Anda di halaman 1dari 22

Tugas Metode Penelitian

PROPOSAL
“Permodelan dan simulasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya Atap system
Grid-connected di RSUD Kabupaten Muna”

OLEH:
ILHAM MARIDI
D032221001

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang secara astronomis terletak pada 6o LU (Lintang
Utara) - 11o LS (Lintang Selatan) dan 95o BT (Bujur Timur) - 141o BT (Bujur Timur), hal
ini menyebabkan indonesia beriklim tropis yang salah satu cirinya adalah memiliki pancara
sinar matahri sepanjang tahun. situasi ini tentu menjadi berkah tersendiri bagi bangsa
Indonesia karena Sinar matahari dapat dimanfaatkan sebagi sumber energi alternatif.
Pemanfaatan sinar matahari sebagai sumber energi alternatif bisa menjawab masalah dunia
terkait degan isu pemasan global akibat dari pengunaan energi yang berasal dari fosil secara
berlebihan.
Indonesia dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perubahan Iklim di Paris,
Perancis tahun 2015 lalu (COP21) telah berkomitmen untuk menurunkan emisi bersama
dengan negara-negara lainnya. Sejalan degan hal tersebut, pengunaan energi matahari
sebagi sumber energi alternatif bisa menjadi jalan tengah dari persolan ini. Maka pada
tahun 2018 pemerintah menerbitkan Peraturan Menteri No. 49 tahun 2018 mengenai
penggunaan PLTS atap yang dapat tersambung dengan jaringan PLN. Tujuan dari
kebijakan ini adalah mendorong penggunaan energi terbarukan dalam usaha mengurangi
emisi gas karbon. Secara umum kebijakan ini memuat persyaratan dan prosedur
pemasangan PLTS Atap dari para pelanggan PLN.
Degan terbitnya peraturan tersebut maka pemanfaatan sinar matahari sebagi
sumber energi akan lebih gampang. Sehingga penting kiranya mendorong agar penggunaan
energi sinar matahari dalam bentuk pembangkit listrik tenaga surya bisa lebih efektif di
manfaatakan baik penggunaan untuk kebutuhan rumah tangga maupun untuk industri serta
instansi pemerintahan. Salah satu instansi pemerintahan yang berbentuk badan layanan
umum yang menarik untuk di dorong melakukan pemanfaatan PLTS adalah Rumah sakit.
Rumah sakit menjadi salah satu instansi degan pengunaan listrik dalam jumlah
basar dan intensitas yang cukup tinngi. Hal ini terjadi karena rumah sakit beroperasi dalam
kurung waktu 24 jam. Akibatnya, akan memicu pembengkakan tagihan listrik setiap
bulannya. Untuk menekan beban keuagan tersebut maka di perlukan Langkah yang dapat
mengurangi ketergantunag rumah sakit terhadap listrik PLN sehingga perlu dicari solusi
sumber listrik lain di luar PLN tanpa membebankan biaya bulannan yang besar.
Salah satu cara yanga dapat di manfaatkan adalah degan mendorong rumah sakit
memanfaatkan space yang terdapat pada atap Gedung rumah sakit untuk dirancang menjadi
sumber energi listrik cadangan dengan membangun PLTS atap. PLTS atap dapat
memberikan manfaat yang baik bagi rumah sakit dalam menekan atau melakukan efisiensi
agaran penggunaan listrik setiap bulannyan. Untuk memastian pembanguan PLTS atap
dapat bermanfaat bagi rumah sakit maka di perlukan Analisa secara akademik baik desain
dan Analisa ekonomi agar menghidarkan rumah sakit dari pembangunan yang merugi.
Olehnya itu penulis mengujukan judul penelitian tesis ini yaitu “Permodelan dan simulasi
Pembangkit Listrik Tenaga Surya Atap system Grid-connected Di RSUD Kabupaten
Muna”
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang diuraikan, maka rumusan masalah pada penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana desain dan simulasi untuk meningkatkan efisiensi Pembangkit Listrik
Tenaga Surya atap Sistem Grid-connected di RSUD Kabupaten Muna?
2. Bagaimana Menentukan estimasi produksi energi Listrik dari desain Pembangkit
Listrik Tenaga Surya Atap Sistem Grid-connected di RSUD Kabupaten Muna?
3. Bagaimana perhitungan analisa ekonomi Pembangkit Listrik Tenaga Surya system
Grid-connected di RSUD Kabupaten Muna?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mendesain Pembangkit Listrik Tenaga Surya Atap Sistem Grid-connected Yang Lebih
Efisien.
2. Menghitung kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Surya yang dapat di bangun.
3. Mendesain Pembangkit Listrik Tenaga Surya system Grid-connected yang layak secara
ekonomi.
D. Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari hasil tugas akhir ini, yaitu:
1. Sebagai referensi dalam perancangan PLTS yang dapat dikembangkan di RSUD
Kabupaten Muna yang digunakan sebagai catu daya tambahan pada RSUD Kabupaten
Muna
2. Memberikan wawasan tentang peran dan potensi pembangunan PLTS Atap RSUD
Kabupaten Muna.
3. Memberikan wawasan tentang kelayakan investasi pembangunan PLTS di RSUD
Kabupaten Muna.
E. Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dalam penelitian ini yaitu:
1. Pembahasan mengenai desain dan analisa kelayakan ekonomi PLTS atap system Grid-
connected di gedung RSUD Kabupaten Muna.
2. Sistem PLTS atap yang akan di guankan adalah PLTS atap Grid-connected tanpa
baterai.
3. Faktor-faktor tak terduga seperti Krisis ekonomi dan bencana alam diabaikan oleh
penulis.
4. Di asumsikan bahwa selama masa hidup sistem kondisi berjalan lancar.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pembangkit Listri Tenaga Surya


Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) adalah peralatan pembangkit listrik
yang mengubah daya matahari menjadi listrik. PLTS sering juga disbut Solar Cell, atau
Solar Photovoltaik, atau Solar Energi. PLTS memanfaatkan cahaya matahari untuk
menghasilkan listrik DC (direct current), yang dapat diubah menjadi listrik AC (alternating
current) apabila diperlukan. Oleh karena itu meskipun mendung, selama masih terdapat
cahaya, maka PLTS dapat menghasilkan listrik.
Pembangkit Listrik Tenaga Surya pada dasarnya adalah percatuan daya (alat yang
menyediakan daya), dan dapat dirancang untuk mencatu kebutuhan listrik yang kecil
sampai dengan besar, baik secara mandiri, maupun dengan Hybrid (dikombinasikan dengan
sumber energi lain seperti PLTS-Genset, PLTS-Angin)

B. Potensi Energi Surya di Indonesia


Indonesia memiliki potensi besar di sektor pembangkit listrik tenaga surya.
Dengan wilayah yang luas dan intensitas cahaya matahari yang tinggi, pasokan listrik dari
tenaga surya bisa menjadi andalan. Sesuai data Outlook Energi Indonesia, BPPT, tahun
2015 menyebutkan bahwa potensi energi surya di Indonesia sangat besar yakni sekitar 4,8
KWh/m2 atau setara 112.000 GWp. Sedangkan yang telah dimanfaatkan baru sekitar 10
MWp. Untuk meningkatkan percepatan pengembangan energi surya ini maka pemerintah
telah mengeluarkan roadmap yang menargetkan kapasitas PLTS terpasang hingga tahun
2025 mencapai 0,87 GW atau sekitar 50 MWp per tahun. Jumlah ini merupakan gambaran
potensi pasar yang cukup besar dalam pengembangan energi surya pada masa datang.

Gambar 2.1 Potensi Tenaga Surya di Indonesia


Gambar 2.1 di atas menunjukkan potensi tenaga surya di Indonesia. Potensi
tenaga surya Indonesia secara umum berada pada tingkat satisfy (cukup) yang dapat
dijadikan sebagai salah satu patokan untuk menyusun perencanaan pembangunan sumber
energi PLTS pada masa depan.

C. Sistem PLTS
Pada prinsipnya ada tiga klasifikasi sistem PLTS, yaitu PLTS yang berdiri
sendiri (stand-alone), PLTS yang terhubung dengan jaringan listrik (grid-connected), dan
sistem hybrid.
1. Sistem Stand-alone
Sistem stand-alone mengandalkan tenaga surya sebagai satu-satunya sumber
energi utama. Sistem ini terdiri dari modul PV dan beban atau disertai dengan baterai
sebagai penyimpanan energi. Dapat digunakan pula baterai regulator yang berfungsi
untuk mematikan modul PV ketika baterai digunakan, dan mematikan beban ketika
baterai telah mencapi batas bawahnya. Suatu baterai harus mempunyai kapasitas yang
cukup untuk menyimpan energi yang dihasilkan pada siang hari untuk digunakan di
malam hari. Skematik sistem stand-alone dapat dilihat pada Gambar 2.2 Sistem stand-
alone ini biasasnya digunakan pada daerah-daerah yang tidak terjangkau oleh jaringan
listrik PLN.

