Anda di halaman 1dari 27

RANCANG DAN BANGUN TENAGA SURYA UNTUK RUMAH – RUMAH

MASYARAKAT DI DAERAH TERPENCIL

Oleh:

JAN SILALAHI (20721251005)

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

YOGYAKARTA

2021
ABSTRAK

Energi listrik saat ini merupakan kebutuhan utama. Ini dikarenakan apabiala kita lihat
dikehidupan sehari- hari tidak ada lagi orang yang hidup di dunia modern saat ini yang
tidak menggunakan listrik. Hal inilah yang menjadi permasalahan apabila suatu daerah
tersebut jauh terpencil sehingga jaringan listrik tidak dapat menjangkau daerah tersebut.

Tujuan dari rancang bangun peralatan tugas akhir ini adalah untuk membantu memenuhi
kebutuhan listrik rumah tangga khususnya para petani didaerah dengan akses listrik
terbatas sekaligus untuk memperkenalkan kepada masyarakat tentang pemanfaatan
teknologi surya sebagai energi terbarukan.

Dari data hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan rata-rata tegangan sebesar 14,7
volt dan arus 4,20 Ampere dengan kapasitas maksimal baterai yang dapat digunakan
adalah 54,4 Ah, maka durasi penggunaan baterai adalah 3,06 h atau 3 jam 36 menit.

Kata kunci : Baterai, Inverter, Lampu LED, Panel Surya


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Energi surya cukup banyak diseluruh wilayah Indonesia dikarenakan
Indonesia terletak didaerah khatulistiwa, matahari bersinar sepanjang tahun I-2
dengan iradiasi rata-rata harian 4,5 kWh/m². Indonesia merupakan negara yang
beriklim trofis, energi surya sangat cocok digunakan karena memiliki curah
sinar matahari yang tinggi dan bersih untuk pemanfaatan sebagai sumber
energi listrik selain itu juga tidak menghasilkan polusi karena tidak
menggunakan bahan bakar apapun (Martawati, 2018).
Berdasarkan SNI 8395:2017, PLTS adalah sistem pembangkit listrik
yang energinya bersumber dari radiasi matahari melalui konversi sel
fotovoltaik. Sistem fotovoltaik mengubah radiasi sinar matahari menjadi
listrik. Semakin tinggi intensitas radiasi (iradiasi) matahari yang mengenai sel
fotovoltaik, semakin tinggi daya listrik yang dihasilkannya. Karena listrik
seringkali dibutuhkan sepanjang hari, maka kelebihan daya listrik yang
dihasilkan pada siang hari disimpan didalam baterai sehingga dapat digunakan
kapanpun untuk berbagai alat listrik (Bayuaji Kencana.dkk, 2018). Kebutuhan
energi listrik, menjadi kebutuhan pokok bagi manusia yang tidak dapat
dilepaskan dari kebutuhan sehari-hari. Penggunaan listrik bukan hanya untuk
memenuhi kebutuhan secara sosial tetapi juga kebutuhan pribadi. Ketiadaan
energi listrik akan sangat mengganggu keberlangsungan aktivitas manusia.
Perkembangan teknologi, perindustrian, pertanian serta pertambahan
jumlah penduduk yang pesat membuat kebutuhan akan listrik terus meningkat
setiap tahunnya. Oleh karena itu, ketersediaan dan kesinambungan energi listrik
harus selalu diperhatikan. Namun masalah yang ditemukan bukan hanya mengenai
penyediaan listrik untuk jangka panjang saja, melainkan masalah pengadaan listrik
di daerah terpencil tergolong sulit untuk diselesaikan. Masalah infrastruktur untuk
menuju lokasi yang tidak memadai. Terlebih lagi di daerah terpencil jarak ke gardu
induk cukup jauh, jumlah penduduk yang sedikit dan tersebar, serta kebutuhan
listrik yang realtif rendah.. Maka dari itu, prioritas untuk menjangkau wilayah-

3
wilayah terpencil menjadi sering terabaikan. Faktor-faktor tersebut, mendorong
masyarakat untuk membangun sistem pembangkit sendiri dari potensi sumber daya
alam alternatif seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya.
Indonesia memiliki jenis potensi untuk menggunakan energi terbarukan
yang sangat baik, khususnya energi surya dan angin, yang dapat ditemukan hampir
di mana-mana di Indonesia. Penggunaan energi ini telah menjadi alternatif
penyediaan listrik di daerah yang tidak terjangkau jaringan PLN (Tamamy et al.,
2019). Seiring dengan pesatnya perkembangan ekonomi dan industri, kebutuhan
energi listrik di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Namun,
sebagian besar pembangkit listrik di Indonesia masih menggunakan bahan bakar
fosil dalam jumlah terbatas seperti batu bara, minyak, dan gas alam. Selain itu,
bahan bakar fosil ini memiliki dampak negatif terhadap keberlanjutan ekologis di
Indonesia (Priharti et al., 2020).
Intensitas cahaya matahari sebagai sumber energi dalam penerapan panel
sel surya, sehingga daya dan efisiensi keluarannya sangat bergantung pada
perubahan intensitas cahaya matahari. Parameter yang sangat dipengaruhi oleh
intensitas cahaya matahari adalah arus (I) keluaran panel sel surya sedangkan
pengaruhnya terhadap nilai tegangan (V) cukup kecil. Tegangan listrik keluaran
dari panel sel surya tidak hanya bergantung pada besarnya intensitas cahaya
matahari yang diterima pada permukaan panel, namun perubahan distribusi panas
pada permukaan panel panel sel surya berpengaruh terhadap keluaran daya panel
sel surya (Assiddiq & Bastomi, 2019).
Energi surya memberikan inovasi baru agar manusia tidak bergantung
kepada bahan bakar fosil seperti minyak, batubara, dan gas alam untuk
menghasilkan listrik. Penggunaan sumber energi terbarukan seperti energi
surya adalah solusi yang tepat untuk mengatasi krisis energi. Untuk proses
tersebut dapat dilakukan oleh sel surya (solar cell). Panel surya cocok untuk
digunakan di wilayah Indonesia yang memiliki iklim tropis dan memiliki suhu
panas yang cukup untuk panel surya. Penggunaan panel surya sebagai energi
alternatif, selain ramah lingkungan panel surya juga tidak membutuhkan
perawatan yang mahal seperti layaknya penggunaan genset.
Pemasangan atau penggunaan sel surya sebagai sumber Energi Baru

