Anda di halaman 1dari 27

BAB IV

PENGENDALIAN MOTOR ARUS SEARAH

A. Pengendalian Kecepatan Motor Arus Searah


Rangkaian dasar motor arus searah untuk pengendalian kecepatan
diperlihatkan pada gambar di bawah ini. Pengendalian dimaksudkan adalah
bagaimana pengendaian dilakukan pada waktu motor dalam keadaan berputar
(running)/ Termasuk juga dalamhal ini adalah pengendalian motor pada waktu
akan dihentikan pengoperasiannya (pengereman). Khusus dalam hal
pengendalian kecepatan motor, biasanya mengutamakan parameter motor yang
dapat dikendalikan dan yang tidak dapat dikendalikan selama proses
pengendalian berlangsug. Besaran atau parameter motor yang dapat dikendalikan
biasanya menyangkut dengan besaran masukan, atau besaran listrik yang
diinputkan pada motor. Sedangkan parameter motor yang tidak dapat
dikendalikan adalah besaran yang melibatkan fisik motor dc itu sendiri.

(a) (b)
Gambar 53. Rangkaian Motor DC Shunt dan Analoginya
(a) Rangkaian Daya Motor DC Shunt
(b) Analogi Rangkaian Daya Motor DC Shunt
(Theo Wildi, 2008,12)
102

Persamaan kecepatan motor dc dapat dituliskan dalam bentuk persamaan berikut.

( )
V −I a Ra 60 A V −I a R a
N= =K
Z∅ P ∅

Diamana Ra = resistansi armature pada rangkaian. Kecepatan motor nyatanya


dapat dikontrol dengan cara yang memvariasikan;
1. Fluk/kutub, ϕ (control fluk)
2. Ra pada rangkaian armature (control reostatik)
3. Tegangan (control tegangan)

1. Kontrol Kecepatan Motor Shunt


a. Variasi fluk atau pengendalian besarnya dilakukan dengan cara
menurunkan nilai fluk, maka kecepatan dapat menurun dan bolak-balik.
Besarnya fluk pada sebuah rangkaian magnit motor dc dapat diubah
dengan cara merubah I sh dan dengan bantuan rheostat. Ketika I sh relatif
kecil, rheostat hanya dapat mengalirkan arus yang kecil, yang berarti
rugi I2shR adalah kecil, jadi rheostat memiliki nilai yang kecil.
b. Cara pengendalikan arus armature atau pengendalian dengan tahanan
depan. Cara ini digunakan ketika kecepatan di bawah kecepatan yang
diperlukan. Jika diberikan tegangan suplai yang konstan, hal ini pada
prinsipnya akan menghasilkan arus eksitasi yang tetap. Namun jika
diinginkan variasi nilai arus penguat selama pengoperasian motor, maka
perlu ditambahkan tahanan depan (rheostat) yang memungkinkan untuk
mengatur besarnya arus penguatan selama pengendalian berlangusng.
Bahkan untuk pengendaian otomatis, sering kali ragkaian magnit ini
dikendalikandengan menggunakan teknologi solod state. Pengendalian
103

dengan teknik ini mungkinkan untuk melakukan pengaturan arus


penguatan motor secara otomatis.

Gambar 54. Rangkaian Pengendalian Kecepatan dan


dan Karakteristik Kecepatan

Seperti pengontrol resistansi yang meningkat, arus yang mengalir


pada armature menurun, dengan demikian terjadi penurunan kecepatan.
Untuk sebuah beban dengan torsi yang konstan, akan mendekati kecepatan
yang seharusnya untuk mengalirkan tegangan pada armature. Berdasarkan
karakteristik kecepatan atau armature, ini dilihat bahwa resistansi yang lebih
besar pada rangkaian armature, yang lebih besar adalah penurun pada
kecepatan.

a. Pengendalian Tegangan Jangkar.


1) Mengontrol beberapa tegangan: pada cara ini, motor shunt akan
terhubung permanen ke sebuah pendeteksi yang berfungdi
memperbaiki tegangan, tetapi armature, disuplai dengan tegangan
yang berbeda dengan hubungan tersebut akan mengalirkan satu dari
beberapa perbedaan tegangan dari switchgear. Perantara kecepatan
dapat diperoleh dengan cara menyesuaikan dengan generator.
104

2) Sistem ward-leonard : sistem ini digunakan tidak seperti biasanya


dan dipengaruhi pengontrolan kecepatan yang sangat sensitive,
seperti untuk batubara, eksavator listrik, elevator, peleburan baja,
dan digunkan untuk pabrik kertas. M1 adalah motor utama yang
mana motor tersebut diintervensi. Bidang motor dihubungkan
dengan aliran permanen untuk menyuplai dc. Penerapan
pengontrolan tegangan pada armature, ditentukan dengan cara
tersebut maka pengontrolan kecepatan dapat diperoleh. Motor 2
berputar kira-kira dengan kecepatan konstan. Tegangan output dari
G1 langsung dialirkan ke M1..

