PENDAHULUAN
Energi surya adalah energi yang didapat dengan mengubah energi panas surya (matahari)
melalui peralatan tertentu menjadi sumber daya dalam bentuk lain.
Energi surya merupakan radiasi dari matahari yang mampu menghasilkan panas, yang
menyebabkan reaksi kimia, atau pembangkit listrik. Matahari merupakan sumber energi yang
sangat kuat, dan sinar matahari adalah jauh sumber terbesar energi yang diterima oleh Bumi,
namun intensitasnya di permukaan bumi sebenarnya cukup rendah. Ini pada dasarnya karena
radial besar penyebaran radiasi dari Matahari jauh Sebuah kerugian tambahan yang relatif kecil
karena atmosfer bumi dan awan, yang menyerap atau menyebarkan sebanyak 54 persen dari
sinar matahari yang masuk. Namun jumlah total insiden energi surya di Bumi ini jauh melebihi
persyaratan saat ini dan mengantisipasi dunia energi. Jika sesuai dimanfaatkan, sumber ini
sangat menyebar memiliki potensi untuk memenuhi semua kebutuhan energi masa depan. Pada
abad ke-21 energi surya diharapkan menjadi semakin menarik sebagai sumber
energi nonpolusi, yang berbeda dengan terbatasnya bahan bakar fosil batu bara, minyak bumi,
dan gas alam.
Matahari memancarkan energi yang luar biasa besar ke permukaan bumi. Pada keadaan cuaca
cerah, permukaan bumi menerima sekitar 1000 watt energi matahari per-meter persegi. Kurang
dari 30 % energi tersebut dipantulkan kembali ke angkasa, 47% dikonversikan menjadi panas,
23 % digunakan untuk seluruh sirkulasi kerja yang terdapat di atas permukaan bumi, sebagaian
kecil 0,25 % ditampung angin, gelombang dan arus dan masih ada bagian yang sangat kecil
0,025 % disimpan melalui proses fotosintesis di dalam tumbuh-tumbuhan yang akhirnya
digunakan dalam proses pembentukan batu bara dan minyak bumi (bahan bakar fosil, proses
fotosintesis yang memakan jutaan tahun) yang saat ini digunakan secara ekstensif dan
eksploratif bukan hanya untuk bahan bakar tetapi juga untuk bahan pembuat plastik, formika,
bahan sintesis lainnya.
Energi surya atau matahari telah dimanfaatkan di banyak belahan dunia dan jika dieksplotasi
dengan tepat, energi ini berpotensi mampu menyediakan kebutuhan konsumsi energi dunia saat
ini dalam waktu yang lebih lama. Matahari dapat digunakan secara langsung untuk
memproduksi listrik atau untuk memanaskan bahkan untuk mendinginkan.
Perkembangan energi surya di Indonesia relatif lebih lambat, dibandingkan negara Asia
lainnyani menjadi tantangan bagi pemerintah untuk mengambangkan energi surya di
Indonesia. Tercatat, hingga akhir 2018 total kapasitas terpasang pembangkit listrik surya baru
mencapai 95 Mega Watt (MW), sedangkan dalam Rencana Usaha Penyediaan Tega Listrik
(RUPTL) PLN 2019-2028 hanya menargetkan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga
Surya (PLTS) 2 Giga Watt (GW) hingga 2028. Kapasitas PLTS di Indonesia sudah mencapai
60 Mega Watt peak (MWp) ditargetkan meningkat menjadi 85 MW, sedangkan Singapura
sudah mencapai 150 MWp akan meningkat menjadi 250 MWp.
Indonesia memiliki potensi listrik dari energi surya yang cukup besar, dapat memenuhi
kebutuhan listrik di masa depan dalam bentuk Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di atas
tanah maupun PLTS atap. Terdapat potensi pasar pengguna listrik surya yang cukup besar pada
rumah tangga, bangunan komersial, bangunan pemerintah dan industri.
Dari jumlah total rumah tangga di Indonesia, terdapat 17,8 persen rumah tangga yang memiliki
kemampuan finansial untuk memasang perangkat listrik surya atap, yang diperkirakan dapat
mencapai kapasitas 34-116 GWp. Jumlah ini merupakan potensi pasar listrik tenaga surya yang
dapat dijangkau dalam beberapa tahun ke depan.
