PROPOSAL
“Permodelan dan simulasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya Atap system
Grid-connected di RSUD Kabupaten Muna”
OLEH:
ILHAM MARIDI
D032221001
C. Sistem PLTS
Pada prinsipnya ada tiga klasifikasi sistem PLTS, yaitu PLTS yang berdiri
sendiri (stand-alone), PLTS yang terhubung dengan jaringan listrik (grid-connected), dan
sistem hybrid.
1. Sistem Stand-alone
Sistem stand-alone mengandalkan tenaga surya sebagai satu-satunya sumber
energi utama. Sistem ini terdiri dari modul PV dan beban atau disertai dengan baterai
sebagai penyimpanan energi. Dapat digunakan pula baterai regulator yang berfungsi
untuk mematikan modul PV ketika baterai digunakan, dan mematikan beban ketika
baterai telah mencapi batas bawahnya. Suatu baterai harus mempunyai kapasitas yang
cukup untuk menyimpan energi yang dihasilkan pada siang hari untuk digunakan di
malam hari. Skematik sistem stand-alone dapat dilihat pada Gambar 2.2 Sistem stand-
alone ini biasasnya digunakan pada daerah-daerah yang tidak terjangkau oleh jaringan
listrik PLN.
(a) (b)
Gambar 2.2 Sistem Stand-alone (a) Sederhana (Tanpa Baterai) (b) Dilengkapi Inverter
dan Baterai
2. Sistem Grid-connected
Sesuai namanya, maka sistem ini tetap terhubung dengan jaringn PLN untuk
mengoptimalkan pemanfaatan energi PV untuk menghasilkan energi listrik semaksimal
mungkin. Sistem ini menjadi sistem yang banyak diaplikasikan. Untuk mengubah
listrik DC menjadi listrik AC digunakan inverter. Dalam sistem kecil pada suatu rumah
inverter akan terhubung pada suatu kontrol (distribution board). Listrik AC yang
dihasilkan kemudian dapat digunakan untuk mengaktifkan peralatan rumah tangga.
Pada sistem ini tidak memerlukan baterai dikarenakan tetap terhubung ke jaringan PLN
yang bertindak sebagai penyangga pasokan listrik yang dihasilkan modul PV.
D. Komponen-komponen PLTS
1. Photovoltaic
Photovoltaic adalah piranti semikonduktor yang dapat merubah cahaya
secara langsung menjadi arus listrik searah (DC) dengan menggunakan kristal silikon
(Si) yang tipis. Pada dasarnya sel surya photovoltaic merupakan suatu dioda
semikonduktor yang bekerja dalam proses tak seimbang dan berdasarkan efek
photovoltaic. Sel surya photovoltaic terdiri dari sambungan bahan semikonduktor
bertipe p dan n (p-n junction semiconductor) yang jika terkena sinar matahai maka akan
terjadi aliran elektron. Aliran elektron inilah yang disebut sebagai aliran arus listrik.
Semikonduktor tipe n merupakan semikonduktor yang memiliki kelebihan elektron
sehingga kelebihan muatan negatif. Sedangkan semikonduktor tipe p memiliki
kelebihan hole sehingga kelebihan muatan positif. Dalam proses tersebut sel surya
menghasilkan tegangan 0,5 – 1 vol tergantung intensitas cahaya dan jenis zat
semikonduktor yang dipakai.
Total pengeluaran listrik (Watt) dari sel photovoltaic adalah sama dengan
tegangan (V) operasi dikalikan dengan arus (I) operasi. Tegangan serta arus keluaran
yang dihasilkan ketika sel surya memperoleh penyinaran merupakan karakteristik yang
disajikan dalam bentuk kurva I-V pada gambar 2.5. Kurva ini menunjukkan bahwa pada
saat arus dan tegangan berada pada titik kerja maksimal (Maximum Power Point) maka
akan menghasilkan daya keluaran maksimum (PMPP). Tegangan di Maximum Power
Point (MPP) VMPP, lebih kecil dari tegangan rangkaian terbuka (Voc) dan arus saat
MPP IMPP, adalah lebih rendah dari arus short circuit (Isc).
a. Short Circuit Current (Isc) terjadi pada suatu titik dimana tegangannya adalah nol,
sehingga pada saat ini, daya keluaran adalah nol.
b. Open Circuit Voltage (Voc) terjadi pada suatu titik dimana arusnya adalah nol,
sehingga pada saat ini pun daya keluaran adalah nol.
c. Maximum Power Point (MPP) adalah titik daya output maksimum, yang sering
dinyatakan sebagai “knee” dari kurva I-V.
