Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seperti kita ketahui bersama, pada saat ini sebagian besar energi
listrik yang digunakan pada sejumlah negara termasuk Indonesia diproduksi
dari minyak bumi, gas alam dan batubara. Pembakaran minyak dan
penggunaan batubara secara terus-menerus dalam jumlah yang sangat
besar di satu sisi menyebabkan penipisan cadangan sumber daya energi
yang tidak terbarukan, sementara di sisi lain menghasilkan gas polutan
karbondioksida ( CO2 ¿ sebagai penyebab terjadinya pemanasan global
(global warmning). Pemanasan global yang terjadi di bumi ini mengakibatkan
perubahan cuaca global dan dapat merusak bumi.
Indonesia bebagai negara tropis mempunyai potensi energi surya yang
tinggi dengan radiasi harian rata-rata (insolasi) sebesar 4,5 kWh/m2/hari[1].
Potensi ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif yang murah
dan tersedia sepanjang tahun. Disamping itu kondisi geografis Indonesia
yang terdiri dari ribuan pulau menyebabkan masih banyaknya daerah
terpencil yang belum terjangkau listrik PLN. Oleh karena itu penerapan
teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) untuk memanfaatkan
potensi energi surya yang tersedia dilokasi-lokasi tersebut merupakan solusi
yang tepat.
Pemanfaatan energi matahari untuk menghasilkan listrik melalui PLTS
dapat membantu mengurangi penggunaan bahan bakar fosil yang
merupakan sumber energi yang tidak dapat diperbahrui, yang harganya akan
semakin mahal seiring dengan menipisnya persediaan bahan bakar tersebut.
PLTS memiliki potensial yang besar untuk dimanfaatkan. Selain persediaan
sumber energinya yang tanpa batas, tenaga surya nyaris tanpa dampak
buruk terhadap lingkungan yang tanpa batas, tenaga surya nyaris tanpa
dampak buruk terhadap lingkungan jika dibandingkan dengan sumber energi
lainnya.
1.2 Permasalahan Penelitian

1.2.1 Identifikasi masalah


Perkembangan PLTS di indonesia didukung dengan tempat
yang strategis mendorong untuk diadakannya studi
pengembangan melalui perancangan PLTS terapung, sehingga
proposal skripsi ini akan meninjau prosedur perencanaan,
pengoprasian dan pemeliharaan PLTS terapung (Floating PV) serta
membandingkannya dengan PLTS yang berada di atas lahan.

1.2.2 Ruang lingkup masalah


Pada penulisan proposal skripsi ini maka permasalahan
dibatasi dengan hanya membahas tentang aspek teknis kelistrikan
dan aspek ekonomis dari pembangkit tenaga surya terapung di
Danau Lindu.

1.2.3 Rumusan masalah


Secara garis besar dan berdasarkan latar berlakang masalah
di atas, maka masalah yang akan dibahas di proposal skripsi ini
adalah:

1. Bagaimana potensi penggunaan sistem PLTS di Danau Lindu?


2. Bagaimana perencanaan pembuatan sistem PLTS di Danau
Lindu yang menggunakan Platform Floating?
3. Bagaimana cara sistem proteksi pengkabelan dan penunjang
lainnya yang bekerja didalam lingkungan air?
4. Bagaimana perbandingan PLTS terapung dengan PLTS yang
dibangun pada lahan?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini, antara lain:


1. Mengetahui tentang perencanaan teknologi Floating PV berdasarkan
aspek teknis kelistrikan untuk dijadikan sebagai bahan pengembangan
dan riset.

2
2. Mengetahui keunggulan dan kelemahan Floating PV terhadap PLTS
yang di bangun pada lahan.
3. Sebagai salah satu syarat kelulusan Skipsi jurusan Teknik Elektro
Sekolah tinggi Teknik PLN.

1.4 Manfaat Penelitian

Tulisan ini memiliki manfaat baik secara teoritis maupun praktis.


