Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu energi utama yang diperoleh dari pancaran panas dan sinar matahari
merupakan energi surya. Energi ini biasanya digunakan dalam berbagai teknologi
dan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) merupakan salah satunya. Listrik
merupakan kebutuhan primer manusia, di era zaman sekarang kebutuhan listrik
semakin pesat dan hampir seluruh kalangan menggunakannya baik di perkotaan
maupun di pedesaan. Konsumsi listrik konvensional yang saat ini terus meningkat
dapat menyebabkan krisis daya setiap saat. Dengan adanya energi matahari dapat
digunakan sebagai sumber listrik alternatif, sehingga masyarakat tidak perlu cemas
lagi.
Pulau Kodingareng terletak di Kecamatan Ujung Tanah yang mana terdiri dari
dua pulau yaitu Pulau Kodingareng Keke dan Pulau Kodingareng Lompo. Secara
geografis Pulau Kodingareng Lompo terletak pada 119º 16’00 BT dan 05º 08’54
LS serta memiliki luas ± 48 Ha dan tinggi dari permukaan air laut 1,5 meter. Pulau
Kodingareng Lompo berbatasan di sebelah Utara dengan perairan laut Pulau
Bonetambung, sebelah Timur dengan Kota Kodingareng, sebelah Barat dengan
Selat Kodingareg dan sebelah Selatan dengan perairan laut Kabupaten Takalar.
Dalam energi baru terbarukan sinar matahari bisa dikatakan tidak akan habis,
tidak bersifat polutif dan juga gratis. Oleh sebab itu sumber energi tersebut sangat
dibutuhkan dan sangat bermanfaat untuk menghasilkan listrik melalui sistem PLTS.
Pada penelitian kali ini, penulis membahas mengenai optimalisasi kinerja panel PV
di Pulau Kodingareng Makassar Selatan. Lokasi ini dipilih karena PLTS di pulau
ini memiliki daya sebesar 400 KW namun masih belum bekerja secara maksimal.
Terdapat beberapa factor yang dapat mempengaruhi dan salah satunya yaitu kinerja
dari panel PV. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menemukan permasalahan
dari PLTS yang telah terpasang di daerah tersebut. Sehingga PLTS yang terpasang
dapat beroperasi kembali dan bekerja secara maksimal.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkani judul dan latari belakangiidiiiatas, rumusaniiimasalahi yangpidapat
diambili adalahi sebagaii berikuti :
1. Bagaimana sistem kerja PLTS yang ada di Pulau Kodingareng Makassar
Selatan?
2. Bagaimana sistem modul PV yang digunakan di Pulau Kodingareng
Makassar Selatan?
3. Bagaimana optimalisasi efesiensi modul PV yang digunakan di pulau
Kodingareng Makassar Selatan?
1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut
:
1. Untuk mengetahui sistem kerja PLTS yang ada di Pulau Kodingareng
Makassar Selatan.
2. Untuk mengetahui sistem modul PV yang digunakan di Pulau Kodingareng
Makassar Selatan.
3. Untuk mengetahui optimalisasi efesiensi modul PV yang digunakan di pulau
Kodingareng Makassar Selatan.
1.4 Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dengan melakukan penelitian ini yaitu dapat
mengetahui kinerja panel PV yang terpasang di pulau Kodingareng Makassar
Selatan dengan melalui perhitungan yang didapat. Dan juga diharapkan penelitian
ini menjadi referensi bagi mahasiswa lain dalam melakukan penelitian yang
berkaitan.