(a) (b)

Gambar 2.2 Sistem Stand-alone (a) Sederhana (Tanpa Baterai) (b) Dilengkapi Inverter
dan Baterai
2. Sistem Grid-connected
Sesuai namanya, maka sistem ini tetap terhubung dengan jaringn PLN untuk
mengoptimalkan pemanfaatan energi PV untuk menghasilkan energi listrik semaksimal
mungkin. Sistem ini menjadi sistem yang banyak diaplikasikan. Untuk mengubah
listrik DC menjadi listrik AC digunakan inverter. Dalam sistem kecil pada suatu rumah
inverter akan terhubung pada suatu kontrol (distribution board). Listrik AC yang
dihasilkan kemudian dapat digunakan untuk mengaktifkan peralatan rumah tangga.
Pada sistem ini tidak memerlukan baterai dikarenakan tetap terhubung ke jaringan PLN
yang bertindak sebagai penyangga pasokan listrik yang dihasilkan modul PV.

Gambar 2.3 Skema Sistem Grid-connected


3. Sistem Hybrid
Sistem hybrid ini mengombinasikan modul PV dengan pembangkit listrik
lainnya seperti tenaga diesel, tenaga gas, atau tenaga angin. Metode ini bertujuan untuk
mengoptimalkan energi listrik yang dihasilkan. Sistem hybrid biasanya membutuhkan
kontol yang lebih canggih dari pada sistem lainnya. Sistem hybrid ini dapat digunakan
untuk daerah-daerah yang tidak terjangkau PLN ataupun pembangkit tenaga diesel
yaitu dengan memanfaatkan energi terbarukan yang ada.
Gambar 2.4 Sistem Hybrid modul PV dan Generator Diesel

D. Komponen-komponen PLTS
1. Photovoltaic
Photovoltaic adalah piranti semikonduktor yang dapat merubah cahaya
secara langsung menjadi arus listrik searah (DC) dengan menggunakan kristal silikon
(Si) yang tipis. Pada dasarnya sel surya photovoltaic merupakan suatu dioda
semikonduktor yang bekerja dalam proses tak seimbang dan berdasarkan efek
photovoltaic. Sel surya photovoltaic terdiri dari sambungan bahan semikonduktor
bertipe p dan n (p-n junction semiconductor) yang jika terkena sinar matahai maka akan
terjadi aliran elektron. Aliran elektron inilah yang disebut sebagai aliran arus listrik.
Semikonduktor tipe n merupakan semikonduktor yang memiliki kelebihan elektron
sehingga kelebihan muatan negatif. Sedangkan semikonduktor tipe p memiliki
kelebihan hole sehingga kelebihan muatan positif. Dalam proses tersebut sel surya
menghasilkan tegangan 0,5 – 1 vol tergantung intensitas cahaya dan jenis zat
semikonduktor yang dipakai.
Total pengeluaran listrik (Watt) dari sel photovoltaic adalah sama dengan
tegangan (V) operasi dikalikan dengan arus (I) operasi. Tegangan serta arus keluaran
yang dihasilkan ketika sel surya memperoleh penyinaran merupakan karakteristik yang
disajikan dalam bentuk kurva I-V pada gambar 2.5. Kurva ini menunjukkan bahwa pada
saat arus dan tegangan berada pada titik kerja maksimal (Maximum Power Point) maka
akan menghasilkan daya keluaran maksimum (PMPP). Tegangan di Maximum Power
Point (MPP) VMPP, lebih kecil dari tegangan rangkaian terbuka (Voc) dan arus saat
MPP IMPP, adalah lebih rendah dari arus short circuit (Isc).
a. Short Circuit Current (Isc) terjadi pada suatu titik dimana tegangannya adalah nol,
sehingga pada saat ini, daya keluaran adalah nol.
b. Open Circuit Voltage (Voc) terjadi pada suatu titik dimana arusnya adalah nol,
sehingga pada saat ini pun daya keluaran adalah nol.
c. Maximum Power Point (MPP) adalah titik daya output maksimum, yang sering
dinyatakan sebagai “knee” dari kurva I-V.

