c. Penyearah Sistem Jembatan (Bridge Rectifier)

Penyearah sistem jembatan (bridge rectifier) adalah sebuah penyearah yang

menggunakan empat buah blok dioda yang disusun model jembatan (satu blok dioda

bisa berupa satu atau beberapa dioda yang diparalel). Penyearah sistem jembatan

mampu menghasilkan output gelombang penuh dari satu gulungan transformator.

Dalam hal ini berbeda dengan penyearah gelombang penuh sebelumnya yang harus

menggunakan transformator CT. Penyearah sistem jembatan disusun oleh empat blok

dioda yang bekerja secara bergantian pada tiap fase sinyal sinus. Hal ini

menyebabkan keluaran penyearah sistem jembatan sama dengan penyearah

gelombang penuh meski hanya menggunakan satu gulungan transformator.

Penyearah sistem jembatan dianggap lebih murah jika hanya bertujuan menghasilkan

tegangan tunggal karena tidak harus menambah lilitan transformator.


18

Gambar 2.6 Rangkaian Penyearah Sistem Jembatan


(Sumber : Komponen Dasar Elektronika, hal 31)

Sebuah penyearah sistem jembatan sederhana digambarkan dengan empat buah

dioda yang disusun model jembatan. Meski terdiri dari empat buah dioda, pada

kenyataannya hanya dua dioda yang bekerja pada masing-masing fase sinyal sinus.

Dioda D1 dan D3 mengumpulkan tegangan positif dari sinyal sinus, sedangkan D2 dan

D4 mengumpulkan tegangan negatif dari sinyal sinus.

Saat sinyal sinus pada siklus gunung (fase positif) maka titik A lebih positif dari

titik B. Hal ini menyebabkan arus mengalir dari titik A menuju D1 melewati RL

kemudian menuju D2 dan sampai pada titik B. Dalam hal ini katoda D1 menjadi titik

positif dan Anoda D2 menjadi titik negatif. Pada siklus ini dioda D3 dan D4 tidak

bekerja karena berada pada posisi reverse.

Saat sinyal sinus pada siklus lembah (fase negatif) maka titik B lebih positif dari

titik A. Hal ini menyebabkan arus mengalir dari titik B menuju D3 melewati RL

kemudian menuju D4 dan sampai pada titik A. Dalam hal ini katoda D3 menjadi titik

positif dan Anoda D4 menjadi titik negatif. Pada siklus ini gantian dioda D1 dan D2

tidak bekerja karena berada pada posisi reverse.


19

2.1.5 Resistor

Resistor atau biasa yang disebut tahanan atau penghambat, adalah suatu komponen

elektronik yang memberikan hambatan terhadap perpindahan elektron (muatan

negative). Resistor disingkat dengan huruf “R”. Satuan resistor adalah ohm, yang

menemukan George Ohm (1787-1854), seorang ahli fisika dari Jerman. Untuk

perhitungan besarnya arus yang mengalir melalui sebuah tahanan maka berlaku hukum

ohm. Hukum ohm menyatakan bahwa “tegangan yang mengalir pada berbagai jenis

penghantar adalah berbanding lurus dengan arus yang mengalir pada penghantar

tersebut. Resistor terdapat dalam berbagai bentuk, tetapi paling sering berbentuk silinder

kecil dengan satu sambungan pada masing-masing ujung. Silinder ini diberi lingkaran

warna sebagai kode warna untuk menunjukkan sifatnya 4. Setiap resistor mempunyai

nilai hambatan tertentu yang dinyatakan dalam satuan Ohm. Nilai resistor dinyatakan

dalam kode warna atau tulisan angka. Dalam nilai resistor biasanya disertai parameter

toleransi dan kekuatan daya resistor. Ada dua jenis resistor yaitu resistor tetap (fixed)

dan resistor tidak tetap (variabel). Resistor tetap adalah resistor yang mempunyai nilai

tetap dan tidak berubah selama pemakaian. Sedangkan resistor variabel adalah resistor

yang nilainya bisa diubah selama pemakaian. Perubahan nilai resistor variabel ini

ditentukan oleh pengguna, jadi selama tidak diubah maka nilai resistor variabel bersifat

tetap

Dalam rumusnya dapat ditulis sebagai berikut.