Gambar 55. Pengendalian Kecepatan Motor dc Sistem Ward-Leonard

Tegangan generator dapat bervariasi dari nol sampai nilai maksimum.


Dengan mambalikkan arus pada G sama dengan membalikan arus pada
saklar RS, tegangan yang dihasilkan dapat dibalikkan dan arah putaran dari
M1 akan berbalik. Harus diingat bahwa setingan generator motor selalu
berlawan arah
105

2. Kontrol Kecepatan Motor Seri


Pengendalian kecepatan motor dc seri dapat dilakukan dengan cara
mengontrol fluks: variasi fluks pada motor seri dapat jalankan dengan cara
seperti berikut:
a. Pengalih bidang: gulungan seri dengan resistansi yang berbeda dapat
dikatakan sebagai sebuah pengubah. Arus apapun akan akan dialirkan
dengan menyesuaikan dengan resistansi. Karena fluks mengalami
penurunan maka, kecepatan motor akan meningkat.
b. Pengaturan arus jangkar: sebuah pengalih armature dapat digunakan
untuk kecepatan yang lebih rendah daripada kecepatan normal. Untuk
memberikan beban torsi yang konstan, jika Ia dipengaruhi pengalih
armature, maka Ia harus meningkat ( T a ∝∅ I a ) . Hasil ini ada pada
peningkatan arus yang terjadi ( N ∝ I /∅ ). Perbedaan pada kecepatan
dapat mengontrol dengan memvariasikan resistansi.

Gambar 56. Skema Rangkaian Pengendalian Kecepatan Motor dc Seri


Dengan Tahanan Diverter
106

Gambar 57. Skema Rangkaian Pengendalian Kecepatan Motor dc Seri

c. Pengendalian Arus Medan: cara ini sering digunakan pada daya tarik
listrik. Nomor pada hubungan seri pada rangkaian dapat berubah.
Dengan bidang yang penuh, motor akan berputar kecepatan minimum
dan dapat dinaikkan dengan caramenghilangkan beberapa hubungan
seri pada bidang.
d. Kumparan medan paralel: cara ini digunakan untuk motor kipas,
beberapa kecepatan dapat diperolah dengan cara menyatukan
kumparan. Hal ini dapat dilihat pada motor 4 kutub, tiga kecepatan
dapat diperoleh dengan mudah.

Perbedaan resistansi pada motor seri: dengan terjadinya peningkatan


resistansi pada seri dengan tegangan yang digunakan mengalirkan armature
pada terminal kecepatan dapat menurun. Dengan mengurangi tegangan yang
mengalir pada armature, kecepatan akan berkurang. Bagaimanapun, ini akan
terlihat ketika arus maskimum pada motor, akan ada rugi daya pada motor
tersebut.
107

Gambar 58. Skema Pengendalian Motor dc Seri


dan Karakterisk Pengendalian

Permasalahan 4
1. Motor dc shunt dengan tegangan 230 V berputar pada 800 rpm, dengan
arus 50 A. carilah resistansi pada rangkaian hingga penurunan kecepatan
menjadi 100 rpm pada arus 80 A. misalkan resistansi armature = 150 Ω
dan resistansi winding = 250 Ω
2. Sebuah motor dc shunt dengan tegangan 250 V dan resistansi armature
0.5Ω pada resistansi bidang 250Ω. Jika diinginkan peningkatan kecepatan
600 sampai 800 rpm, apakah resistansi yang digunakan pada bidang?
Misalkan rangkaian magnet tidak jenuh
3. Sebuah motor dc shunt menggunakan arus 20 A dan tegangan 220 V.
armature rangkaian resistansi 0.5Ω. untuk menurunkan kecepatan motor
sebanyak 50%, hitunglah resistansi yang diperlukan jika (1) torsi beban
konstan (2) tenaga beban sesuai dengan sudut kecepatan.
4. Sebuah motor shunt dengan 7.48 Kw, 220 V, 990 rpm memiliki efisiensi
beban penuh 88%, resistansi armature 0.08Ω dan arus 2 A. jika kecepatan
motor berkurang menjadi 450 rpm dengan menggunakan resistansi pada
108

rangkaian armature, carilah output motor, arus armature, resistansi.


Misalkan tosri beban selalu konstan.
5. Sebuah motor dc seri 4 kutub, tegangan 250 V, arus 20 A, dan berputar
dengan kecepatan 900 rpm dan resistansi kumparan 0.025Ω, resistansi
armature 0.1Ω. berapa kecepatan motor jika digunakan pada torsi yang
sama jika (i) diverter 0.2Ω terhubung paralel, (ii) kumparan disusun pada
dua hubungan seri dan dalam satu grup yang paralel. Asusmsikan magnit
yang bekerja tidak jenuh.
6. Sebuah motor dc seri 220 V, 500 rpm, dengan arus line 25 A. Resistansi
armature 0.2Ω. tahanan bidang 0.6Ω. berapa kecepatan ketika dengan torsi
yang sama dan ketika digunnakan diverter 20Ω? Misalkan kurva magnit
lurus.

