Anda di halaman 1dari 10

Available online at http://prosiding.pnj.ac.

id
eISSN 2685-9319
Prosiding Seminar Nasional Teknik Mesin
Politeknik Negeri Jakarta (2021), 171-180

Penentuan Komponen Sistem PLTS 100 Wp pada


Floating Photovoltaic sebagai Sumber Energi Lampu
Penerangan 20 W Pada Kolam Politeknik Negeri Jakarta
Muhamad Farhan Fernanda1, Benhur Nainggolan1, dan Indra Silanegara1
1Program Studi Teknik Konversi Energi, Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negri Jakarta, Jl. Prof. G. A. Siwabessy,
Kampus UI, Depok, 16425

Abstrak

Kebutuhan energi listrik merupakan suatu hal yang sangat penting dan vital bagi manusia. Pembangkit Listrik
Tenaga Surya (PLTS) merupakan salah satu energi terbarukan yang memanfaatkan energi dari sinar matahari
dengan cara merubah radiasi matahari menjadi energi listrik melalui media sel surya (Photovoltaic).Saat ini
dengan berkembangannya model PLTS Terapung, maka penelitian ini memanfaatkan area kolam Politeknik
Negeri Jakarta. Didapatkan bahwa untuk komponen Folating Photovoltaic dengan beban 20 W yang digunakan
selama 10 jam dibutuhkan baterai dengan kapasitas 20 Ah yang dapat diisi oleh panel dengan spesifikasi 50
Wp berjumah 2 buah yang disusun parallel dengan Effisiensi panel 18.53%. Dengan rekomendasi kapasitas
invverter 250 W dan komponen proteksi yaitu fuse berkapasitas 6,46 A dan 10 A dengan menggunakan system
PLTS Off-Grid

Kata-kata kunci: Pembangkit Listrik Tenaga Surya, Komponen PLTS

Abstract

The need for electrical energy is a very important and vital thing for humans.
Solar Power Plant is a renewable energy that utilizes energy from sunlight by converting solar radiation into
electrical energy through solar cell media. Currently with the development of the model floating photovoltaic,
then this research utilizes the pool area of the Jakarta State PolytechnicIt was found that for the Folating
Photovoltaic component with a load of 20 W which is used for 10 hours, a battery with a capacity of 20 Ah can
be charged by a panel with a specification of 50 Wp with a total of 2 pieces arranged in parallel with a panel
efficiency of 18.53%. With the recommended inverter capacity of 250 W and protection components, namely
fuses with a capacity of 6.46 A and 10 A using the Off-Grid PLTS system

Keywords: Solar Power Plants, Photovoltaic components

171
eISSN 2685-9319
Muhamad Farhan Fernanda et al/Prosiding Semnas Mesin PNJ (2021)

1. PENDAHULUAN
Pada masa kini sumber energi utama untuk pembangkitan listrik sebagian besar berasal dari bahan
bakar fosil seperti Batu Bara atau Gas Alam, sumber energi fosil tidak dapat diperbaharui dan tidak ramah
lingkungan, oleh karena itu dibutuhkan inovasi serta perubahan dari penggunaan energi fosil menuju energi
baru serta terbarukan. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) merupakan salah energi terbarukan yang
banyak di kembangkan karena perawatan yang mudah, dan juga permintaan untuk pembangkitan energi
terbarukan terus meningkat. Namun semenjak pembangunan fasilitas ini dan kebanyakan dibangun di daratan,
timbul berbagai masalah yang antara lain pembangkitan daya yang besar memerlukan lahan yang luas, dana
pembangunan fasilitas di darat yang semakin tinggi, dan gangguan lingkungan sistem ekologi yang terganggu,
timbul pemikiran untuk mencari solusi dari masalah tersebut.
Salah satu solusi dan bentuk inovasi pemanfaatan tenaga surya adalah Pembangkit Listrik Tenaga
Surya (PLTS) Terapung. PLTS terapung memiliki efisiensi pendinginan dan perpindahan panas yang baik
karena berada di media air, hal tersebut sangat baik untuk penggunaan photovoltaic pada area-area yang
memiliki iradiasi matahari yang tinggi. Selain itu, pembangunan PLTS terapung juga dapat memanfaatkan area
perairan. sehingga akan memaksimalkan pemanfaatan lahan. Untuk merealisasikan penerapan PLTS terapung
membutuhkan area perairan yang cukup mendukung, Kolam Politeknik Negeri Jakarta merupakan salah satu
area yang memiliki potensi pemanfaatan surya dan lahan untuk pengaplikasian PLTS terapung yang cukup
baik. Tata letak yang cukup baik karena jauh dari pepohonan, lahan yang luas sehingga dapat menerima radiasi
matahari dalam jumlah besar, dan kondisi perairan yang tenang.
Berdasarkan fakta di atas, timbul pemikiran untuk melakukan pembuatan Floating Photovoltaic pada
kolam Politeknik Negeri Jakarta. Selain untuk menerapkan bentuk inovasi energi terbarukan, juga sekaligus
sebagai media pembelajaraan tambahan mengenai PLTS bagi mahasiswa. Oleh karena itu tugas akhir ini akan
menjelaskan pembuatan “Penentuan Komponen Sistem PLTS 100 Wp pada Floating Photovoltaic sebagai
Sumber Energi Lampu Penerangan 20 W Pada Kolam Politeknik Negeri Jakarta”.