V = I . R...........................................................(2.3)

𝑉
R=
𝐼
4
Richard Blocher, Dipl.Phys Dasar Elektronika (Yogyakarta: Andi, 2009) hal.12
20

Keterangan :
V = tegangan listrik ( volt )
I = arus yang mengalir ( ampere )
R = tahanan ( ohm )

Gambar 2.7 Bentuk dan Kode Warna


(Sumber : Jago elektronika secara otodidak h.12)

2.1.6 Kapasitor

Kapasitor adalah sebuah komponen yang bisa menyimpan muatan listrik.

Kapasitor sering disebut juga dengan kondenser atau kondensator. Kapasitor merupakan

komponen pasif, yaitu komponen yang memerlukan tegangan bias untuk bisa bekerja.

Kapasitor sangat banyak dipakai pada rangkaian elektronika terutama pada rangkaian

audio dan pemancar radio. Kapasitor terbentuk dari dua buah plat konduktor yang

dipisahkan oleh bahan dielektrikum atau insulator. Penggunaan bahan dielektrikum pada

kapasitor inilah yang menunjukkan jenis kapasitor. Seperti misalnya kapasitor keramik

menggunakan dielektrikum dari bahan keramik dan kapasitor elektrolit (elco)

menggunakan cairan elektrolit sebagai bahan dielektrikum. Nilai kapasitor dinyatakan

dengan satuan Farad dan ditulis dengan tanda huruf F. Kata farad diambil dari nama
21

Michael Faraday yang berhasil merumuskan besarnya nilai kapasitansi sebesar 1 Farad

jika kapasitor tersebut dapat menyimpan muatan listrik sebesar 1 Coloumbs pada

tegangan 1 Volt.

Kemampuan kapasitor menyimpan muatan dapat dituliskan dalam bentuk rumus

sebagai berikut :
Q.........................................................................
C= (2.4)
𝑉

Keterangan : C = Kapasitansi (farad)


Q = Muatan kapasitor (coulomb)
V = Tegangan kapasitor (volt)

Gambar. 2.8 Jenis kapasitor


(Sumber : Komponen Dasar Elektronika, hal 23)

2.1.7 Integrated Circuit Regulator ( IC Regulator )

Regulator Voltage berfungsi sebagai filter tegangan agar sesuai dengan keinginan.

Oleh karena itu biasanya dalam rangkaian power supply terdapat IC Regulator tegangan

yang befungsi untuk menstabilkan output tegangan.

Rangkaian penyearah sudah cukup bagus jika tegangan ripple –nya kecil, tetapi

ada masalah stabilitas. Jika tegangan PLN naik/turun, maka tegangan outputnya juga
22

akan naik/turun, jika arus semakin besar ternyata tegangan tegangan DC keluarannya

juga ikut turun. Untuk beberapa aplikasi perubahan tegangan ini cukup mengganggu,

sehingga diperlukan komponen aktif yang dapat meregulasi tegangan keluaran ini

menjadi stabil.

Beberapa alasan yang mungkin diperlukannya sebuah regulator yaitu :

1. Fluktuasi tegangan jala-jala

2. Perubahan tegangan akibat beban ( loading )

3. Perlu pembatasan arus dan tegangan untuk keperluan tertentu

Karena regulasi voltase untuk catu daya seringkali dibutuhkan, maka tersedia

berbagai jenis IC yang memenuhi kebutuhan ini. Salah satu IC adalah seri 78xx, dimana

xx menunjukkan voltase keluaran dari IC tersebut. IC 78xx mempunyai 3 kaki, satu

untuk Vin satu untuk Vout, dan satu untuk GND. Dalam IC ini selain rangkaian regulasi

juga sudah terdapat rangkaian pengaman yang melindungi IC dari arus atau daya yang

terlalu tinggi. Terdapat pembatasan arus yang mengurangi voltase keluaran kalau batas

arus terlampaui. Besar dari batas arus ini tergantung dari voltase pada IC sehingga arus

maksimal lebih kecil kalau selisih voltase antara Vin dan Vout lebih besar. Juga terdapat

pengukuran suhu yang mengurangi arus maksimal kalau suhu IC menjadi terlalu tinggi.

Dengan rangkaian-rangkaian pengaman IC terlindung dari kerusakan sebagai akibat

beban terlalu besar5.