B. Pengereman Elektrik
Sebuah motor dengan beban yang berhenti dengan cepat menggunakan (i)
pengereman bergeser (ii) pengereman elektrik. Rem mekanik memiliki satu
kelemahan. Sulit untuk mencapai kondisi stop karena bergantung pada
permukaan dan kemampuan operator. Metode pengereman elektrik yang
sempurna adalah dengan cara menghilangkan tuas rem dan perangkat mekanik
yang lain. Pengereman elektrik, untuk motor shunt dan motor seri, memiliki tiga
jenis; (1) Reostatik atau pengereman dinamik, (2) Memasukkan nilai i.e.,
membalikkan putaran sehingga putaran armature langsung berubah, dan (3)
pengereman regenerative
Sejatinya, pergeseran rem penting untuk menahan motor ketika motor
berhenti.

1. Pengereman elektrik pada motor shunt


a. Reostatik atau pengereman dinamik: pada cara ini, armature motor shunt
diputuskan dari suplai dan dihubungkan dengan resistansi yang mengalir
109

R. gulungan tinggal dihubungkan dan dialiri suplai. Efek dari


pengereman adalah pengontrolan resistansi seri R yang berbeda.
Sejatinya, cara ini digunakan untuk generator pada motor yang bekerja
menjadi berhenti.

Gambar 59. Skema Rangkaian Pengereman Dinamik

Mengacu pada gambar 59 di atas persoalan pada pengereman motor dc


dengan sistem dinaik ini adalah bagaimana menentukan besarnya Resistor
yang harus dipasang pada rangkaian rotor pada saat hubungan tegangan
sumber ke terminal jangkar moor dilepas. Jika penentuan nilai tahanan tidak
dilakukan dengan benar dapat berakibat kepada besarnya arus motor pada
saat terjadinya pengereman.
Tahapannya adalah menentukan nilai tegangan induksi pada kondisi
beban tertentu., kemudian dengan menggunakan nilai tegangantersbeut
dilakukan perhitungan nilai tahanan yang dipasang nanti.
Menentukan nilai tegangan induksi jangkar pada waktu t tertentu:

Vt =Ea+ Ia . Ra
Ea=Vt −Ia . Ra
110

Kemudian berdasarkan nilai Ggl induksi Ea tersebudt selanjutnya


dilakukan perhitungan nilai tahanan dengan cara tetapkan besarnya arus
pengereman motor, dalam hal ini dapat diacu pada besarnya arus nominal
motor. Kemudian hitung besarnya tahanan yang harus dipasan pada
rangkaian rotor motor.
Ea=Vt + Ia ( Ra+ Rd)
Ia ( Ra+ Rd ) =Ea−Vt
Ea−Vt
( Ra+ Rd ) =
Ist
Ea−Vt
Rd= −Ra ohm
Ist

Jadi berarti nilai tahanan Rd dapat ditentukan dengan cepat. Namun


perlu diperhatikannilai R yang akan dipasang harus mempunyai daya
hantar yang sesuai dan ditentukan dengan cara I a2 Rd Watt.

b. Memasang atau membalikkan arus pengereman


Cara ini biasanya digunakan untuk mengontrol elevator, peleburan
baja, mesin cetak dan peralatan mesin yang lain. Pada cara ini, hubungan
ke terminal armature dibalikkan dan cenderung untuk berputar berlawanan
arah. Sehubungan dengan pembalikan tersebut, tegangan V yang
digunakan dan E bekerja kearah yang sama disekitar rangkaian. Agar
membatasi nilai arus yang layak, diperlukan untuk menginputkan sebuah
resistor pada rangakaian sementara untuk membalikkan koneksi armature.
111

Gambar 60. Pengereman Motor DC dengan Sistem Dinamik

c. Pengereman regenerative
Cara ini digunakan ketika motor bekerja diluar karakteristik yang
seharusnya, seperti yang terjadi pada penurunan kereta listrik. Regenerasi
terjadi ketika Eb menjadi lebih baik daripada V. akibatnya, arah Ia dan
ketika torsi armature berbalik dan kecepatan kecil samapai E menjadi
lebih rendah daripada V. alhasil terjadi perlambatan pada motor, daya
pada line akan menyuplai. Kereta.

