Anda di halaman 1dari 8

KONSERVASI ENERGI DENGAN PLTS

Disusun oleh: TEJO MURGIYANTO 20 Oktober 2021

ESAI GREENSHIP ASSOCIATE (GA)


Disusun dalam rangka memenuhi persyaratan kelulusan sebagai Greenship Ambassador
KONSERVASI ENERGI DENGAN PLTS
Disusun oleh: TEJO MURGIYANTO 20 Oktober 2021

Pendahuluan
Krisis energi melanda sejumlah negara dunia. Sebut saja Inggris di Eropa, hingga China di Asia.
Krisis energi tersebut pada akhirnya menyebabkan krisis listrik. Tingginya permintaan energi
seiring dengan pemulihan ekonomi selepas pandemi, yang tidak dibarengi dengan ketersediaan
pasokan yang memadai membuat harga gas alam dan batu bara melonjak.
Kedua komoditas ini menjadi bagian dari sumber pembangkit listrik. Krisis energi yang melanda
Inggris sampai membuat banyak pabrik harus menutup operasionalnya lantaran mahalnya harga
gas dan listrik. Sebagian besar industri di Inggris memang mengandalkan gas alam dan listrik
dalam produksi mereka. 
Sementara di China, krisis energi telah menyebabkan keterbatasan daya listrik di negara tersebut.
Pemadaman listrik pun terjadi di beberapa provinsi di China sehingga menyebabkan aktivitas
warga dan operasional bisnis terganggu. 
Dan ide untuk melakukan konservasi energi menjadi sangat mendesak. Bagaimana dengan
di Indonesia ? Indonesia letak geografisnya berada di katulistiwa mempunyai potensi energy
matahari yang sangat besar. Potensi energi surya di Indonesia yakni sekitar 4.8 KWh/m2 atau
setara dengan 112.000 GWp, namun yang sudah dimanfaatkan baru sekitar 10 MWp. Saat ini
pemerintah telah mengeluarkan roadmap pemanfaatan energi surya yang menargetkan kapasitas
PLTS terpasang hingga tahun 2025 adalah sebesar 0.87 GW atau sekitar 50 MWp/tahun. Jumlah
ini merupakan gambaran potensi pasar yang cukup besar dalam pengembangan energi surya di
masa datang.

Pembangkit listrik tenaga bahan bakar fosil


Adalah pembangkit listrik yang
membakar bahan bakar
fosil seperti batubara, gas alam, atau minyak
bumi untuk memproduksi listrik. Pembangkit
listrik tenaga bahan bakar fosil didesain untuk
produksi skala besar yang berlangsung terus
menerus. Di banyak negara, pembangkit listrik
jenis ini memproduksi sebagian besar energi
listrik yang digunakan.
Pembangkit listrik tenaga bahan bakar fosil
selalu memiliki mesin rotasi yang
mengubah panas dari pembakaran
menjadi energi mekanik yang lalu mengoperasikan generator listrik. Penggerak utamanya
mungkin adalah uap, gas bertekanan tinggi, atau mesin siklus dari mesin pembakaran .
Hasil sampingan dari mesin pembakaran dalam harus dipertimbangkan dalam desain mesin dan
operasinya. Panas yang terbuang karena efisiensi yang terbatas dari siklus energi, ketika tidak di-
recovery sebagai pemanas ruangan, akan dibuang ke atmosfer. Gas sisa hasil pembakaran
dibuang ke atmosfer; mengandung karbon dioksida dan uap air, juga substansi lain
seperti nitrogen, nitrogen dioksida, sulfur dioksida, dan abu ringan (khusus batu bara) dan
1
mungkin merkuri. Abu padat dari pembakaran batu bara juga harus dibuang, meski saat ini abu
padat sisa pembakaran batu bara yang dapat didaur ulang sebagai bahan bangunan.
Pembangkit listrik tenaga bahan bakar fosil adalah peyumbang utama gas rumah kaca dan
berkontribusi besar terhadap pemanasan global. Batu bara menghasilkan gas rumah kaca
sedikitnya tiga kali lebih banyak dari gas alam

Energi Terbarukan di Asia Tenggara


Penggunaan energi terbarukan mengacu pada pembangkitan dan konsumsi dari energy tenaga
listrik yang berasal sumber yang dapat diperbaharui , dibagi menjadi :
 Hydroelectricity
 Wind Energy
 Solar Energy
 Bio Energy
 Other ( Tide , Geothermal , etc)
Jika kita perhatikan lebih jauh wilayah Asia Tenggara, maka Solar Energy dan Hydro Energy
adalah yang paling banyak digunakan.