1. Manfaat Teoritis
Memberikan kontribusi bagi perkembangan Ilmu Kelistrikan
khususnya mengenai studi potensi Pembangkit Listrik Tenaga Surya
khususnya PLTS terapung (Solar Floating) yang efisien dan
penanggulangan krisis energi. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan bahan rujukan serta tambahan alternatif untuk penelitian
selanjutnya yang sejenis.
2. Manfaat Praktis
Diharapkan tulisan ini dapat bermanfaat sebagai refrensi
perancangan sistem PLTS yang dapat diterapkan diatas permukaan air
baik di Danau maupun dilaut. Sistem PLTS ini dapat digunakan atau
sebagai pembangkit energi listrik untuk menunjang peralatan yang
diterapkan dilaut, seperti rambu-rambu navigasi dilaut dan pengukuran
pendeteksi kenaikan ombak di area-area yang dikenal rawan gempa
dan tsunami.

3
BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

Budiono menyatakan bahwa komponen utama didalam suatu SESF


(Sistem Energi Surya Fotovoltaik) dikenal dengan istilah generator fotovoltaik
yang berfungsi mengubah radiasi matahari menjadi listrik secara langsung
(direct conversion)[2]. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) merupakan
salah satu pembangkit berbasis energi terbarukan yang memanfaatkan
cahaya matahari sebagai sumber energi untuk menghasilkan listrik. PLTS
sering juga disebut Solar cell, atau Solar photovoltaik, yang pada dasarnya
PLTS adalah pencatu daya (alat yang menyediakan daya), dan dapat
dirancang untuk mencatu kebutuhan listrik yang kecil sampai dengan besar
baik secara mandiri, maupun dengan hybrid.

2.2 Landasan Teori

Dalam perencanaan sistem PLTS diatas permukaan air, maka perlu


dibutuhkan landasan teori berupa komponen pendukung sistem PLTS yang
berbentuk data-data dan hasil pengukuran yaitu :

2.2.1 Cahaya Matahari

Setiap tahunnya ada sekitar 3,9 x 1024 Joule = 1,08 x 1018


kWh dari energi matahari yang mencapai permukaan bumi, hal ini
kira-kira 10000 kali lebih banyak dari permintaan energi primer
secara global tiap tahunnya dan lebih banyak dari cadangan
ketersediaan keseluruhan energi yang ada di bumi. Dengan kata
lain, menggunakan 10000 kali energi yang dihasilkan dari cahaya
matahari yang datang secara optimal ,dapat mencukupi seluruh
kebutuhan energi di masa yang akan datang.

4
2.2.2 Sel Surya / Photovoltaik (PV)

Sel surya atau sel photovoltaik adalah sebuah alat yang


mengubah cahaya menjadi arus listrik dengan menggunakan efek
photolistrik, Kata “photovoltaic” terdiri dari dua kata yaitu photo
dan volta. Photo yang berarti cahaya (dari bahasa Yunani yaitu
phos, photos: cahaya) dan Volta yang berarti unit tegangan listrik.
Dengan kata lain, arti photovoltaic yaitu proses konversi cahaya
matahari secara langsung untuk diubah menjadi listrik. Oleh
karena itu, kata photovoltaic biasa disingkat dengan PV. Nama
lain untuk sel photovoltaic adalah sel surya, panel surya, solar
array, dan photovoltaic panel. Solar array adalah kelompok dari
panel surya, dan panel surya adalah kelompok dari sel surya[3].

Gambar 2.1 Skema array modul

2.2.2.1 Cara kerja sel surya

Cara kerja sel surya sendiri sebenarnya identik


dengan piranti semikonduktor dioda. Ketika cahaya
bersentuhan dengan sel surya dan diserap oleh bahan
semi-konduktor terjadi pelepasan elektron. Apabila
elektron tersebut bisa menempuh perjalanan menuju
bahan semi-konduktor pada lapisan yang berbeda, terjadi

5
perubahan sigma gaya-gaya pada bahan. Gaya tolakan
antar bahan semi-konduktor menyebabkan aliran medan
listrik dan menyebabkan elektron dapat disalurkan ke
saluran awal dan akhir untuk digunakan pada peralatan
listrik [3].