2. Pengereman Elektrik Motor Seri


a. Reostatik atau pengereman dinamik: motor terputus dari penyuplai,
medan yang terkoneksi berbalik dan motor terhubung seri dengan
resistansi R yang berbeda. Sejatinya sekarang, mesin akan bekerja
sebagai generator. Koneksi yang berbalik akan membuat arus lansung
sama dengan sebelum (i.e., dari M ke N) untuk membantu sisa magnit.
Pada kenyataanya, pengereman digunakan untuk mengawali tujuan dari
pengereman itu sendiri.
112

Gambar 61. Pengereman Motor dc Sistem Regeneratif

Faktor penting dalam menentukan nilai tahanan depan yang harus


dipasang adalah jangan sampai ditemukan nilai kemampuan hantar arus
yang akan dipasang jauh di bawah besar arus yang akan mengalir. Ini
akan dapat merusak kumparan jangkar, ataupun kumparan medan motor.

b. Pengereman Pluging
Seperti halnya motor shunt, pada keadaan ini juga berhubungan
dengan armature yang berbalik dan resistansi R yang berbeda digunakan
seri dengan armature.

Gambar 62. Sistem Pengereman Pluging


113

Penambahan tahanan R pada rangkaian rotor bertujuan untuk


mengurangi lonjakan arus balik pada saat dilakukan pengubahan polaritas
tegangan masuk ke jangkar motor, sehingga dengan demikian rotor aman
dari akibat terjadinya arus balik yang sangat besar.

c. Pengereman regenerative
Sistem pengereman motor dc jenis ini memang agak sulit untuk
dimengerti, oleh karena terjadinya pengereman motor juga pada saat
motor berputar. Prinsip yang harus dipahami adalah bahwa mesin dc akan
berkerja sebagai motor apabila putaran beban mengikuti putaran rotor
motor, Pada keadaan ini putaran beban tidak pernah lebih besar dari
putaran motor. Sedangkan apabila terjadi putaranbeban lebih besar dari
kecepatan putaran motor, maka pada saat tersebut dapat dikatakan bahwa
motor berubah fungsi sebagai generator dc yang menyupali daya listrik ke
sumber. Daya listrik kelebihan tersebut dapat digunakan untuk
memperbesar kapasitas sumber dan dimanfaatkan untuk keperluan lain.

C. Pengasutan Motor Arus Searah


Gambar arus sebuah armature motor memberikan suatu hubungan diman V
adalah tegangan yang digunakan, emf, dan R resisitansi armature. Ketika motor
berhenti, tidak ada nilai emf pada armature. Jika sekarang, tegangan yang
disupali maksimum akan dialirkan ke armature yang digunakan, gambar arus
akan sangat besar karena resistansi armature relative kecil. Arus yang berlebihan
akan mematikan skring dan yang terutama akan merusak komutator. Untuk
menghindari hal tersebut, sebuah resistansi digunakan pada seri dengan armature
(untuk jangka waktu hanya 5 sampai 10 detik) gunakan waktu arus start untuj
sebuah nilai yang aman. Resistansi awal perlahan memutus percepatan dan
mengembangkan nilai emf sesuai dengan kecepatan. Motor yang sangat kecil
mungkin, bagaimana pun akan star dari stop dengan hubungan secara langsung
114

dengan tegangan penyuplai. Hali ini tidak menghasilkan kerugian pada motor,
dan berikut adalah alasannya:
1. Motor memiliki resistansi yang relative lebih tinggi daripada motor besar,
karena arus start tidak terlalu besar.
2. Menjadi kecil, karena waktu inersi lebih rendah, karena kecepatan
meningkat dalam waktu yang singkat.
3. Arus start yang besar tidak akan menghasilkan distribusi yang besar pada
regulasi tegangan dari line penyuplai.

1. Percobaan Swinburne
Ini merupakan cara yang sederhana dimana pengukuran dilakukan
sesuai dengan pengetahuan, kapapun efisiensi pada beban apapun dapat
dilakukan. Hanya test run membutuhkan test tanpa beban. Bagaimanapun, test
ini hanya dapat digunakan untuk dua mesin dengan fluk kenyataannya
memiliki i.e. konstan yaitu mesin shunt dan compon. Mesin akan bekerja
seperti mesin tanpa beban dengan tingkat tegangan yang ditentukan.
Kecepatan akan disesuaikan dengan tingkat kecepatan dengan bantuan
regulator. Arus tanpa beban I diukur dengan ammeter A1 dimana Ish diukur
dengan A2. Arus armature tanpa beban (I0 – Ish) atau Ia0. Tegangan = V, daya
input tanpa beban = VI0
Jadi daya input armature = V(I0 – Ish); daya input shunt = VIsh
Daya input tanpa beban untuk suplai armature memiliki kekurangan : (i) rugi
init (ii) rugi geser (iii) rugi putaran dan (iv) rugi tembaga, (I 0 – Ish)2Ra atau
Ia02Ra.
Pada perhitungan rugi tembaga, daya panas pada armature harus digunakan.
Suatu pengukuran dari rangkaian resistansi armature pada suhu ruangan
(150C) akan membuat arus mengalir pada armature dengan suplai tegangan dc
yang rendah.
115