2. LANDASAN TEORI
2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Surya

Pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) atau disebut juga dengan Solar Photovoltaic dan Solar Cell
mengubah energi elektromagnetik dari cahaya matahari menjadi energi listrik. Solar Cell terbuat dari bahan
semikonduktor jenis Silicon (Si) yang memiliki permukaan tipis dan luas yang terdiri dari rangkaian diode tipe
“p” dan tipe “n” yang dapat merubah energi matahari menjadi energi listrik. menggunakan perbedaan tegangan
akibat Fotoelektrik. Efek Fotoelektrik dimana sinar matahari menyebabkan elektron di lapisan panel terluar “p”
terlepas dan menyebabkan proton mengalir ke lapisan bagian bawah panel “n”. Perpindahan arus proton ini
merupakan arus listrik. Energi matahari yang diserap oleh solar panel akan menghasilkan arus DC (direct
current). [3]

2.2 Jenis-jenis Sistem PLTS

Ada dua jenis Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya, diantaranya:


1. Sistem PLTS Off-Grid
Sistem PLTS Off-Grid atau stand alone adalah sistem PLTS yang tidak terhubung dengan
sistem pembangkit listrik lainnya, sistem hanya mengandalkan satu-satunya sumber pembangkit listrik
yaitu Irradiasi matahari dari sinar matahari dengan bantuan panel surya untuk dapat menghasilkan
energi listrik dan menggunakan baterai untuk penyimpanan energi.
2. Sistem PLTS On-Grid
Sistem PLTS On-Grid merupakan system PLTS yang terhubung dengan jaringan daya utilitas
(PLN) tersedia. Sistem ini harus terhubung ke Grid agar berfungsi, sehingga dapat mengirim kembali
kelebihan daya yang dihasilkan ke jaringan ketika sel surya memproduksi daya berlebih sehingga ada
keuntungan untuk digunakan nanti. Sistem On-Grid merupakan sistem paling sederhana dan paling
hemat biaya untuk menginstal energi panel surya dibanding dengan sistem Off-Grid, namun sistem
ini tidak memberikan daya cadangan selama pemadaman jaringan.

2.3 Komponen Sistem PLTS

Berikut ini adalah komponen-komponen pada Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS):

172
eISSN 2685-9319
Muhamad Farhan Fernanda et al/Prosiding Semnas Mesin PNJ (2021)

1. Baterai
Baterai berfungsi untuk menyimpan daya yang dihasilkan oleh panel surya yang tidak segera
digunakan oleh beban. Daya yang disimpan dapat digunakan saat radiasi matahari rendah atau pada
malam hari. Baterai menyimpan listrik dalam bentuk daya kimia. Baterai memiliki dua tujuan penting
dalam sistem PLTS, yaitu untuk memberikan daya listrik kepada sistem ketika daya tidak disediakan
oleh panel surya serta untuk menyimpan kelebihan daya yang dihasilkan oleh panel surya.

