TINJAUAN PUSTAKA
Kincir Angin sumbu horizontal memiliki poros rotor utama dan generator listrik di
puncak menara. Turbin angin sumbu vertikal/tegak (atau TASV) memiliki poros/sumbu rotor
utama yang disusun tegak lurus. Turbin angin sumbu vertikal merupakan turbin angin sumbu
tegak yang gerakan poros dan rotor sejajar dengan arah angin, sehingga rotor dapat berputar
pada semua arah angin.
Turbin angin sumbu vertikal mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan.
Kelebihannya, yaitu memiliki torsi tinggi sehingga dapat berputar pada kecepatan angin
rendah, generator dapat ditempatkan di bagian bawah turbin sehingga mempermudah
perawatan dan kerja turbin tidak dipengaruhi arah angin. Kekurangannya yaitu kecepatan
angin di bagian bawah sangat rendah sehingga apabila tidak memakai tower akan
menghasilkan putaran yang rendah, dan efisiensi lebih rendah dibandingkan dengan turbin
angin sumbu mendatar.
Karena sumbu yang vertical, generator serta gearbox bisa ditempatkan di dekat tanah,
maka menara tidak perlu menyokongnya. Tetapi bila sumbu yang vertikal sulit dipasang di
atas menara, maka turbin sumbu tegak sering dipasang lebih dekat ke dasar tempat ia
diletakkan, sehingga kecepatan angin akan lebih pelan pada ketinggian rendah yang dapat
menghasilkan energi angin yang sedikit. Aliran udara di dekat tanah dan objek lain mampu
menciptakan aliran yang bergejolak dapat menyebabkan berbagai permasalahan yang
berkaitan dengan getaran, diantaranya kebisingan dan bearing wear yang akan meningkatkan
biaya pemeliharaan pada turbin angin.
Four Arm
Desain kincir angin ini tergolong sederhana, dan mungkin awal dari rancangan
kincir angin di Eropa, karena bentuk dan bahan materialnya pun dari kayu dan tanah
liat serta jumlah sudunya model ini sangat terkenal di Belanda. Kincir angin ini
biasanya digunakan oleh negara Belanda untuk menggerakan pompa agar dapat
mengeringkan lahan dengan cara memompa air tanah keluar lahan yang biasa
disebut polder. Adanya angin secara teratur, dapat menjamin pompa tersebut untuk
berfungsi secara terus menerus sehingga pompa pun dapat terus beroperasi. Sudah
berabad-abad kincir jenis ini digunakan oleh negara Belanda untuk menggiling
gandum dan untuk memompa air demi mengeringkan negerinya yang lebih rendah
daripada laut dapat dilihat pada Gambar 2.3.
Gambar 2.3 Dutch Four Arm
Sumber : (rijksmonumenten.nl)
2.1.2. Kincir Angin Sumbu Vertikal
Kincir Angin Sumbu Vertikal adalah salah satu jenis kincir angin yang bisa menangkap
atau mengkonversi angin dari segala arah, sudunya yang tegak lurus arah angin akan
memutar kincir dengan orientasi arah kincir horizontal. Berikut adalah tipe-tipe dari Kincir
Angin Sumbu Vertikal.
1. Kincir Angin Tipe Savonius
Kincir angin tipe Savonius ini diciptakan oleh seorang insinyur Finlandia SJ Savonius
pada tahun 1929, dan diaplikasikan pada tahun 1931. Kincir VAWT ini merupakan jenis
yang paling sederhana dan menjadi versi besar dari anemometer. Kincir Savonius dapat
berputar karena adanya gaya dorong dari angin, sehingga putaran rotorpun tidak akan
melebihi kecepatan angin. Savonius menggunakan sudu dengan cara memotong silinder
Fletter menjadi 2 paruhan sepanjang garis pusat dan memposisikan 2 pruhan tersebut
membentuk seperti huruf ‘S” yang diletakan pada lingkaran batas sudu seperti yang
ditunjukan Gambar 2.4
2.2. Airfoil
Airfoil atau aerofoil biasa digunakan untuk bentuk penampang sayap, sudu, dan
layar. Bentuk dari airfoil menghasilkan gaya aerodinamis fluida. Pada penampang
airfoil terdapat gaya lift yaitu gaya yang tegak lurus dengan arah gerak fluida. Gaya
drag adalah gaya yang sejajar dengan arah gerak fluidanya.
Pada sekitar tahun 1930 sebuah lembaga yang melakukan penelitian tentang
airfoil secara lebih baik dan lebih sitematis yaitu NACA (National Advisory
Committee for Aeronautics). NACA airfoil adalah salah satu bentuk bodi
aerodinamika sederhana yang berguna untuk dapat memberikan gaya angkat tertentu
terhadap suatu bodi lainnya dan dengan bantuan penyelesaian matematis sangat
memungkinkan untuk memprediksi berapa besarnya gaya angkat yang dihasilkan oleh
suatu bodi airfoil. Geometri airfoil memiliki pengaruh besar terhadap karateristik
aerodinamika dengan parameter penting berupa CL, dan kemudian akan terkait
dengan lift (gaya angkat yang dihasilkan). (Mulyadi, 2010). NACA telah
mengeluarkan beberapa variasi dari airfoil yang dikelompokkan berdasarkan NACA 4
digit, NACA 5 digit, NACA 6 seri, NACA 7 seri, NACA 8 seri dan NACA 16 seri.
Airfoil yang dihasilkan oleh NACA ini telah dikembangkan dan digunakan di seluruh
dunia.
Penelitian ini menggunakan seri NACA empat digit yang dapat diartikan sebagai
berikut:
a. Pertama menyatakan persen maksimum camber terhadap chord.
b. Kedua menyatakan persepuluh posisi maksimum camber pada chord dari
leading edge.
c. Dua gigit terakhir menyatakan persen ketebalan airfoil terhadap chord.
Sebagai contoh airfoil NACA 2412 memiliki maksimum camber 0,02 terletak
pada 0,4 cm dari leading edge dan memiliki ketebalan maksimum 12% chord atau
0,12 cm. Airfoil yang tidak memiliki kelengkungan, dengan camber line dan chord
berhimpit disebut airfoil simetrik. Penampang sudu yang digunakan unutk penelitian
ini adalah aifoil dengan seri NACA 0022, sehingga dapat diketahui bahwa airfoil
yang digunakan berbentuk simetris dan tebal airfoil sebesar 4,4 cm, panjang chord
dibuat 20 cm
Pout =T . ω (1)
dengan keterangan sebagai berikut:
P 1 (4)
¿= ρ udara A υ3
2
A = h.d (5)
dengan keterangan sebagai berikut:
h : Tinggi sudu kincir angin (m)
d : Diameter kincir (m)
e. Koefisien Daya
Koefisien daya (Cp) adalah perbandingan antara daya yang dihasilkan oleh kincir
angin ( Pout ¿ dengan daya yang disediakan oleh angin ( P¿ ) , maka koefisien daya dapat
dirumuskan sebagai berikut :
Pout
Cp= X 100 % (7)
P¿