Anda di halaman 1dari 10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Kincir Angin
Kincir angin merupakan sebuah alat yang digunakan dalam Sistem Konversi Energi
Angin (SKEA). Kincir angin berfungsi merubah energi kinetik angin menjadi energi mekanik
berupa putaran poros. Putaran poros tersebut kemudian digunakan untuk beberapa hal sesuai
dengan kebutuhan seperti memutar dinamo atau generator untuk menghasilkan listrik.
Sejarah penggunan kincir angin yang pertama kali digunakan adalah di Persia pada abad 5.
Kemudian kincir angin tersebut menyebar ke seluruh Eropa. Di Belanda sendiri, kincir angin
digunakan pertama kali sekitar abad 13. Kincir angin dibedakan menjadi dua jenis
berdasarkan sumbu porosnya, yaitu Turbin Angin Sumbu Mendatar (Horizontal Axis Wind
Turbine) dan Turbin Angin Sumbu Vertikal (Vertical Axis Wind Turbine) (Daryanto, 2007).

Gambar 2.1 Kincir Angin Horisontal dan Kincir Angin Vertikal

Kincir Angin sumbu horizontal memiliki poros rotor utama dan generator listrik di
puncak menara. Turbin angin sumbu vertikal/tegak (atau TASV) memiliki poros/sumbu rotor
utama yang disusun tegak lurus. Turbin angin sumbu vertikal merupakan turbin angin sumbu
tegak yang gerakan poros dan rotor sejajar dengan arah angin, sehingga rotor dapat berputar
pada semua arah angin.
Turbin angin sumbu vertikal mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan.
Kelebihannya, yaitu memiliki torsi tinggi sehingga dapat berputar pada kecepatan angin
rendah, generator dapat ditempatkan di bagian bawah turbin sehingga mempermudah
perawatan dan kerja turbin tidak dipengaruhi arah angin. Kekurangannya yaitu kecepatan
angin di bagian bawah sangat rendah sehingga apabila tidak memakai tower akan
menghasilkan putaran yang rendah, dan efisiensi lebih rendah dibandingkan dengan turbin
angin sumbu mendatar.
Karena sumbu yang vertical, generator serta gearbox bisa ditempatkan di dekat tanah,
maka menara tidak perlu menyokongnya. Tetapi bila sumbu yang vertikal sulit dipasang di
atas menara, maka turbin sumbu tegak sering dipasang lebih dekat ke dasar tempat ia
diletakkan, sehingga kecepatan angin akan lebih pelan pada ketinggian rendah yang dapat
menghasilkan energi angin yang sedikit. Aliran udara di dekat tanah dan objek lain mampu
menciptakan aliran yang bergejolak dapat menyebabkan berbagai permasalahan yang
berkaitan dengan getaran, diantaranya kebisingan dan bearing wear yang akan meningkatkan
biaya pemeliharaan pada turbin angin.

2.1.1. Kincir Angin Sumbu Horizontal


Kincir angin poros horisontal adalah kincir angin yang memiliki poros rotor utama
dipuncak Menara.
Kincir angin sumbu horizontal memiliki contoh –contoh seperti berikut :
1. Kincir Angin Propeler
Kincir angin jenis propeler ini biasanya memiliki jumlah sudu 2 atau 3 bilah.
Kincir angin jenis propeler memiliki efisiensi yang cukup baik. Pada umumnya, untuk
sistem pembangkit listrik tenaga angin digunakan jenis ini karena karakteristiknya
yang unggul. Kincir angin jenis propeler dapat dilihat pada Gambar 2.1

Gambar 2.1 Kincir angin jenis propeler 3 sudu


2. Tipe American Multiblade
American Windmill atau Wind Engine dirancang oleh Daniel Halladay pada tahun
1854. Sebagian besar digunakan untuk mengangkat air dari sumur, menggiling biji-
bijian dan sebagai pembangkit listrik. American multiblade adalah salah satu jenis
kincir angin yang mempunyai jumlah sudu yang banyak, biasanya kincir angin ini
memiliki jumlah sudu lebih dari tiga buah. Gambar kincir angin American multiblade
dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 American Windmill