4
Terbarukan (EBT) diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif sumber days
energi yang bisa memenuhi keperluan energi listrik yang ada di Indonesia. Sel
surya tidak hanya dapat digunakan sebagai suatu sistem yang dapat
membangkitkan sumber energi mandiri, sel surya juga dapat dijadikan untuk
sumber energi yang bisa digunaakan di pedesaan atau wilayah yang tidak
terjangkau oleh listrik PLN. Pemasangan sel surya yang dapat dimanfaatkan
sebagai sumber energi mandiri adalah PLTS rooftop. Pemasangan sel surya
mandiri biasanya diletakkan di atap rumah dengan memanfaatkan ruang kosong
yang ada (Kristiawan dkk., 2019).
Perkembangan teknologi pada waktu yang kurun singkat sudah sangat
pesat, sehingga kini energi surya mulai digunakan untuk kebutuhan perumahan
dan penerangan jalan. Dengan demikian pemanfaatan tenaga surya dapat
dimulai dari penggunaanya untuk memenuhi kebutuhan listrik skala rumah
tangga petani didaerah terpencil yang belum terjangkau oleh PLN.
Dengan alasan-alasan inilah maka penulis membuat suatu karya Tugas Akhir yang
berjudul : “Rancang Dan Bangun Tenaga Surya Untuk Rumah – Rumah
Masyarakat Di Daerah Terpencil”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas,dapat dikemukakan beberapa rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana prinsip kerja sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya?

2. Apakah kelebihan dan kekurangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya


dibandingkan dengan energi alternatif lainnya?

3. Bagaimana cara merancang sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)


sebagai penghasil listrik pada rumah tinggal petani di daerah terpencil sebesar
2x450 Watt dengan menggunakan solar cell?

4. Bagaimana energi optimum yang dibangkitkan oleh energi surya?

C. Batasan Masalah

Pada rancang bangun ini, pembahasan dibatasi pada batasan - batasan berikut

5
ini :

1. Perancangan pembangkit listrik tenaga surya;

2. Menentukan besarnya kapasitas daya yang dihasilkan oleh solar sel;

3. Melakukan pengujian pemanfaatan solar cell dengan menggunakan lampu


pijar dan lampu LED.

D. Tujuan Tugas Akhir

Adapun tujuan penulisan tugas akhir ini adalah:

1. Untuk mengetahui prinsip kerja Pembangkit Listrik tenaga Surya;

2. Untuk mengetahui pemakaian arus DC terhadap beban AC menggunakan


inverter;

3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan Pembangkit Listrik Tenaga


Surya dibandingkan dengan energi alternatif yang lain;

4. Untuk mengetahui optimum energi listrik yang dibangkitkan oleh energi surya;

E. Manfaat Tugas Akhir

Manfaat dari penulisan laporan tugas akhir ini adalah:

1. Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada peneliti dalam merancang


sistem pembangkit listrik tenaga surya;

2. Bermanfaat bagi para pembaca terkhusus kalangan mahasiswa Program Studi


Teknik Konversi Energi dalam penggunaan PLTS sebagai penyuplai tenaga
listrik;

3. Dapat menjadi bahan pustaka dan teori tambahan untuk bahan ajar bagi
mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta.

6
F. Sistematika Laporan
Laporan tugas akhir ini terdiri dari 3 bab, antara lain :
Bab I Pendahuluan
Menjelaskan mengenai latar belakang masalah, tujuan, manfaat, batasan masalah
dan sistematika penulisan;

Bab II Pembahasan
Pembahasan/Isi merupakan bagian paling penting dari sebuah makalah. Bagian ini
berisi uraian pokok dari permasalahan yang kamu bahas. Tentu saja, pembahasan
di bagian isi ini harus sesuai dengan latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan
yang telah kamu buat sebelumnya. Isi biasanya mencakup tentang landasan teori,
uraian materi, serta solusi atau penyelesaian dari sebuah permasalahan.

Bab III Penutup


Kesimpulan berisi tentang summary atau ringkasan tentang hasil pembahasan
makalah kamu. Untuk menulis bagian ini, kamu bisa menganalisis poin penting
pada bagian-bagian sebelumnya untuk menghasilkan sebuah kesimpulan dari
permasalahan yang kamu bahas. Dan saran merupakan bagian yang ditujukan
kepada pembaca. Saran dapat berisi harapan penulis agar makalah yang dibuat
dapat bermanfaat dan diterapkan oleh pembaca.

7
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Surya

Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) adalah peralatan pembangkit listrik yang
mengubah daya matahari menjadi listrik. PLTS sering juga disbut Solar Cell, atau
Solar Photovoltaik, atau Solar Energi. PLTS memanfaatkan cahaya matahari untuk
menghasilkan listrik. DC (direct current), yang dapat diubah menjadi listrik AC
(alternating current) apabila diperlukan. Oleh karena itu meskipun mendung, selama
masih terdapat cahaya, maka PLTS dapat menghasilkan listrik. Pembangkit Listrik
Tenaga Surya pada dasarnya adalah percatuan daya (alat yang menyediakan daya), dan
dapat dirancang untuk mencatu kebutuhan listrik yang kecil sampai dengan besar, baik
secara mandiri, maupun dengan Hybrid (dikombinasikan dengan sumber energi lain,
seperti PLTS - Genset, PLTS - Angin).

2.1.1 Cara Kerja PLTS


Pembangkit listrik tenaga surya konsepnya sederhana, yaitu mengubah cahaya
matahari menjadi energi listrik. Cahaya matahari merupakan salah satu bentuk energi
dari sumber daya alam. Sumber daya alam matahari ini sudah banyak digunakan untuk
memasok daya listrik di satelit kimunikasi melalui sel surya. Sel surya ini dapat
menghasilkan energi listrik dalam jumlah yang tidak terbatas langsung diambil dari
matahari, tanpa ada bagian yang berputar dan tidak memerlukan bahan bakar.
Sehingga sistem sel surya sering dikatakan bersih dan ramah lingkungan. Bandingkan
dengan sebuah generator listrik, ada bagian yang berputar dan memerlukan bahan
bakar untuk dapat menghasilkan listrik. Suaranya bising, selain itu gas yang dihasilkan
dapat menimbulkan efek gas rumah kaca (green house gas) yang pengaruhnya dapat
merusak ekosistem planet bumi kita. matahari itu harus diusahakan selalu jatuh tegak
lurus pada permukaan panel surya.
Bahan sel surya sendiri terdiri dari kaca pelindung dan material adhensive
transparan yang melindungi bahan sel surya dari keadaan lingkungan kemudian
material anti-refleksi untuk menyerap lebih banyak cahaya dan mengurangi jumlah
cahaya yang dipantulkan, semikonduktor Ptype dan N-type (terbuat dari campuran
silikon) untuk menghasilkan medan listrik, saluran awal dan saluran akhir (terbat dari
logam tipis) untuk mengirim elektron ke perabot listrik. Cara kerja sel surya sendiri