Gambar 2.5 Kurva Hubungan I-V pada Modul PV


Suatu modul photovoltaic tersusun dari beberapa sel photovoltaic yang
dihubungkan secara seri dan paralel membentuk baris dan kolom yang disebut dengan
array. Sebuah modul photovoltaic umumnya terdiri dari 32-40 sel photovoltaic,
tergantung pada ukuran modul. Jenis modul photovoltaic yang beredar di pasaran saat
ini antara lain adalah:
a. Monokristal Silikon (Mono-crystalline Silicon)
Monokristal merupakan panel (modul) yang paling efisien, yaitu mencapai angka
sebesar 16-25%.
b. Polikristal Silikon (Poly-crystalline Silicon)
Polikristal merupakan panel surya yang memiliki susunan kristal acak. Tipe ini
memiliki efisiensi sebesar 14-16%.
c. Amorphous Silicon
Amorphous adalah tipe panel dengan harga yang paling murah akan tetapi
efisiensinya paling rendah, yaitu antara 9-10,4%.
2. Inverter
Inverter adalah peralatan elektronik yang berfungsi mengubah energi DC
menjadi energi AC. Energi yang dihasilkan panel surya adalah arus DC, oleh karena itu
pada sistem PLTS dibutuhkan inverter untuk mengubah energi dari panel surya dan
baterai tersebut agar dapat menyuplai kebutuhan energi AC. Pemilihan inverter yang
tepat untuk aplikasi PLTS didasarkan pada kebutuhan beban dan juga apakah inverter
akan menjadi bagian dari sistem yang menuju jaringan listrik atau yang berdiri sendiri.
Pada pemilihan inverter, diupayakan kapasitas kerjanya mendekati kapasitas daya yang
dilayani. Hal ini agar efisiensi kerja inverter menjadi maksimal.
3. Baterai
Baterai adalah komponen PLTS yang berfungsi menyimpan energi listrik
yang dihasilkan oleh panel surya pada siang hari, untuk kemudian dipergunakan pada
malam hari dan pada saat cuaca mendung. Baterai yang dipergunakan pada PLTS
mengalami proses siklus mengisi (charging) dan mengosongkan (discharging),
tergantung pada ada atau tidaknya sinar matahari. Selama ada sinar mataharu, panel
surya akan menghasilkan energi listrik. Apabila energi listrik yang dihasilkan tersebut
akan segera dipergunakan untuk mengisi baterai. Sebaliknya selama matahri tidak ada,
permintaan energi listrik akan disuplai oleh baterai. Proses pengisia dan pengosongan
ini disebut satu siklus baterai.
4. Charge Controller
Charge controller adalah peralatan elektronik yang digunakan untuk
mengatur arus searah yang diisi ke baterai dan diambil dari baterai ke beban. Charge
controller mempunyai kemampuan untuk mendeteksi kapasitas baterai. Bila baterai
sudah terisi penuh maka secara otomatis pengisian arus dari panel surya berhenti. Cara
deteksi adalah melalui monitor level tegangan baterai, kelebihan pengisian baterai akan
mengurangi umur baterai. Masukan dan keluaran charge controller disesuaikan dengan
arus keluaran array dan tegangan baterai.

F. Hal-hal yang Mempengaruhi Kinerja Panel Surya


1. Temperatur
Sebuah panel surya dapat beroperasi secara maksimum jika temperatur yang
diterimanya tetap normal pada temperatur 25 oC. Kenaikan temperatur lebih tinggi dari
temperatur normal pada panel surya akan melemahkan tegangan (Voc) yang dihasilkan.
Setiap kenaikan temperatur panel surya 1oC (dari 25 oC) akan mengakibatkan
berkurang sekitar 0,5% pada total tenaga (daya) yang dihasilkan.

Gambar 2.6 Pengaruh Temperatur Terhadap Panel Surya


2. Intensitas Cahaya Matahari
Intensitas cahaya matahari akan berpengaruh pada daya keluaran panel surya.
Semakin rendah intensitas cahaya yang diterima oleh panel surya maka arus (Isc) akan
semakin rendah. Hal ini membuat titik Maximum Power Point berada pada titik yang
semakin rendah.

Gambar 2.7 Pengaruh Intensitas Radiasi terhadap Panel Surya


3. Orientasi Panel Surya (Array)
Orientasi dari rangkaian panel surya (array) ke arah matahari adalah penting,
agar panel surya (array) dapat menghasilkan energi maksimum. Misalnya, untuk lokasi
yang terletak di belahan bumi Utara maka panel surya (array) sebaiknya diorientasikan
ke Selatan. Begitu pula untuk lokasi yang terletak di belahan bumi Selatan maka panel
surya (array) diorientasikan ke Utara.
4. Sudut Kemiringan Panel Surya
Sudut kemiringan memiliki dampak yang besar terhadap radiasi matahari di
permukaan panel surya. Untuk sudut kemiringan tetap, daya maksimum selama satu
tahun akan diperoleh ketika sudut kemiringan panel surya sama dengan lintang lokasi.

G. Kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Surya


Daya (Wpeak) yang dibangkitkan PLTS untuk memenuhi kebutuhan energi,
diperhitungkan dengan persamaan-persamaan sebagai berikut.
1. Menghitung Area Array
Dalam pembangunan PLTS dibutuhkan area yang digunakan untuk
menyusun modul photovoltaic menjadi suatu array tertentu. Adapun untuk menghitung
area array yang dibutuhkan dapat menggunakan rumus berikut:
𝐸𝐿
PVArea =
𝐺𝑎𝑣 × 𝜂 𝑃𝑉 ×𝑃𝑅