1.5 Ruang Lingkup Masalah


Agar masalah yang dibahas lebih jelas dan tidak menyimpang dari topik
pembahasan, maka penulis menekankan hanya membahas tentang :
1. Membahas mengenai sistem kinerja PLTS yang ada di Pulau Kodingareng
Makassar Selatan.
2. Membahas tentang sistem modul PV yang digunakan di Pulau Kodingareng
Makassar Selatan.
3. Membahas mengenai optimalisasi efesiensi modul PV yang digunakan di Pulau
Kodingareng Makassar Selatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian yang Relevan
Terdapat beberapa penelitian yang dapat dijadikan sebagai referensi dalam
penulisan ini dan dapat dijadikan pertimbangan untuk menganalisa masalah-
masalah yang serupa. Adapun penelitian-penelitian yang dapat mendukung
penulisan tugas akhir ini sebagai berikut :
1. Iwan Purwanto (2020) “Solar Cell (Photovoltaic/PV) Solusi Menuju Pulau
Mandiri Listrik”. Dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh bahwa
teknologi solar cell (photovoltaic/PV) merupakan teknologi energi
terbarukan yang memanfaatkan tenaga surya menjadi tenaga listrik dan juga
dapat menanggulangi masa minimnya bahan bakar fosil, sehingga dapat
dimanfaatkan lebih baik berbagai pihak dan dapat diimplementasikan di
daerah terpecil.
2. Bambang HAri Purwoto, Jatmiko, Muhammad Alimul F, Ilham Fahmi Huda
(2018) “Efesiensi Penggunaan Panel Surya Sebagai Sumber Energi
Alternatif”. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh bahwa
panel surya lebih efesien dalam mensuplai beban listrik dibandingkan
dengan menggunakan genset sebagai dayanya, dan juga biaya operasional
dari panel surya lebih terjangkau.
3. Ayusita Lukita Wardani, Aris Heri Andriawan, Niken Adriaty Basyarach
(2019) “Perbandingan Antara Solar Cell Tipe Monocrystaline Dan
Polycrystaline Pada Keadaan Terhalang Untuk Pertimbangan Pemilihan
Pembangkit Tenaga Surya”. Solar cell tipe monocrystaline lebih andal di
gunakan pada daerah yang disinari matahari sepanjang tahun tanpa ada
gangguan dari luar seperti air, pasir, dan daun. Sedangkan solar cell tipe
polycrystalline lebih andal digunakan pada daerah yang lebih real seperi di
jalan raya karena bisa saja akan terhalang oleh pohon yang berada
disekitarnya.
4. Aditya Rachman (2015) “Optimalisasi Teknologi Energi Surya Berbasis
Penyesuaian Posisi Panel Bulanan Di Sulawesi Tenggara”. Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa penerapan konfigurasi
panel surya dengan optimasi bulanan dapat meningkatkan energi tahunan
dengan ketetapan sudut tertentu.

