TEORI DASAR
10
beban di siang hari, sedangkan pada malam harinya kembali menggunakan listrik PLN. Jadi
biaya penggunaan listrik di siang hari dapat berkurang atau tidak ada. Selain itu, kelebihan
listriknya dapat dijual ke perusahaan pembekal tenaga listrik (contohnya di Indonesia adalah
PLN).
11
2.3 Komponen Sistem PLTS
Komponen – komponen yang diperlukan dalam suatu sistem PLTS adalah
sebagai berikut.
2.3.1 Panel Surya (PV)
Panel surya adalah bagian yang mendasari sistem PLTS dalam mengkonversi
daya [1]. Panel surya digunakan untuk menyerap dan mengubah sinar matahari menjadi
energi listrik. Di dalam matahari terkandung energi dalam bentuk foton. Ketika foton ini
mengenai permukaan sel surya, elektronnya akan tereksitasi dan menimbulkan aliran listrik.
Peristiwa ini disebut fotoelektrik. Sel surya dapat tereksitasi karena terbuat dari material
semikonduktor. Bahan semikonduktor ini terdiri dari dua jenis lapisan yaitu lapisan positif
(tipe-P) dan lapisan negatif (tipe-N). lapisan positif yang dibuat dari silikon mengandung
Boron, sedangkan lapisan negatif mengandung Phosphor. Jika kedua lapisan tersebut
bersentuhan, pembawa berlebih akan meresap dan menerobos suatu simpangan agar
seimbang
Pada umumnya, panel surya terbagi menjadi tiga jenis yaitu tipe polikristalin,
monokristalin, dan thin-film.
Modul photovoltaic adalah bagian dari PLTS yang bertugas dalam pembangkitan daya atau
yang bertugas mengubah energi matahari menjadi energi listrik. Alat ini terdiri atas
Proses yang terjadi di dalam sel photovoltaic didasarkan pada efek fotolistrik. Efek
fotolistrik menjelaskan dimana elektron yang mengelilingi atom-atom metal akan terlepas
jika terpapar sinar. Hal ini terjadi karena cahaya (dianggap sebagai partikel atau paket -
12
paket energi yang disebut sebagai foton) yang mengenai elektron akan memberikan energi
kepada elektron. Elektron yang menerima tambahan energi dari cahaya akan tereksitasi
dan terlepas dari atom menuju ke keadaan eksitasi (excited state) karena energi dari
elektron tersebut melebihi energi ikatnya yang mengikat elektron tersebut ke atom, seperti
terlihat pada Gambar 3.1. Jika didiamkan, maka elektron yang terlepas (photoelectron)
akan melepaskan energi yang baru diterima dari foton dan akan kembali ke keadaan
semula (ground state).
a) Panel Polikristalin
Panel tipe polikristalin terbuat dari beberapa micro-crystals yang dilebur dan
disatukan dalam sebuah wadah cetakan yang berbentuk kubus. Setelah mengeras, hasil
cetakan tersebut dipotong hingga membentuk kotak sempurna [4]. Peringkat efesiensi khas
untuk panel polikristalin adalah sekitar 13-16% pada 25°C. Tipe ini memerlukan luas
penampang yang lebih besar dibandingkan dengan jenis monokristalin untuk menghasilkan
daya listrik yang sama. Kelebihan tipe polikristalin adalah panel surya masih dapat
mengkonversikan energi yang lebih tinggi pada cuaca yang berawan jika dibandingkan
dengan tipe panel monokristalin. Proses pembuatannya lebih mudah dan harganya lebih
murah dibandingkan dengan tipe monokristalin. Jenis polikrsitalin inilah yang paling banyak
digunakan.
13
b) Panel Monokristalin
Panel tipe monokristalin terbuat dari satu induk kristal silikon yang dipotong-
potong, sehingga efisiensinya tinggi karena setiap potongan memiliki karakteristik yang
indentik. Panel monokristalin memiliki efisiensi khas sekitar 12-25 % dengan suhu 50°C.