Dimana:
EL : Pemakaian energi (kWh/hari).
GAV : Insolasi harian matahari rata-rata (kWh/m2 /hari)
𝜂𝑃𝑉 : Efisiensi panel surya
PR : Performance Ratio
PR = 𝜂 inv × 𝜂 pv_inv × 𝜂 pv_inv_load × f man × f dirt × f temp
Dimana:
𝜂 inv : Efisiensi inverter
𝜂 pv_inv : Efisiensi pengkabelan antara PV dan inverter
𝜂 pv_inv_load : Efisiensi pengkabelan antara inverter dan beban
f man : Faktor koreksi disebabkan proses manufaktur
f dirt : Faktor koreksi disebabkan pengotor
f temp : Faktor koreksi disebabkan temperatur
2. Menghitung Daya yang Dibangkitkan PLTS (Watt peak)
Dari perhitungan area array maka besar daya yang dibangkitkan PLTS (Watt
peak) dapat diperhitungkan sebagai berikut:
PWatt Peak = PVarea × PSI × 𝜂 𝑃𝑉
Dimana:
PSI : Peak Solar Insolation
𝜂 𝑃𝑉 : Efisiensi panel surya
Selanjutnya berdasarkan besar daya yang akan dibangkitkan, maka jumlah
panel surya yang diperlukan dapat diperoleh sebagai berikut:
𝑃𝑊𝑎𝑡𝑡 𝑝𝑒𝑎𝑘
Jumlah Panel Surya =
𝑃𝑀𝑃𝑃

Dimana:
PWatt Peak : Daya yang dibangkitkan (Wp)
PMPP : Daya maksimum keluaran panel surya (W)

Untuk memperoleh besar tegangan, arus dan daya yang sesuai dengan
kebutuhan, maka panel-panel surya tersebut harus dikombinasikan secara seri dan
paralel dengan aturan sebagai berikut :
a. Untuk memperoleh tegangan keluaran yang lebih besar dari tegangan keluaran
panel surya, maka dua buah (lebih) panel surya harus dihubungkan secara seri.
b. Untuk memperoleh arus keluaran yang lebih besar dari arus keluaran panel surya,
maka dua buah (lebih) panel surya harus dihubungkan secara paralel.
c. Untuk memperoleh daya keluaran yang lebih besar dari daya keluaran panel surya
dengan tegangan yang konstan maka panel-panel surya harus dihubungkan secara
seri dan pararel.

H. Analisis Keekonomian
1. Biaya Siklus Hidup (Life Cycle Cost)
Biaya siklus hidup suatu sistem adalah semua biaya yang dikeluarkan oleh
suatu sistem, selama kehidupannya. Pada sistem PLTS, biaya siklus hidup (LCC)
ditentukan oleh nilai sekarang dari biaya total sistem PLTS yang terdiri dari biaya
investasi awal, biaya jangka panjang untuk pemeliharaan dan operasional serta biaya
penggantian baterai. Biaya siklus hidup (LCC) diperhitungkan dengan rumus sebagai
berikut:
LCC = II + Q&M + P
Dimana:
LCC : Biaya siklus hidup (Life Cycle Cost)
II : Biaya investasi awal
Q&M : Biaya nilai sekarang untuk total biaya pemeliharaan
P : Biaya nilai sekarang untuk biaya penggantian
Nilai sekarang biaya tahunan yang akan dikeluarkan beberapa waktu
mendatang (selama umur proyek) dengan jumlah pengeluaran yang tetap, dihitung
dengan rumus sebagai berikut:
(1+𝑖)𝑛 −1
P=A[ ]
𝑖 (1+𝑖)𝑛

Dimana:
A : Biaya tahunan
I : Tingkat diskonto
n : Umur proyek
Perbandingan yang valid antara penerimaan-penerimaan di masa mendatang
dengan pengeluaran dana sekarang adalah hal yang sulit dilakukan karena ada
perbedaan nilai waktu uang. Masalah ini dapat diatasi dengan menggunakan konsep
nilai waktu uang (Time Value of Money). Berdasarkan konsep tersebut maka
penerimaan-penerimaan di masa mendatang didiskontokan ke nilai sekarang sehingga
dapat dibandingkan dengan pengeluaran pada saat ini.
Faktor diskonto (Discount factor) adalah faktor yang digunakan untuk
menerjemahkan penerimaan-penerimaan di masa mendatang sehingga dapat
dibandingkan dengan pengeluran pada masa sekarang. Sedangkan tingkat diskonto
yang digunakan untuk menilai sekarang penerimaan-penerimaan tersebut dapat berupa
tingkat suku bunga pasar (tingkat suku bunga bank). Adapun rumus faktor diskonto
adalah sebagai berikut:
1
DF =
(1+𝑖)𝑛

Dimana:
DF : Faktor diskonto
I : Tingkat diskonto
n : Periode dalam tahun (umur investasi)
2. Biaya Energi (Cost of Energi)
Biaya energi merupakan perbandingan antara biaya total per tahun dari
sistem dengan energi yang dihasilkannya selama periode yang sama. Dilihat dari sisi
ekonomi, biaya energi PLTS berbeda dari biaya energi untuk pembangkit konvensional.
Hal ini karena biaya energi PLTS, dipengaruhi oleh biaya-biaya seperti:
a. Biaya awal (biaya modal) yang tinggi.
b. Tidak ada biaya untuk bahan bakar.
c. Biaya pemeliharaan dan operasional rendah.
d. Biaya penggantian rendah (terutama hanya untuk baterai).