Gambar 2.2 Jenis-jenis modul surya

Apabila suatu bahan semikonduktor seperti misalnya


bahan silikon disimpan dibwah sinar matahari, maka
bahan silikon tersebut akan melepaskan sejumlah kecil
listrik yang biasa disebut efek fotolistrik. Efek fotolistrik
adalah pelepasan elektron dari permukaan metal yang
disebabkan penumbukan cahaya. Efek ini merupakan
proses dasar fisis dari fotovoltaik merubah energi cahaya
menjadi listrik.
Cahaya matahari terdiri dari partikel-partikel yang
disebut sebagai “photons” yang mempunyai sejumlah
energi yang besarnya tergantung dari panjang gelombang
pada “solar spectrum”. Pada saat photon menumbuk sel
surya maka cahaya tersebut akan dipantulkan atau
diserap atau mungkin hanya diteruskan. Cahaya yang
diserap akan membangkitkan listrik. Pada saat terjadinya
tumbukan, energi yang dikandung oleh photon ditransfer

6
pada elektron yang terdapat pada atom sel surya yang
merupakan bahan semikonduktor. Dengan energi yang
kuat yang didapat dari photon, elektron melepaskan diri
dari ikatan normal bahan semikonduktor dan menjadi arus
listrik yang mengalir dalam rangkaian listrik yang ada.
Dengan melepaskan dari ikatannya, elektron tersebut
menyebabkan terbentuknya lubang atau “hole”. Untuk
gelombang cahaya dengan frekuensi f dan panjang
gelombang λ, energi E dan momentum p dari sebuah
foton adalah:
E=hf (energi foton)
hf hf
p= = (momentum foton)
c λ
−34
h=6,626 X 10 J .s
Jika sebuah cahaya dengan frekuensi yang cukup
tinggi jatuh pada permukaan logam yang bersih, elektron
akan dipancarkan oleh permukaan tersebut oleh interaksi
foton-elektron di dalam logam, sehingga hubungan yang
berlaku adalah:
hf =K max +ϕ
Dimana hf adalah energi foton dan K max
adalah energi kinetik terbesar elektron yang dipancarkan,
ϕ adalah fungsi kerja material sasaran yaitu energi
minimum yang harus dipunyai oleh elektron, jika elektron
tersebut akan muncul dari permukaan sasaran. Jika hf
lebih kecil dari ϕ maka efek fotoelektrik tidak akan
terjadi.

7
Gambar 2.3 Konversi cahaya matahari menjadi listrik

Kapasitas fotovoltaik di tentukan berdasarkan


spesifikasi beban harian, data radiasi setempat dan
berdasarkan kontribusi energi PV yang memungkinkan
untuk mendapatkan sistem yang optimum, yaitu dengan
mengambil konstribusi energi PV harian sebesar 50 %
dari beban harian. Untuk menentukan kapasitas
Potovoltaik maka dapat di hitung dengan menggunakan
rumus :
E pv
C pv =
1
QX XK
A
Dimana :
C pv = Kapasitas fotovoltaik (kWp)
E pv = Energi harian output PV (kWh)
Q = Insolasi matahari rata-rata (kWh/ m2
hari)
A = Standar radiasi matahari 1000 att/ m2
pada
= 255̊ C
K = Kompensasi rugi-rugi (looses) yang terjadi
0,75

8
2.2.3 Solar Charge Controller
Solar Charge Controller adalah alat untuk mengatur arus dan
tegangan yang akan masuk ke baterai. Tegangan dan arus yang
masuk ke baterai harus sesuai dengan yang diinginkan. Bila lebih
besar atau lebih kecil dari range yang ditentukan, maka baterai
atau peralatan yang lain akan mengalami kerusakan. Selain itu,
Solar Charge Controller juga berfungsi sebagai penjaga agar daya
keluaran yang dihasilkan tetap optimal.