8
sebenarnya identik dengan piranti semikonduktor dioda. Ketika cahaya bersentuhan
dengan sel surya dan diserap oleh bahan semi-konduktor, terjadi pelepasan elektron.
Apabila elektron tersebut bisa menempuh perjalanan menuju bahan semi-konduktor
pada lapisan yang berbeda, terjadi perubahan sigma gaya - gaya pada bahan. Gaya
tolakan antar bahan semi-konduktor, menyebabkan aliran medan maknetlistrik. Dan
menyebabkan elektron dapat disalurkan ke saluran awal dan akhir untuk digunakan
pada perabot listrik

Gambar 2.1 Sistem Instalasi Menggunakan Solar Cell


2.2 Penelitian Penerapan PLTS di Daerah Terpencil
1. PENELITIAN PERTAMA
JUDUL JURNAL RANCANG BANGUN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA
SURYA PORTABLE
PENULIS Achmad Imam Agung, Mahendra Widyartono, Subuh Isnur Haryudo
PUBLIKASI S1 Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya
(TAHUN 2021).
DIAKSES PADA 25 OKTOBER 2021
TUJUAN Penelitian ini dilakukan atas pertimbangan letak geografis Indonesia
PENELITIAN yang terdapat di garis katulistiwa sehingga energi surya sangat
melimpah dan cocok untuk menggunakan pembangkit listrik tenaga
surya. Dengan itu maka kita tidak perlu bergantung pada energi
listrik dari PLN. Penelitian ini dibuat untuk memenuhi kebutuhan
akan energi listrik dan untuk mempermudah menjangkau daerah-
daerah yang sulit dijangkau oleh sistem transmisi energi listrik dari
PLN. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat desain dari
alat pembangkit listrik tenaga surya portable dan mengetahui hasil
kinerja alat tersebut.
INSTRUMEN Instrumen pengumpulan data yang digunkan dalam penelitian ini
PENGUMPULAN adalah berupa voltmeter dan amperemeter.
DATA
METODE Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode

9
percobaan (Eksperimen). mEtode percobaan merupakan suatu
keharusan dalam bidang keilmuan untuk melakukan suatu
perkembangan dalam pengembangan ilmu pengetahuan ataupun
teknologi yang dapat dimanfaatkan dan dinikmati oleh masyarakat
secara aman. dan dalam pembelajaran melibatkan siswa ataupun
mahasiswa untuk membuktikan sendiri hasil dari percobaanya
(Sumantri, 1997:157).
HASIL Setelah melakukan penelitian dan pengambilan data didapatkan data
PENELITIAN hasil penchargeran accu sebesar 13.40 V menggunakan accu 10ah.
Dan didapat juga hasil pengujian accu selama 6 jam dengan beban 4
buah lampu led 5watt.

2. PENELITIAN KEDUA
JUDUL JURNAL Rancang Bangun Sistem Mini Pembangkit Listrik Tenaga Surya
(PLTS) Portable
PENULIS Randis & Syaeful Akbar
PUBLIKASI Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Balikpapan (April
2021)
DIAKSES PADA 25 OKTOBER 2021
TUJUAN Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan perancangan dan
PENELITIAN membuat suatu perangkat mini portable PLTS untuk petani dan
nelayan di daerah terpencil. Penelitian ini dilakukan dengan
melakukan perancanan dan pembuatan alat. Selanjutnya
dilakukan pemgukuran tegangan dan arus pada outrput ke lampu
DC dan port charger HP.

INSTRUMEN -
PENGUMPULAN
DATA
METODE Perancangan sistem alat yang dikembangkan dibagi menjadi dua
bagian yaitu sistem alat secara keseluruhan dan sistem untuk
melakukan pengukuran output dari alat yang telah dibuat.
HASIL PENELITIAN Hasil penelitian menunjukkan alat dapat bekerja dengan baik
dengan mampu menyalakan perangkat lampu DC dan
mencharger HP pada perangkat outpunya. Hasil pengukuran
pada output terminal lampu DC menunjukkan tegangan yang
dihasilkan berkisar pada 12,44 – 12,54 Volt sementara untuk
arus konstan pada 0,86 Ampere. Sementara pengukuran pada
terminal charger HP diperoleh 4,95 – 5,2 Volt dan arus konstan
pada nilai 0,54 Ampere.

3. PENELITIAN KETIGA
JUDUL JURNAL Portable power supply design with 100 Watt capacity
PENULIS Azriyenni Azhari Zakri, Almasdi Syahza, Dirman Hanafi, Hanggun
Syahadat
PUBLIKASI Department of Electrical Engineering, Faculty of Engineering,
Universitas Riau (Juli 2021)

10
DIAKSES PADA 25 OKTOBER 2021
TUJUAN Penelitian ini mengembangkan alat inovatif untuk pembangkit listrik
PENELITIAN tenaga surya portabel sebagai sumber energi, yang menyimpan energi
listrik dengan dua cara, yaitu sel surya dan transformator. Selanjutnya,
penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan inovasi alat untuk
penyediaan listrik dan penggunaan energi yang lebih efisien, terutama
bagi masyarakat pedesaan. Ini juga menggunakan berbagai kapasitas
baterai untuk menguji catu daya portabel.
INSTRUMEN
PENGUMPULAN
DATA
METODE Baterai adalah perangkat yang terdiri dari dua atau lebih sel
elektrokimia yang mengubah energi kimia yang tersimpan menjadi
energi listrik. Setiap sel memiliki kutub positif (katoda) dan negatif
(anoda), yang menunjukkan energi potensial yang lebih besar dan
lebih kecil. Kutub negatif adalah sumber elektron ketika terhubung ke
sirkuit yang mengalir, dan mampu mendistribusikan daya ke peralatan
eksternal. Elektrolit bergerak seperti ion ketika baterai dihubungkan
ke sirkuit eksternal, sehingga menyebabkan respons kimia di kedua
kutub. Namun, konversi ion dalam baterai menguras arus listrik
HASIL Hasil penelitian menunjukkan bahwa catu daya menggunakan sel
PENELITIAN surya 100 Wp menghasilkan kapasitas 20 Ah, 60 Ah, dan 100 Ah pada
baterai. Pengisian dengan sumber energi matahari pada baterai 20 Ah
membutuhkan durasi 5 jam untuk terisi penuh, sedangkan baterai 60
Ah dan 100 Ah tidak dapat terisi penuh dalam satu hari. Pengisian
baterai yang telah dijalankan pada tingkat penuh membutuhkan waktu
selama 15 jam pada suhu 30oC hingga 34oC. Terakhir, alat ini
diharapkan dapat menambah variasi produk produksi lokal.