Tipe monokristalin dirancang untuk penggunaan yang memerlukan konsumsi daya listrik
besar pada tempat beriklim ekstrim dan kondisi alam yang sangat ganas. Kelemahan panel ini
adalah tidak dapat berfungsi dengan baik jika tempat cahaya matahari kurang (kondisi cuaca
berawan).
14
menghasilkan polysilicon hyperpure diikuti dengan proses rekristalisasi tumbuh silikon
monocrystalline.
Ciri sel surya monocrystalline adalah warna hitam gelap, dan sudut-sudut sel
biasanya hilang sebagai akibat dari proses produksi dan sifat fisik silikon
monocrystalline. Polycrystalline, di sisi lain, adalah warna biru gelap, tetapi tidak
seragam sehingga: beberapa patch lebih ringan daripada yang lain. Perbedaan dalam
penampilan terjadi sebagai akibat dari proses manufaktur.
Modul polycrystalline yang ideal digunakan untuk instalasi dengan atap yang
hampir tidak terbatas atau ruang tanah, dan daerah dengan biaya ringan, termasuk proyek
instalasi. Di sisi lain, panel monocrystalline yang ideal untuk atap yang lebih kecil atau
ruang-dibatasi properti, teknologi monocrystalline menghasilkan sel efisiensi yang lebih
tinggi sehingga didapatkan lebih banyak daya di dalam daerah permukaan yang sama. Panel
15
monocrystalline juga memiliki koefisien suhu yang lebih rendah, yang berarti bahwa
sebagai ketika panel mendapatkan panas efisiensinya tidak terlalu berubah.
16
Pada perancangan sistem PLTS menggunakan modul PV buatan Indonesia,
hal ini dikarenakan untuk mendukung industri modul PV di Indonesia. Pada
nilai feed in tariff nilai harga penjualan listrik lebih tinggi jika menggunakan
komponen lokal.
Dari semua produk modul PV tersebut hanya tipe SPU-180M dan SPU-250P.
di mana,
17
𝜂 : efisiensi panel surya
𝑃 : max. power panel surya (W)
𝐴 : luas penampang panel surya (𝑚2 )
𝐸 : incident radiation flux sebesar 1000 W/𝑚2
Tipikal nilai puncak sebesar 1000 W/𝑚2 pada permukaan terestial yang
menghadap matahari pada hari yang cerah pada level dataran dekat permukaan laut
dan digunakan untuk menghitung efisensi PV. Sedangkan daya keluaran panel surya
dapat dihitung dengan persamaan berikut [6].
𝑃0𝑢𝑡 = 𝐴 x 𝑆 x 𝜂 x e (2.2)
di mana :
𝑃𝑜𝑢𝑡 : daya keluaran panel surya (kWh/hari)
𝐴 : luas penampang panel surya (𝑚2 )
𝑆 : rata-rata insolasi matahari (kWh/𝑚2 /hari)
𝜂 : efisiensi panel surya
𝑒 : maks. efisiensi inverter
2.3.2 Inverter
Inverter adalah perangkat yang digunakan untuk mengubah arus DC dari sel
surya dan baterei menjadi arus AC dengan tegangan 220 Volt yang kemudian akan
digunakan pada listrik komersial seperti lampu dan tv. Alat ini diperlukan untuk
PLTS karena menyangkut instalsi kabel yang banyak dan panjang. Apabila beban
bukan untuk instalasi rumah, misalnya hanya untuk menghidupkan satu lampu atau
dengan voltase 12 Volt DC dan tidak menggunakan kabel yang panjang seperti
penerangan jalan umum maka inverter tidak diperlukan.
Sistem PLTS On Grid memiliki kriteria inverter yang perlu diperhatikan,
antara lain:
a. Standard inverter yang digunakan yaitu UL 1741
b. Tegangan DC yang berasal dari komponen yang digunakan
c. Spesifikasi lengkap inverter
d. Garansi produk
e. Kemampuan masing-masing MPPT-nya.