2. Panel Surya
Panel Surya merupakan komponen yang berfungsi untuk mengubah radiasi sinar matahari
menjadi energi listrik melalui proses fotoelektrik, energi yang dihasilkan adalah arus searah (DC).
Panel surya memiliki bentuk, jenis dan kemampuan yang berbeda, berikut beberapa jenis panel surya:
a. Monocrystalline (Kristal Tunggal)
Jenis modul surya monocrystalline ( Kristal Tunggal ) merupakan jenis modul yang memiliki
efisiensi yang cukup tinggi yaitu sekitar 16% hingga 17%. Monocrystalline terbuat dari batangan
kristal silicon murni yang diiris tipis sebagai bahan utama penyusun sel surya. Secara fisik, jenis
ini memiliki warna sel hitam gelap dengan model terpotong pada tiap sudutnya. Kelemahan dari
jenis modul ini adalah tidak berfungsi dengan baik ketika cahaya mataharinya kurang (teduh) dan
efisiensinya akan turun drastis.
b. Polycrystalline (Multi Kristal)
Bahan polycrystalline (Multi Kristal) diciptakan karena harga untuk jenis ini cenderung lebih
murah dibandingkan jenis monocrystalline (Kristal Tunggal). Polycrystalline terbuat dari
beberapa batang kristal silikon yang dilebur / dicairkan kemudian dituangkan ke dalam cetakan
berbentuk persegi. Kemurnian kristal silikonnya tidak semurni pada sel surya monocrystalline.
Efisiensi jenis modul ini lebih kecil dibandingkan jenis monocrystalline yaitu mencapai 12%
hingga 14%. Polycrystalline dapat menghasilkan listrik walaupun keadaan cahaya matahari yang
kurang (mendung ).
c. Thin Film Fotovoltaik
Berbeda dengan Monocrystalline dan Polycrystalline, Thin film Fotovoltaik merupakan
panel surya dengan struktur lapisan yang tipis. Berdasarkan materialnya jenis modul ini
digolongkan menjadi:
● Amorphous Silicon (a-Si) Solar Cells.
Sel surya dengan bahan Amorphous Silicon ini, awalnya banyak diterapkan pada
kalkulator dan jam tangan. Dengan teknik produksi yang disebut "stacking" (susun
lapis), dimana beberapa lapis Amorphous Silicon ditumpuk membentuk sel surya, akan
memberikan efisiensi yang lebih baik antara 6% - 8%.
● Cadmium Telluride (CdTe) Solar Cells.
Sel surya jenis ini mengandung bahan Cadmium Telluride yang memiliki efisiensi
lebih tinggi dari sel surya Amorphous Silicon, yaitu sekitar: 9% - 11%.
● Copper Indium Gallium Selenide (CIGS) Solar Cells.
Dibandingkan kedua jenis sel surya thin film di atas, CIGS sel surya memiliki
efisiensi paling tinggi yaitu sekitar 10% - 12%. Selain itu jenis ini tidak mengandung
bahan berbahaya Cadmium seperti pada sel surya CdTe.

3. Solar Charge Controller


Solar charge controller (SCC) atau juga dikenal sebagai battery charge regulator (BCR)
adalah komponen elektronik daya di PLTS yang beroperasi dengan cara mengatur tegangan dan arus
pengisian berdasarkan daya yang tersedia dari larik modul fotovoltaik dan status pengisian baterai
(SoC, state of charge) agar lebih optimal. Memilih tipe dan desain SCC yang tepat merupakan hal
penting untuk menjaga efisiensi PLTS dan umur pakai dari baterai.
Ada dua tipe Solar Charge Controller yang banyak digunakan, diantaranya [5]:
a. Pulse Width Modulation (PWM)
Sistem kerja dari jenis ini menggunakan lebar pulse dai on dan off listrik, sehingga
menciptakan seakan-akan sine wave electrical form. Tegangan kerja PWM hanya bisa
menyesuaikan tegangan kerja baterai., apabila lebih rendah maka tidak bisa melakukan
pengisian.
b. Maximum Power Point Tracker (MPPT)
Sistem kerja jenis ini dapat menyimpan kelebihan daya yang tidak digunakan oleh
beban kedalam baterai dan apabila daya yang dibutuhkan beban lebih besar dari daya
yang dihasilkan oleh panel maka daya dapat diambil dari baterai.