5
Richard Blocher, Dipl.Phys Dasar Elektronika (Yogyakarta: Andi, 2009) hal.247
23

Vin 3 Vout
1
78xx

C1 2 C2
GND

Gambar 2.9 Regulasi voltase memakai IC 7805


(Sumber : Dasar Elektronika, hal 247)

2.1.8 Teori Umum ATMEGA16

Mikrokontroler merupakan suatu sistem komputer yang seluruh atau sebagian

besar elemennya dikemas dalam satu chip IC, sehingga sering juga disebut dengan

single chip mikrokomputer. Mikrokontroler biasa dikelompokkan dalam satu keluarga,

masing-masing mikrokontroler mempunyai spesifikasi tersendiri namun masih

kompatibel dalam pemrogramannya. AVR merupakan seri mikrokontroler CMOS 8 bit

buatan Atmel, berbasis arsitektur RISC (Reduced Instruction Set Computer). Atmel

merupakan salah satu vendor yang bergerak dibidang mikroelektronika, telah

mengembangkan AVR (Alf and Vegard’s Risc processor) sekitar tahun 1997. Berbeda

dengan microcontroller MCS51, AVR menggunakan arsitektur RISC (Reduce

Instruction Set Computer) yang mempunyai lebar bus data 8 bit, perbedaan ini bisa

dilihat dari frekuensi kerjanya. MCS51 memiliki frekuensi kerja seperduabelas kali

frekuensi oscillator sedangkan frekuensi kerja AVR sama dengan frekuensi oscillator.

Jadi dengan frekuensi oscillator yang sama, kecepatan AVR dua belas kali lebih cepat

dibanding kecepatan MCS51. Secara umum AVR dibagi menjadi 4 kelas, yaitu Attiny,

AT90Sxx, ATMega dan AT86RFxx. Perbedaan antar tipe AVR terletak pada fitur-fitur
24

yang ditawarkan, sementara dari segi arsitektur dan set instruksi yang digunakan hampir

sama.

U1
9RESET PC0/SCL22
13XTAL1 PC1/SDA23
12XTAL2 PC2/TCK24
PC3/TMS25
PC4/TDO26
40 PC5/TDI27
PA0/ADC0 PA1/ADC1 PA2/ADC2 PA3/ADC3 PA4/ADC4 PA5/ADC5 PA6/ADC6 PA7/ADC7
PC6/TOSC128
39
38 PC7/TOSC229
37
36 PD0/RXD14
35 PD1/TXD15
34 PD2/INT016
33 PD3/INT117
PD4/OC1B18
1 PD5/OC1A19
PB0/T0/XCK PB1/T1 PB2/AIN0/INT2 PB3/AIN1/OC0 PB4/SS PB5/MOSI PB6/MISO PB7/SCK
PD6/ICP120
2
ATMEGA16 PD7/OC221
3
4
5
6
7 32
8 AREF AVCC
30

Gambar 2.10 Konfigurasi Pin Mikrokontroler ATMega16


(Sumber : Mikrokontroler AVR ATmega16, hal 42)

a. Arsitektur ATMega16

1) Saluran I/O ada 32 buah, yaitu Port A, Port B, Port C, dan Port D.

2) ADC (Analog to Digital Converter) 10 bit sebanyak 8 channel.

3) Tiga buah Timer/Counter dengan kemampuan perbandingan.

4) CPU yang terdiri dari 32 register.

5) 131 intruksi andal yang umumnya hanya membutuhkan 1 siklus clock.

6) Watchdog Timer dengan oscilator internal.

7) Dua buah Timer/Counter 8 bit.

8) Satu buah Timer /Counter 16 bit.


25

9) Tegangan operasi 2.7 V - 5.5 V pada Atmega16.

10) Internal SRAM sebesar 1KB.

11) Memory Flash sebesar 16KB dengan kemampuan Read While Write.

12) Unit interupsi internal dan eksternal.

13) Port antarmuka SPI.

14) EEPROM sebesar 512 byte dapat diprogram saat operasi.

b. Fitur ATMega16

1) Mikrokontroler AVR 8 bit yang memiliki kemampuan tinggi, dengan daya

rendah

2) Arsitektur RISC dengan throughput mencapai 16 MIPS pada frekuensi

16MHz.

