Anda di halaman 1dari 14

BAB III

DASAR TEORI

3.1. Pengertian Panel Surya (Photovoltaic)


Fotovoltaik adalah teknologi yang

berfungsi untuk mengubah atau

mengkonversi radiasi matahari menjadi energi listrik secara langsung. PV


biasanya dikemas dalam sebuah unit yang disebut modul. Dalam sebuah
modul surya terdiri dari banyak sel surya yang bisa disusun secara seri maupun
paralel. Sedangkan yang dimaksud
semikonduktor

yang

dengan

surya

adalah

sebuah

elemen

dapat mengkonversi energi surya menjadi energi listrik

atas dasar efek fotovoltaik.

3.1.1. Prinsip Kerja Panel Surya


Apabila suatu bahan semikonduktor seperti misalnya bahan silikon
diletakkan dibawah penyinaran matahari, maka bahan silikon tersebut akan
melepaskan sejumlah kecil listrik yang biasa disebut efek fotolistrik. Yang
dimaksud efek fotolistrik adalah pelepasan elektron dari permukaan metal yang
disebabkan penumbukan cahaya. Effek ini merupakan proses dasar fisis dari
fotovoltaik merubah energi cahaya menjadi listrik. Cahaya matahari terdiri dari
partikel-partikel yang disebut sebagai photons yang mempunyai sejumlah
energi yang besarnya tergantung dari panjang gelombang pada solar spectrum.
Pada saat photon menumbuk sel surya maka cahaya tersebut akan
dipantulkan atau diserap atau mungkin hanya diteruskan. Cahaya yang diserap
membangkitkan listrik. Pada saat terjadinya tumbukan energi yang dikandung
oleh photon ditransfer pada elektron yang terdapat pada atom sel surya yang
merupakan bahan semikonduktor. Dengan energi yang didapat dari photon,
elektron melepaskan diri dari ikatan normal bahan semikonduktor dan menjadi
arus listrik yang mengalir dalam rangkaian listrik yang ada. Dengan melepaskan
dari ikatannya, elektron tersebut menyebabkan terbentuknya lubang atau
hole.
10

Gambar 3.1. Konversi cahaya menjadi listrik


3.1.2. Karkateristik Sel Surya
Sel surya menerima penyinaran matahari dalam satu hari sangat bervariasi.
Hal ini dikarenakan sinar matahari memiliki intensitas yang besar ketika siang
hari dibandingkan dengan pagi hari. Untuk mengetahui kapasitas daya yang
dihasilkan, dilakukanlah pengukuran terhadap arus (I) dan tegangan (V) pada
sususan sel surya yang disebut modul.
Untuk mengukur arus maksimum, maka kedua terminal dari modul dibuat
rangkaian hubung singkat sehingga tegangannya menjadi nol dan arusnya
maksimum. Dengan menggunakan amper meter akan didapatkan sebuah arus
maksimum yang dinamakan short circuit current atau Isc. Pengukuran terhadap
tegangan (V) dilakukan pada terminal positif dan negatif dari modul sel surya
dengan tidak menghubungkan sel surya dengan komponen lainnya. Pengukuran
ini dinamakan open circuit voltage atau VOC Hasil pengukuran arus (I) dan
tegangan (V) ini dapat digambarkan dalam sebuah grafik yang disebut kurva I-V
seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.2. terdapat hal-hal yang sangat penting
yaitu:

11

Gambar 3.2. Kurva I-V Pada Modul Sel Surya

3.1.2.1 Maximum Power Point (Vmp dan Imp)


Maximum Power Point (Vmp dan Imp) Pada kurva I-V,adalah titik operasi
yang menunjukkan daya maksimum yang dihasilkan oleh panel sel surya.
3.1.2.2. Open Circuit Voltage (Voc)
Open Circuit Voltage Voc, adalah kapasitas tegangan maksimum yang dapat
dicapai pada saat tidak adanya arus.