Gambar 2.4 Solar Charge

2.2.4 Inverter
Pengertian Inverter termasuk rangkaian elektronika daya
yang biasanya berfungsi untuk melakukan konversi atau
mengubah tegangan DC (searah) menjadi tegangan AC (bolak-
balik). Seperti yang kita ketahui, saat ini telah ada beberapa
topologi inverter yang tersedia, dimulai dari jenis inverter yang
memiliki fungsi hanya dapat menghasilkan tegangan bolak balik
saja atau push pull inverter hingga dengan inverter dengan
kemampuan hasil tegangan sinus murni tanpa efek harmonisasi.
Adapun Cara kerja inverter ini yaitu inverter dapat melakukan
pengubahan yakni mengubah input motor tenaga listrik AC
menjadi tegangan listrik DC, kemudian dipecah lagi menjadi AC

9
dan frekuensi, sehingga motor listrikmuamg digunakan dapat
dikontrol sesuai kecepatan yang dikehendaki.

Gambar 2.5 Inverter


2.2.5 Baterai
Baterai berfungsi untuk menyimpan sementara listrik yang
dihasilkan modul surya, agar dapat digunakan pada saat energi
matahari tidak ada (malam hari atau cuaca), besaran kemampuan
menyimpan arus listrik diukur dalam satuan watt jam
(watthour/WH). Besarnya kemampuan menyimpan arus listrik
ditentukan dari berapa besar kebutuhan daya listrik dan
kemampuan modul surya dalam mengisi baterai. Daya yang
disimpan dapat digunakan saat periode radiasi matahari rendah
atau pada malam hari. Baterai menyimpan listrik dalam bentuk
daya kimia. Baterai yang paling biasa digunakan dalam aplikasi
surya adalah baterai yang bebas pemeliharaan bertimbal asam
(maintenance-free lead-acid batteries).

Gambar 2.6 Baterai


10
2.2.6 Tipe sistem PLTS
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Ada beberapa jenis
tergantung pada konfigurasi listrik yang digunakan dan kebutuhan
yang diinginkan, beberapa jenis PLTS tersebut adalah:

2.2.6.1 Stand-Alone System

Stand-Alone system yaitu sistem yang hanya


mengandalkan energi matahari sebagai satu-satunya
sumber energi utama dengan menggunakan rangkaian
photovoltaic module untuk menghasilkan energi listrik
sesuai dengan kebutuhan. Stand-Alone PV system
disebut juga Off-Grid System merupakan sistem
pembangkit listrik tenaga surya untuk daerah-daerah
terpencil/pedesaan yang tidak terjangkau oleh jaringan
PLN. Untuk mengatasi terjadinya penurunan tegangan
akibat jauhnya jarak pembangkit dengan rumah, maka
stand-alone system menggunakan output sistem AC
(Alternating Current). Stand-Alone system merupakan
sistem dengan pola pemasangan tersebar dan dengan
kapasitas pembangkitan skala kecil. Sistem ini biasanya
dilengkapi dengan media penyimpanan (storage) tenaga
listrik yaitu baterai.

Gambar 2.7 Solar Home System (SHS)


menghasilkan arus AC

11
2.2.6.2 Hybrid System
Hybrid System adalah penggunaan 2 sistem atau
lebih pembangkit listrik dengan sumber energi yang
berbeda. Umumnya sistem pembangkit yang banyak
digunakan untuk hybrid adalah genset, PLTS, mikrohidro,
dan tenaga angin.Sistem ini merupakan salah satu
alternatif sistem pembangkit yang tepat diaplikasikan pada
daerah-daerah yang sukar dijangkau oleh sistem
pembangkit besar seperti jaringan PLN atau Pembangkit
Listrik Tenaga Diesel (PLTD).

Gamb
ar 2.8 Hybrid system

2.2.6.3 On-Grid System


On-grid system atau grid-connected system adalah
sistem PLTS yang terhubung dengan jaringan tenaga
listrik.Sebuah sistem PLTS grid-connected terdiri dari
beberapa panel surya, satu atau lebih inverter, sebuah
unit pengondisian dan peralatan grid-connection. Tidak
seperti off-grid system, pada on-grid system jarang sekali
menggunakan baterai, karena sangat mahal.