Inverter adalah suatu alat yang digunakan untuk mengubah tegangan
masukan DC (Direct Current) atau arus searah menjadi tegangan keluaran AC
18
(Alternating Current) atau arus bolak-balik. Sumber tegangan masukan inverter
dapat menggunakan baterai, listrik hasil dari sel fotovoltaik, atau sumber tegangan
DC yang lain.
b. Modified sine wave inverter adalah inverter dengan bentuk tegangan keluaran yang
menyerupai bentuk sinus tetapi masih terkesan gelombang kotak. Inverter ini
Gambar 2.11 Gelombang Inverter Modified Sine Wave dan Pure Sine Wave
Tegangan yang dihasilkan memiliki dead spot atau nilai nol untuk beberapa
saat diantara tegangan positif dan negatif seperti yang tampak pada Gambar
2.11
19
memang menghasilkan arus bolak-balik, tetapi tidak semulus arus bolak balik AC atau
tidak semulus gelombang sinus. Gelombang yang dihasilkan oleh inverter ini tampak
pada Gambar 2.11
Pure sine wave inverter adalah tipe inverter yang menghasilkan tegangan
dengan bentuk gelombang sinus yang sama persis dengan bentuk gelombang tegangan
AC pada umumnya (tampak pada garis merah di Gambar 3.5). Inverter tipe ini cocok
untuk sebagian besar peralatan elektronik yang membutuhkan tegangan AC. Selain
itu, tipe inilah yang biasanya digunakan dalam sistem PLTS on-grid, karena
kualitas listrik yang dihasilkan serupa dengan jaringan yang akan diinjeksi listrik. Pada
dasarnya pure sine wave inverter lebih mahal daripada modified sine wave inverter
karena terdapat rangkaian elektronik kompleks untuk menghasilkan tegangan
gelombang sinus murni.
Selain tipe gelombang keluaran, faktor penting dalam memilih inverter adalah
efisiensi konversi. Saat ini, terdapat banyak inverter dengan efisiensi yang sangat
tinggi, diatas 95%, seperti yang tercantum dalam Tabel
20
Dewasa ini, perkembangan teknologi inverter tumbuh pesat akibat berkembangnya
energi terbarukan. Jenis energi seperti tenaga surya dan angin membutuhkan inverter sebelum
listrik yang dihasilkan siap digunakan oleh beban, ataupun diinjeksikan ke jaringan. Dan
karena inverter telah menjadi komponen wajib dalam sistem PLTS, maka banyak inverter yang
juga memiliki fungsi kerja selain konversi DC ke AC. Berikut fungsi-fungsi terintegrasi yang
lazim ditemui pada inverter kelas utilitas:
Menurut kurva tegangan-arus atau I-V Curve (Gambar 3.6), karakteristik pembebanan
juga berpengaruh pada besar daya keluaran PV (garis merah pada Gambar 3.6). Maka dari itu,
untuk mendapatkan daya terbesar pada kondisi penyinaran tertentu, dibutuhkan MPPT sebagai
tracker titik pembebanan yang optimal.
b. Sistem Monitoring
Berfungsi sebagai pemantau dan perekam historis kinerja PLTS, sistem ini
membantu analis atau teknisi untuk mengetahui performa maupun kesehatan sistem. Data
yang di akuisisi juga berfungsi untuk mendeteksi kerusakan ataupun mencari celah untuk
mengoptimalkan sistem.
21
c. Power Plant Controller
Merupakan kesatuan sistem yang bertugas menjamin keluaran listrik pada PLTS on-
grid. Sistem ini mengatur berbagai properti kelistrikan seperti frekuensi, fasa, jumlah daya dan
bentuk gelombang tegangan demi injeksi listrik ke jaringan ( grid) yang sempurna.
d. Charge Controller
Saat ini, mayoritas produsen inverter terbesar di dunia berasal dari Eropa,
Jepang, Amerika Serikat dan Cina seperti yang terlihat pada Tabel 3.3.