173
eISSN 2685-9319
Muhamad Farhan Fernanda et al/Prosiding Semnas Mesin PNJ (2021)

4. Inverter
Energi matahari yang diterima oleh Panel Surya merupakan arus listrik searah (DC). Inverter
adalah perangkat elektronik yang bertugas mengkonversi arus listrik searah (DC) dari Solar Panel
menjadi arus listrik bolak-balik (AC), jika beban membutuhkan arus bolak-balik. Penggunaan inverter
di Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) adalah untuk menyuplai perangkat yang menggunakan
arus listrik bolak-balik (AC).

2.4 Menentukan Kapasitas Komponen PLTS

Agar system Pembangkit Tenaga Listrik Surya dapat bekerja dengan baik dam umur pemakaian system
bertahan lebih lama, maka penentuan kapasitas tiap komponen PLTS harus diperhatikan dengan baik, berikut
adalah beberapa cara menentukan komponen PLTS:
1. Menentukan kebutuhan daya listrik
Dengan menghitung daya yang dibutuhkan oleh masing- masing peralatan yang
akan disupply oleh PV System dan berapa jam per hari pemakaian, hasil dari perhitungan ini
menghasilkan daya dalam satuan watt jam perhari.
Untuk menghitung beban dapat menggunakan persamaan berikut [5]:

𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 = (𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 × 𝐷𝑎𝑦𝑎 (𝑊) × 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑃𝑒𝑚𝑎𝑘𝑎𝑖𝑎𝑛 (𝐽𝑎𝑚) (2.1)

2. Kapasitas Baterai
Kapasitas baterai pada umumnya dinyatakan Ah (Ampere Hour) contohnya untuk
baterai degaan kapasitas 50 Ah, maka baterai tersebut dapat mencapai arus 50 Ah dalam 1
jam. Kapasitas baterai dalam suatu perencanaan PLTS di pengaruhi oleh faktor autonomy,
yaitu keadaan bateri dapat menyuplai beban secara menyeluruh ketika tidak adda energi yang
masuk ke panel surya, besarnya kapasitas total baterai (Ah) yang dibutuhkan dalam suatu
PLTS dapat dihitung dengan menggunakan persamaan [2]:

𝑁×𝐸𝑑
𝐴ℎ = 𝑉𝑠×𝐷𝑂𝐷 (2.2)
Dengan,
Ah = Kapasitas Baterai
Ed = Konsumsi Energi dalam sehari
N = Jumlah Autonomous Day
Vs = Tegangan Baterai
DOD = Depth Of Discharge
Dan untuk mengetahui besarnya jumlah energi yang disimpan dalam baterai (Wh),
dapat dihitung menggunakan persamaan berikut:

𝑊ℎ = 𝑉𝑠 × 𝐴ℎ (2.3)
Dengan,
Wh = Energi yang disimpan dalam baterai
Vs = Tegangan Baterai
Ah = Kapasitas Baterai

3. Panel Surya
Panel Surya merupakan komponen utama yang berfungsi untuk merubah energi
cahaya matahari dalam bentuk foton menjadi energi listrik dengan menggunakan Efek
fotovoltaik. Cahaya matahari yang diubah menjadi listrik hanya yang diserap oleh lapisan
silikon sedangkan yang lain akan terbuang dalam bentuk pantulan maupun panas.
Kapasitas energi listrik yang dihasilkan oleh sistem PLTS adalah gabungan dari
setiap komponen yang ada pada sistem tersebut. Daya maksimum (wattpeak) yang dapat
dibangkitkan oleh sebuah sistem PLTS dapat dihitung dengan persamaan berikut [8]:

Energi yang di hasilkan modul = Energi Beban x 130% (2.4)

Dengan Asumsi prakiraan kenaikan beban 30%. Maka setelah di dapatkan Total Energi
modul, maka kita harus menentukan rata-rata iradiasi harian terendah. Setelah mendapatkan

174
eISSN 2685-9319
Muhamad Farhan Fernanda et al/Prosiding Semnas Mesin PNJ (2021)

data iradiasi harian terendah, maka dapat di temukan berapa Kapasitas PV yang harus di
sediakan dengan persamaan berikut [8]:

𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑀𝑜𝑑𝑢𝑙
𝑃𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝐺𝑎𝑣𝑔× 𝐺𝑠𝑡𝑐 (2.5)
Dengan,
Ptotal = Daya total kebutuhan (Wp)
Gavg = Iradiasi matahari rata rata dalam 1 hari.
Gstc = Iradiasi pada kondisi STC (1000 W/m2 )