Dimana:
EL : Pemakaian energi (kWh/hari).
GAV : Insolasi harian matahari rata-rata (kWh/m2 /hari)
𝜂𝑃𝑉 : Efisiensi panel surya
PR : Performance Ratio
PR = 𝜂 inv × 𝜂 pv_inv × 𝜂 pv_inv_load × f man × f dirt × f temp
Dimana:
𝜂 inv : Efisiensi inverter
𝜂 pv_inv : Efisiensi pengkabelan antara PV dan inverter
𝜂 pv_inv_load : Efisiensi pengkabelan antara inverter dan beban
f man : Faktor koreksi disebabkan proses manufaktur
f dirt : Faktor koreksi disebabkan pengotor
f temp : Faktor koreksi disebabkan temperatur
2. Menghitung Daya yang Dibangkitkan PLTS (Watt peak)
Dari perhitungan area array maka besar daya yang dibangkitkan PLTS (Watt
peak) dapat diperhitungkan sebagai berikut:
PWatt Peak = PVarea × PSI × 𝜂 𝑃𝑉
Dimana:
PSI : Peak Solar Insolation
𝜂 𝑃𝑉 : Efisiensi panel surya
Selanjutnya berdasarkan besar daya yang akan dibangkitkan, maka jumlah
panel surya yang diperlukan dapat diperoleh sebagai berikut:
𝑃𝑊𝑎𝑡𝑡 𝑝𝑒𝑎𝑘
Jumlah Panel Surya =
𝑃𝑀𝑃𝑃
Dimana:
PWatt Peak : Daya yang dibangkitkan (Wp)
PMPP : Daya maksimum keluaran panel surya (W)
Untuk memperoleh besar tegangan, arus dan daya yang sesuai dengan
kebutuhan, maka panel-panel surya tersebut harus dikombinasikan secara seri dan
paralel dengan aturan sebagai berikut :
a. Untuk memperoleh tegangan keluaran yang lebih besar dari tegangan keluaran
panel surya, maka dua buah (lebih) panel surya harus dihubungkan secara seri.
b. Untuk memperoleh arus keluaran yang lebih besar dari arus keluaran panel surya,
maka dua buah (lebih) panel surya harus dihubungkan secara paralel.
c. Untuk memperoleh daya keluaran yang lebih besar dari daya keluaran panel surya
dengan tegangan yang konstan maka panel-panel surya harus dihubungkan secara
seri dan pararel.
H. Analisis Keekonomian
1. Biaya Siklus Hidup (Life Cycle Cost)
Biaya siklus hidup suatu sistem adalah semua biaya yang dikeluarkan oleh
suatu sistem, selama kehidupannya. Pada sistem PLTS, biaya siklus hidup (LCC)
ditentukan oleh nilai sekarang dari biaya total sistem PLTS yang terdiri dari biaya
investasi awal, biaya jangka panjang untuk pemeliharaan dan operasional serta biaya
penggantian baterai. Biaya siklus hidup (LCC) diperhitungkan dengan rumus sebagai
berikut:
LCC = II + Q&M + P
Dimana:
LCC : Biaya siklus hidup (Life Cycle Cost)
II : Biaya investasi awal
Q&M : Biaya nilai sekarang untuk total biaya pemeliharaan
P : Biaya nilai sekarang untuk biaya penggantian
Nilai sekarang biaya tahunan yang akan dikeluarkan beberapa waktu
mendatang (selama umur proyek) dengan jumlah pengeluaran yang tetap, dihitung
dengan rumus sebagai berikut:
(1+𝑖)𝑛 −1
P=A[ ]
𝑖 (1+𝑖)𝑛
Dimana:
A : Biaya tahunan
I : Tingkat diskonto
n : Umur proyek
Perbandingan yang valid antara penerimaan-penerimaan di masa mendatang
dengan pengeluaran dana sekarang adalah hal yang sulit dilakukan karena ada
perbedaan nilai waktu uang. Masalah ini dapat diatasi dengan menggunakan konsep
nilai waktu uang (Time Value of Money). Berdasarkan konsep tersebut maka
penerimaan-penerimaan di masa mendatang didiskontokan ke nilai sekarang sehingga
dapat dibandingkan dengan pengeluaran pada saat ini.