Tabel 2.14 Produsen Inverter Terbesar di Dunia Tahun 2013 dan 2008
charge controller juga berfungsi untuk menjaga performa baterai selama masa pakai.
e. Anti-islanding
Fitur ini mencegah terjadinya kerusakan sistem PLTS ketika suplai listrik dari
jaringan (PLN) terputus. Ketika kondisi ini terjadi (islanding), beban-beban terkoneksi tetap
menyerap arus listrik. Sedangkan kebutuhan listrik beban terpusat pada keluaran listrk
PLTS. Dengan demikian, terjadi permintaan daya berlebih terhadap sistem PLTS yang
masih terkoneksi. Dengan adanya anti-islanding, PLTS akan memutus hubungan dengan
jaringan listrik ketika suplai listrik PLN putus.
22
Selain produk buatan luar negeri, terdapat pula produk-produk buatan dalam
negeri seperti bi-directional inverter yang diciptakan PT. Len Industri. Sayangnya, produk -
produk yang tersedia seperti ini memiliki kapasitas konversi yang kecil, dibawah
15kW. Sehingga pembangunan PLTS untuk pembangkitan skala utilitas, masih perlu
memanfaatkan inverter dari produsen luar negeri.
Untuk pembangkitan skala utilitas, terdapat 2 buah sistem atau jenis inverter
yang dapat digunakan, yaitu central inverter (centralized system) atau String Inverter
(distributed system). Secara umum, yang membedakan kedua jenis tersebut adalah
kapasitas daya -nya. String inverter pada umumnya berkapasitas daya dibawah 100kW,
sedangkan central.
Transportasi
Dari Tabel 2.2, sebuah central inverter berkapasitas 500kW memiliki berat
tipikal hampir 2 ton. Dipadu dengan ukurannya yang besar, tipe inverter ini akan
menimbulkan kesulitan tersendiri ketika dibawa ke area pemasangan. Selain itu, dibutuhkan
alat berat seperti forklift ataupun crane untuk meletakan inverter ini pada posisi yang
diinginkan. Dalam hal ini string inverter lebih unggul karena dapat meminimalisir
kesulitan dan biaya transportasi.
23
inverter bermain dikapasitas besar diatas 100kW. Beberapa produsen inverter terkemuka
seperti SMA, ABB, dan produsen lainnya telah memproduksi kedua jenis sistem.
Rated
Power Efisiensi Berat Satuan Jumlah Berat
Tipe (kW)
(%) (kg) Unit Total (kg)
SMA Sunny
SMA Sunny
SMA Sunny
ABB PRO-33.0-TL-
OUTD 33 98 66 61 4026
ABB TRIO-
20.0/27.6-TL-
OUTD
500
20 98.2
98 1800
70 4100 7200
7000
ABB PVS800-57-
24
Tabel 2.2 Data Berat Inverter Untuk Kapasitas Daya Total 2 MW
1000V) daripada AC
(380/480V).
2.3.3 Baterei
Baterei atau aki adalah alat untuk menyimpan muatan listrik. Pada saat sel
surya mengkonversi energi cahaya matahari menjadi energi listrik, energi listrik
tersebut kemudian disimpan pada baterei yang kemudian akan digunakan. Secara
garis besar, baterei atau aki dibedakan berdasarkan aplikasi dan kontruksi. Untuk
aplikasi baterei dibedakan lagi yaitu untuk engine starter dan deep cycle.
a) Baterei Tipe Engine Starter
25
Baterei engine starter umumnya dibuat dengan pelat timbal yang tipis namun
banyak sehingga luas penampang lebih besar. Dengan demikian, bateri ini biasa
mempunyai arus listrik yang besar pada saat awal untuk menghidupkan mesin. Jenis
aki engine starter sebaiknya tidak mengalami discharge hingga 50% kapasitas muatan
listrik, ini dimaksudkan untuk menjaga keawetan baterei (aki). Apabila muatan
baterei besar sampai di bawah 50% dan dibiarkan dalam waktu lama, maka kapasitas
muatan baterei tersebut akan semakin berkurang sehingga menjadi tidak tahan lama.
b) Baterei Tipe Deep Cycle
Baterei tipe deep cycle biasanya digunakan untuk sistem PLTS dan backup
power, di mana baterei mampu mengalami discharge hingga muatan listriknya
tinggal sedikit. Berdasarkan kontruksinya, baterei dibedakan menjadi tipe
konvensional flooded lead acid (aki basah), tipe GEL, sealed lead acid (SLA),
absorbed glass mat (AGM) dan valve regulated lead acid (VRLA). Semua baterei
berbasis asam timbal (laed acid).
