Anda di halaman 1dari 4

Pengaplikasian dan Tantangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya Sebagai Penyedia Energi

Alternatif dalam Sistem Tenaga Listrik Indonesia

oleh : Robert Theodore

Ketersediaan sumber daya alam dan energi merupakanlah acuan dalam meningkatkan proses
pembangunan dan kemajuan suatu negara. Salah satu ketersediaan energi yang sangat dibutuhkan
dalam kehidupan adalah listrik yang dapat mempengaruhi seluruh kegiatan dan aktivitas dalam
memajukan pembangunan di Indonesia. Akan tetapi semakin berjalannya waktu tingkat kepadatan
penduduk di Indonesia semakin meningkat, dimana hal tersebut akan menjadi tantangan yang sangat
besar kedepannya apabila ketersediaan listrik masih bergantung terhadap penggunaan bahan bakar
fosil yang sangat terbatas. Oleh karena itu diperlukannya pembangkit listrik yang menggunakan
energi alternatif untuk memenuhi kebutuhan listrik di Negara Indonesia yang semakin meningkat.

Salah satu sumber energi yang selalu tersedia sehari-hari adalah energi yang berasal dari
matahari. Indonesia merupakanlah negara yang terletak di kawasan tropis yang telah menerima sinar
matahari yang cukup sepanjang tahunnya. Setiap hari, Indonesia dapat menerima radiasi energi
matahari rata-rata 5 kW jam/m dengan sinar matahari terbaik antara 4 dan 5 jam. Oleh karena itu,
2

Indonesia memiliki potensi pemanfaatan energi surya di sebaran tiap provinsi, yakni hingga mencapai
207 GigaWatt.

Pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) merupakan sumber energi yang diaplikasikan untuk
mengkonversi energi ataupun panas matahari menjadi energi listrik. Dalam Negara Indonesia sudah
terdapat beberapa wilayah yang melakukan pengoprasian terhadap pembangkit listrik tenaga surya,
dimana Selama lima tahun terakhir, kapasitas terpasang PLTS meningkat dari 51 MW pada 2015
menjadi 159,43 MW pada 2019. Salah satu contohnya adalah pada PLTS Likupang yang merupakan
pembangkit listrik tenaga surya terbesar di wilayah Indonesia. Dalam pembangkit listrik tenaga surya
akan menggunakan suatu teknologi yang disebut dengan photovoltaic (PV) yang secara langsung
dapat mengubah energi dari sinar matahari menjadi energi listrik. Sistem PV memiliki dampak yang
jauh lebih kecil terhadap lingkungan dibandingkan dengan metode pembangkit listrik pada
umumnya. Hal tersebut dikarenakan selama pengoperasiannya, sel PV tidak memerlukan bahan
bakar, tidak mengeluarkan polutan atmosfer ataupun air. Tidak seperti pembangkit listrik berbahan
bakar fosil , penggunaan sistem PV tidak akan mengacu terhadap peningkatan penghasilan polusi
yang berdampak pada peningkatan pemanasan global.
Sistem PV terdiri dari sejumlah modul PV individual yang dapat dihubungkan baik secara
seri untuk menaikkan tegangan keluaran arus searah (DC) hingga nilai yang diinginkan untuk
membentuk rangkaian. Kemudian, beberapa string juga dapat dihubungkan secara paralel untuk
meningkatkan arus keluaran. Kemungkinan dalam menggunakan beberapa string dapat memastikan
modularitas sistem PV, yang merupakan salah satu fitur paling penting dari teknologi PV. Susunan
modul PV dalam string juga memungkinkan untuk menggunakan solusi yang berbeda dalam konversi
DC/AC.

Sinar matahari terdiri dari partikel energi matahari atau yang disebut juga dengan foton.
Foton ini mengandung berbagai jumlah energi yang sesuai dengan beda panjang gelombang sesuai
spektrum matahari. Ketika foton menghantam sel-sel PV, maka mereka akan terefleksi, melewati
ataupun diserap. Foton-foton yang telah diserap kemudian akan memberikan energi untuk
menghasilkan listrik. Apabila sinar matahari sudah cukup diserap oleh bahan semikonduktor, maka
elektron akan terlepas dari materi atom. Kemudian perlakuan khusus dari permukaan material selama
manufaktur akan membuat bagian depan permukaan sel menjadi lebih reseptif terhadap elektron
bebas, sehingga elektron secara alami akan bermigrasi ke permukaan. Ketika elektron meninggalkan
posisi mereka, maka akan membentuk hole. Saat jumlah elektron banyak maka masing-masing akan
membawa muatan negatif, bergerak menuju permukaan depan sel, adanya ketidakseimbangan
muatan antara permukaan depan dan belakang sel dapat menciptakan potensial tegangan seperti
terminal positif ataupun negatif pada baterai. Jika kedua permukaan dihubungkan melalui beban
eksternal maka yang akan terjadi adalah timbulnya arus listrik. Tenaga surya yang dihasilkan oleh
sistem PV dihasilkan dalam arus searah listrik dan dapat disimpan dalam baterai dalam sistem off-
grid. Namun, jika sistem PV terhubung ke jaringan utilitas lokal, listrik akan terlebih dahulu diubah
menjadi arus bolak-balik listrik oleh inverter sebelum disalurkan.