2.3 Daya Listrik


Misalkan suatu potential v dikenakan ke suatu beban dan mengalirlah arus.
Energi yang diberikan ke masing-masing elektron yang menghasilkan arus listrik
sebanding dengan v (beda potensial). Dengan demikian total energi yang diberikan
ke sejumlah elektron yang menghasilkan total muatan sebesar dq adalah sebanding
dengan v x dq. Energi yang diberikan pada elektron tiap satuan waktu di definisikan
sebagai daya (power) p sebesar
P = v dq/dt = vi ………………………………………….….... (2.1)
Daya didefinisikan sebagai laju hantaran energi listrik dalam sirkuit listrik. Satuan
international daya listrik adalah Watt yang menyatakan banyaknya tenaga listrik
yang mengalir per satuan waktu (joule/detik) dan
dirumuskan sebagai berikut:
P = V . I .................................................................................... (2.2)

11
Keterangan :
P = adalah daya (watt atau W)
I = adalah arus (ampere atau A)
V= adalah perbedaan potensial (volt atau V).

2.4 STC ( Standart Test Condition )


Kinerja output listrik dari silikon kristal dan modul panel surya umumnya
diukur dalam kondisi uji standar (STC), memastikan perbandingan relatif dan
evaluasi output dari modul panel surya yang berbeda. STC adalah standar industri-
lebar untuk menunjukkan kinerja modul panel dan menentukan suhu sel 25 ° C dan
radiasi 1000 W / m2 dengan massa udara 1,5 (AM1.5) spektrum. Ini sesuai dengan
radiasi dan spektrum insiden sinar matahari pada hari yang cerah pada permukaan
yang menghadap ke matahari 37° dengan matahari pada sudut 41,81° di atas
cakrawala. Kondisi ini kira-kira mewakili matahari siang dekat musim semi dan
musim gugur ekuinoks di benua Amerika Serikat dengan permukaan sel yang
ditujukan langsung pada matahari. Namun, kondisi ini jarang dijumpai di dunia
nyata. Pengukuran kinerja berbasis STC diterapkan dalam tes flash dari banyak
produsen.

2.5 Energi Surya


Energi surya adalah energi yang didapat dengan mengubah energi panas
surya (matahari) melalui peralatan tertentu menjadi sumber daya dalam bentuk
lain. Energi surya menjadi salah satu sumber pembangkit daya selain air, uap,
angin, biogas, batu bara, dan minyak bumi. Teknik pemanfaatan energi surya
mulai muncul pada tahum 1819, ditemukan oleh A.C. Becquerel. Dalam
penggunaan kristal silikon yaitu untuk mengkonversikan radiasi matahari, namun
sampai tahun 1955 metode ini belum banyak dikembangkan. Selama kurun waktu
lebih dari satu abad itu, sumber energi yang banyak digunakan adalah minyak
bumi dan batu bara. Upaya pengembangan kembali cara memanfaatkan energi
surya baru muncul lagi pada tahun 1958. Sel silikon yang dipergunakan untuk
mengubah energi surya menjadi sumber daya mulai diperhitungkan sebagai
metode baru, karena dapat digunakan sebagai sumber daya bagi satelit luar
angkasa.

12
2.5.1 Panel Surya
Panel Surya adalah alat yang terdiri dari sel surya yang mengubah cahaya
menjadi listrik, yaitu disebut surya atas matahari atau “sol” karena matahari
merupakan sumber cahaya terkuat yang dapat dimanfaatkan. Panel Surya sering
kali disebut fotovoltaik, fotovoltaik dapat diartikan sebagai “cahaya - listrik”. Sel
Surya atau sel PV bergantung pada efek fotovoltaik untuk menyerap energi
matahari dari penyebab arus mengalir antara dua lapisan bermuatan yang
berlawanan Jumlah penggunaan panel surya di porsi pemproduksian listrik dunia
sangat kecil, tertahan oleh biaya tinggi per wattnya dibandingkan dengan bahan
bakar bakar fosil-dapat lebih tinggi sepuluh kali lipat, tergantung keadaan. Mereka
telah menjadi rutin dalam beberapa aplikasi yang terbatas sepeti, menjalankan
“buoy” atau alat di gurun dan area terpencil lainnya, dan dalam eksperimen
mereka telah digunakan untuk memberikan tenaga untuk mobil balap dalam
kontes seperti Tantangan surya dunia di Australia. Jenis panel sel surya :
1. Polycrystalline
Merupakan panel surya yang memiliki susunan kristal acak. Tipe
polycrystalline memerlukan luas permukan yang lebih besar dibandingkan dengan
jenis monocrystallne untuk menghasilkan daya listrik yang sama, akan tetapi
dapat menghasilkan listrik pada saat mendung.

Gambar 2.2 Panel Surya Polycrystalline


2. Monocrystalline
Merupakan panel surya yang paling efisien, menghasilkan daya listrik
persatuan luas yang paling tinggi. Memiliki efisiensi sampai dengan 24%.
Kelemahan dari panel ini adalah tidak akan berfungsi baik ditempat yang cahaya

13
mataharinya kurang (teduh), efisiensinya akan turun drastis dalam cuaca berawan.