3) Memiliki kapasitas Flash memori 16 KByte, EEPROM 512 Byte dan SRAM 1

KByte.

4) ADC (Analog to Digital Converter) 10 bit sebanyak 8 channel.

5) Hampir mencapai 16 MIPS pada Kristal 16 MHz.

6) Differential Channel dengan Programmable Gain 1x, 10x, atau 200x

c. Konfigurasi Pin AVR ATMega 16

Konfigurasi pin ATMega 16 dengan kemasan 40 pin DIP (Dual Inline Package).

Adapun fungsi dari masing-masing pin ATMega 16 sebagai berikut

1) VCC merupakan pin yang berfungsi sebagai masukan catu daya.

2) GND merupakan pin Ground.

3) RESET merupakan pin yang digunakan untuk me-reset mikrokontroler.

4) XTAL1 dan XTAL2 merupakan pin masukan clock eksternal


26

5) AVCC merupakan pin masukan tegangan untuk ADC

6) AREF merupakan pin masukan tegangan referensi ADC

7) Port A (PA.0...PA.7) merupakan pin input/ output dua arah dan pin masukan

ADC.

8) Port B (PB.0...PB.7) merupakan pin input/ output dua arah dan pin fungsi

khusus,5. Port C (PC.0...PC.7) merupakan pin input/ output dua arah dan pin

fungsi khusus

9) Port D(PD.0...PD.7) merupakan pin input/ output dua arah dan pin fungsi

khusus

2.1.9 Fotodiode

Pada fotodiode, elektron akan didapatkan ketika energi cahaya mengenai

sambungan P-N. Semakin besar cahaya mengenai sambungan P-N, semakin besar arus

balik pada fotodiode. Fotodiode telah dioptimalkan untuk sensitive terhadap cahaya.

Pada fotodiode ini, kemasan transparan berguna untuk melewatkan cahaya sehingga

sampai pada sambungan P-N. Sinar yang datang menghasilkan elektron bebas dan

lubang / hole (ingat, teori elektron pada bahan semikonduktor). Semakin kuat cahaya,

semakin besar jumlah pembawa minoritas dan semakin besar arus listrik. Secara umum,

besarnya arus balik fotodiode adalah sepersepuluhan mikroampere. Gambar 2.10

menunjukkan gambar sambungan P-N pada fotodiode dan simbolnya. Anak panah

menujukkan cahaya yang datang mengenai sambungan P-N. Sementara itu gambar 2.11

adalah gambar LED infra merah dan foto diode6.

6
Richard Blocher, Dipl.Phys Dasar Elektronika (Yogyakarta: Andi, 2009) hal, 214
27

P N

+ -

Gambar 2.11 Sambungan P-N dan simbol fotodiode


(Sumber : Sensor, hal 215)

Gambar 2.12 Sensor Adjustable Infrared


(Sumber : Sensor, hal 216)
28

2.1.10 Baterai

Selain baterai biasa dan baterai ponsel, akumulator atau aki/ accu dapat

digunakan sebagai sumber catu daya stabil. Untuk penggunaannya sebagai catu daya

sistem robotik, jenis aki yang sering digunakan adalah jenis aki kering (dry cell), yang

tidak memerlukan cairan asam sulfat (H2SO4) sebagai cairan elektrolitnya7.

Baterai sel listrik dimana didalamnya berlangsung proses elektrokimia yang

reversible (dapat berbalikan) dengan efisiensinya yang tinggi. Yang dimaksud dengan

proses elektrokimia reversible, adalah di dalam baterai dapat berlangsung proses

pengubaan kimia menjadi tenaga listrik (proses pengosongan), dan sebaliknya dari

tenaga listrik menjadi tenaga kimia, pengisian kembali dengan cara regenerasi dari

elektroda-elektroda yang dipakai, yaitu dengan melewatkan arus listrik dalam arah

(polaritas) yang berlawanan didalam sel. Isi tabung diisi dengan bahan isolasi lain.