Gambar 63. Rangkaian Pengasutan Motor dc Sistem Swinburne

Kemudian, panas resistansi akan mencapai 500C dicari dengan cara


1+65 α 0
berikut ini: R15 =RO ( 1+15 α 0 ) ; R65=R0 ( 1+65 α 0 ) , R65 =R 15 x
1+15 α 0
Jika kita kurangi dari total input rugi temabaga armature tanpa beban, maka
akan didapat rugi yang konstan.
2
Rugi konstan Wc = VI 0−( I 0−I s h ) R a
Dengan mengetahui rugi konstan pada mesin, efisiensi dengan berbagai beban
dapat ditentukan sebelumnya. I = arus beban pada efisiensi yang diperlukan.
Maka, arus armature adalah I a=I −I s h …jika mesin adalah motor
¿ I + I sh …jika mesin adalah generator

D. Efesiensi Mesin Arus Searah


1. Efisiensi ketika bekerja sebagai motor
2 2
Inpu = VI, rugi armature tembaga ¿ I a Ra =( I −I s h ) R a
Rugi kontan = Wc
VI −( I −I s h )2 R a−W c
Total rugi ( I −I s h )2 Ra +Wc ; nm= input−rugi =
input VI
116

2. Efisiensi ketika bekerja sebagai generator


2
Output = VI ; rugi armature tembaga ¿ ( I + I s h ) R a ;rugi konstan = Wc

2 output VI
Total rugi ( I + I s h ) R a+Wc ; n m= output +rugi =
VI + ( I+ I s h )2 Ra −W c

Kelebihan test Swinburne


1. Cara ini sangat tepat dan hemat karena daya yang diperlukan untuk tes
sebuah mesin yang besar adalah kecil yaitu hanya daya tanpa beban.
2. Efisiensi dengan beban apapun dapat diperhitungkan karena rugi sudah
diketahui.

Kerugian utama
1. Tidak bermanfaat jika merubah rugi daya dari tanpa beban ke beban
penuh. Pada beban penuh, berdasarkan reaksi armature, fluk diasingkan
diaman terjadi peningkatan rugi daya sebanyak 50%
2. Pada saat test tanpa beban, mustahi untuk mengetahui berapa nilai batasan
komutasi pada beban penuh dan pada saat terjadi peningkatan suhu.

3. Percobaan Hopkinson Atau Regeneratif


Dengan cara ini, test bebaan penuh dapat digunakan dua mesin shunt.
Kedua mesin meruapakan gabungan dua mekanik yang disesuaikan dengan
prinsip elektrikal. Dimana mesin yang satu berfungsi sebagai motor dan mesin
yang lain berfungsi sebagai generator. Jika terjadi rugi pada mesin, maka akan
dtitanggulangi oleh penyupai yang lain. Tetapi dengan rugi ini, output
117

generator tidak bisa menggerakan motor dan begitupun sebaliknya. Kedua


mesin akan dihubungkan paralel, dan dimulai dengan tanpa beban. Kemudian
mesin pertama bekerja sebagai motor dan kemudian bekerja sebagai
generator. Dan kecepatan dari kedua mesin tersebut disesuaikan dengan nilai
yang diinginkan tentunya dengan ketentukan dari kerja mesin itu sendiri.
Mesin M akan menggerakkan mesin G sebagai generator dan tegangan akan
terbaca pada voltmeter V. tegangan G akan disesuaikan dengan regulator
sampai V1 membaca 0, setelah itu, S merupakan mesin paralel tertutup.
Dengan menyesuaikan regulator, berbagai macam beban akan dapat ditopng
oleh mesin itu sendiri. Jika tegangan suplai adalah V, maka
Input motor = V(I1 + I2), dimana I2 adalah arus suplai. Output generator = VI1.

Gambar. 64. Rangkaian Percobaan Hopkinson


(BL.Theraja, 2002,1099)

Asumsikan kedua mesin memiliki efisiensi yang sama ŋ.