2.2 Landasan Teori


2.2.1 Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
PLTS atau Pembangkit Listrik Tenaga Surya merupakan suatu sistem
pembangkit listrik yang mana energi matahari diubah menjadi energy listrik
dengan memanfaatkan teknologi photovoltaic. PLTS tidak mempunyai daya
konstan (non capacity value generation system) karena kapasitas outputannya
tergantung pada tingkat radiasi matahari yang diterima dan berubah-ubah setiap
waktunya. PLTS dinilai dari seberapa banyak energi yang bisa diperoleh, bukan
seberapa besar daya yang bisa dihasilkan kecuali pada sistem yang memiliki
storage system. Oleh karena itu, konsumsi energi suatu beban dalam suatu waktu
ditentukan dari kapasitas suatu PLTS, yaitu pada suatu lokasi dalam periodenya
harus menggunakan harga rata-rata suatu beban. Suatu PLTS memiliki
komponen utama yaitu: panel surya (fotovoltaik), inverter, dan baterai.
2.2.1.1 Panel Surya (photovoltaic)
Photovoltaic adalah komponen utama yang berfungsi untuk menangkap,
mengubah, dan menghasilkan listrik. Panel surya memiliki ukuran sekitar 5 x 5
atau 10 x 10 cm2 namun mempunyai kemampuan untuk mengubah atau
menghasilkan daya sebesar 1-2 Watt. Modul PV adalah sebuah semikonduktor
device yang mempunyai permukaan yang luas dan terdiri dari rangakain diode
tipe P dan tipe N. Elektron dengan muatan postif dan hole dengan muatan
negative diperoleh dari cahaya matahari yang mengenai modul pv, dan
terbentuklah arus DC dari hole dan elektron yang mengalir tadi, elektron yang
mengalir meninggalkan sel surya akan menuju ke rangkaian luar dan
mencipatakan arus listrik yang disebut sebagai photoelectric. Panjang
gelombang cahaya yang jatuh pada sel surya maupun intensitas cahaya diperoleh
tergantung kapasitas arusnya. Jumlah foton ditentukan oleh intensitas cahaya
nya, semakin banyak intensitas cahaya yang sampai ke permukaan sel surya
semakin besar pula foton yang dimiliki sehingga makin banyak pasangan
elektron dan hole yang dihasilkan yang akan mengakibatkan besarnya arus yang
mengalir. Dan semakin pendek panjang gelombang cahaya sehingga semakin
besar energi elektron yang di peroleh karena energi foton juga terlalu.
Pengukuran terhadap arus (I) dan tegangan (V) pada gugusan sel surya dapat
diketahui melalui besarnya kapasitas daya yang dihasilkan. Dalam pengukuran
arus maksimum dapat dilakukan dengan kedua terminal dari modul dijadikan
rangkaian hubung singkat sehingga tegangannya menjadi nol dan arusnya
maksimum yang disebut short circuit current atau Isc. Pengukuran terhadap
tegangan (V) dilakukan pada terminal negatif dan positif dari modul sel surya
dengan tidak terhubung ke sel surya dan komponen lainnya. Pengukuran ini
disebut open cicuit noltage atau Voc.
Modul yang merupakan unit rakitan beberapa sel surya fotovoltaik adalah
komponen utama sistem surya photovoltaic. Keuntungan yang diperoleh dengan
teknologi yang cukup canggih yaitu harga murah, mudah dipasang, bersih dan
dioperasikan serta mudah dirawat. Sedangkan investasi awal yang besar dan
harga per kWh listrik yang dibangkitkan relative tinggi, karena memerlukan
subsistem yang terdiri atas baterai, unit pengatur dan inverter sesuai dengan
kebutuhannya merupakan kendala utama yang dihadapi dalam pengembangan
energi surya photovoltaic.
2.2.1.2 Inverter
Inverter merupakan inti dari suatu sistem PLTS. Arus searah (DC) yang
diperoleh dari panel PV akan di ubah menjadi arus bolak balik (AC) oleh
inverter. Pada saat pengoperasiannya efesiensi inverter adalah sebesar 90% dan
harus mendekati ketentuan kapasitasnya pada saat dioperasikan. Dengan tingkat