Perhitungan biaya energi suatu PLTS ditentukan oleh biaya siklus hidup
(LCC), faktor pemulihan modal (CRF) dan kWh produksi tahunan PLTS. Faktor
pemulihan modal adalah faktor yang digunakan untuk mengkonversikan semua arus
kas biaya siklus hidup (LCC) menjadi serangkaian pembayaran atau biaya tahunan
dengan jumlah yang sama. Faktor pemulihan modal diperhitungkan dengan rumus
sebagai berikut:

𝑖(1+𝑖)𝑛
CRF =
(1+𝑖)𝑛 −1

Dimana:

CRF : Faktor pemulihan modal


i : Tingkat diskonto
n : Periode dalam tahun (umur investasi)

Biaya energi (Cost of Energi) PLTS diperhitungkan dengan rumus sebagai


berikut:
𝐿𝐶𝐶 ×𝐶𝑅𝐹
COE =
𝐴 𝑘𝑊ℎ
Dimana:
COE : Cost of Energi atau Biaya Energi (Rp/kWh)
CRF : Faktor pemulihan modal.
A kWh : Energi yang dibangkitkan tahunan (kWh/tahun)
I. Analisis Kelayakan Investasi
1. Net Present Value (NPV)
Net Present Value (NPV) menyatakan bahwa seluruh aliran kas bersih
dinilaisekarangkan atas dasar faktor diskonto (discount factor). Teknik ini menghitung
selisih antara seluruh kas bersih nilai sekarang dengan investasi awal yang ditanamkan.
Untuk menghitung Net Present Value (NPV) dipergunakan rumus sebagai berikut:
𝑁𝐹𝐶𝑡
NPV = ∑𝑛𝑡=1 − 𝐼𝐼
(1+𝑖)𝑡

Dimana:
NFCt : Net Cash Flow periode tahun ke-1 sampai ke-n
II : Investasi awal (Initial Investment)
i : Tingkat diskonto.
n : Periode dalam tahun (umur investasi).
Kriteria pengambilan keputusan apakah usulan investasi layak diterima
atau layak ditolak adalah sebagai berikut:
a. Investasi dinilai layak, apabila Net Present Value (NPV) bernilai positif (> 0).
b. Investasi dinilai tidak layak, apabila Net Present Value (NPV) bernilai negatif (<
0).
2. Profitability Index (PI)
Profitability Index merupakan perbandingan antara seluruh kas bersih nilai
sekarang dengan investasi awal. Teknik ini juga sering disebut dengan model rasio
manfaat biaya (benefit cost ratio). Teknik Profitability Index dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
∑𝑛
𝑡=1 𝑁𝐹𝐶𝑡 (1+𝑖)
−𝑡
PI =
𝐼𝐼
Dimana:
NFCt : Net Cash Flow periode tahun ke-1 sampai ke-n.
II : Investasi awal (Initial Investment)
i : Tingkat diskonto.
n : Periode dalam tahun (umur investasi).
Kriteria pengambilan keputusan apakah usulan investasi layak diterima atau layak
ditolak adalah sebagai berikut:
a. Investasi dinilai layak, apabila Profitability Index (PI) bernilai lebih besar dari satu
(>1).
b. Investasi dinilai tidak layak, apabila Profitability Index (PI) bernilai lebih kecil dari
satu (< 1).
3. Discounted Payback Period (DPP)
Payback Period adalah periode lamanya waktu yang dibutuhkan untuk
mengembalikan nilai investasi melalui penerimaan-penerimaan yang dihasilkan oleh
proyek (investasi). Sedangkan Discounted Payback Period adalah periode
pengembalian yang didiskontokan. Discounted Payback Period (DPP) dapat dicari
dengan menghitung berapa tahun kas bersih nilai sekarang (PVNCF) kumulatif yang
ditaksir akan sama dengan investasi awal.
Kriteria pengambilan keputusan apakah usulan investasi layak diterima atau
layak ditolak adalah:
a. Investasi dinilai layak, apabila DPP memiliki periode waktu lebih pendek dari umur
proyek (periode cut off).
b. Investasi dinilai tidak layak, apabila DPP memiliki periode waktu lebih panjang
dari umur proyek (periode cut off).
4. Internal Rate of Return (IRR)
IRR adalah tingkat suku bunga yang menghasilkan nilai NPV sama dengan
nol (karena nilai sekarang dari arus kas masuk sama dengan investasi awal).
𝑋𝑡
0 = ∑𝑇𝑡=0
(1+𝐼𝑅𝑅)𝑡