Output motor = n x input =nV ( I 1 + I 2 )=input generator
2
Output generator ¿ n x input =nxn ( I 1 + I 2 )=n V (I 1+ I 2 )

Jadi n2 V ( I 1 + I 2 )=V I 1 ∨n=


√ I1
I1 + I 2
Bagaimanapun, tidak bener jika mengasumsikan dua mesin memilki efisiensi
yang sama karena armature dan eksitasinya berbeda. Kita tidak akan
menemukan efisiensi yang terpisah.
Ra =resistansi armatur mesin
I3 = arus eksitasi generator
I4 = arus eksitasi motor
Rugi armature tembaga pada generator ¿(I 1 + I 3 )2 R a
2
Rugi tembaga pada motor ¿( I 1 + I 2−I 4) Ra
118

Rugi shunt tembaga generator ¿ VI 3


Rugi shunt tembaga motor ¿ VI 4

Tetapi total rugi motor dan generator adalah hasil daya yang disuplai dari
sumber utama. Daya dari penyuplai ¿ VI 2
Jika mengurangi armature dengan rugi shunt tembaga, maka akan diapatkan
rugi dari kedua mesin tersebut.
Total rugi daya ¿ VI 2 −[(I 1 + I 3 )2 R a+(I 1+ I 2−I 4 )2 R A +VI 3 +VI 4 ] =W
Buat seseorang berasumsi bahwa rugi yang hilang adalah yang terjadi
diantara dua mesin, maka diapatkan rugi daya yang hilang pada setiap mesin
= W/2

Untuk generator
2
Total rugi ¿( I 1 + I 3 ) R a+ VI 3 +W /2=W g
VI 1
Output ¿ VI 1 jadi n g=
VI 1 +W g

Untuk motor
2
Total rugi ¿( I 1 + I 2−I 4) Ra +VI 4 +W /2=W m

V ( I 1 + I 2 )−W m
Input ¿ V (I 1+ I 2 ) jadi n g=
V ¿¿

4. Alternative Koneksi Untuk Test Hopkinson


Gambar berikut ini menunjukkan cara yang berbeda dari hubungan 2
mesin dengan sumber. Disini, perbedaan utama adalah lilitan shunt terhubung
paralel terhadap tegangan pada line.
119

Gambar 65. Rangkaian Alternatif Percobaan Hopkinson

Berdasarkan gambar di atas diperoleh, arus input line I 1 dihubungkan ke


arus bidang. Efisiensi akan dapat dihitung dengan cara dibawah ini:
Rugi armature tembaga motor ¿( I 1 + I 2)2 R a
Rugi armature tembaga generator ¿ I 22 Ra
Daya yang digunakan ¿ W input =VI 1
Total rugi daya , rugi pergeseran, rugi putaran untuk dua mesin adalah
V I 1− [(I 1+ I 2 ) Ra −I 2 R a ]=W
2 2

Jadi, rugi daya yang hilang pada masing-masing mesin = W/2

Efisiensi motor
Input motor = input armature + input shunt ¿ V ( I 1 + I 2 ) +VI 3 +W input
Rugi motor = rugi artmatur tembaga + rugi tembaga shunt + rugi yang hilang
2
¿( I 1 + I 2) + VI 3 +W /2=W input
W input−W m
Efisiensi motor ¿ n= x 100 %
W input

Efisiensi generator
120

Output generator ¿ VI 2
Rugi generator ¿ I 22 Ra VI 4 + W /2=W g
VI 2
Jadi, Efesiensi generator ¿
VI 2 +W g

Kelebihan dan kekurangan test Hopkinson


1. Daya yang diperlukan untuk test kecil dibandingkan dengan dengan mesin
pada saat beban penuh.
2. Mesin yang digunakan untuk test dalam kondisi beban penuh, peningkatan
nilai suhu dan kualitas komutasi dari mesin dapat diamati.
3. Karena kondisi beban penuh, maka akan dihitung apapun perubahan pada
rugi daya sampai distorsi fluks beban penuh.
Satu-satunya kekurangan adalah tidak bisa digunakan pada dua mesin yang
memiliki identik sama.

E. Contoh Soal Mesin Arus Searah

1. 220 V, 15 kW, 850 rpm tarikan motor DC 72.2 A ketika kondisi rata-rata
operasi. Hambatan inti dan shunt 0.25 Ω dan 100Ω. Tentukan pengurangan
persentase di fluks untuk mendapat kecepatan 1650 rpm ketika arus inti arus
yang ditarik 40 A.
Jawab
220
I sh= =2.2 A ; I a 1=72.2−2.2=70 A
100
Eb 1=220−70 x 0.25=202.5 V
Eb 1=220−40 x 0.25=210V
N 2 E b2 ɸ1 1650 210 ɸ1
= x ∨ = x
N 1 E b1 ɸ2 850 202.5 ɸ2
ɸ2 =0.534 ɸ1
121

ɸ1−0.534 ɸ2
Pengurangan fluks ¿ x 100=46.6 %
ɸ1

2. 220 V motor shunt inti hambatan 0.5 Ω dan arus inti 40 Ωpada beban. Berapa
banyak fluks utama mengrangi untuk menaikkan kecepatan 50% jika torka
konstan? Saturasi dan inti diabaikan
Jawab

T 1 ∝ ɸ1 x ɸ1 → ɸ1 I a 1 ' dan T 2 ∝ ɸ2 I a 2 ketika , T 1=T 2


'