(3.1)

Dimana:
k = konstanta boltzmann (1.30x10-16erg)
q = konstanta muatan elektron (1.602x10-19 C
T = suhu dalam Kelvin
Is = Arus saturasi

12

3.1.2.3. Short Circuit Current (Isc)


Short Circuit Current (Isc), adalah maksimum arus keluaran dari panel sel
surya yang dapat dikeluarkan di bawah kondisi dengan tidak ada resistansi atau
hubung singkat. Untuk mengetahui Arus hubung singkat dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan 3.2.

(3.2)

Dimana:
G = Tingkat generasi
Ln = Panjang difusi electron
Lp = Panjang difusi hole

3.1.2.4. Fiil Factor (FF)


Fiil Factor merupakan parameter yang menentukan daya maksimum dari
panel sel surya. Besarnya FF dapat dihitung dengan rumus :

(3.3)
Keterangan:
FF = Fiil Factor
VOC = Tegangan maksimum yang di capai saat tidak ada arus (V)
ISC = Arus hubung singkat (A)
Vmp = Tegangan maximum (V)
Imp = Arus maximum (A)

3.1.2.5. Efisiensi Fhotovoltaic


Efisiensi didefinisikan sebagai perbandingan energi keluaran dari sel surya
terhadap energi keluaran dari matahari. Efisiensi juga bergantung pada intensitas
cahaya matahari yang datang dan temperatur sel surya.
13

Persamaan 3.4 digunakan dalam perhitungan efisiensi.

Keterangan:
= Efisiensi (%)
E = Intensitas cahaya matahari W/m2
A = Luas PV (m2)

3.1.3. Daya dan Energi


Ketika muatan melewati elemen rangkaian maka medan listrik bekerja pada
muatan tersebut.Dari hubungan arus-tegangan diatas dapat diperoleh nilai daya
maksimum dari sel surya yaitu:

(3.5)
Keterangan:
Pmp = Daya maximum (W)
Untuk menghitung besarnya energi yang dihasilkan oleh PV dapat dihitung
menggunakan persamaan sebagai berikut:
(3.6)
Keterangan:
E = Energi (Wh)
A = Luas PV (m2)
r = Efisiensi panel surya (%)
H = Intensitas radiasi matahari (W/m2)
PR = Performance ratio ( besarnya antara 0.9 0.5 default value = 0.75)
14

3.1.4 Capacity Factor


Capacity Factor, Faktor kapasitas, adalah perbandingan antara jumlah
produksi listrik selama periode operasi terhadap jumlah produksi terpasang selama
periode tertentu (1 tahun).
Untuk menentukan besar dari Capacity Factor dapat dihitung menggunakan
persamaan 3.6.

Keterangan:
CF = Perbandingan jumlah produksi listrik selama periode operasi terhadap
kapasitas terpasang (%).
Eg = Jumlah energi produksi yang dihasilkan selama periode tertentu (Wh)
DMN = Daya Mampu Netto, besarnya daya output pembangkit yang sudah
dikurangi dengan pemakaian sendiri unit pembangkit tersebut (Wh)
3.2. Baterai
Salah satu komponen dalam Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya adalah
baterai, yang merupakan jantung sistem untuk bekerja pada malam hari.
3.2.1. Fungsi Baterai
Baterai menyimpan energi listrik yang dihasilkan modul surya pada saat matahari
bersinar, dan baterai akan mengeluarkan kembali energi listrik pada saat modul surya
tidak dapat lagi menghasilkan energi listrik. Pada kondisi normal baterai
dipergunakan saat malam hari atau saat cuaca berawan, akan tetapi jika terjadi
kondisi beban yang berlebih pada slang hari, baterai dapat dipergunakan menambah
beban yang dihasilkan modul surya.
3.2.2. State of Charge
State of Charge (SOC) merupakan suatu ukuran seberapa penuhnya muatan
listrik dalam baterai. Hubungan antara tegangan dengan SOC sangat bergantung
pada temperatur baterai. Baterai dengan temperatur rendah akan memperlihatkan
15