Dimana:
Xt : Cashflow di tahun ke-t
IRR : Rate of Return
Apabila IRR digunakan untuk membuat keputusan diterimaditolah, kriteria
keputusan adalah sebagai berikut:
a. Jika IRR lebih besar dari biaya modal, proyek diterima
b. Jika IRR lebih kecil dari biaya modal, proyek ditolak
BAB III
METODE PENELIAN
A. Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian ini adalah di RSUD Kabupaten Muna Jalan Ahmad Yani No.
10 Kelurahan Butung-butung, Kecamatan Katobu, Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi
Tenggara.

Gambar 3.1 Gambar Lokasi RSUD Kabupaten Muna


B. Metode Pengambilan Data
1. Studi Pustaka
studi pustaka atau studi kepustakaan adalah kegiatan untuk menghimpun
informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang menjadi objek penelitian atau
topik cerita yang diusung ke dalam karya tulis ilmiah.
2. Observasi lokasi
Metode observasi langsung diartikan sebagai pengamatan, pengukuran dan
pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian.
Pengamatan pengukuran dan pencatatan yang dilakukan terhadap obyek di tempat
terjadi atau berlangsungnya peristiwa, sehingga penelitian berada bersama obyek yang
sedang diselidiki.
C. Variabel Penelitian
1. Analisis Kelayakan Teknis
System yang ditawarkan dalam penelitian ini adalah Pembangkit Listrik
Tengan Surya Atap dengan Sistem Grid-connected dengan mengunakan PV
Monokristal Silikon (Mono-crystalline Silicon). Hal ini bertujuan untuk menhemat
biaya investasi awal dengan menghilangkan penggunaan baterai sebagai penyimpanan
energi. Untuk meningkatkan efisiensi keluaran daya pada pembangkit surya ini maka
pembangkit harus bekerja pada titik maksimal (Maximum Power Point). Untuk
memastikan hal tersebut maka di gunakan Algoritma maximum power point tracking.
Adapun model yang akan di tawarkan pada penelitian ini adalah:

Gambar 3.1 Diagram blok sistem SPV


2. Analisis Kelayakan Ekonomi
Perhitungan secara ekonomi dilakukan untuk mengetahui biaya energi PLTS
berdasarkan ketentuan harga pada saat ini. Selanjutnya dilakukan analisis kelayakan
investasi PLTS dengan menggunakan metode NPV, PI, dan Discounted Payback Period
(DPP). Biaya energi PLTS ditentukan oleh biaya siklus hidup, factor pemulihan modal,
dan energi listrik produksi tahunan.

D. Instrumen Penelitian
Pada penelitian diguanakan software sebagi instrument penelitian yaitu, Matrix
Laboratory (Matlab) adalah sebuah program yang berfungsi untuk menganalisis dan
melakukan komputasi numerik dan merupakan suatu bahasa pemrograman matematika
lanjutan yang terbentuk berdasarkan dasar pemikiran dengan menggunakan sifat dan
bentuk matriks. Matlab digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang melibatkan
operasi matematika elemen, optimasi, aprokmasi, matriks, dan lain-lain. Dalam hal ini
Matlab banyak digunakan untuk Pengembangan dan Algortima, Matematika dan
komputasi, Analisis Numerik dan Statistik, Pengembangan Aplikasi Teknik, Analisis Data,
Eksplorasi dan Visualisasi, Pemrograman pemodelan, Simulasi, dan Pembuatan Prototipe
Program analisis kapasitas dan biaya pembangkit listrik tenaga surya (PLTS)
Atap disimulasikan dengan memanfaatkan GUI (Graphic User Interface) pada Software
MATLAB. Penggunaan GUI bertujuan memudahkan dalam mengoperasian program dan
melihat hasil perhitungan besar kapasitas peralatan yang ada di sistem PLTS, perhitungan
biaya serta perhitungan ekonomi teknik untuk mengetahui keberlangsungan dari
pengoperasian PLTS tersebut. Sedangkan untuk desain dan simulasi memanfaatkan
Simulink yang salah satu komponen dari MATLAB yang berperan
sebagai pemrograman grafis. Kegunaan utama dari Simulink adalah untuk membuat
simulasi sistem dinamik. Proses simulasi dilakukan menggunakan diagram fungsional
yang meliputi blok yang terhubung dengan fungsinya masing-masing secara
ekuivalen. Simulink dapat digunakan sebagai sarana pemodelan, simulasi dan analisis dari
sistem dinamik dengan menggunakan antarmuka pengguna grafis.
E. Diagram Alir