Bahkan elektrolit dari baterai kering berupa bubur salmiak untuk menjadi perantara

kutub positif ( + ) dan kutub negatif ( -). Zat depolisator untuk menghisap zat cair yang

timbul pada kutub positif setelah terjadi proses kimia adalah batu kawi yang dimasukkan

dalam sebuah kantong mengelilingi arang. Baterai adalah sebuah alat yang dapat

menyimpan energi ( umumnya energi listrik ) dalam bentuk energi kimia. Ada dua jenis

baterai yang ada di pasaran sebagai berikut :

a. Baterai basah

Baterai basah bekerja berdasarkan reaksi kimia. Energi yang tersimpan dikeluarkan

dalam bentuk energi listrik, dilakukan secara berulang-ulang. Berdasarkan

konstruksinya, baterai basah mengandung timah dan lead ferokside sebagai bahan dasar.

7
Richard Blocher, Dipl.Phys Dasar Elektronika (Yogyakarta: Andi, 2009) hal. 93
29

Baterai basar terdiri dari tiga elemen utama, yaitu pelat positif, pelat negatif, dan fanel

separator ( pemisah dua lead ). Ketiga elemen tersebut diletakkan dalam cairan elektrolit

( sulfuric acid ) dalam satu sel.

b. Baterai kering

Cara kerja aki kering seperti pada baterai. Aki jenis ini tidak memerlukan pengisian

cairan, sehingga dinamakan aki kering. Sebelum digunakan, aki kering diisi atau di-

charge selama beberapa jam sesuai kapasitasnya. Hingga diisi atau di-charge lagi, aki

kering dapat digunakan selama 6 jam, dan memiliki usia pakai sekitar 5 tahun.8

Gambar 2.13 Baterai 7 Ah 12 Volt


(Sumber : Jago Elektronika, hal 2)

2.1.11 Relay

Relay adalah suatu piranti yang menggunakan magnet listrik untuk

mengoperasikan seperangkat kontak9. Pada dasarnya relay terdiri dari sebuah lilitan

kawat tembaga (kumparan) yang terlilit dari suatu inti yang berasal dari besi lunak. Jika

kumparan dialiri arus listrik, maka besi lunak berubah menjadi magnet. Hal ini akan

menolak reedswitch (pegas) dan reedswitch terlepas

8
Franky Chandra & Deni Arifianto, Jago Elektronika (Jakarta : Penerbit PT Kawan Pustaka, 2010) hal,
2
9
George Loveday, Intisari Elektronika, (Jakarta :PT Elex Media Komputindo, 1988 ) hal,291
30

Gambar 2.14 Bentuk Relay


(Sumber : George Loveday, Intisari Elektronika, PT Elex Media Komputindo)

Jika kumparan dialiri arus maka inti besi lunak menjadi magnet dan inti akan menarik

jangkar sehingga kontak A dan B akan terputus (open), serta kontak B dan C akan

terhubung (close). Jenis relay semacam ini dinamakan relay kontak tukar.

2.1.12 Motor Arus searah

a. Pengertian Motor DC

Motor arus searah ialah suatu mesin yang berfungsi mengubah tenaga listrik arus

searah ( listrik DC ) menjadi tenaga gerak atau tenaga mekanik, dimana tenaga gerak

tersebut berupa putaran dari pada rotor10.

Motor ini dapat dikendalikan dengan mengatur :

1) Tegangan dinamo, meningkatkan tegangan dinamo akan meningkatkan

kecepatan.

2) Arus medan, menurunkan arus medan akan meningkatkan kecepatan.

b. Jenis-Jenis Motor DC

Motor DC merupakan perangkat yang berfungsi merubah besaran listrik menjadi

besaran mekanik. Prinsip kerja motor didasarkan pada gaya elektromagnetik. Motor

10
Drs. Sumanto, Mesin Arus Searah ( Yogyakarta : Penerbit Andi Offset, 1984 ) hal, 107
31

adalah suatu alat motor penggerak yang dikendalikan dengan arus searah (DC). Motor

jenis ini dapat dikelompokkan menjadi 4 macam:

1) Motor DC sumber daya terpisah/ Separately Excited

Jika arus medan dipasok dari sumber terpisah maka disebut motor DC sumber daya

terpisah/ Suparately Excited

2) Motor DC sumber daya sendiri/ Self Excited: motor shunt

Pada motor shunt, gulungan medan (medan shunt) disambungkan secara pararel

dengan gulungan dinamo, oleh karena itu total arus dalam jalur merupakan

penjumlahan arus medan dan arus dinamo.