Gambar 2.3 Panel surya Monocrystalline


3. Panel Surya Amorf
Adalah tidak benar-benar kristal, tetapi lapisan tipis silicon diendapkan pada
bahan dasar seperti logam atau gelas untuk membuat panel surya. Amorf paduan
dari silikon dan karbon (amorf silikon karbida juga dihidrogenasi, a-Si 1-xC xH)
adalah varian yang menarik. Pengenalan atom karbon menambahkan ekstra
derajat kebebasan untuk mengontrol sifat-sifat materi. Film ini juga bisadibuat
transparan untuk cahaya tampak.
Peningkatan konsentrasi karbon dalam paduan memperlebar kesenjangan
elektronik antara konduksi dan valensi band (juga disebut “gap optik” dan celah
pita). Hal ini berpotensi dapat meningkatkan efisiensi cahaya dari sel surya yang
dibuat dengan amorf karbida lapisan silicon. Disisi lain, sifat elektronik sebagai
semikonduktor (terutama mobilitas elektron), yang terpengaruhi oleh isi
meningkatnya karbon dalam paduan, karena gangguan meningkat pada jaringan
atom.

14
Gambar 2.4 Panel Surrya Amorf

Beberapa studi ditemukan dalam literatur ilmiah, terutama menyelidiki efek


parameter deposisi pada kualitas elektronik, tetapi aplikasi praktis dari karbida
silikon amorf pada perangkat komersial masih kurang.

2.5.2 Photovoltaic
Photovoltaic berasal dari bahasa Yunani, foto yang artinya cahaya dan
voltaik yang artinya listrik. Dinamakan oleh fisikawan Italia yang bernama volta
setelah satuan pengukuran volt yang ditetapkan. Istilah ini digunakan di negara
Inggris sejak tahun 1849. Photovoltaic terdiri dari lapisan semikonduktor tipe-p
yaitu bahan semikonduktor yang didalamnya terdapat hole sebagai pembawa
muatan mayoritasnya dan lapisan semikonduktor tipe-n memiliki elektron sebagai
pembawa muatan mayoritasnya. Keduanya didapat dari hasil pen-dopingan
semikonduktor yang sama dengan bahan doping yang berbeda. Kedua lapisan ini
merupakan lapisan pembentuk fotovoltaik.
Dalam Photovoltaic terdapat medan listrik. Medan listrik ini terdapat
didaerah depletion layer. Tegangan yang dihasilkan oleh fotovoltaik sangat
bergantung terhadap besarnya medan listrik dan dengan fungsi muatan total yang
ada di dalam fotovoltaik sangat tergantung terhadap jarak antara batas bertemunya
kedua lapisan dengan batas terjauh dari depletion layer. Foton pada cahaya yang
diserap fotovoltaik menyebabkan electronelectron tereksitasi. Hasilnya terdapat
fotogenerasi dari pembawa, muatan yang berada didalam lapisan semikonduktor
tipe-p dan tipe-n fotovoltaik.

15
2.5.3 Prinsip Kerja Sel Surya

Sinar Matahari terdiri dari partikel sangat kecil yang disebut dengan Foton.
Ketika terkena sinar Matahari, foton yang merupakan partikel sinar Matahari
tersebut menghantam atom semikonduktor silikon Sel Surya sehingga
menimbulkan energi yang cukup besar untuk memisahkan elektron dari struktur
atomnya. Elektron yang terpisah dan bermuatan Negatif (-) tersebut akan bebas
bergerak pada daerah pita konduksi dari material semikonduktor. Atom yang
kehilangan elektron tersebut akan terjadi kekosongan pada strukturnya,
kekosongan tersebut dinamakan dengan “hole” dengan muatan Positif (+). Daerah
Semikonduktor dengan elektron bebas ini bersifat negatif dan bertindak sebagai
pendonor elektron, daerah semikonduktor ini disebut dengan semikonduktor tipe
N (N-type). Sedangkan daerah semikonduktor dengan hole bersifat positif dan
bertindak sebagai penerima (Acceptor) elektron yang dinamakan dengan
Semikonduktor tipe P (P-type). Di persimpangan daerah positif dan negatif (PN
Junction), akan menimbulkan energi yang mendorong elektron dan hole untuk
bergerak ke arah yang berlawanan. Elektron akan bergerak menjauhi daerah
negatif sedangkan hole akan bergerak menjauhi daerah positif. Ketika diberikan
sebuah beban berupa lampu maupun perangkat listrik lainnya di persimpangan
positif dan negatif (PN Junction) ini, maka akan menimbulkan arus listrik.

2.6 Kelebihan dan kekurangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya dibandingkan


dengan energi alternatif lainnya
Kelebihan :
1. Sumber Energi Terbarukan
Kita tidak bisa kehabisan energi matahari, tidak seperti beberapa sumber
energi lainnya. Energi matahari akan dapat diakses selama kita memiliki
matahari, oleh karena itu sinar matahari akan tersedia bagi kita setidaknya
selama 5 miliar tahun ketika menurut para ilmuwan matahari akan mati.
2. Mengurangi Tagihan Listrik
Karena kita akan memenuhi sebagian kebutuhan energimu dengan listrik yang
dihasilkan tata surya, tagihan listrikmu akan turun. Berapa banyak kita
menghemat tagihan akan tergantung pada ukuran tata surya dan penggunaan

16
listrik atau panas.
3. Aplikasi Beragam
Energi matahari dapat digunakan untuk berbagai tujuan. Kamu dapat
menghasilkan listrik ( fotovoltaik ) atau panas (panas matahari ). Energi
matahari dapat digunakan untuk menghasilkan listrik di daerah yang tidak
memiliki akses ke jaringan energi, untuk menyuling air di daerah dengan
pasokan air bersih yang terbatas dan untuk menggerakkan satelit di luar
angkasa.
4. Biaya Perawatan Rendah
Sistem energi surya umumnya tidak membutuhkan banyak perawatan. Kamu
hanya perlu menjaganya tetap bersih, jadi membersihkannya beberapa kali
dalam setahun sudah cukup.
5. Pengembangan Teknologi
Teknologi dalam industri tenaga surya terus berkembang dan peningkatannya
akan meningkat di masa depan. Inovasi dalam fisika kuantum dan
nanoteknologi berpotensi dapat meningkatkan efektivitas panel surya dan
menggandakan, atau bahkan tiga kali lipat, input listrik dari sistem tenaga
surya.