Penghitungan ini menjadi informasi penting bagi pengambil kebijakan di bidang energi, PLN
dan pelaku bisnis di bidang energi surya lain bahwa potensi listrik energi surya yang sangat
besar sesungguhnya dapat dimanfaatkan secara optimal sebagai solusi penyediaan energi yang
berkelanjutan, sekaligus solusi dan sumbangan Indonesia terhadap upaya mengatasi krisis
perubahan iklim yang mengancam dunia.
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam pembangkit ini, energi cahaya matahari akan digunakan untuk memanaskan suatu fluida
yang kemudian fluida tersebut akan memanaskan air. Air yang panas akan menghasilkan uap
yang digunakan untuk memutar turbin sehingga dapat menghasilkan energi listrik.
Pembangkitt Listrik Termal Surya dapat bekerja dalam berbagai cara. Pembangkit ini juga
biasa dikenal sebagai pembangkit listrik surya terkonsentrasi (concentrated solar power plants).
Tipe yang paling banyak digunakan adalah desain parabola cekung. Cermin parabola
dirancang untuk menangkap dan memfokuskan berkas cahaya ke satu titik fokus, seperti
seorang anak yang menggunakan kaca pembesar untuk membakar kertas. Pada titik fokus
tersebut terdapat pipa hitam yang panjangnya sepanjang cermin tersebut. Didalam pipa
tersebut terdapat fluida yang dipanaskan hingga temperatur yang sangat tinggi, seringkali
diatas 300 derajad fahrenheit (150 derajad celcius). Fluida panas tersebut dialirkan dalam pipa
menuju ke ruang pembangkitan energi listrik untuk memasak air, menghasilkan uap air dan
menghasilkan energi listrik.
Beberapa peralatan yang telah yang mengguanakan energy surya termal seperti sistem atau unit
berikut:
Pengering pasca panen .
Pemanas air domestic.
Pemasak/oven.
Pompa air (dengan Siklus Rankine dan fluida kerja Isopentane ).
Penyuling air ( Solar Distilation/Still ).
Pendingin (radiatif, absorpsi, evaporasi, termoelektrik, kompressip, tipe jet).
Sterilisator surya.
Pembangkit listrik dengan menggunakan konsentrator dan fluida kerja dengan titik
didih rendah.
Komponen utama suatu SESF adalah sel fotovoltaik yang mengubah penyinaran/radiasi
matahari menjadi listrik secara langsung (direct conversion). Teknologi sel fotovoltaik yang
banyak dikembangkan dewasa ini pada umumnya merupakan jenis teknologi kristal yang
dibuat dengan bahan baku berbasis silikon. Produk akhir dari modul fotovoltaik menyerupai
bentuk lembaran kaca dengan ketebalan sekitar 6 - 8 milimeter. Kemudian ada Balance of
System (BOS) yang meliputi controller, inverter , kerangka modul,peralatan listrik, seperti
kabel, stop kontak, dan lain-lain. Ada juga unit penyimpan energi (baterai) dan peralatan
penunjang lain seperti inverter , sistem terpusat, sistem hibrid, dan lain-lain.
B. Konversi Energi Surya Menjadi Bahan Bakar
Hingga sekarang sel surya yang paling efisien hanya mampu mengkonversi lebih dari 20% dari
sinar matahari menjadi listrik. Dengan meningkatnya kemajuan teknologi sel surya nomor ini
cenderung meningkat. Selain efisiensi konversi yang rendah, panel surya dapat menjadi
investasi awal yang cukup besar. Namun, biaya panel surya yang dikeluarkan hanya biaya
awal, setelah membeli dan instalasi mereka menciptakan energi bebas untuk digunakan.
Sumber :
(Widayana, Gede. Tanpa tahun. Pemanfaatan Energi Surya. SSN 0216-3241)
(https://smpsma.com/pengertian-energi-surya.html)
(https://m.merdeka.com/amp/uang/peneliti-pengembangan-energi-surya-di-indonesia-masih-
tertinggal.html)
(http://www.satuenergi.com/2015/03/keuntungan-dan-kerugian-energi-tenaga.html?m=1)