2.4 Perangkat Lunak
1. Melakukan simulasi operasi dari pembangkit listrik hybrid selama satu tahun
dengan interval satu menit hingga satu jam.
Ketiga fitur tersebut dapat dilakukan dengan satu kali simulasi. Dengan fitur tersebut
diharapkan perancangan sistem PLTS dapat memberikan hasil yang optimal baik dari segi
engineering maupun analisis ekonomi. Gambar 1.9 merupakan tampilan dari perangkat
lunak HOMER.
26
-
27
Untuk membuat sebuah sistem pembangkit listrik mikro diperlukan masukan
melalui fitur LOAD dan COMPONENTS. Fitur Load digunakan untuk memasukkan
spesifikasi beban listrik yang ingin dipenuhi. Contoh masukan profil beban listrik pada fitur
LOAD dapat dilihat pada Gambar
28
Adapun pada setiap komponen, terdapat jendela yang digunakan untuk
memberikan masukan berupa spesifikasi. Sebagai contoh, pada jendela panel surya (PV)
dapat dimasukkan data biaya investasi hingga orientasi dan kemiringan pemasangan
panel surya.
Selain itu, berdasarkan masukan lokasi pemasangan PLTS, dapat diunduh data
meteorologi seperti iradiasi, temperatur, maupun kecepatan angin melalui fitur
RESOURCES. Sebagai ilustrasi, Gambar menunjukkan profil data Global Horizontal
Irradiance (GHI) lokasi.
Adapun dua fitur masukan terakhir adalah, PROJECT dan SYSTEM. Pada fitur
PROJECT dapat dilakukan pemberian masukan berupa data ekonomi, pemilihan
skenario perhitungan, pemberian batasan sistem, serta data emisi. Sedangkan pada fitur
SYSTEM dapat dilakukan pemberian masukan berupa variabel-variabel yang akan
dipertimbangkan (Search Space) serta variabel sensitivitas yang ingin diketahui
implikasinya terhadap sistem (Sensitivity Inputs).
1. Kapan dan dimana potensi terjadinya glare sepanjang tahun akibat instalasi panel
surya,
3. Produksi energi tahunan dari PLTS, untuk menjadi pertimbangan ketika dilakukan
mitigasi glare selagi memaksimalkan luaran energi.
Dengan integrasi google map, pengguna dapat dengan mudah menentukan lokasi
pembangunan panel surya, titik observasi seperti menara ATC, serta arah runway pesawat
(flight path). Selain itu, terdapat parameter seperti material kaca panel, sudut pemasangan
serta orientasi panel yang turut mempengaruhi karakteristik glare yang timbul. Tampilan
pada perangkat SGHAT ini dapat dilihat seperti pada Gambar
30
Gambar 2.19 Tampilan Google Earth pada SGHAT
Selain itu, perangkat ini akan membagi potensi terjadinya glare ke dalam tiga
tingkatan hazard yang berbeda berdasarkan irradiasi retina dan sudut datang sinar,
seperti yang terlihat pada Gambar. Berikut tiga tingkatan tersebut:
31
Hasil simulasi SGHAT akan dirangkum dalam sebuah summary tab yang
menunjukan seluruh potensi glare pada setiap titik obervasi dan flight path, untuk masing-
masing area panel surya. Contoh rangkuman hasil simulasi potensi glare dapat dilihat
pada Gambar
32
Gambar 2.21 Contoh Glare Occurrence Plot (kiri) dan hasil simulasi Flight
Path
33
2.4 Analisis Ekonomi
Dalam melakukan analisis ekonomi terhadap sistem PLTS terdapat beberapa
indikator yang sering digunakan, yaitu Life Cycle Cost, Pay Back Periode, Net Present
Value, Internal Rate of Return, Cost of Energy, dan Benefit Cost Ratio.