Faktor diskonto (Discount factor) adalah faktor yang digunakan untuk
menerjemahkan penerimaan-penerimaan di masa mendatang sehingga dapat
dibandingkan dengan pengeluran pada masa sekarang. Sedangkan tingkat diskonto
yang digunakan untuk menilai sekarang penerimaan-penerimaan tersebut dapat berupa
tingkat suku bunga pasar (tingkat suku bunga bank). Adapun rumus faktor diskonto
adalah sebagai berikut:
1
DF =
(1+𝑖)𝑛
Dimana:
DF : Faktor diskonto
I : Tingkat diskonto
n : Periode dalam tahun (umur investasi)
2. Biaya Energi (Cost of Energi)
Biaya energi merupakan perbandingan antara biaya total per tahun dari
sistem dengan energi yang dihasilkannya selama periode yang sama. Dilihat dari sisi
ekonomi, biaya energi PLTS berbeda dari biaya energi untuk pembangkit konvensional.
Hal ini karena biaya energi PLTS, dipengaruhi oleh biaya-biaya seperti:
a. Biaya awal (biaya modal) yang tinggi.
b. Tidak ada biaya untuk bahan bakar.
c. Biaya pemeliharaan dan operasional rendah.
d. Biaya penggantian rendah (terutama hanya untuk baterai).
Perhitungan biaya energi suatu PLTS ditentukan oleh biaya siklus hidup
(LCC), faktor pemulihan modal (CRF) dan kWh produksi tahunan PLTS. Faktor
pemulihan modal adalah faktor yang digunakan untuk mengkonversikan semua arus
kas biaya siklus hidup (LCC) menjadi serangkaian pembayaran atau biaya tahunan
dengan jumlah yang sama. Faktor pemulihan modal diperhitungkan dengan rumus
sebagai berikut:
𝑖(1+𝑖)𝑛
CRF =
(1+𝑖)𝑛 −1
Dimana:
Dimana:
NFCt : Net Cash Flow periode tahun ke-1 sampai ke-n
II : Investasi awal (Initial Investment)
i : Tingkat diskonto.
n : Periode dalam tahun (umur investasi).
Kriteria pengambilan keputusan apakah usulan investasi layak diterima
atau layak ditolak adalah sebagai berikut:
a. Investasi dinilai layak, apabila Net Present Value (NPV) bernilai positif (> 0).
b. Investasi dinilai tidak layak, apabila Net Present Value (NPV) bernilai negatif (<
0).
2. Profitability Index (PI)
Profitability Index merupakan perbandingan antara seluruh kas bersih nilai
sekarang dengan investasi awal. Teknik ini juga sering disebut dengan model rasio
manfaat biaya (benefit cost ratio). Teknik Profitability Index dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
∑𝑛
𝑡=1 𝑁𝐹𝐶𝑡 (1+𝑖)
−𝑡
PI =
𝐼𝐼
Dimana:
NFCt : Net Cash Flow periode tahun ke-1 sampai ke-n.
II : Investasi awal (Initial Investment)
i : Tingkat diskonto.
n : Periode dalam tahun (umur investasi).
Kriteria pengambilan keputusan apakah usulan investasi layak diterima atau layak
ditolak adalah sebagai berikut:
a. Investasi dinilai layak, apabila Profitability Index (PI) bernilai lebih besar dari satu
(>1).
b. Investasi dinilai tidak layak, apabila Profitability Index (PI) bernilai lebih kecil dari
satu (< 1).