3. Dutch Sumber: (kcbx.org/post/how-windmill-won-american-west#stream/0

Four Arm
Desain kincir angin ini tergolong sederhana, dan mungkin awal dari rancangan
kincir angin di Eropa, karena bentuk dan bahan materialnya pun dari kayu dan tanah
liat serta jumlah sudunya model ini sangat terkenal di Belanda. Kincir angin ini
biasanya digunakan oleh negara Belanda untuk menggerakan pompa agar dapat
mengeringkan lahan dengan cara memompa air tanah keluar lahan yang biasa
disebut polder. Adanya angin secara teratur, dapat menjamin pompa tersebut untuk
berfungsi secara terus menerus sehingga pompa pun dapat terus beroperasi. Sudah
berabad-abad kincir jenis ini digunakan oleh negara Belanda untuk menggiling
gandum dan untuk memompa air demi mengeringkan negerinya yang lebih rendah
daripada laut dapat dilihat pada Gambar 2.3.
Gambar 2.3 Dutch Four Arm
Sumber : (rijksmonumenten.nl)
2.1.2. Kincir Angin Sumbu Vertikal
Kincir Angin Sumbu Vertikal adalah salah satu jenis kincir angin yang bisa menangkap
atau mengkonversi angin dari segala arah, sudunya yang tegak lurus arah angin akan
memutar kincir dengan orientasi arah kincir horizontal. Berikut adalah tipe-tipe dari Kincir
Angin Sumbu Vertikal.
1. Kincir Angin Tipe Savonius
Kincir angin tipe Savonius ini diciptakan oleh seorang insinyur Finlandia SJ Savonius
pada tahun 1929, dan diaplikasikan pada tahun 1931. Kincir VAWT ini merupakan jenis
yang paling sederhana dan menjadi versi besar dari anemometer. Kincir Savonius dapat
berputar karena adanya gaya dorong dari angin, sehingga putaran rotorpun tidak akan
melebihi kecepatan angin. Savonius menggunakan sudu dengan cara memotong silinder
Fletter menjadi 2 paruhan sepanjang garis pusat dan memposisikan 2 pruhan tersebut
membentuk seperti huruf ‘S” yang diletakan pada lingkaran batas sudu seperti yang
ditunjukan Gambar 2.4

Gambar 2.4 Kincir Angin Tipe Savonius


Sumber : (https://www.drevoastavby.cz)
2. Kincir Angin Tipe Darrieus
Kincir angin tipe Darrieus ditemukan oleh seorang insinyur Perancis George Jeaans Maria
Darrieus yang dipatenkan pada tahun 1931. Ia memiliki 2 bentuk turbin yang digunakan
diantaranya adalah “Eggbeater/Curved Bladed” dan “Straight-bladed” VAWT. Kincir angin
Darrieus mempunyai sudu yang disusun dalam posisi simetri dengan poros. Pengaturan ini
cukup efektif untuk menangkap berbagai arah angin. Kincir angin jenis Savonius dapat
dilihat pada Gambar 2.5

Gambar 2.5 Kincir Angin Tipe Darrieus

3. Kincir Angin Sumber :(inameq.com) Tipe Giromill


Kincir angin giromill merupakan
modifikasi dari kincir angin darrieus, diciptakan dan dipatenkan oleh Georges Darrieus pada
tahun 1927. Di desain kincir angin giromill yang berbentuk aerodinamis serta menggunakan
airfoil mempunyai kemiripan dengan H-Rotor dan Darrieus, seperti yang dapat dilihat pada
Gambar 2.6
Gambar 2.6 Kincir Angin Tipe Giromill
Sumber : (https://www.researchgate.net/)

2.2. Airfoil
Airfoil atau aerofoil biasa digunakan untuk bentuk penampang sayap, sudu, dan
layar. Bentuk dari airfoil menghasilkan gaya aerodinamis fluida. Pada penampang
airfoil terdapat gaya lift yaitu gaya yang tegak lurus dengan arah gerak fluida. Gaya
drag adalah gaya yang sejajar dengan arah gerak fluidanya.
Pada sekitar tahun 1930 sebuah lembaga yang melakukan penelitian tentang
airfoil secara lebih baik dan lebih sitematis yaitu NACA (National Advisory
Committee for Aeronautics). NACA airfoil adalah salah satu bentuk bodi
aerodinamika sederhana yang berguna untuk dapat memberikan gaya angkat tertentu
terhadap suatu bodi lainnya dan dengan bantuan penyelesaian matematis sangat
memungkinkan untuk memprediksi berapa besarnya gaya angkat yang dihasilkan oleh
suatu bodi airfoil. Geometri airfoil memiliki pengaruh besar terhadap karateristik
aerodinamika dengan parameter penting berupa CL, dan kemudian akan terkait
dengan lift (gaya angkat yang dihasilkan). (Mulyadi, 2010). NACA telah
mengeluarkan beberapa variasi dari airfoil yang dikelompokkan berdasarkan NACA 4
digit, NACA 5 digit, NACA 6 seri, NACA 7 seri, NACA 8 seri dan NACA 16 seri.
Airfoil yang dihasilkan oleh NACA ini telah dikembangkan dan digunakan di seluruh
dunia.
Penelitian ini menggunakan seri NACA empat digit yang dapat diartikan sebagai
berikut:
a. Pertama menyatakan persen maksimum camber terhadap chord.
b. Kedua menyatakan persepuluh posisi maksimum camber pada chord dari
leading edge.
c. Dua gigit terakhir menyatakan persen ketebalan airfoil terhadap chord.