Dalam memilih modul PV yang akan di gunakan dalam analisis perencanaan ini,
tingkat effisiensi modul merupakan factor utama yang harus di perhtikan, karena semakin
besar efisiensi, maka semakin besar pula daya yang akan di hasilkan. Adapun untuk
menentukan jumlah maksimal PV yang akan di pasang dapat menggunakan rumus berikut[1]:
𝑃𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑉 = 𝑃𝑚𝑎𝑥 𝑃𝑉 (2.6)
Dengan,

4. SCC
Untuk menetukan spesifikasi SCC dalam sistem PLTS, dapat menggunakan
persamaan sebagai berikut [5]:

𝐼𝑠𝑐𝑐 = Isc Panel×Jumlah Panel (2.7)


Dengan,
Iscc = Arus SCC (Ampere)
Isc Panel = Arus yang terdapat pada Panel Surya
Jumlah Panel = Banyaknya Panel surya

dan untuk menentukan jumlah SCC yang dibutuhkan dalam sistem PLTS, dapat
menggunakan persamaan berikut [6]:
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑊𝑝
𝑁𝑠𝑐𝑐 = 𝑀𝑎𝑘𝑠 𝑂𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 𝑆𝐶𝐶 (2.8)
Dengan,
Nscc = Jumlah SCC
Total Wp = Jumlah Daya yang dihasilkan Panel
Maks Output SCC = Daya keluar Maksimal SCC

5. Inverter
Untuk menentukan kapasitas inverter dalam suatu sistem PLTS, dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan [7]:

Kapasitas Inverter = Wmaks/beban + (25% *Wmaks/beban) (2.9)

atau dalam artian kapasitas Inverter memiliki Rating 125% dari jumlah daya beban.

6. Komponen Proteksi pada PLTS


Pada system PLTS semua komponen berkerja dalam Arus DC, sedangkan system
Arus AC berkerja dari Output Inverter hingga distribusi kebeban AC. Proteksi digunakan
untuk meminimalisir resiko kegagalan system PLTS, untuk system DC menggunakan
proteksi berupa fuse.
Untuk menentukan fuse yang digunakan pada sambungan panel surya ke SCC, dapat
menggunakan persamaan berikut [6]:

Rating Tegangan = 1.2 × Voc × Jumlah Panel (2.10)


Rating Arus = 1.4 × Isc × Jumlah Panel (2.11)

Dengan,
1.2 = Nilai Koefisien Rating Tegangan
1.4 = Nilai Koefisien Rating Arus
Isc = Arus Panel Surya (A)

175
eISSN 2685-9319
Muhamad Farhan Fernanda et al/Prosiding Semnas Mesin PNJ (2021)

Voc = Tegangan Panel Surya (V)

Untuk menentukan fuse yang digunakan pada sambungan SCC ke Baterai, dapat
menggunakan persamaan berikut [6]:

Ifuse = ISCC × 100% (2.12)


Dengan,
Ifuse = Rating Arus (A)
ISCC = Arus SCC (A)

3. METODELOGI PENELITIAN
Pada tahap penelitian ini metode penelitian terdiri dari metode perancangan.

3.1 Diagram Blok Alat

Blok diagram dibuat dengan tujuan untuk acuan dalam pembuatan alat yang dibuat. Berikut ini adalah
diagram blok dari alat yang ditunjukan pada Gambar 3.1:

Keterangan Gambar 3.1 pada Tabel 3.1

Pada Sistem PLTS ini menggunakan Sistem PLTS Off-Grid. Keterangan diagram blok Sistem PLTS Off-
Grid:
a. Panel Surya

Komponen utama dari system PLTS yang terbuat dari bahan semikonduktor (Silicon) yang apabila
disinari oleh cahaya matahari dapat menghasilkan arus listrik searah (DC). Panel Surya disusun secara
Parallel.
b. Controller (SCC)
Conttroller adalah alat yang digunakan untuk mengatur pengisian arus dari panel surya ke baterai dan
sebaliknya.kontroler juga mengatur kelebihan mengisi tegangan ke baterai dan kelebihan tegangan
dari panel surya.
c. Baterai
Sebagai komponen penyimpan energi listrik yang dihasilkan oleh panel surya yang digunakan ketika
sinar matahari tidak ada.
d. Beban lampu penerangan

176
eISSN 2685-9319
Muhamad Farhan Fernanda et al/Prosiding Semnas Mesin PNJ (2021)