Kekurangan

1. Biaya
Biaya awal untuk membeli tata surya cukup tinggi. Ini termasuk pembayaran
panel surya, inverter, baterai, kabel, dan untuk pemasangan. Namun demikian,
teknologi tenaga surya terus berkembang, jadi dapat diasumsikan bahwa harga
akan turun di masa mendatang.
2. Tergantung Cuaca
Meskipun energi matahari masih dapat dikumpulkan selama hari mendung
dan hujan, efisiensi tata surya menurun. Panel surya bergantung pada sinar
matahari untuk mengumpulkan energi matahari secara efektif. Oleh karena
itu, beberapa hari hujan yang mendung dapat memberikan efek yang nyata
pada sistem energi. Kita juga harus memperhitungkan bahwa energi matahari
tidak dapat dikumpulkan pada malam hari. Di sisi lain, jika kita juga
memerlukan solusi pemanas air untuk bekerja di malam hari atau selama
musim dingin, panel termodinamika adalah alternatif untuk dipertimbangkan.

17
3. Penyimpanan Energi Surya Mahal
Energi matahari harus segera digunakan, atau dapat disimpan dalam baterai
besar. Baterai ini, yang digunakan dalam sistem tata surya off-the-grid, dapat
diisi daya pada siang hari sehingga energinya digunakan pada malam hari. Ini
adalah solusi yang bagus untuk menggunakan energi matahari sepanjang hari,
tetapi juga cukup mahal. Dalam kebanyakan kasus, akan lebih cerdas jika
hanya menggunakan energi matahari di siang hari dan mengambil energi dari
jaringan pada malam hari (kamu hanya dapat melakukan ini jika sistemmu
terhubung ke jaringan).
4. Menggunakan Banyak Ruang
Semakin banyak listrik yang ingin kamu hasilkan, semakin banyak panel
surya yang kita butuhkan, karena ingin mengumpulkan sinar matahari
sebanyak mungkin. Panel surya PV membutuhkan banyak ruang dan beberapa
atap tidak cukup besar untuk memuat jumlah panel surya yang kita inginkan.
Alternatifnya adalah memasang beberapa panel di halamanmu tetapi mereka
harus memiliki akses ke sinar matahari. Jika kamu tidak memiliki ruang untuk
semua panel yang kamu inginkan, kita dapat memilih untuk memasang lebih
sedikit untuk tetap memenuhi sebagian kebutuhan energi kita.
5. Terkait dengan Polusi
Meskipun polusi yang terkait dengan sistem energi matahari jauh lebih
sedikit dibandingkan dengan sumber energi lain, energi matahari dapat
dikaitkan dengan polusi. Transportasi dan pemasangan tata surya telah
dikaitkan dengan emisi gas rumah kaca. Ada juga beberapa bahan beracun dan
produk berbahaya yang digunakan selama proses pembuatan sistem
fotovoltaik surya, yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi
lingkungan. Namun demikian, polusi energi matahari jauh lebih sedikit
dibandingkan dengan sumber energi alternatif lainnya.

2.7 Charge Controller

Solar Charge Controller adalah peralatan elektronik yang digunakan untuk


mengatur arus searah yang diisi ke baterai dan diambil dari baterai ke beban. Solar
charge controller mengatur overcharging (kelebihan pengisian karena batere sudah
penuh dan kelebihan voltase dari panel surya/solar cell. Kelebihan voltase dan
pengisian akan mengurangi umur baterai.

18
Solar charge controller menerapkan teknologi Pulse width Modulation (PWM)
untuk mengatur fungsi pengisian baterai dan pembebasan arus dari baterai ke beban.
Panel surya / solar cell 12 Volt umumnya memiliki tegangan output 16 - 21 Volt. Jadi
tanpa solar charge controller, baterai akan rusak oleh over-charging dan
ketidakstabilan tegangan. Baterai umumnya di-charge pada tegangan 14 - 14.7 Volt.
Beberapa fungsi detail dari solar charge controller adalah sebagai berikut:

1) Mengatur arus untuk pengisian ke baterai, menghindari overcharging, dan


overvoltage.
2) Mengatur arus yang dibebaskan/ diambil dari baterai agar baterai tidak 'full
discharge', dan overloading.
3) Monitoring temperatur baterai

Untuk membeli solar charge controller yang harus diperhatikan adalah:

1. Voltage 12 Volt DC / 24 Volt DC

2. Kemampuan (dalam arus searah) dari controller. Misalnya 5 Ampere, 10

Ampere, dsb.

3. Full charge dan low voltage cut.


Seperti yang telah disebutkan di atas solar charge controller yang baik
biasanya mempunyai kemampuan mendeteksi kapasitas baterai. Bila baterai sudah
penuh terisi maka secara otomatis pengisian arus dari panel surya / solar cell
berhenti. Cara deteksi adalah melalui monitor level tegangan baterai. Solar charge
controller akan mengisi baterai sampai level tegangan tertentu, kemudian apabila
level tegangan drop, maka baterai akan diisi kembali.
Solar Charge Controller biasanya terdiri dari : 1 input yang terhubung dengan
output panel surya / solar cell, 1 output yang terhubung dengan baterai dan 1
output yang terhubung dengan beban ( load ). Arus listrik DC yang berasal dari
baterai tidak mungkin masuk ke panel sel surya karena biasanya ada 'diode
protection' yang hanya melewatkan arus listrik DC dari panel surya ke baterai,
bukan sebaliknya. Charge Controller bahkan ada yang mempunyai lebih dari 1
sumber daya, yaitu bukan hanya berasal dari matahari, tapi juga bisa berasal dari
tenaga angin ataupun mikro hidro. Di pasaran sudah banyak ditemui charge
controller 'tandem' yaitu mempunyai 2 input yang berasal dari matahari dan angin.

19
Untuk ini energi yang dihasilkan menjadi berlipat ganda karena angin bisa bertiup
kapan saja, sehingga keterbatasan waktu yang tidak bisa disuplai energi matahari
secara full, dapat disupport oleh tenaga angin. Bila kecepatan rata-rata angin
terpenuhi maka daya listrik per bulannya bisa jauh lebih besar dari energi
matahari.