tegangan yang lebih rendah pada kondisi penuh dibandingkan dengan baterai
dengan temperatur lebih tinggi. Oleh karena itu beberapa regulator atau sistem
charging dilengkapi dengan sensor temperatur pada sisi baterai.
3.2.3. Deep of Discharge
Deep of Discharge (DOD) merupakan suatu ukuran seberapa dalam/seberapa
banyak muatan listrik telah dilepaskan/dikeluarkan dari sebuah baterai. Jika
baterai penuh

atau 100% SOC, maka DOD baterai tersebut adalah 0%;

sebaliknya jika baterai kosong atau 0% SOC maka DOD Baterai tersebut 100%.
Semakin dalam sebuah baterai muatannya dikeluarkan secara rata-rata maka
semakin pendek usia baterai dan dinyatakan dalam Cycle L i f e .
3.2.4. Siklus Baterai
Cycle atau Siklus, merupakan suatu interval yang meliputi satu perioda
pengisian dan satu perioda pelepasan. Idealnya baterai selalu diisi/charge sampai
dengan 100% SOC selama perioda pengisian pada tiap siklus. Sementara baterai
dihindarkan digunakan atau discharge sampai dengan 0% SOC. Suatu baterai
dengan siklus dangkal atau Shallow Cycle dirancang hanya untuk melakukan
pelepasan/discharge sebesar 10-25% DOD dari kapasitas total pada tiap siklusnya.
Sedangkan baterai siklus dalam atau Deep-Cycle dirancang untuk dapat
melakukan pelepasan/discharge sampai dengan 80% DOD dari kapasitas total
pada tiap siklusnya. Usia baterai jenis deep cycle, sangat dipengaruhi besarnya
DOD pada tiap siklus. Semakin besar DOD akan semakin kecil jumlah siklus
yang dapat dilalui baterai tersebut.

Gambar 3.3. Siklus (cycle life) vs DOD baterai


16

3.2.5. Kapasitas Baterai


Kapasitas suatu baterai dinyatakan dalam Ampere h o u r ( A h ) atau AmperJam, yang merupakan suatu ukuran seberapa besar energi listrik yang dapat
disimpan pada suatu tegangan nominal tertentu. Kapasitas suatu baterai bersifat
aditif jika baterai dihubungkan secara paralel.
Jika tiga baterai dengan tegangan 12 volt dan kapasitas 100Ah dihubungkan
secara seri, maka tegangan akan menjadi 36 volt sedangkan kapasitas tetap
100Ah (3600 watt-hour). Jika tiga baterai dengan tegangan 12 volt dan kapasitas
100Ah dihubungkan secara paralel, maka tegangan akan tetap 12 volt
sedangkan kapasitas menjadi 300Ah (3600 watt-hour).

Gambar 3.4. Hubungan baterai secara (a) seri; (b) paralel; (c) seri-paralel
Kapasitas suatu baterai menyatakan berapa lama kemampuannya untuk
memberikan aliran listrik, pada tegangan tertentu yang dinyatakan dalam amperehour (Ah). Kapasitas baterai dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:
(Hankins,2010: 133)

(3.7)

17

(3.8)
Keterangan :
Cb = Kapasitas baterai (Ah)
Ah = Energi Baterai (Ah)
EB = Energi total yang harus disuplai modul photovoltaic (Wh)
VS = Tegangan kerja baterai (volt)
DOD = Tingkat kedalaman pengosongan baterai (%)
d = Menyalurkan energi ke beban ditentukan 1 hari

3.2.6.Tahap Charging
Pada dasarnya setiap rangkaian charging terdiri dari 3-4 tahap pengisian yaitu:
bulk, absorbtion, equalization dan float.

3.2.6.1. Bulk Charging


Tahap ini adalah dimana arus charging konstan, sementara tegangan baterai
meningkat. Pada tahap ini dapat dilakukan pengisian arus yang dikehendaki asal
tidak melebihi dari 20% rating kapasitas Ah baterai, sehingga tidak akan terjadi
overheating.