Beban yang digunakan adalah berupa lampu penerangan DC dengan daya sebesar 200 W

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Perhitungan Beban

Perhitungan menggunakan lampu sorot sebagai penerangan untuk beban kebutuhan, berikut adalah data
beban yang dibutuhkan yang ditunjukan pada Tabel 4.1 dengan persamaan [2.1]:
Tabel 4. Perhitungan Beban

4.2 Perhitungan Kapasitas Komponen Beban

1. Baterai
Dalam menentukan total kapasitas baterai yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
beban, berikut adalah rumus yang digunakan berasal dari persamaan (2.2):
Dengan,
N = Back up baterai (1 Hari) Vs = 12 Volt
Ed = Jumlah Beban (200 W) DOD = 80 %

1 × 200
𝐴ℎ =
12 × 0.8
Ah = 20
jadi kapasitas baterai yang dibutuhkan sebesar 20 Ah.
Lalu untuk mengetahui besarnya jumlah energi yang disimpan dalam baterai (Wh), dapat
dihitung menggunakan persamaan (2.3):
Dengan,
Vs = 12 V
Ah = 20 Ah
𝑊ℎ = 12 × 20
𝑊ℎ = 240
jadi total energy yang disimpan dalam baterai adalah 240 Wh.

2. Menghitung Jumlah Panel


Energi modul = Energi Beban x 130%
Energi beban adalah energi harian sebesar 200 W, maka:
Energi modul = Energi Beban x 130%
Energi modul = 200 x 130%
Energi modul =260 Wh
Untuk menentukan Kapasitas PV, di perlukan data rata rata iradiasi Harian terendah
dalam satu bulan dan harus mengetahui berapa besar energi yang di bangkitkan oleh modul.
Setelah mendapatkan data rata-rata iradiasi harian terendah dalam satu bulan dan mengetahui
berapa besaran energi Modul, maka dapat di temukan berapa Kapasitas PV yang harus di
sediakan dengan persamaan (2.5). Untuk data irradiasi dalam sebulan dapat terlihat bahwa
rata rata Radiasi Hariannya dalam satu bulan dengan nominal sebesar 4.637 Wh/m 2 /days.
Maka untuk Kapasitas total PV yang di butuhkan adalah sebagai berikut:
𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑀𝑜𝑑𝑢𝑙
𝑃𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝐺𝑎𝑣𝑔× 𝐺𝑠𝑡𝑐
260
𝑃𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 4637× 1000
𝑃𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 =56.07 Wp

177
eISSN 2685-9319
Muhamad Farhan Fernanda et al/Prosiding Semnas Mesin PNJ (2021)

Adapun untuk menentukan jumlah maksimal PV yang akan di pasang dapat


menggunakan persamaan (2.6), karena kapasitas PV telah ditentukan menggunakan PV
dengan kapasitas satuan maximal 50 Wp, maka Pmax PV satuan adalah 50 Wp.
𝑃𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑉 = 𝑃𝑚𝑎𝑥 𝑃𝑉
56.07
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑉 = 50
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑉 = 1.12
Jadi jumlah PV yang di butuhkan untuk supply bagi baterai adalah sebanyak 1.12 Modul PV,
dibulatkan menjadi 2 Modul PV.

3. Menentukan Kapasitas SCC (Solar Charge Contoller)


Dalam menentukan SCC, perlu diketahui berapa kapasitas panel surya yang digunakan.
Karena kapasitas panel surya adalah 100 Wp, maka dibutuhkan SCC yang dapat
menerima Daya 100 W dalam Tegangan kerja sistem (12V). Untuk menentukan
Kapasitas Arus SCC, dapat menggunakan persamaan (2.7):
Diketahui:
Isc Panel = 3,23 A
Jumlah Panel = 2 Buah

𝐼𝑠𝑐𝑐 = 3,23 × 2
𝐼𝑠𝑐𝑐 = 6,46 A
jadi Spesifikasi yang dibutuhkan adalah SCC yang dapat menerima Arus 6,46 A dan
dapat menerima daya 100 W dalam Tegangan Kerja 12V.