2.7.1 Cara Kerja Charge Controller

Charge controller, adalah komponen penting dalam pembangkit listrik tenaga


surya. Charge controller berfungsi untuk :

1) Charging mode : Mengisi bareai (kapan baterai diisi, menjadi pengisian


kalau baterai penuh), dalam charging mode, umumnya baterai diisi dengan
metode three stage charging:
a) Fase bulk : baterai akan di-charge sesuai dengan tengan setup (bulk -
antara 14.4 - 14.6 Volt) dan arus diambil secara maksimum dari panel
surya. Pada saat baterai sudah pada tegangan setup (bulk) dimulailah
fase absorption.
b) Fase absorption : pada fase ini, tegangan baterai akan dijaga sesuai
dengan tegangan bulk, sampai solar charge controller timer (umumnya
satu jam) tercapai, arus yang dialirkan menurun sampai tercapai
kapasitas dari baterai.
c) Fase float : baterai akan dijaga pada tegangan float setting (umumnya
13.4 – 13.7 Volt). Beban yang terhubung ke baterai dapat menggunakan
arus maksimum dari panel surya pada stage ini.
2) Operation mode : Penggunan baterai ke beban (pelayanan baterai ke beban
diputuskan kalau baterai sudah mulai kosong “kosong”). Pada metode ini,
baterai akan melayani beban. Apabila ada over-discharge ataupun over-load,
maka baterai akan dilepaskan dari beban.
Kedua komponen hal ini berguna untuk mencegah kerusakan dari sebuah
baterai.
2.8 Baterai
Baterai merupakan sebuah peralatan yang dapat mengubah energi. Baterai listrik
adalah alat yang terdiri dari 2 atau lebih sel elektrokimia yang mengubah energi kimia
yang tersimpan menjadi energi listrik. Tiap sel miliki kutub positif (katoda) dan kutub

20
negatif (anoda). Kutub yang bertanda positif menandakan bahwa memiliki energi
potensial yang lebih tinggi daripada kutub bertanda negatif. Kutub bertanda negatif
adalah sumber elektron yang ketika disambungkan dengan rangkaian eksternal akan
mengalir dan memberikan energi ke peralatan eksternal. Ketika baterai dihubungkan
dengan rangkaian eksternal, elektrolit dapat berpindah sebagai ion didalamnya,
sehingga terjadi reaksi kimia pada kedua kutubnya. Perpindahan ion dalam baterai
akan mengalirkan arus listrik keluar dari baterai sehingga menghasilkan kerja. Meski
sebutan baterai secara teknis adalah alat dengan beberapa sel, sel tunggal juga
umumnya disebut baterai. Baterai untuk solar cell sendiri mempunyai dua tujuan
penting dalam sistem fotovotaik; pertama adalah untuk memberikan daya listrik
kepada sistem ketika daya tidak disediakan oleh array panel-panel surya, kesua adalah
untuk menyimpan kelebihan daya yang ditimbulkan oleh panel - panel setiap kali daya
itu melebihi beban.

Gambar 2.5 Baterai untuk Sel Surya


2. 9 Inverter
Inverter adalah sebuah alat yang mengubah listrik DC (Direct Current) dari baterai
atau panel sel surya menjadi AC (Alternating Current). Penggunaan inverter dari
dalam Pembangkit Tenaga Listrik (PLTS) adalah untuk perangkat yang menggunakan
AC (Alternating Current), misalnya untuk penerangan peralatan elektronik seperti
komputer, peralatan komunikasi, TV, dll. Inverter dapat digunakan dirumah dan
semua tempat yang memerlukan energi (listrik) cadangan untuk mengganti listrik
PLN. Inverter digunaan ketika peralatan Anda memerlukan daya AC. Inverter
memotong dan membalikkan arus DC untuk membangkitkan gelombang segi empat
yang nantinya disaring menjadi gelombang sinus yang disesuaikan dan menghapus
harmonik yang tidak diinginkan. Sangat sedikit inverter yang menyediakan gelombang
sinus yang murni sebagai output. Kebanyakan model yang tersedia dipasar

21
menciptakan apa yang diketahui sebagai “gelombang sinus yang termodifikasi”,
karena output tegangan mereka bukanlah sinusoid yang murni. Ketika kita memikirkan
eisiensi, gelombang sinus yang termodifikasi berkinerja lebih baik dari pada inverter
sinusoidal yang murni.

Gambar 2.6 Inverter

Ketahuilah bahwa tidak semua peralatan akan menerima gelombang sinus yang
termodifikasi sebangai tegangan output. Secara umum, beberapa printer lase tidak
akan bekerja dengan gelombang sinus inverter yang termodifikasi. Mesin akan tetap
berfungsi, tetapi mereka mungkin memakan lebih banyak saya dari pada jika mereka
diberi input dengan gelombang sinus murni. Selain ini, power supply DC cenderung
semakin memanas, dan pengeras audio dapat mengeluarkan bunyi berdengung.

2.9.1 Jenis Inverter

Berikut merupakan jenis-jenis Inverter yaitu:

1. Inverter True-sinewave (gelombang arus murni), menghasilkan gelombang


listik yang sama dengan listrik PLN bahkan lebih baik dalam segi
kestabilan dibanding daya yang dihasilkan PLN. Gelombang daya listrik
bila dilihat melalui oskiloskop menampakkan gelombang sinus yang
sempurna. True sine wave inverter diperlukan terutama untuk beban-beban
yang masih menggunakan motor agar bekerja lebih mudah, lancar dan
tidak cepat panas. Oleh karena itu dari sisi harga maka True sine wave
inverter yang paling mahal diantara inverter jenis lainnya karena inverter
jenis ini yang paling mendekati bentuk gelombang asli dari jaringan listrik
PLN.
2. Inverter Modified-sinewave (gelombang sinus modifikasi), merupakan
kombinasi antara square wave dan sine wave. Menghasilkan daya listrik

22
yang cukup memadai untuk sebagian peralatan elektronik tetapi memiliki
kelemahan karena kekuatan daya listrik yang dihasilkan tidak sama persis
dengan daya listrik dari PLN. Bentuk gelombang yang muncul berbentuk
kotak yang kaku. Perangkat yang menggunakan kumparan masih bisa
beroperasi dengan modified sine wave inverter, hanya saja kurang
maksimal. Jenis inveter ini lebih murah dibandingkan inverter True-
sinewave dan paling umum dipasarkan karena murah diproduksi
sedangkan pada squre wave inverter beban-beban listrik yang
menggunakan kumparan/motor tidak bekerja sama sekali. Grid Tie
Inverter yang merupakan special inverter yang biasanya digunakan dalam
sistem energi listrik terbarukan, yang mengubah arus listrik DC menjadi
AC yang kemudian diumpankan ke jaringan listrik yang sudah ada. Grid
Tie Inverter juga dikenal sebagai synchronous inverter dan perangkat ini
tidak dapat berdiri sendiri, apalagi bila jaringan tenaga listik tidak tersedia.