12
Gambar 2.9 On-grid system

2.2.7 Potensi Loss energy


Sebagaimana perangkat elektronik lainnya, sistem PLTS
juga memiliki potensi kehilangan energi listrik yang biasanya
berubah menjadi energi panas. Potensi loss ini bisa terjadi pada :
1. Temperatur Losses pada Solar modul
Salah satu syarat solar panel dapat menghasilkan daya sesuai
daya peaknya adalah temperatur pada perpukaan panel 255̊C.
Tetapi hal itu sangat jarang terjadi untuk kondisi geografis
diatas 255̊C. Ketika temperatur solar panel diatas 255̊C, maka
daya yang berkurang adalah 0,5% daya peaknya. Sebagai
contoh perhitungan dapat di lihat di bawah ini :
Temperatur udara + 155̊c = Temperatur solar panel
Misalnya temperature udara = 305̊C, maka :
Temperatur solar panel adalah 305̊C + 155̊C = 455̊C
maksimum adalah 255̊C, sehingga selisih temperatur solar panel
ketika temperatur 305̊C dengan temperatur ideal adlah 20%. Jika
di masukkan dalam perhitungan losses maka setidaknya daya
yang dihasilkan solar panel mengalami losses sebesar 10%
akibat temperatur yang diatas kondisi ideal. Jadi bila yang
digunakan adalah solar panel 100 watt dengan kondisi
temperatur 305̊C, daya yang dihasilkan hanya 90 watt.
2. Losses akibat efisiensi pada solar charge controller. Pada
umumnya efisensi dari solar charge controller adalah 98%,
maka loss yang terjadi adalah 2%.
13
3. Inverter memiliki efiensi dari 95% sehingga loss yang terjadi
sebesar 5%
4. Pada bagian beterai loss umumnya terjadi ketika proses
charging ataupun discharging.

5. Loss pada kabel tergantung jarak kabel tergantung jarak kabel


dan resistansi kabel.

2.2.8 Potensi energi dari modul surya


Langkah awal untuk menghitung beberapa persen potensi
energy dari modul surya maka terlebih dahulu harus di hitung
berapa banyak madul surya yang dapat di gunakan, hal ini dapat
di hitung dengan menggunakan persamaan :
Jumlah Modul=(Kapasitas PLTS yang diinginkan)/(kapasitas
tiap modul)
Setelah diketahui banyaknya modul yang dipakai, maka
langkah selanjutnya adalah menentukan rangkaian modul. Untuk
modul rangkaian seri maka :
PV seri = ( Vb x P pv )/ V vop

Dimana :
Vb = Tegangan baterai dengan kondisi full
Charge
P pv = Daya puncak modul PV
V vop = Tegangan Operasional modul PV
Untuk modul rangkaian parallel :
PV paralel = C pv /(∑▒〖 PV seri x P pv 〗)

Dimana : C pv = Kapasitas photovoltaik.

Pada umumnya potensi energi dari photovoltaik dapat


dihitung menggunakan persamaan :
Potensi energi PV = Kapasitas PLTS X ESH (kWh/hari)

14
Dari perkiraan potensi energi PV, sebagian akan hilang
sehingga untuk menghitung berapa potensi energi PV yang benar-
benar bisa digunakan oleh beban maka digunakan rumus berikut :
Potensi energi PV termanfaatkan = potensi energi PV - (kWh/
hari) -potensi loses

Dengan mengetahui potensi PV, maka dapat diketahui


besarnya kontribusi energi yang diberikan oleh PV dan kontribusi
yang harus dipasok.

2.2.9 Floating Platform

Floating Platform adalah konstruksi modular, yang berfungsi


sebagai landasan apung. Hal ini juga dapat digunakan untuk
keperluan lain, misalnya lahan bangunan. Floating Platform
adalah kisi ruang, terdiri dari modul kecil yang terbuat dari
stainless steel dengan built-in tangki apung. Modul kecil di
Platform, semua dapat dirakit dengan tangan. Sistem modular
memfasilitasi ekstensi bertahap dan membuat Platform kurang
rentan terhadap kerusakan, misalnya; kebocoran yang hanya
berdampak lokal dan dapat diperbaiki secara lokal. Platform ini
melebar sekitar 1,2 meter saat dimuat.