4. Menetukan Kapasitas Inverter


Dalam menentukan Inverter yang digunakan, harus memilih inverter yang tegangan
kerjanya sama dengan tegangan kerja baterai. Menghitung kapasitas Inverter dapat
menggunakan persamaan (2.9):
Kapasitas Inverter = Wmaks/beban + (25% * Wmaks/beban)
= 200 + (25% * 200)
= 250 W
karena terdapat Safety Factor sebesar 125%, maka rekomendasi spesifikasi Inverter yang
dibutuhkan minimal 250 W.

5. Menentukan Spesifikasi Sistem Proteksi


Untuk menghitung spesifikasi fuse dapat menggunakan persamaan berikut:
menentukan fuse yang digunakan pada sambungan panel surya ke SCC (2.11) :
Rating Arus = 1.4 × Isc × Jumlah Panel surya
= 1.4 × 3.23 × 2
= 9.004 A, dibulatkan menjadi 10 A.
menentukan fuse yang diguanakan pada sambungan SCC ke Baterai (2.12):
I fuse = ISCC × 100%
= 10 × 100%
= 10 A

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Sistem PLTS yang digunakan adalah sistem Off-Grid dimana sumber energi hanya diperoleh dari
kapasitas panel dan energi disimpan dibaterai untuk digukan pada saat malam hari. Dalam Sistem Off-
Grid ini menggunakan komponen berupa Panel Surya, Solar Charge Controller, Baterai, dan beban
serta menggunakan fuse sebagai proteksi.
2. Sesuai dengan perhitungan beban yang dibutuhkan, didapatkan bahwa untuk komponen Folating
Photovoltaic dibutuhkan baterai dengan kapasitas 20 Ah yang dapat diisi oleh panel dengan spesifikasi
50 Wp berjumah 2 buah yang disusun parallel dengan Effisiensi panel 18.53%. Dengan rekomendasi
kapasitas invverter 250 W dan komponen proteksi yaitu fuse berkapasitas 10 A.

178
eISSN 2685-9319
Muhamad Farhan Fernanda et al/Prosiding Semnas Mesin PNJ (2021)

5.2 Saran

1. Untuk penelitian selanjutnya, peneliti menyarankan untuk melakukan pehitungan komponen PLTS
sesuai dengan data keadaan aktual sistem, agar mendapatkan perhitungan spesifikasi yang lebih teliti.
2. Untuk penelitian selanjutnya, peneliti menyarankan untuk melakukan pengambilan data Irradiasi
matahari dengan jangka waktu yang lebih dekat, dan diharapkan untuk mengobservasi seluruh area
kolam Politeknik Negeri Jakarta terhadap data Irradiasi Matahari sehingga mendapat tingkat ketelitian
data yang tinggi.

179
eISSN 2685-9319
Muhamad Farhan Fernanda et al/Prosiding Semnas Mesin PNJ (2021)

DAFTAR PUSTAKA
3. H. Z. Aulia,”PERENCANAAN PLTS ON-GRID PADA GEDUNG PJB ACADEMY CIRATA,” STT
PLN, 2019. (Akses 19 April 2021)
4. V. R. Kossi, “PERENCANAAN PLTS TERPUSAT(OFF-GRID) DI DUSUN TIKALONG
KABUPATEN MEMPAWAH.”
5. D. F. Alifyanti,“PENGATURAN TEGANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA
(PLTS) 1000 WATT,” STT PLN, 2017.
6. Surya Darma, “ANALISA PERKIRAAN KEMAMPUAN DAYA YANG DIBUTUHKAN UNTUK
PERANCANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS),”Universitas PGRI
Palembang, 2017.
7. Pamor Gunoto, Sofan Sofyan, “PERANCANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA 100
Wp UNTUK PENERANGAN LAMPU DIRUANG SELASAR FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU KEPULAUAN,” Universitas Riau Kepulauan, 2020. (Akses 4 Agustus 2021)
8. R. UMY, p. 32
9. (2018). PANDUAN STUDI KELAYAKAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS)
TERPUSAT [Online] Available:
https://dirive.esdm.go.id/wl/?id=LywF3lwAFv4vjOBJMVvoRkd03FxBwTJ2
10. Haerurrozi, Abdul Natsir, Sultan, “ANALISIS UNJUK KERJA PLTS ON-GRID DI
LABORATORIUM ENERGI BARU TERBARUKAN (EBT) UNIVERSITAS MATARAM”
Fakultas Teknik Universitas Mataram, 2017.

180

Anda mungkin juga menyukai