Dibandingkan dengan jenis lain, inverter true-sinewave lebih banyak

digunakan karena memiliki beberapa kelebihan antara lain:

a) True-sinewave memiliki keluaran gelombang dengan distorsi harmonik


yang rendah, daya listrik hampir tanpa gangguan serta kestabilan yang
lebih baik.
b) Beban induktif berjalan lebih cepat, tidak bising dan tidak cepat panas
(beban induktif yaitu beban daya ketika perangkat elektronik pertama kali
dihidupkan).
c) Mengurangi gangguan pada speaker seperti suara distorsi, kebisingan pada
kipas angin, mencegah kedip (flicker) pada monitor, lampu neon, TV dan
mencegah kerusakan pada piranti seperti hardware komputer (harddisk,
motherboard, processor), dll, disebabkan oleh tidak stabilnya tegangan
listrik.
2.9.2 Parameter Inverter
Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan inverter.
1. Kapasitas beban dalam Watt, usahakan memiliki inverter yang beban
kerjanya mendekati dengan beban yang hendak kita gunakan agar
effisiensi kerjanya maksimal.

23
2. Input DC 12 Volt atau 24 Volt.
3. Sinwave ataupun square wave output AC.
4. Kehandalan saat adanya sertakan. Inverter mempunyai dua penilaian
daya: satu untuk daya yang terus-menerus, dan yang lebih tinggi
untuk daya tertinggi. Mereka dapat menyediakan daya tertinggi
untuk waktu yang sangat singkat, seperti ketika menghidupkan
mesin. Inverter juga sebaiknya dapat secara aman menginterupsi
dirinya sendiri (dengan sakelar pemutus (circuit breaker) atau
sekering) seandaianya terjadi terjadi arus sirkuit pendek, atau jika
daya yang diminta terlalu tinggi.
5. Efisiensi konversi. Inverter paling efisiensi ketika memberikan 50%
sampai 90% dari rating daya terus-menerus mereka. Anda
sebaiknyamemilih inverter yang hampir sesuai dengan syarat beban
Anda. Pabrik biasanya menyediakan kinerja inverter di 70% dari
daya nominalnya.
6. Pengisian daya baterai. Banyak inverter juga memasukkan fungsi
terbaik: kemungkinan mengisi daya baterai dari sebuah sumber arus
AC (jaringan listik, genset dll). Inverter tipe ini dikeal sebagai
charger/inverter.
7. Automatic fail-over. Beberapa inverter dapat berpindah secara

otomatis di antara sumber daya yang berbeda (jaringan listrik PLN,

pembangkit daya listrik, surya) tergantung pada apa yang terjadi.

Ketika menggunakan peralatan telekomunikasi, sebaiknya menghindari


pengguna konverter DC/AC dan memberi daya kepada mereka secara
langsung dari sebuah sumber DC. Kebanyakan peralatan komunikasi
dapat menerima tingkatan input tegangan yang cukup besar.

24
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1) Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Energi Surya (Photovoltaic)
dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Energi ini
juga merupakan energi alternatif. Modul Surya ini dapat digunakan sebagai
cadangan yang memadai ketika energi lainnya mulai berkurang bahkan habis.
2) Selain itu, energi ini memliki banyak keuntungan dibandingkan dengan energi
lain. Energi ini sangat ramah lingkungan dan tidak memerlukan perawatan
khusus secara periodik. Energi ini hanya memerlukan cahaya matahari yang
jumlahnya tak tebatas, tersedia dimana-mana, dan tidak memerlukan bahan bakar
lain seperti bensin, gas, atau yang lainnya. Namun, energi ini memiliki satu
kelemahan yaitu hanya bisa digunakan dalam jangka waktu setengah hari atau
selama sinar matahari masih terpancar.
3) Oleh karena itu, penyediaan sumber energi alternatif seperti energi surya melalui
pemanfaatan sel photovoltaic merupakan sebuah prospek yang menjanjikan
untuk dikembangkan lebih lanjut, mengingat pemakaian primer minyak bumi dan
gas alam masih merupakan sumber energi utama. Selain ramah lingkungan,
sumber energi dari matahari tidak memerlukan perawatan khusus secara periodik,
yang selanjutnya akan mengurangi biaya produksi.
B. Saran
1. Bagian yang terpenting adalah Ayo Gunakan PLTS untuk Masa Depan mengingat
Energi Baru Terbarukan Sangat Dibutuhkan oleh Bumi
2. Pembahasan lebih rinci mengenai aspek-aspek lainnya (aspek pasar, aspek
lingkungan, dan lainnya) yang bisa menjadikan sistem PLTS bisa layak
diimplementasikan.
3. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menganalisa kelayakan ekonomi PLTS
melalui metoda lainnya sehingga diharapkan dapat memperkuat kelayakan
pengembangan PLTS.
4. Diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat mengaplikasikan sistem energi
listrik PLTS terhadap alat dan mesin pertanian yang berada di wilayah pedesaan
5. Pembahasan lanjutannya diharapkan untuk melihat kemungkinan penggabungan

25
sistem PLTS dan sistem pembangkit energi baru terbarukan laiinya yang bisa
diterapkan di Indonesia.

26
DAFTAR PUSTAKA

Assiddiq, H., & Bastomi, M. (2019). Analisis Pengaruh Perubahan


Temperatur Panel Terhadap Daya Dan Efesiensi Keluaran Panel Sel Surya. Jurnal
Online Teknik Elektro, 17

Kristiawan, H., Kumara, I. N. S., & Giriantari, I. A. D. (2019). Potensi


Pembangkit Listrik Tenaga Surya Atap Gedung Sekolah di Kota Denpasar. Jurnal
Spektrum, 6(4), 66–70.

Martawati, 2018, Analisis Simulasi Pengaruh Variasi Intensitas Cahaya


Terhadap Daya Dari Panel Surya. Jurnal ELTEK, Vol 16 no.1 ISSN.1693-4024.

Mahardika, I. N., Wijaya, I. A., & Rinas, I. W. (2016). Rancang Bangun


Baterai Charge Control Untuk Sistem Pengangkat Air Berbasis Arduino Uno
Memanfaatkan Sumber PLTS. E-Journal SPEKTRUM, 26-32.

Purwoto, B. H., Jatmiko, F, M. A., & Huda, I. F. (2018). Efisiensi


Penggunaan Panel Surya Sebagai Sumber Energi Alternatif. Jurnal Emitor, 10-14.

27

Anda mungkin juga menyukai