radiasi matahari yang tidak menentu membuat tegangan DC yang diperoleh dari
panel surya cenderung tidak stabil. Disaat inilah inverter akan mengubah
tegangan DC yang tidak stabil tadi menjadi tegangan AC yang stabil dan siap
untuk disambungkan atau digunakan pada sistem yang ada, misalnya pada
jaringan PLN.
Inverter yang dipilih harus sesuai dengan penggunaannya. Inverter untuk
jenis On Grid harus memiliki keahlian dalam melepaskan hubungan (islanding
system) saat grid kehilangan tegangan. Inverter untuk sistem Hybrid harus
mampu memiliki kemampuan dalam mengubah arus dari kedua arah yaitu dari
arus searah ke arus bolak balik begitupun sebaliknya dari arus bolah balik
menuju arus searah, inverter ini disebut bi-directional inverter.
Dalam menentukan inverter dapat memperhatikan hal-hal berikut :
1. Kapasitas/daya inverter
Daya inverter harus mampu melayani beban ada kondisi daya rata-rata,
tipikal dan surja. Secara singkat, kapasitas inverter dihitung sebesar 1,3 x
beban puncak.
2. Arus masukan inverter
Pada saat sinar matahari sangat terik, panel surya dapat menghasilkan arus
seolah-olah pada kondisi tanpa beban (Isc). Untuk menghidari kerusakan
akibat kenaikan tegangan, maka secara praktek kapasitas arus input inverter
dihitung = 1,1-1,15 Isc string PV.
3. Tegangan masukan inverter
Pada saat kondisi beban naik turun, tegangan output panel surya dapat
mencapai tegangan tanpa beban (Voc). Untuk meghindari kerusakan akibat
kenaikan tegangan, maka tegangan masukan inverter dihitung = 1,1-1,15 Voc
string PV.
4. Inverter mempunyai beberapa kualitas terkait mutu daya outputannya. Berupa
sinus murni, modified square wave atau square wave. Untuk mampu
memberikan suplai bagi seluruh beban maka pilihlah inverter yang memiliki
kualitas sinus murni.
5. Pilih inverter yang menggunakan sistem komutasi elektronik dengan IGBT
(Insulated-Gate Bipolar Transistor).
6. Memiliki sistem pengaturan Maximum Power Point Tracking (MPPT) dengan
metoda PMW (Pulse Widht Modulation).
7. Mampu bekerja pada temperature sampai dengan 45ºC.
2.2.1.3 Baterai
Baterai merupakan komponen yang dibutuhkan pada sistem PLTS terlebih
pada tipe Off Grid. Pada tipe ini dibutuhkan wadah penyimpanan energi darurat
bila sewaktu-waktu panel tidak memperoleh sinar matahari yang cukup untuk
penggunaan listrik pada malam hari, mengingat PLTS sangat bergantung pada
kelengkapan energi surya yang diterima panel surya, sehingga. kapasitas aki
ditentukan dengan satuan Amper-jam (Ah). Terdapat sebagian teknologi baterai
yang sering dikenal selain lead acid yaitu alkalin, Ni-Cad, Ni-Fe dan Li-ion..
Baterai lead acid dinilah lebih utama dari jenis lain jika memperhitungkan
kedua aspek tersebut. Pada PLTS, baterai yang berfungsi sebagai penyimpanan
(storage) berlainan dengan baterai untuk buffer atau stabilitas. Beberapa jenis
baterai memiliki kelemahan dan kelebihan baik dari segi teknis maupun
ekonomi (harga)
Sesudah panel surya dan inverter, baterai adalah alat PLTS yang memerlukan
biaya investasi awal terbanyak. Tetapi, pemeliharaan dan pengoperasian yang
kurang tepat dapat mengakibatkan umur baterai tidak awet dari yang
direncanakan, sehingga menambah biaya pemeliharan dan pengoperasiannya.
Baterai tidak dapat dioperasikan sesuai kapasitasnya merupakan dampak yang
paling minimal terjadi. Dalamiiimenentukaniiijenisiiidaniiikapasitasiiibaterai
untukiiiisuatuiiiiPLTSiiiidan pengaruhnyaiiiiipadaiiiiisuatu umur bateraiiiiiharus
memperhatikan beberapa factor diantaranya : DoD (Depth of Discharge),
efesiensi baterai, jumlah siklus, discharge atau charge rate dan temperature.