ɸ2 I a1
ɸ2 I a 2=ɸ1 I a 1∨ = =40/ I a 2
ɸ1 I a 2

Eb 1=220−40 x 0.5=200V Eb 2 =220−0.5 I a 2

Eb 2 N 2 ɸ2 0.5 I a 2 1.5 N 1 40
= ∨ = x
Eb 1 N 1 ɸ1 200 N1 I a2

I a 2−40 I a 2+ 24000=0∨I a 2=63.8 A

ɸ2 40
= =0.627∨ɸ2=0.627 ɸ1=62.7 % of ɸ1
ɸ1 63.8

3. 200 V motor DC shunt berputar 1000 rpm, akibat arus inti 17.5 A. Dibutuhkan
untuk mengurangi kecepatan. Berapa nilai hambatan untuk masuk ke inti jika
hambatan asalnya 0.4 Ω ? berapa arus inti untuk menjadi konstan selama
proses.
Jawab
N 1=1000 rpm ; Eb 1=220−17.5 x 0.4=193 V
Rt =total arm, hambatan ; N 2=600 rpm ; Eb 1=(220−17.5 Rt )

Ketika I sh konstan :
122

ɸ1 =ɸ2

600
1000
= (
200−17.5 Rt
193 )
; R t=4.8 Ω

Penjumlahan hambatan R=R t−R a=4.8−0.4=4.4 Ω

Kemungkinan bahwa sikat tegangan drop tidak dipertimbangkan

1. Jelaskan prinsip kerja rangkaian kendali Motor DC di bawah ini!

Penyelesaian :
Gambar di atas menujukkan rangkaian pengendali motor DC dengan
thyristor/SCR. Pengendali ini digunakan motor yang berdaya di atas 1 HP.
Kumparan disuplay oleh sumber tiga fasa yang telah dipasang penyearah
thyristor/SCR. Sebuah penyearah thyristor/SCR terpisah digunakan untuk
menyuplai kumparan medan motor. Daya kumparan medan lebih kecil
dari kumparan medan lebih kecil dari kumparan jangkar, sehingga
suplaynya selalu diambil dari sumber satu fasa. Rangkaian ini merupakan
kendali kecepatan dengan loop tertutup. Fungsi dari dua loop kendali
digunakan sebagai umpan balik pada trigger.
123

Kecepatan motor dapat diatur dengan memvariasi sudut nyala


thyristor/SCR pada suplai jangkar maupun suplay medan. Jika diinginkan
kecepatan nominal, maka suplai arus jangkar serta tegangan dibuat
konstan. Jika diinginkan torsi yang konstan, maka arus jangkar dan arus
medan diatur konstan, lalu tegangan divariasikan. Daya akan bertambah
seiring kecepatan. Jika diinginkan daya yang konstan, maka tegangan dan
arus jangkar dibuat konstan, lalu arus medan dikurangi untuk menaikan
kecepatan. Sehingga daya (torsi x kecepatan ) kostan, dan ini dinamakan
dengan pelemanhan medan.
Denan adanya sensor arus dan techmeter, kesalahan (error) pengendalian
dapat diatasi dengan mengumpanbalikkannya ke kendali sudut nyala
trigger sebagai referensinya.

Jelaskan prinsip kerja rangkaian pengendali daya motor induksi tiga fasa
dibawah ini ?

Penyelesaian :
Pada gambar diatas menunjukana rangakian pengendalian daya slip lilitan roto
Motor induksi 3 fasa, dimana daya slip merupakan daya pada bagian celah
udara yang tidak dikonversikan menjadi daya mekanik. Metode ini
124

menggunakan kendali resistansi roto dan ijeksi tegangan. Rangkaian ini


menggunakan penyearah lilitan rotor, Gate trun-off thyristor, dan resitansi
rotor. Resistansi R dibuat menajdi resitansi variabel. Rangakian ini
menunjukan skema dimana tegangan AC pada rotor disearahkan dan
diberikan pada resistansi R. Skalar GTO thyristor akan beroperasi secara
periodik T. Indukrot digunakan untuk membantu mengurangi riak.
1 2
Untuk periode T : [I R ( T −T on ) ] atau I 2∝ R (1−δ ) ¿
T ∝

2. Motor dc diketahui 230 Volt menarik arus pada beban nol 2 Amper dan
berputar pada kecepatan 1200 rpm, jika arus beban penuh 40 Amper,
tentukanlah :
a. Kecepatan beban penuh
b. Prosentase regulasi kecepatan. Dengan fluksi sisa tetap. Tahanan
jangkar 1.25 Ohm.

Penyelesaian :

a. Tahanan medan shut tidak diberikan, arus medan shunt tidak dapat
dihitung, maka kedua hal ini diabaikan.