Berdasarkan dalam penggunaan energi surya, dapat digunakan dalam berbagai hal, tidak
hanya dalam menghasilkan listrik untuk setiap bangunan, tetapi juga sebagai sumber energi listrik
dalam berbagai aplikasi. Sistem ini terbagi menjadi dua, yaitu off-grid dan on-grid. Sistem on-grid
terhubung ke jaringan yang tersedia dan memanfaatkan secara terpusat. Dimana hal tersebut dibangun
di atas permukaan tanah atau mengapung di air. Desentralisasi dengan sistem tersebar dapat
diterapkan pada atap rooftop ataupun terintegrasi dengan bangunan yaitu dengan menempel pada
kaca atau cladding. Dengan sistem distribusi ini maka pembangkit listrik akan terdapat pada setiap
gedung. Energi matahari yang diperoleh disimpan di baterai terlebih dahulu sebelum digunakan.
Selain sebagai sumber listrik, energi matahari dapat dimanfaatkan dalam dunia industri sebagai
proteksi katodik untuk menahan korosi pada logam. Di Indonesia, yang paling banyak digunakan
adalah sistem off-grid, seperti penerangan jalan tenaga surya, sistem rumah tenaga surya, dan lain-
lain. Kedepannya, sistem ini juga dapat digunakan sebagai pengganti kompor gas menjadi kompor
listrik dari energi matahari. Selain itu dapat digunakan sebagai tempat pengisian baterai pada tabung
listrik dan juga mobil listrik untuk kebutuhan masyarakat sehari-hari. Dengan energi matahari ini
dapat dimanfaatkan di beberapa bidang seperti sistem pompa air dan pengolahan, sistem perawatan
kesehatan, komunikasi, pertanian, alat bantu transportasi, sistem keamanan, sistem perlindungan
korosi, pembangkit pendapatan, dan tenaga listrik untuk satelit, karena dapat digunakan di daerah
terpencil.

Disamping keuntungan-keuntungan dalam pengaplikasian pembangkit listrik tenaga surya


terdapat juga tantangan-tantangan yang mengacu pada sistem tenaga listrik Indonesia dimana biaya
dalam pembelian teknologi tata surya yang masih cukup tinggi. Kemudian penggunaan PLTS sangat
bergantung pada cuaca meskipun energi matahari masih bisa dikumpulkan saat mendung dan hujan,
namun efisiensi dari tata surya akan menurun. Dan terakhir adanya penyimpanan energi surya yang
masih mahal. Hal tersebut mengakibatkan belum banyak terciptanya regulasi pendukung dari
pemerintah sehingga adanya keterbatasan dalam penggunaan pembangkit listrik tenaga surya, dan
secara ekonomis tidak menarik untuk melakukan investasi. Untuk mempercepat peningkatan
penggunaan energi surya, diperlukan dukungan dari pemerintah. Salah satu dukungan yang diberikan
pemerintah adalah mempercepat pembangunan pembangkit listrik tenaga surya dari pihak
pengembang untuk konstruksi dan pembuatan sel surya dalam menekan harga dan biaya konstruksi.

Pengaplikasian pembangkit listrik tenaga surya dalam sistem tenaga listrik di Negara
Indonesia sangatlah didukung oleh karena dapat mengurangi biaya dalam penggunaan listrik di
kehidupan sehari-hari, dimana dengan sumber energi matahari juga tidak akan menimbulkan polusi
dan dampak negatif terhadap lingkungan sekitar. Selain itu teknologi sistem PV dapat secara langsung
mengkonversi energi matahari menjadi energi listrik sehingga sangat efisien. Walaupun memang
masih banyak kekurangan dalam pengaplikasian PLTS di Negara Indonesia hal tersebut dapat terus
dikembangkan kedepannya, dimana dengan semakin meningkatnya penggunaan energi surya,
diperlukan juga pabrik sel surya untuk meningkatkan kapasitas teknologi dalam meningkatkan biaya
produksi nasional dan pengembangan sistem distribusi listrik PLTS guna memajukan sistem tenaga
listrik Indonesia.
Referensi:
[1] Linus Andor Mulana Sijabat, “Solar power plant in Indonesia: economic, policy, and technological
challenges to its development and deployment”, IOP Conference Series: Earth and Environmental
Science, Volume 753, Medan: Medan International Conference on Energy and Sustainability, 2020
[2] Filippo Spertino, “Photovoltaic applications”, Journal of Materials Processing Technology 181,
Torino: Elsevier BV, 2007
[3] Paul Hersch, “The Photovoltaic (PV) Effect”, Basic Photovoltaic Principles and Methods”,
Washington : Technical Information Office, 1982

Anda mungkin juga menyukai