2.4.1 Life Cycle Cost
Life Cycle Cost (LCC) sistem PLTS dihitung dari penjumlahan antara biaya
investasi awal dan biaya present value operasional dan maintenance (O&M) .
Perhitungan besar O&M sistem PLTS per tahun sebesar 1-2 % dari total biaya investasi
awal dari sistem PLTS. Setelah mempertimbangkan kondisi iklim dan cuaca di lokasi
pemasaangan sistem PLTS, maka besar O&M per tahun ditentukan 1% dari total biaya
investasi awal dari sistem PLTS. Berikut rumus yang digunakan untuk menghitung nilai
LCC panel surya [4].
𝐿𝐶𝐶 = 𝑆 + 𝑂&𝑀𝑝
(1+𝑖)𝑛 −1
𝑂&𝑀𝑝 = 𝑂&𝑀 𝑥 𝑖(1+𝑖)𝑛
di mana,
𝑆 : investasi awal
𝑂&𝑀𝑝 : biaya present value 𝑂&𝑀
𝑂&𝑀 : biaya 𝑂&𝑀 per tahun
𝑖 : tingkat bunga Bank
𝑛 : lama proyek
Sx CRF + O&M
COE = 𝐴 𝑘𝑊ℎ
𝑖(1+𝑖)𝑛
CRF = (1+𝑖)𝑛−1
24
di mana,
CRF : Cost Recovery Factor
𝑖 : tingkat bunga Bank
𝑛 : lama proyek
NPV adalah perbandingan antara nilai investasi pasar dan biaya itu sendiri. Jika nilai
NPV adalah negatif, maka proyek tidak direkomendasikan untuk dilaksanakan, jika nilainya
positif, maka proyek layak untuk dilaksanakan. Nilai NPV bernilai nol berarti tidak ada
perbedaan apabila proyek tetap dilaksanakan atau ditolak. Rumus untuk menentukan NPV
adalah sebagai berikut.
𝑁𝐶𝐹
NPV = -S + ∑𝑛𝑡=1 (1+𝑖)𝑡𝑡
25
di mana,
i : tingkat bunga Bank
n : masa kerja modul PV (tahun)
t : tahun yang akan dihitung (tahun)
S : investasi awal
NCF : pendapatan bersih hingga tahun ke-n
Jika nilai BCR yang diperoleh 0,5 maka dapat disimpulkan nilai payback periode yang
diperoleh hanya sebesar 50% dari total investasi. Namun jika nilai BCR yang diperoleh 1,5 maka
penghematan melebihi biaya investasi sebesar 50%. Berikut rumus BCR
𝑁𝐶𝐹𝑡
∑𝑛
𝑡=1 (1+𝑖)𝑡
BCR = 𝑆
dimana :
BCR : Benefit Cost Ratio
𝑁𝐶𝐹𝑡 : Net Cash Flow pada tahun ke-t
𝑡 : tahun
𝑆 : biaya investasi awal
𝑛 : total tahun
𝑖 : tingkat bunga bank
26
IRR adalah nilai tingkat bunga yang menjadi titik keseimbangan antara keseluruan
pengeluaran dan pemasukan. Dengan kata lain, tingkat suku bunga di mana perolehan nilai
NPV sama dengan 0 disebut IRR. Metode perhitungan IRR menggunakan investasi dengan
menghitung tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang dari penerimaan yang diterima
dengan nilai sekarang dari pengeluaran untuk investasi. Rumus untuk menghitung IRR adalah
sebagai berikut.
𝑁𝑃𝑉1
IRR = 𝑖1 + 𝑁𝑃𝑉 −𝑁𝑃𝑉 (𝑖2 − 𝑖1 )
1 2
di mana
NPV1 : NPV ketika i1
NPV2 : NPV ketika i2
i1 : discount rate rendah
i2 : discount rate tinggi
27