3.2.6.2. Absorption Charging


Tahap absorption charging adalah tahap dimana tegangan charger konstan,
sementara arus charging menurun sampai baterai mencapai tahap fully charged,
atau penuh atau 100% SOC. Indikasi ini diketahui manakala arus pengisian turun
hingga mencapai 1% dari rating kapasitas Ah. Contohnya, jika kapasitas Baterai
100 Ah maka arus pengisian akhir atau final charging current nya adalah 1amper.

18

3.2.6.3. Equalization Charging


Tahap ini adalah tahap pengisian berlebih yang terkendali (5% overcharge),
dimaksudkan untuk menyeimbangkan tegangan sel dan spesific gravity di dalam
baterai. Keseimbangan dapat tercapai akibat dinaikkannya tegangan pengisian
sampai ke level tertentu selama beberapa saat.
Ekualisasi akan memulihkan gejala-gejala kerusakan seperti stratifikasi, yaitu
terkonsentrasinya asam di bagian bawah baterai, ataupun sulfasi yaitu
terbentuknya kristal sulfat secara berlebihan dibagian pelat aktif. Tahap ekualisasi
ini dilakukan pada interval waktu tertentu saja dapat dilakukan sekali sebulan
sampai dengan setahun sekali, setelah 10 sampai 100 deep-cycle bergantung pada
rekomendasi dari pihak manufaktur baterai. Ekualisasi wajib dilakukan bila hasil
pemantauan spesific gravity sel menunjukkan perbedaan lebih dari 0,03.

3.2.6.4. Float Charging


Tahap Float Charging adalah tahap pengisian dimana tegangan charging
diturunkan dan dijaga konstan dalam tempo yang tak berhingga, dengan maksud
menjaga agar baterai selalu dalam kondisi sehat (100% SOC).
3.2.7. Perawatan Baterai
Perawatan yang tepat akan memperpanjang usia baterai dan akan membantu
dalam menjamin bahwa baterai akan memenuhi kemampuannya sesuai dengan
desain yang dibutuhkan. Program perawatan baterai yang balk akan menjadi
petunjuk untuk menentukan kapan baterai harus diganti.Tindakan perawatan
baterai harus dilakukan oleh personil yang terlatih dan mengerti tentang baterai.
Sebagian bahan yang

disajikan disini berkaitan dengan baterai tips flooded

ataupun non-free maintenance baterai. Tetapi sebenarnya, baterai free-maintenance


dan baterai VRLA pun memerlukan perawatan.
Baterai-baterai tipe ini memang tidak memerlukan penambahan air atau
pemantauan terhadap specific gravity-nya, tetapi baterai ini memerlukan
pembersihan, pemantauan tegangan sel dan tegangan float total, tes kapasitas,
19

pengukuran tahanan dalam, pembersihan dan pengencangan (torquing) baut-baut


dan lain sebagainya.
Secara umum perawatan yang baik meliputi tindakan-tindakan sebagai
berikut:

matching/penyesuaian charger dengan kebutuhan baterai;

menghindarkan underdischarge dan overcharge pada baterai;

menjaga agar elektrolit berada pada level yang tepat;

menjaga kebersihan baterai;

menghindari kondisi overheating;

Praktek pengisian/charging yang tidak sesuai paling berpengaruh kepada


pendeknya usia baterai dibanding dengan penyebab kerusakan lainnya. Charging
dilakukan dengan berbagai metoda, tetapi tujuan pengisian arus listrik yang
berlawanan arah dengan discharging/ pelepasan adalah tetap sama.
Aspek terpenting dari charging adalah mencari kesesuaian antara charger
dengan aplikasi . Ketika memilih charger perlu diketahui beberapa hal seperti,
tipe baterai, cara pelepasan arus/ discharge baterai, waktu yang tersedia untuk
recharge, temperatur teringgi yang akan dialami baterai serta jumlah sel dalam
baterai. Hal yang paling bijaksana adalah menanyakan kepada manufaktur tentang
cara pengisian yang tepat saat baterai pertama kali dibeli.
Secara umum baterai lead acid dapat dicharge dengan rate/ laju pengisian
yang manapun asalkan tidak menimbulkan excessive gassing, overcharge,
ataupun temperatur yang terlampau tinggi. Baterai dalam kondisi kosong, pada
tahap awal dapat dicharge dengan arus yang cukup besar, namun ketika baterai
sudah mendekati penuh arus pengisian harus diperkecil untuk mengurangi
gassing dan overcharging.