Diagram segmentasi produk energi di Asia Tenggara

Pembangkit listrik tenaga surya 


Pembangkit listrik tenaga surya atau disingkat PLTS adalah pembangkit listrik yang
mengubah energi surya menjadi energi listrik. Pembangkitan listrik bisa dilakukan dengan dua
cara, yaitu secara langsung menggunakan photovoltaic dan secara tidak langsung
dengan pemusatan energi surya. Photovoltaic mengubah secara langsung energi cahaya menjadi
listrik menggunakan efek fotoelektrik. Pemusatan energi surya menggunakan sistem lensa atau
cermin dikombinasikan dengan sistem pelacak untuk memfokuskan energi matahari ke satu titik
untuk menggerakan mesin kalor.

2
PLTS dengan memfokuskan energi matahari ke menara matahari menggunakan rangkaian cermin yang tersebar di
sekitarnya

PLTS photovoltaic di India

Di Indonesia, PLTS pertama dengan kapasitas 2×1 MW terletak di Pulau Bali, tepatnya di
daerah Karangasem dan Bangli. Adalah PLTS pertama yang terhubung ke jaringan PLN (On-
grid).

PLTS photovoltaic di Karangasem, Bali

PLTS Likupang, Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara menjadi PLTS terbesar di
Indonesia hingga saat ini (per Maret 2020) dan sebagai penopang sistem kelistrikan jaringan
Perusahaan Listrik Negara (PLN) Sulutgo (Sulawesi Utara-Gorontalo) sebesar 15 MWp. Ribuan
panel surya tersebut membentang di atas ladang seluas 29 hektar.

3
PLTS photovoltaic di Likupang Sulawesi Utara

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM
Dadan Kusdiana mengatakan salah satu upaya mempercepat pencapaian bauran energi adalah
melalui pemasangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).
Berdasarkan data Kementerian ESDM, hingga 2020 telah terpasang 153,5 Mega Watt (MW)
PLTS di dalam negeri. Sedangkan potensi energi surya di Indonesia bisa mencapai 207,8 Giga
Watt (GW). Sehingga potensi pengembangan PLTS masih sangat besar.

Pembangkit Listrik Tenaga Surya Roof-Top


Pemerintah terus mencoba berbagai upaya guna meningkatkan bauran energi baru dan
terbarukan, salah satunya melalui pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap
atau dikenal dengan panel surya.
Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Direktorat Jenderal EBTKE Kementerian
ESDM Harris mengungkapkan, program ini nantinya akan menggunakan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN) dan diperuntukkan bagi masyarakat miskin dan rentan miskin atau
pelanggan PLN yang mendapatkan subsidi dari pemerintah.
Program ini disebut sebagai bagian dari strategi pemerintah memanfaatkan energi sinar matahari
sekaligus stimulus pemulihan ekonomi (green economy) pascapandemi Covid-19.
Program Energi Surya Nusantara akan memberikan banyak keuntungan, salah satunya beban
subsidi listrik akan berkurang sekitar Rp 800 miliar hingga Rp 1,3 triliun dengan tarif saat ini.
Sebelum kita mengetahui manfaat dan kegunaan pemasangan panel surya ini, mari kita ketahui
terlebih dahulu apa itu PLTS Atap. Pertama-tama saat ini teknologi PLTS sudah berkembang
dengan dikembangkannya Controller PLTS atau yang dikenal dengan sebutan Inverter. Tugas
inverter adalah merubah listrik DC yang dihasilkan oleh panel surya menjadi listrik AC.
Dan sistem PLTS terdiri dari 3 jenis yaitu :
1. PLTS on-grid, tidak terhubung dengan jaringan PLN. Energi disimpan di baterai
2. PLTS off-grid, terhubung dengan jaringan PLN. Energi langsung disalurkan ke jaringan
3. PLTS hybrid, adalah campuran kedua sistem on-grid dan off-grid.