Gambar 2.10 Floating Platform

15
2.2.10 Latar Belakang Teknis
Sistem mengambang yang terletak di dalam air sebagian
besar memiliki persyaratan yang harus stabil selama navigasi.
Misalnya, stabilitas dapat diperoleh tanpa pemberat atau
pengimbang, sehingga mengurangi penggunaaan bahan. Selain
itu, metode kontruksi yang biasanya tidak digunakan pada air
dapat diterapkan.
Sistem Floating juga dapat dibentuk sesuai dengan
penggunaan yang diinginkan. Floating Platform memiliki daya
apung bersih relatif rendah. Ini merupakan keuntungan ekonomi,
tetapi membatasi jumlah berat yang dapat ditambahkan ke
Platform. Namun, modul Platform membuat kemungkinan untuk
menambah daya apung ketika ada kebutuhan lebih, tangki
tambahan dapat dihubungkan ke sisi Platform, bahan dapat
dimasukkan ke dalam rongga di dalam rangka baja.

2.2.11 Kontruksi platform


Platform ini dibangun sebagai “truss oktet” ruang kisi dan
berbentuk segitiga sama sisi. 189 tank polyethylene membuat
Platform apung. Mereka terkonsentrasi di tiga ponton terletak
disetiap sudut Platform. Ponton dibangun dari 3 lapisan tank
berbentuk tetrahedra dengan satu simpul mengarah ke bawah dan
pesawat menghadap ke atas.

Gambar 2.11
Konstruksi Platform

Tank-tank terbuat dari low density polyethylene. Yang


dibangun ke dalam tertahedra dari stainless, tahan asam baja,

16
yang dirakit menjadi koheren “oktet truss” ruang kisi. Daya apung
tank berkurang pada suhu rendah karena mereka terbuat dari
bahan yang fleksibel (ada diperkiraan 10% perbedaan antara 0 5̊
dan 20 5̊ C). Karena daya apung kuat di ponton, hal ini diimbangi
dengan memerkuat Platform dengan sidepiece terdiri dari lapisan
tambahan sturts. Rongga antara tangki dalam rangka baja
menciptakan turbulensi, dan dengan demikian efek gelombang
berkurang ketika mereka bertemu Platform. Bentuk segitiga juga
menambah stabilitas sebagai Platfor mengapung di tiga “titik”.
Papan yang melekat pada rangka baja diikat di atas mereka.
Fungsi lapis kedua sebagai dek dan lantai. Hal ini juga
memberikan konstribusi untuk stabilitas konstruksi kisi.
Konstruksi atas adalah tetap langsung ke papan serta
dengan baut melalui papan untuk Platform ruang kisi di Platform
dibangun dari jenis baja yang paling tahan lama di air payau,
dengan syarat bahwa tanaman dan ganggang akan tumbuh
diatasnya. Namun, arus galvanik akan menyebabkan korosi pada
baja sporadis kecuali tindakan pemeliharaan dilakukan. Blok seng
yang melekat pada baja dengan jarak 1 meter maksimal. Seng
merupakan logam yang relatif lebih reaktif dari pada stainless
steel dan karna itu akan memberikan perlindungan. Dengan
menggunakan metode ini yang seharusnya mampu menghindari
setiap korosi dari baja.

2.2.12 Solar Floating

Solar Floating adalah sebuah sistem dimana panel atau


modul surya yang dirancang untuk mengapung di atas permukaan
air, memanfaatkan pembuatan Platform yang mudah dan murah,
juga sebagai teknik pendinginan yang unit secara alami. Solar
Floating ini tunjukkan sebagai metode baru pada generasi energi
surya yang memanfaatkan permukaan air yang tersedia di

17
bendungan danau, air sungai, air limbah penduduk maupun
industri.

Tujuan dalam mengembangkan sistem ini adalah :

a. Menjaga temperatur pada panel surya.

b. Pemanfaatan permukaan air untuk mengurangi penggunaan


sumber daya lahan (tanah) sekaliagus menjaga kuantitas dan
kualitas air.
c. Memanfaatkan permukaan air sebagai teknik pendinginan
panel surya.