20

3.3. Baterai Control Regulator (BCR)


Sebagaimana telah dijelaskan pada perancangan sistem Fotovoltaik
bahwa didalamnya terdapat suatu komponen penting yang sering disebut
dengan berbagai nama, antara lain: BCU (battery control unit), BCR (battery
charge regulator) atau SCR (solar charge coltroller), yang intinya adalah
untuk mengamankan baterai.
Jenis-jenis BCR diklasifikasikan terhadap bagaimana cara pemutusan
hubungan anatara Fotovoltaik dengan Baterai, yaitu yang dikenal sebagai
pemutusan terhadap tegangan batas atas (end-of charge) dari suatu baterai.

3.3.1.Fungsi BCR
Fungsi BCR antara lain:

Mengatur transfer energi dari modul PV --> baterai --> beban,


secara efisien dan semaksimal mungkin;

Mencegah baterai dari :


Overcharge : pemutusan pengisian (charging) baterai
pada tegangan batas atas, untuk menghindari gasing,
yang dapat menyebabkan penguapan air baterai dan korosi
pada grid baterai;
Underdischarge : pemutusan pengosongan (discharging)
baterai pada tegangan batas bawah, untuk menghindari
pembebanan berlebih yang dapat menyebabkan sulfasi
baterai;

Membatasi daerah tegangan kerja baterai;

Menjaga atau memperpanjang umur baterai;

Mencegah beban berlebih dan hubung singkat;

Melindungi dari kesalahan polaritas terbalik;

Memberikan informasi kondisi sistem pada pemakai.

21

3.3.2. Kriteria Penting BCR


Kriteria yang penting perlu diperhati kan untuk pemilihan BCR
antara l ain adalah:

Fungsi pengaman dan kinerjanya terpenuhi;

handal (tidak mudah rusak);

pabrikasi sederhana; serta

harga yang memadai.

Untuk menentukan berapa kapasitas arus pada Baterai Charge Regulator


dapat di tentukan dengan persamaan sebagai berikut:

(3.9)

Keterangan:
Imax = Arus maksimum yang masuk ke Baterai Charge Regulator (A)
Pmp = Daya maksimum pada panel surya (W)
VS= Tegangan kerja baterai (V
3.4. Inverter
Inverter adalah komponen yang berfungsi untuk mengubah tegangan DC
yang dihasilkan oleh PV (disimpan dalam baterai) ke dalam fase AC. Hal
ini dilakukan karena sebagian besar peralatan listrik saat ini masih dirancang
dengan sumber tegangan AC. Inverter ini mampu menghasilkan tegangan dari
yang semula adalah 12 V menjadi 220 V. Dan ada kemungkinan tidak semua
daya dari baterai akan dikonversi menjadi arus AC karena pasti terdapat
fraksi. Efisiensi yang ada biasanya adalah 80-95 % (Patel, 1999).

22

3.5. Beban- Beban Listrik


Beban listrik atau peralatan listrik adalah peralatan peralatan yang
mengkonsumsi atau membutuhkan energi listrik agar bisa digunakan untuk
memenuhi kebutuhan manusia. Untuk mengetahui berapa energi yang dibutuhkan
oleh masing-masing peralatan listrik kita dapat menggunakan persamaan 3.10.

(3.10)

Keterangan:
E = Energi yang dibutuhkan peralatan (Wh)
Pterpasang = Daya yang terpasang pada peralatan (Watt)
t = Lamanya peralatan tersebut digunakan (jam)
Jmlh = Jumlah peralatan yang sama dan digunakan secara bersamaan.

23

Anda mungkin juga menyukai