4
Konfigurasi PLTS on-grid

Konfigurasi PLTS off-grid

5
Dan saat ini yang sedang dikembangkan atau menjadi primadona adalah PLTS Atap adalah
pembangkitan tenaga listrik menggunakan modul photovoltaic yang diletakkan pada atap,
dinding atau bagian lain dari bangunan milik konsumen PLN. Lalu menyalurkan listrik melalui
sistem sambungan listrik konsumen PLN, bila listrik yang dihasilkan oleh PLTS Atap terjadi
surplus atau melebihi dari yang dibutuhkan oleh pelanggan. Seluruh pelanggan PLN, baik
pelanggan dari golongan rumah tangga, bisnis, sosial, industri maupun pemerintah dapat
memasang panel surya. Terlebih lagi investasi untuk pemasanagan PLTS Atap saat ini telah
mencapai 1 kWh senilai Rp 13 juta. Dibandingkan 10 tahun yang lalu, harga 1 kiloWattp bisa
mencapai US$ 15 ribu.
Peraturan pemerintah saat impor listrik dari PLN dihargai sesuai TTL (Tarif Tenaga Listrik)
yang berlaku. Dan ekspor listrik dihitung 65% x kWh yang diekspor. KWh ekspor adalah surplus
energi setelah konsumsi sendiri pada siang hari, sehingga penghematan yang diperoleh
sebenarnya tidak semuanya dinilai 65%-nya.
Berapa besar penghematan listriknya ? Sangat tergantung dari kapasitas daya PLTS Atap yang
dipasang dan konsumsi listrik tiap bulannya. Pada umumnya penghematan listrik menggunakan
PLTS Atap adalah sekitar 30% dari pemakaian listrik PLN. Untuk jawaban pastinya dapat
diproyeksi secara matematis. Namun, hal ini cuma jadi acuan aja, karena ada beberapa faktor
lainnya, seperti cuaca dan ketepatan dalam pemasangan PLTS.

Penutup
Gambar disamping adalah slide yang
berasal dari bahan training Greenship
Associate Training untuk tema “Energy
Efficeincy and Conservation”
Bahwa 1 Miliar manusia memiliki
suplai energi listrik yang tidak dapat
dihandalkan, serta 1,3 Miliar manusia
saat ini tidak mempunyai akses untuk
mendapatkan listrik. Adalah gambaran
betapa energi listrik masih menjadi
barang mewah bagi sebagian orang.
Serta krisis energi yang melanda dibeberapa negara seperti tanda kematian energi listrik.
Dan Indonesia yang diberi potensi energi matahari yang sangat berlimpah oleh Allah SWT, akan
ironis bila tidak dapat memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya. Dan dengan teknologi yang ada
saat ini dan harga investasi yang semakin terjangkau maka tidak ada alasan untuk tidak dapat
atau tidak mau untuk mengembankannya. Demi generasi mendatang.

6
Sumber :
https://industri.kontan.co.id/news/dunia-dilanda-krisis-energi-begini-situasi-terkini-di-indonesia ,
https://id.wikipedia.org/wiki/Pembangkit_listrik_tenaga_bahan_bakar_fosil
http://warwickaseanconference.com/the-future-of-green-energy/
https://id.wikipedia.org/wiki/Pembangkit_listrik_tenaga_surya
https://www.cnbcindonesia.com/news/20210216115321-4-223639/plts-jadi-andalan-ri-capai-
target-bauran-ebt-23-di-2025
https://www.esdm.go.id/id/media-center/arsip-berita/matahari-untuk-plts-di-indonesia
https://bisnis.tempo.co/read/1467837/biaya-investasi-plts-turun-90-persen-di-indonesia-mulai-rp-
13-juta-per-1-kwp/full&view=ok

Anda mungkin juga menyukai