PERTEMUAN 17:
PERANCANGAN SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA
SURYA
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perancangan sistem pembangkit listrik tenaga surya.
Anda harus mampu:
1.1 Memahami konsep pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).
1.2 Memahami teori distribusi radiasi surya.
1.3 Memahami konsep perancangan PLTS.
B. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 1.1:
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
Secara ekonomi pemanfaatan listrik fotovoltaik di Indonesia dewasa ini lebih sesuai untuk
kebutuhan energi yang kecil pada daerah terpencil dan terisolasi. Pembangkit fotovoltaik
skala sangat besar sudah cukup banyak dibangun di luar negeri, dan memberikan energinya
langsung kepada jaringan listrik. Namun demikian secara finansial kelihatannya belum layak
untuk dibangun di Indonesia.
Keuntungan utama yang menarik dari sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) ini
adalah:
1. Sistem bersifat modular
2. Pemasangannya mudah
3. Kemungkinan desentralisasi dari sistem
4. Tidak diperlukan transportasi dari bahan bakar
5. Tidak menimbulkan polusi dan kebisingan suara
Radiasi surya mencapai permukaan bumi terjadi secara langsung dari matahari (radiasi sinar
langsung – direct beam radiation) dan tidak langsung setelah tersebar dan/atau terpantul oleh
aerosol, molekul-molekul atmosfir dan awan (diffuse radiation). Jumlah penyinaran kedua
komponen radiasi yang jatuh pada permukaan horizontal dikenal sebagai radiasi global
(global radiation). Distribusi radiasi global dari energi surya dapat dilihat pada gambar 1.
Pada dasarnya, baik untuk daerah tropis dan subtropis, radiasi surya diluar atmosfir bumi
(extraterrestrial radiation) harian tidak terlalu beragam selama setahun. Namun demikian,
dikarenakan fenomena cuaca musiman (kemarau, hujan, badai pasir dll) dapat terjadi
perubahan musim yang ekstrim dalam radiasi global, khususnya pada daerah utara dan
selatan daerah tropis. Perubahan irradiasi pada daerah-daerah ini umumnya merupakan
fungsi dari panjangnya hari dan sudut datang radiasi surya.
Berdasarkan gambar 1, maka penyinaran matahari global di Indonesia berkisar antara 1700 -
1950 kWh/m2.tahun = 4.66 - 5.34 kWh/m2.hari. Berdasarkan data pengukuran yang
dihimpun dari 18 lokasi, distribusi penyinaran matahari di Indonesia dapat dilihat pada tabel
17.1.
Apabila data-data tersebut pada tabel 17.1 dirata-ratakan serta dikelompokkan berdasarkan
kawasan barat (KBI) dan kawasan timur (KTI) Indonesia, maka dapat diperoleh gambaran
sebagai berikut:
Penyinaran matahari rata-rata Indonesia = 4,85 kWh/m2.hari
Penyinaran matahari rata-rata KBI = 4,55 kWh/m2.hari
Penyinaran matahari rata-rata KTI = 5,14 kWh/m2.hari
Secara grafis distribusi penyinaran matahari di Indonesia disajikan pada gambar 17.2.
7.0
6.0
5.0
Radiasi Surya (kWh/m2.hari)
4.0
3.0
2.0
1.0
0.0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
Bulan
Disini terlihat bahwa penyinaran matahari di Indonesia terdistribusi hampir merata sepanjang
tahun dan tersebar diberbagai wilayah di Indonesia.
Konsep perancangan PLTS dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan tergantung pada
kebutuhannya, misalnya untuk :
Catudaya langsung ke beban
Sistem DC (arus searah) dengan baterai
Sistem AC (Arus bolak-balik) tanpa baterai
Sistem AC dengan baterai
Subsistem Penyimpan/Baterai:
Merupakan bagian PLTS yang berfungsi sebagai penyimpan listrik (baterai/accu). Subsistem
penyimpanan listrik pada dasarnya diperlukan untuk PLTS yang dirancang untuk operasi
malam hari atau PLTS yang harus memiliki kehandalan tertentu.
Baterai untuk kebutuhan PLTS berbeda jenisnya dengan baterai secara umum. Baterai yang
digunakan pada sistem PLTS adalah jenis Deep-cycle yang memungkinkan untuk melepaskan
energi listrik dalam selang waktu yang panjang. Semakin tebal pelat baterai semakin panjang
usia baterai yang diharapkan.
Subsistem Beban:
Bagian akhir dari penggunaan PLTS yeng mengubah listrik menjadi energi akhir, seperti:
lampu penerangan, televisi, tape / radio, lemari pendingin dan pompa air.
PLTS dikenal dengan sifat modularnya dan site-spesific (saat tergantung pada potensi lokasi),
serta kemampuannya menjangkau daerah-daerah terpencil sehingga sesuai untuk daerah-
daerah yang belum tersentuh PLN. Namun demikian, PLTS juga dapat di-interkoneksi
dengan jaringan PLN untuk beberapa alasan khusus. Sehingga dikenal dengan dua kategori
sistem, yaitu Off-Grid dan On-Grid.
Sistem PLTS Off-Grid merupakan sistem yang mengandalkan energi matahari sebagai satu-
satunya sumber energi listrik, dikenal dengan istilah Stand Alone PV System. PLTS juga
sangat memungkinkan dikombinasi dengan sistem pembangkit lain seperti mikrohidro,
tenaga angin, dsb. Dikenal dengan istilah PV Hybrid System atau PLTS Hibrida. Di Indonesia
sudah banyak terpasang jenis PV-Diesel Hybrid System, dimana generator mesin diesel
digunakan sebagai pemasok cadangan listrik meskipun bukan termasuk jenis pembangkit
energi terbarukan.
Gambar 17.7 Komponen sistem hibrida pembangkit listrik tenaga surya-angin (PV-Wind
hybrid system)
Sumber: http://www.hindawi.com/journals/mse/2012/969248/fig10/
Sistem PLTS On-Grid atau Grid-connected merupakan sistem yang menghubungkan PLTS
dengan jaringan PLN. Beberapa tujuan pemasangan interkoneksi dengan PLN:
C. SOAL LATIHAN/TUGAS
1. Apa yang dimaksud dengan PLTS Standalone-system?
2. Apa yang dimaksud dengan PLTS Hybrid-system?
3. Apa yang dimaksud dengan PLTS Standalone DC-coupling system?
4. Apa yang dimaksud dengan PLTS Standalone AC-coupling system?
S1 Teknik Elektro Universitas Pamulang 10
Modul Pembangkit Energi Listrik
D. DAFTAR PUSTAKA
Faraida Nafiri, Renewable Energies and Rural Electrification – A General Approach for
Economical Optimization of Standalone Hybrid Systems, Hamburg, 2007.