2.2.2 Jenis-Jenis Panel Surya


2.2.2.1 Monokristal
Jenis panel surya monokristal merupakan panel surya yang sangat efesien
yang dihasikan dengan teknologi sekarang & memperoleh dayai listrik
persatuaniiiiluasiiiiyangkkpalingkktinggi. Mempunyai efesiensi sampai 15%.
Kekurangan dari panel jenis ini yaitu tidak dapat berfungsi baik ditempat dengan
cahaya matahari yang kurang (teduh), efesiensinya dapat turun drastic dalam
cuaca berawan. Berikut contoh gambar dari panel surya jenis monokristal :

Gambar 2.1 Panel Surya Monokristal


2.2.2.2 Polikristal
Panel surya jenis polikristaliiimerupakaniiimodul pv yang mempunyai
susunan kristal acak yang dibuat dengani prosesi ipengecoran. Jenis ini
memerlukaniiiiluasi permukaani yangi lebihi besari dibandingkani dengani jenisi
monokristali untuki memperoleh dayai listriki yangi isama. Panel surya jenis ini
memliki efesiensi lebih rendahi idibandingkan dengan tipei imonokristal,
sehinggai memilikii biaya yangi lebihi irendah. Berikut contoh gambar panel
surya jenis polikristal:

Gambar 2.2 Panel Surya Polikristal


2.2.2.3 Thin Film Photovoltaic
Panel surya yang terdiri dari dua lapisan struktur yaitu lapisan tipis
mikrokristal-silicon dan amorphous merupakan jenis panel surya jenis thin film
photofoltaic. Luas permukaan yang dibutuhkan panel jenis ini per watt daya
yang dihasilkan lebih besar daripada monokristal dan polikristal karena
maemiliki efesiensi modul hingga 8.5%. Keluaran terbaru untuk jenis panel
surya ini yaitu Thin Film Triple Junction Photovoltaic (memiliki tiga lapisan)
dapat menghasilkan daya listrik sampai 45% lebih tinggi dari jenis panel lainnya
dengan daya ditera setara dan dapat berfungsi sangat efesien dalam udara yang
sangat berawan. Berikut contoh gambar dari jenis panel surya tipe Thin Film
Photovoltaic :
Gambar 2.3 Panel Surya Thin Film Photovoltaic
2.2.3 Konfigurasi Sistem PLTS
Terdapat 3 tipe desain PLTS pada umumnya, yang pertama yaitui PLTSi
Offi Gridi, suatui sistemi yangi tidaki terhubungi langsung ke PLN atau bisa
disebut berdiri sendiri. Kedua yaitu PLTSi On Grid, suatui sistemi PLTS yang
terhubung langsung ke PLN. Dan yang ketiga yaitu PLTS Hibrid, suatu sistemi
PLTS yang terhubung antarai satui ataui beberapai pembangkitii listrikii dengani
sumberi energii primer yangi iberbeda.
2.2.3.1 Sistemi PLTSi Off Grid
Sistemi PLTS Off Grid merupakan sistem yangi disuplai oleh paneli suryai
saja. Jenis ini hanya akan bergantung terus pada matahari. Karenaii panelii tidaki
mungkinii memperoleh sinari mataharii terusi menerusi terutamai pada malam
hari, makai sistemi inii membutuhkani mediai penyimpanan yaitui ibaterai.
PLTS Off Grid pada umumnyai dimaksudkani untuki menyalurkan listrik di
daerahi yangi sangati terisolasii dimanai saranai transportasii sangati isulit,
sehinggai jikai membanguni iPLTD, akani timbuli kesulitani untuki membawai
iBBM.
Dalam menentukani kapasitasi paneli dani bateraii secarai akurati isangat
diperlukan. Dalam sistemi Off Grid, kapasitasi bateraii umummnya ditambahi
untuki mengantisipasii harii yang kurang mensuplai sinar matahari secara
optimal/dalam keadaan berawan. Berdasarkan perhitungan biaya, kapasitasnya
ditambahkan 1-2 kali periodenya. Dalami merencanakani sistemi PLTS Off Grid
pada suatu daerah yang belum berlistrik, dalam menghitung beban terdapat
beberapa asumsi untuk indicator kelistrikannya, antara lain :
1) Load factor (LF), untuk LF bisa menggunakan tipikal 0,5 – 0,6
2) Demand factor (DF), pada umumnya di Indonesia rata-rata adalah 0,35
3) Diversity factor (DiF), umumnya di PLN sekitar 1,2.