Berikut tentang kecepatan motor shunt :

a. Kecepatan pada prakteknya kontan tidak tergantung pada beban (hingga torque

tertentu setelah kecepatannya berkurang) dan oleh karena itu cocok untuk

penggunaan komersial dengan beban awal yang rendah, seperti peralatan mesin.

b. Kecepatan dapat dikendalikan dengan cara memasang tahanan dalam susunan

seri dengan dinamo (kecepatan berkurang) atau dengan memasang tahanan pada

arus medan (kecepatan bertambah).

3) Motor DC daya sendiri : motor seri

Dalam motor seri, gulungan medan (medan shunt) dihubungkan secara seri dengan

gulungan dinamo, oleh karena itu arus medan sama dengan arus dinamo.

Berikut tentang kecepatan motor seri :

a. Kecepatan dibatasi pada 5000 RPM

b. Harus dihindarkan menjalankan motor seri tanpa ada beban sebab motor

akan mempercepat tanpa kendali.


32

4) Motor DC Compound/ Gabungan

Motor kompon DC gabungan motor seri dan shunt. Pada motor kompon, gulungan

medan (magnet shunt) dihubungkan secara pararel dan seri dengan gulungan

dinamo. Sehingga, motor kompon memiliki torque penyalaan awal yang bagus dan

kecepatan yang stabil. Makin tinggi persentase penggabungan (yakni persentase

gulungan medan yang dihubungkan secara seri), makin tinggi pula torque penyalaan

awal yang dapat ditangani oleh motor ini.Contoh, penggabungan 40-50%

menjadikan motor ini cocok untuk alat pengangkat hoist dan derek, sedangkan motor

kompon yang standar (12%) tidak cocok11.

Gambar 2.15 Bentuk Motor DC


(Sumber : Prinsip Dasar Elektronika, hal 63)

2.1.13 LCD ( Liquid Crystal Display )

LCD (Liquid Crystal Display) adalah suatu jenis media tampil yang

menggunakan kristal cair sebagai penampil utama. LCD sudah digunakan diberbagai

bidang misalnya alal–alat elektronik seperti televisi, kalkulator, atau pun layar komputer.

Pada postingan aplikasi LCD yang dugunakan ialah LCD dot matrik dengan jumlah

11
Drs. Darwanto Konsep Dasar Teknik Elektronika Kelistrikan ( Bandung : Alfabeta, 2014) hal, 93
33

karakter 2 x 16. LCD sangat berfungsi sebagai penampil yang nantinya akan digunakan

untuk menampilkan status kerja alat.

Fitur LCD 16 x 2

Adapun fitur yang disajikan dalam LCD ini adalah :

a. Terdiri dari 16 karakter dan 2 baris.

b. Mempunyai 192 karakter tersimpan.

c. Terdapat karakter generator terprogram

d. Dapat dialamati dengan mode 4-bit dan 8-bit.

e. Dilengkapi dengan back light.

Gambar 2.16 Modul LCD karakter 2 X16


(Sumber: www.Datasheet LCD.com)

Tabel 2.1 Spesifikasi Kaki LCD 16 x 2

Pin Deskripsi
1 Ground
2 Vcc
3 Pengatur kontras
4 “RS” Instruction/Register Select
5 R/W” Read/Write LCD Registers
34

6 “EN” Enable
7-14 Data I/O Pins
15 Vcc
16 Ground
Sumber : Datasheet LCD

2.2 Kerangka Berpikir

Pada bab pendahuluan telah diuraikan latar belakang masalah yang dapat diketahui,

bahwa letak PLTS yang ada di Bandara Kualanamu Medan kurang efisien dikarenakan

letak dari solar cell itu sendiri berdekatan dengan pepohonan sehingga dapat

mengakibatkan modul sel surya dilapisi debu, dedaunan bahkan ranting pohon yang

jatuh tepat pada modul sel surya yang dapat menyebabkan sinar matahari terhadap

modul solar cell tidak optimal.

Dari masalah tersebut, penulis mendapatkan ide membuat rancangan otomatisasi

pembersihan modul solar cell, agar permukaan atau penampang modul solar cell bebas

dari dedaunan dan patahan ranting pohon. Sehingga cahaya yang diterima modul solar

cell lebih optimal.

Anda mungkin juga menyukai