2.2.13 Karakteristik Solar Floating sistem PV


Sistem panel surya yang digunakan pada solar floating
masih masa dengan sistem panel surya pada umumnya yaitu
modul PV (photovoltaic). Panel surya yang penggunaannya pada
intensitas sinar matahari menciptakan situasi dimana si panel
akan lumayan panas di atas suhu minimum.
Hal ini menyebabkan efiensi mereka turun secara signifikan
dan mengurangi keandalan dimana tidak bisa menghasilkan daya
yang maksimal juga dapat memperpendek umur operasi dari
sebuah panel atau sebuah modul. Untuk mengatasi efek ini,
pendinginan pada modul PV diperlukan dengan modul. Untuk
mengatasi efek ini, pendinginan pada modul PV diperlukan
dengan memanfaatkan suhu pada permukaan air yang relatif lebih
dingin daripada suhu yang didarat.

2.2.14 Konsep Solar Floating sistem PV


Listrik, energi, sistem, dan simulasi dari sebuah PV
mengembangkan hasil pembangkit listrik tenaga surya terapung
(Solar Floating) dari kombinasi teknologi terapung dan pembangkit
listrik tenaga surya Photovoltaic pada umumnya yang di bangun di
atas lahan dan bangunan.

18
G
ambar 2.12 Konsep Solar Floating

a. Solar Floating : sebuah badan terapung (struktur + pelampug)


yang memungkinkan instalasi dari modul PV.
b. Jangkar Apung (Buoyancy Anchor): dapat menyesuaikan diri
dengan fluktuasi muka air tetap menjaga posisi dalam arah
selatan.
c. Modul PV : Peralatan generasi panel Photovoltaic yang diinstal
di atas sistem terapung.
d. Underwater cable: Transfer daya yang dihasilkan, dari tanah ke
sistem PV.

2.3 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan dukungan Landasan teori yang diperoleh dari eksplorasi


teori yang dijadikan rujukan konsepsional variabel penelitian, maka dapat
disusun Kerangka Penelitian sebagai berikut :

SOLAR FLOATING (PLTS


TERAPUNG)

19
PERMASALAHANNYA :

PENINJAUAN PERENCANAAN
PEMBANGUNAN SOLAR FLOATING DI
DANAU LINDU

PENGUMPULAN DATA TENTANG PLTS


KHUSUSNYA SOLAR FLOATING DAN ASPEK
APA SAJA YANG PERLU DIPERHATIKAN

DAPAT MEMBERIKAN LANDASAN DAN SALAH


SATU REFERENSI ACUAN PEMBANGUNAN SOLAR
FLOATING DI DANAU LINDU

DATA YANG TERKUMPUL NANTINYA BERUPA


HASIL PERHITUNGAN PERENCANAAN DAN
KONSTRUKSI SOLAR FLOATING
DI DANAU LINDU

Gambar 2.13 Kerangka Penelitian

BAB III
METODELOGI PENELITIAN

3.1 Analisa Kebutuhan

Untuk penelitian kali ini peneliti menggunakan metode studi kasus


untuk memenuhi analisa dari penellitian. Karena peneliti memusatkan
perhatian pada permasalahan yang ada pada saat penelitian dan metode
ini juga banyak digunakan pada fakultas teknik. Untuk penelitian kalli ini
peneliti ingin membahas mengenai Perencanaan Pembangunan
Pembangkit Listrik Tenaga Surya Terapung (Solar Floating) Di Danau
Lindu Kecamatan Sigi Sulawesi Tengah. Dalam melaksanakan penelitian

20
ini, serangkaian kegiatan penelitian akan di kelompokkan menjadi
beberapa tahapan. Adapun tahapan-tahapan yang akan di lakukan
adalah:
1. Tahap Persiapan
2. Data Sekunder
3. Data Primer