Gambar 2.4 Sistem PLTS Off Grid


2.2.3.2 Sistem PLTS On Grid
Sistem PLTS dengan konfigurasi On Grid dimakasudkan pada tempat
yang sudah terdistribusi oleh listrik dan sistem di lokasi memiliki periode
operasi pada siang hari. Dikatakan On Grid karena PLTS dihubungkan pada
sistem eksisting.
PLTS dengan tipe On Grid tidak menggunakan baterai. Untuk tidak
mempengaruhi kestabilan sistem utamanya, maka kapasitasnya dibatasi dengan
maksimum 20% dari beban rata-rata siang hari. Inverter pada PLTS On Grid
harus mampu melepaskani hubungani (islanding system) saati gridi kehilangani
itegangan. Berikut merupakan gambar sistem PLTS On Grid.
Gambar 2.5 Sistem PLTS On Grid

2.2.3.3 Sistem PLTS Hybrid


Sistem PLTS Hibridi merupakan sistem PLTS yangi pengoperasiannyai
digabungkani dengani PLTD yangi sudahi iada. Diharapkan PLTS ini
berkontribusii secarai maksimali dalam menyuplaii bebani padai siangi hari,
agariitidaki menghalangi sistemi yangi iada, makai harusi dilengkapii dengani
bateraii buffer atau stabilizer. Dengani memakai baterai, panel PV dapat
memperoleh dayai dani energii kei bebani selamai periodei siangi (hours of
sun) tanpa resiko eksisting sistem terganggu. Sistem PLTS Hibrid dimaksudi
untuki menambahi jam operasii sistemi yangi adai dani mengurangii konsumsii
bahani ibakar.

Gambar 2.6 Sistem PLTS Hybrid


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian


Kegiatani penelitiani bertempatan di Pulau Kodingareng Kecamatan
Tanah Ujung, Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Perjalan menuju pulau
Kodingarengi Lompoi darii kotai Makassari menempuh waktu sekitar 40
menit dengani menggunakani transportasi perahu. Untuk akses menuju ke
PLTS Kodingareng dapat ditempuh dengani berjalani kakii maupuni
menggunakani kendaraani rodai idua. Waktu penelitian dilakukan pada
bulan Januari 2022 sampai dengan bulan April 2022.
3.2 Desain Penelitian

MULAI

Pengumpulan Data
1. Data Spesifikasi Panel
2. Data Arus, Tegangan,
Radiasi Matahari dan
Daya PLTS

Pengolahan Data Hasil


Penelitian

Apakah hasil yang Tidak


diperoleh sudah
maksimal?

Ya

Laporan Hasil

SELESAI
Gambar 2.7 Diagram Alir
3.3 Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis melakukan pengambilan data sebagai
berikut :
1. Wawancara, merupakan teknik pengambilan data dengan
memberikan beberapa pernyataan terkait PLTS Kodingareng kepada
masyarakat atau pihak tertentu yang berhubungan langsung dengan
PLTS Kodingareng.
2. Observasi, yaitu dengan melakukan pengambilan data terkait panel
PV yang dibahas di PLTS Kodingareng, Kecamatan Tanah Ujung,
Makassar, Sulawesi Selatan.
3. Dokumentasi, merupakan pelengkap dan sebagai bukti peneliti
terkait dengan penelitian yang dilakukan.
3.4 Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan yaitu metode kuantitatif, dimana
metode kuantitatif merupakan metode yang menggunakan instrument
penelitian atau alat ukur dan analisis data untuk meneliti populasi atau
sampel. Sesuai dengan penelitian kali ini yaitu menganalisa/menghitung
optimalisasi kinerja dari panel PV yang terpasang di Pulau Kodingareng.
3.5 Jadwal Penelitian

N Bulan
Kegiatan
Januari Februari Maret April Mei
O Minggu Ke- 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Studi Literatur
2 Observasi
Lapangan
3 Pengumpulan
Data
4 Pengolahan
Data
5 Pembuatan
Skripsi
Table 3.1 Jadwal Penelitian

Anda mungkin juga menyukai