Eb 1=V −I a 1 Ra =230−( 2 x 0,25 )=229,5 volt

Eb 2 =V −I a 2 R a=230− ( 40 x 0,25 ) =220 volt

N 1=1200 rpm ; N 2=… ?

N 2 E b2 ∅1
Maka : = x
N 1 E b1 ∅ 2

Jika ∅ 1=∅2 , mesin shunt, maka :


125

N1 220 220
= jadi N 2=1200 x =1150 rpm
1200 229,5 229,5

1200−1150
b. Jadi % regulasi kecepatan : x 100 %=4,3 %
1150

Soal-soal

1. Test tanpa beban motor dc shunt dengan tegangan 220 V, 44.76 Kw. Arus
13.25 A; arus medan = 2.55 A; resistansi armature pada suhu 75 0C = 0,032Ω
dan drop brus = 2 V. hitunglah arus beban penuh dan efisiensi. [90%].
2. Motor shunt dengan tegangan 250 V, 14.92 kw, memilki efisiensi maksimum
88% dan kecepatan 700 rpm dengan 80% dari tingkat nilai output yang
diinginkan. Resistansi 100Ω. Tentukan efisiensi dan kecepatan ketika motor
ketika 78 A dari nilai awal. [86.9%, 680 rpm]

3. Test Hopkinson pada dua mesin dc yang sama dan didapatkan data beban
penuh: tegangan line = 110 , arus bidang = 3 A dan 3.5 A, arus line = 48 A,
resistansi armature 0.035Ω, arus armature motor = 230 A, tentukan efisiensi
masing-masing mesin kita asumsikan drop tegangan pada brus adalah 1 V per
bruh.
4. Test Hopkinson pada dua mesin shunt memberikan hasil untuk beban penuh
seperti berikut: tegangan line = 250 V, arus bidang dari sumber sistem = 50 A,
arus armature motor = 380 A, arus bidang 5A dan 4.2 A. Hitunglah efisiensi
kerja mesin ketika bekerja sebagai generator. Asumsikan resistansi masing-
masing mesin 0.2Ω.

5. Motor pada contoh 5.17 disuplay dari perputaran konverter ganda dengan
sumber tegangan ac (line) = 165 v. tentukan perubahan sudut tembak untuk
operating points berikut:
1. motor beroperasi pada dinilai torsi motor dan 1000 rpm
126

2. pengereman pada dinilai torsi motor dan 1000 rpm


3. motor beroperasi pada dinilai torsi motor dan (-1000) rpm
4. pengereman pada dinilai torsi motor dan (-1000) rpm
6. Motor dc 230 volt, 960 rpm dan 200 A secara terpisah memiliki resistansi inti
dari 0,02. motor mesuplai keduanya baik perputaran dan operasi pengereman.
sumber memiliki tegangan 230 v. Asumsi kelanjutan konduksi
a. Hitung rasio kemampuan pemotong untuk perputan motor,hitung torsi
dan 350 rpm
b. Hitung rasio kemampuan pemotong untuk perasi pengereman ,hitung
torsi dan 350 rpm
c. Jika batas maksimum kemampuan pemotong itu 0.95 dan maksimum arus
motor yang di perbolehkan dua kali lipat . hitung kecepatan maksimum
yang diizinkan diperoleh tanpa melemahnya bidang dan daya disuplay ke
sumber
d. jika motor juga dikontrol (3), hitung arus medan sebagai sebagian kecil
dari nilai dinilai untuk kecepatan 1200 rpm.

7. Motor dc shunt 250 Volt berputar dengan kecepatan 1000 rpm pada keadaan
tanpa beban dan menarik arus dari sumber 8 A. Tahanan jangkar dan tahanan
medan shunt berturut-turut 0,2 Ohm dan 250 Ohm. Hitung kecepatan pada
saat berbeban dan menarik arus dari sumber 50 A. Asumsikan besarnya fluksi
tetap.

8. Motor dc shunt 230 Volt mempunyai tahanan jangkar dan tahanan medan
shunt berturut-turut sebesar 0,5 Ohm dan 115 Ohm.. Kecepatan beban nol
1200 rpm dan arus jangkar 2.5 A. Pada saat motor dijalankan pada beban
rating terjadi penurunan kecepatan menjadi 1120 rpm. Tentukan arus dan
masukan bila motor dioperasikan pada beban rating.
127

9. Motor dc shunt 14.92 kW, 250 Volt berputar pada kecepatan 1000 rpm
menarik arus jangkar sebesar 75 A. Tahanan jangkar 0,25 Ohm dengan torka
beban mendekati konstan. Jika besarnya fluksi turun sebesar 20% dari nilai
fluksi normal sebelum terjadi perubahan kecepatan, hitung nilai sesaat arus
dan torka yang dibangkitkan pada jangkar. Tentukan juga nilai akhir dari arus
jangkar dan kecepatan motor?

Anda mungkin juga menyukai