3.1.1 Tahapan Persiapan

Tahapan persiapan adalah tahapan yang di lakukan pertama


kali sebelum ke tahapan selanjutnya agar penelitian tersebut
dapat di lanjut. Adapun tahapan persiapan meliputi :
1. Kunjungan lapangan
2. Pada penelitian skripsi kali ini, peneliti mengunjungi Danau
Lindu DiKecamatan Sigi Sulawesi Tengah untuk mencari topik
yang akan di bahas pada skripsi ini yaitu tentang perencanaan
pembangunan pembangkit listrik tenaga surya Terapung ( Solar
Floating) Di Danau Lindu Kecamatan Sigi Sulawesi Tengah
3. Identifikasi masalah
4. Perkembangan PLTS di indonesia didukung dengan tempat
yang strategis mendorong untuk diadakannya pembangunan
PLTS terapung di daerah lindu yang memiliki danau yang cukup
besar, sehingga Skripsi ini akan meninjau prosedur
perencanaan, pengoprasian, pemeliharaan PLTS terapung
(Solar Floating) serta membandingkannya dengan PLTS yang
berada di atas lahan. Hal ini akan ditindaklanjuti dengan proses
analisa dan observasi.

3.1.2 Data Sekunder


Studi Literatur
Penulis mempelajari literatur-literatur yang ada hubungannya
dengan materi skripsi, antara lain menggunakan studi
kepustakaan dari catatan selama perkuliahan, perpustakaan di
STT PLN, dan informasi-informasi pendukung. Studi ini dilakukan
untuk memperoleh data sekunder. Melalui studi pustaka ini

21
diperoleh teori dan data pendukung penelitian, data kepustakaan
tersebut diperoleh, antara lain dari Perpustakaan Mahasiswa
Sekolah Tinggi Teknik PLN, arsip perkuliahan, dan bahan
tambahan lainnya yang berkaitan dengan penelitian.

3.1.3 Data Primer


Data primer merupakan data yang di ambil pada saat
penelitian untuk perbandingan atau tujuan lainnya. Data primernya
adalah sebagai berikut.
1. Pengamatan Makroskopik
Pengamatan makroskopik dilaksanakan dengan bantuan
kamera sebagai media bantu.

3.2 Perancangan Penelitian

Untuk mempermudah pemahaman yang dilakukan di dalam


penelitian, maka digunakan Flowchart seperti ditunjukkan oleh Gambar
2.14 sebagai berikut ini.

MULAI

STUDI LITERATUR DAN


OBSERVASI

PEMBUATAN RANCANGAN SISTEM


PLTS DI DANAU LINDU

PERHITUNGAN DAN PEMILIHAN


SPESIFIKASI KOMPONEN BERDASARKAN 22

RANCANGAN PLTS DI DANAU LINDU


PEMBAHASAN HASIL RANCANGAN
SISTEM PLTS DI DANAU LINDU

KESIMPULAN

SELESAI

Gambar 2.14 Perancangan Penilitian Flowchart

3.3 Teknik Analisis :

3.3.1 Metode Pustaka


Dalam penulisan skripsi ini penulis mencari bahan-bahan
yang dianggap bisa dijadikan sebagai acuan dalam penulisan
tugas ini. Adapun bahan-bahan tersebut dapat berupa literatur,
artikel, handbook, slide presentasi, dan buku-buku yang
berkenaan tentang PLTS, dan PLTS Terapung (Solar Floating)
beserta sistemnya.

3.3.2 Metode lapangan


Metode yang dilakukam dengan membandingkan data dari
analisa dengan data riil yang sebenarnya.

23
3.3.3 Metode Analisa
Perhitungan dan pemahaman hasil studi ditinjau dari segi
tekno-ekonomis berdasarkan data dan pembahasan yang
dilakukan.

3.3.4 Metode Diskusi


Konsultasi dan diskusi dengan dosen-dosen dan orang yang
berkompeten serta memiliki pengetahuan dan pemahaman
tentang sistem PLTS, khususnya dengan dosen pembimbing
skripsiatau pun dengan petugas lapangan yang berkompeten di
bidangnya.

24

Anda mungkin juga menyukai