3. Discounted Payback Period (DPP)
Payback Period adalah periode lamanya waktu yang dibutuhkan untuk
mengembalikan nilai investasi melalui penerimaan-penerimaan yang dihasilkan oleh
proyek (investasi). Sedangkan Discounted Payback Period adalah periode
pengembalian yang didiskontokan. Discounted Payback Period (DPP) dapat dicari
dengan menghitung berapa tahun kas bersih nilai sekarang (PVNCF) kumulatif yang
ditaksir akan sama dengan investasi awal.
Kriteria pengambilan keputusan apakah usulan investasi layak diterima atau
layak ditolak adalah:
a. Investasi dinilai layak, apabila DPP memiliki periode waktu lebih pendek dari umur
proyek (periode cut off).
b. Investasi dinilai tidak layak, apabila DPP memiliki periode waktu lebih panjang
dari umur proyek (periode cut off).
4. Internal Rate of Return (IRR)
IRR adalah tingkat suku bunga yang menghasilkan nilai NPV sama dengan
nol (karena nilai sekarang dari arus kas masuk sama dengan investasi awal).
𝑋𝑡
0 = ∑𝑇𝑡=0
(1+𝐼𝑅𝑅)𝑡
Dimana:
Xt : Cashflow di tahun ke-t
IRR : Rate of Return
Apabila IRR digunakan untuk membuat keputusan diterimaditolah, kriteria
keputusan adalah sebagai berikut:
a. Jika IRR lebih besar dari biaya modal, proyek diterima
b. Jika IRR lebih kecil dari biaya modal, proyek ditolak
BAB III
METODE PENELIAN
A. Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian ini adalah di RSUD Kabupaten Muna Jalan Ahmad Yani No.
10 Kelurahan Butung-butung, Kecamatan Katobu, Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi
Tenggara.
D. Instrumen Penelitian
Pada penelitian diguanakan software sebagi instrument penelitian yaitu, Matrix
Laboratory (Matlab) adalah sebuah program yang berfungsi untuk menganalisis dan
melakukan komputasi numerik dan merupakan suatu bahasa pemrograman matematika
lanjutan yang terbentuk berdasarkan dasar pemikiran dengan menggunakan sifat dan
bentuk matriks. Matlab digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang melibatkan
operasi matematika elemen, optimasi, aprokmasi, matriks, dan lain-lain. Dalam hal ini
Matlab banyak digunakan untuk Pengembangan dan Algortima, Matematika dan
komputasi, Analisis Numerik dan Statistik, Pengembangan Aplikasi Teknik, Analisis Data,
Eksplorasi dan Visualisasi, Pemrograman pemodelan, Simulasi, dan Pembuatan Prototipe
Program analisis kapasitas dan biaya pembangkit listrik tenaga surya (PLTS)
Atap disimulasikan dengan memanfaatkan GUI (Graphic User Interface) pada Software
MATLAB. Penggunaan GUI bertujuan memudahkan dalam mengoperasian program dan
melihat hasil perhitungan besar kapasitas peralatan yang ada di sistem PLTS, perhitungan
biaya serta perhitungan ekonomi teknik untuk mengetahui keberlangsungan dari
pengoperasian PLTS tersebut. Sedangkan untuk desain dan simulasi memanfaatkan
Simulink yang salah satu komponen dari MATLAB yang berperan
sebagai pemrograman grafis. Kegunaan utama dari Simulink adalah untuk membuat
simulasi sistem dinamik. Proses simulasi dilakukan menggunakan diagram fungsional
yang meliputi blok yang terhubung dengan fungsinya masing-masing secara
ekuivalen. Simulink dapat digunakan sebagai sarana pemodelan, simulasi dan analisis dari
sistem dinamik dengan menggunakan antarmuka pengguna grafis.