Mulai
\

Data radiasi matahari dan konsumsi energi listrik di


RSUD Kabupaten Muna Barat

Observasi lapangan

Desain PLTS atap (teknologi,modul surya,


inverter, serta desain actual peletakan modul
surya)

Tidak
Simulasi

Ya
Analisa Kelayakan Ekonomi

Finalisasi desain dan penariakan kesimpulan

Selesai
DAFTAR PUSTAKA

[1] AK. Podder, AK. Das, E. Hossain, NM. Kumar, NK. Roy HH. Alhelou, A. Karthick, dan
A. Al-Hinai. “Integrated Modeling and Feasibility Analysis of a Rooftop Photovolteik
Systems for An Academic Building In Bangladesh”. Internasonal journal of low-carbor
technologies 2021,16. 1317-1327.
[2] B. Sreewirote, A. Noppakant, dan C. Pothisarn. “Increasing Efficiency of An Electricity
Production System from Solar Energy with A Method Of Reducing Solar Panel
Temperature”. Proceedings of the 2017 IEEE International Conference on Applied System
Innovation IEEE-ICASI 2017 - Meen, Prior & Lam (Eds).
[3] H. Ayed, H. Moria, F. Aldawi, N. Farouk, K. Shamar, M.M. Youshanlouei, I. Mahariq, dan
F. Jarad. “Thermal, efficiency and power output evaluation of pyramid, hexagonal and
conical forms as solar panel”. Case Studies in Thermal Engineering 27 (2021) 101232.
Received 24 March 2021; Received in revised form 10 June 2021; Accepted 6 July 2021.
https://doi.org/10.1016/j.csite.2021.101232
[4] S. Hara, M. Kasu, dan N. Matsu. “Estimation Method of Solar Cell Temperature Using
Meteorological Data in Mega Solar Power Plant”. IEEE JOURNAL OF
PHOTOVOLTAICS, VOL. 6, NO. 5, SEPTEMBER 2016.
[5] K. Jaiganesh, K.B.S. Reddy, B.K.D. Shobhitha, dan B.D. Goud. “Enhancing The
Efficiency of Rooftop Solar Photovoltaic Panel with Simple Cleaning Mechanism”.
Materials Today: Proceedings. 2214-7853/2021 Elsevier Ltd. All rights reserved.
https://doi.org/10.1016/j.matpr.2021.05.565
[6] R. Salehi. A. Jahanbakhshi, M.R. Golzarian dan M. Khojastehpour. “Evaluation of solar
panel cooling systems using anodized heat sink equipped with thermoelectric module
through the parameters of temperature, power and efficiency”. Energy Conversion and
Management: X 2590-1745/© 2021 The Author(s). Published by Elsevier Ltd. This is an
open access article under the CC BY license. https://doi.org/10.1016/j.ecmx.2021.100102
[7] M. singh, J. singh, A. garg, E. Sidhu, V. Singh, dan A. Nag. “Efficient Autonomous Solar
Energy Harvesting System Utilizing Dynamic Offset Feed Mirrored Parabolic Dish
Integrated Solar Panel”. IEEE WiSPNET 2016 conference. 978-1-4673-9338-6/16/2016
IEEE.
[8] AS. Baitule, K. Sudhakar. “Solar Powerwd Green Campus: A Simulation Study”.
Internasonal journal of low-carbor technologies 2021, 12, 400-410.
[9] A.E. Hammoumi, S. Chtita, S. Motahhir, dan A.L. Ghzizal. “Solar PV energy: From
material to use, and the most commonly used techniques to maximize the power output of
PV systems: A focus on solar trackers and floating solar panels”. Energy Reports 8 (2022)
11992–12010. https://doi.org/10.1016/j.egyr.2022.09.054
[10] N. Babu, J.M. Guerrero, P. Siano, R. Peesapati, dan G. Panda. “An Improved Adaptive
Control Strategy in Grid-Tied PV System with Active Power Filter for Power Quality
Enhancement”. IEEE Systems Journal. 1937-9234 © 2020 IEEE.
[11] T.Acker, dan B. Dominique. “Cost implications of increased solar penetration and time-
of-use rate interactions”. Clean Energy, 2020, Vol. 4, No. 3.
[12] AK. Saxena,S. Saxena, & K. Sudhakar. “Energy, Economic and Environmental
Performance Assessment of a Grid-Tied Rooftop System in Different Cities of India Based
On 3E Analysis”. Clean Energy, 2021, 288–30.

Anda mungkin juga menyukai