E. Diagram Alir
Mulai
\
Observasi lapangan
Tidak
Simulasi
Ya
Analisa Kelayakan Ekonomi
Selesai
DAFTAR PUSTAKA
[1] AK. Podder, AK. Das, E. Hossain, NM. Kumar, NK. Roy HH. Alhelou, A. Karthick, dan
A. Al-Hinai. “Integrated Modeling and Feasibility Analysis of a Rooftop Photovolteik
Systems for An Academic Building In Bangladesh”. Internasonal journal of low-carbor
technologies 2021,16. 1317-1327.
[2] B. Sreewirote, A. Noppakant, dan C. Pothisarn. “Increasing Efficiency of An Electricity
Production System from Solar Energy with A Method Of Reducing Solar Panel
Temperature”. Proceedings of the 2017 IEEE International Conference on Applied System
Innovation IEEE-ICASI 2017 - Meen, Prior & Lam (Eds).
[3] H. Ayed, H. Moria, F. Aldawi, N. Farouk, K. Shamar, M.M. Youshanlouei, I. Mahariq, dan
F. Jarad. “Thermal, efficiency and power output evaluation of pyramid, hexagonal and
conical forms as solar panel”. Case Studies in Thermal Engineering 27 (2021) 101232.
Received 24 March 2021; Received in revised form 10 June 2021; Accepted 6 July 2021.
https://doi.org/10.1016/j.csite.2021.101232
[4] S. Hara, M. Kasu, dan N. Matsu. “Estimation Method of Solar Cell Temperature Using
Meteorological Data in Mega Solar Power Plant”. IEEE JOURNAL OF
PHOTOVOLTAICS, VOL. 6, NO. 5, SEPTEMBER 2016.
[5] K. Jaiganesh, K.B.S. Reddy, B.K.D. Shobhitha, dan B.D. Goud. “Enhancing The
Efficiency of Rooftop Solar Photovoltaic Panel with Simple Cleaning Mechanism”.
Materials Today: Proceedings. 2214-7853/2021 Elsevier Ltd. All rights reserved.
https://doi.org/10.1016/j.matpr.2021.05.565
[6] R. Salehi. A. Jahanbakhshi, M.R. Golzarian dan M. Khojastehpour. “Evaluation of solar
panel cooling systems using anodized heat sink equipped with thermoelectric module
through the parameters of temperature, power and efficiency”. Energy Conversion and
Management: X 2590-1745/© 2021 The Author(s). Published by Elsevier Ltd. This is an
open access article under the CC BY license. https://doi.org/10.1016/j.ecmx.2021.100102
[7] M. singh, J. singh, A. garg, E. Sidhu, V. Singh, dan A. Nag. “Efficient Autonomous Solar
Energy Harvesting System Utilizing Dynamic Offset Feed Mirrored Parabolic Dish
Integrated Solar Panel”. IEEE WiSPNET 2016 conference. 978-1-4673-9338-6/16/2016
IEEE.
[8] AS. Baitule, K. Sudhakar. “Solar Powerwd Green Campus: A Simulation Study”.
Internasonal journal of low-carbor technologies 2021, 12, 400-410.
[9] A.E. Hammoumi, S. Chtita, S. Motahhir, dan A.L. Ghzizal. “Solar PV energy: From
material to use, and the most commonly used techniques to maximize the power output of
PV systems: A focus on solar trackers and floating solar panels”. Energy Reports 8 (2022)
11992–12010. https://doi.org/10.1016/j.egyr.2022.09.054
[10] N. Babu, J.M. Guerrero, P. Siano, R. Peesapati, dan G. Panda. “An Improved Adaptive
Control Strategy in Grid-Tied PV System with Active Power Filter for Power Quality
Enhancement”. IEEE Systems Journal. 1937-9234 © 2020 IEEE.
[11] T.Acker, dan B. Dominique. “Cost implications of increased solar penetration and time-
of-use rate interactions”. Clean Energy, 2020, Vol. 4, No. 3.
[12] AK. Saxena,S. Saxena, & K. Sudhakar. “Energy, Economic and Environmental
Performance Assessment of a Grid-Tied Rooftop System in Different Cities of India Based
On 3E Analysis”. Clean Energy, 2021, 288–30.