Sebagai contoh airfoil NACA 2412 memiliki maksimum camber 0,02 terletak
pada 0,4 cm dari leading edge dan memiliki ketebalan maksimum 12% chord atau
0,12 cm. Airfoil yang tidak memiliki kelengkungan, dengan camber line dan chord
berhimpit disebut airfoil simetrik. Penampang sudu yang digunakan unutk penelitian
ini adalah aifoil dengan seri NACA 0022, sehingga dapat diketahui bahwa airfoil
yang digunakan berbentuk simetris dan tebal airfoil sebesar 4,4 cm, panjang chord
dibuat 20 cm

Gambar 2.7 Bagian Airfoil


Sumber : (http://aeroengineering.co.id/)

Keterangan dari istilah-istilah pada Gambar 2.7 sebagai berikut:


a. Leading edge adalah Ujung depan dari airfoil atau sayap yang secara umum berbentuk
cembung.
b. Trailling edge adalah Ujung belakang dari airfoil atau sayap yang secara umum
berbentuk runcing.
c. Chord adalah Panjang garis yang ditarik dari leading edge ke trailing edge.
d. Chamber adalah Besarnya jarak antara garis rata-rata airfoil atas dan bawah terhadap
garis tengah (Chord line)
e. Thickness adalah Ketebalan airfoil maksimal.
f. Chord c adalah panjang total dari suatu airfoil.
g. Mean camber line adalah garis semu yang membagi sebuah airfoil.
2.3. Rumus Perhitungan
Rumus perhitungan yang digunakan untuk menghitung parameter-parameter
yang digunakan untuk menunjukan unjuk kerja dari variasi kincir angin yang diteliti
sebagai berikut:
a. Daya kincir Angin
Daya kincir angin adalah daya yang dihasilkan oleh poros kincir akibat
energi angin yang melewati sudu-sudu. Rumus daya kincir angin dapat ditulis
sebagai berikut:

Pout =T . ω (1)
dengan keterangan sebagai berikut:

: Daya yang dihasilkan kincir angin (watt)

T : Torsi yang dihasilkan kincir angin (Nm)


ω : Kecepatan sudut (rad/s)
Untuk menghitung Pout perlu diketahui dahulu besar nilai dari kecepatan sudut
yang dapat dihitung menggunakan rumus, yaitu :
n.π
ω= (2)
30

dengan keterangan sebagai berikut:


n : Kecepatan putaran (rpm)

b. Torsi Kincir Angin


Torsi adalah sebuah gaya yang dihasilkan oleh gaya dorong kincir angin, dimana gaya
dorong ini memiliki jarak terhadap sumbu poros yang berputar dirumuskan menjadi:
T=F.ι (3)

dengan keterangan sebagai berikut:

T : Besar torsi (Nm

F : Gaya yang dihasilkan kincir angin (N)

Ɩ : Panjang lengan torsi (m)

c. Daya Pada Angin


Daya yang tersedia pada angin (Pin) berbanding lurus dengan pangkat tiga
kecepatannya.

P 1 (4)
¿= ρ udara A υ3
2

dengan keterangan sebagai berikut:


Pin : Daya yang terdapat dalam angin (watt)
ρudara : Densitas udara atau massa jenis (kg/m3)
A : Swept area atau luasan frontal kincir (m2)
υ : Kecepatan angin (m/s)
Swept area atau luasan frontal kincir angin dapat dicari dengan mengukur luas
muka dari kincir angin yang dibuat oleh rotor kincir angin saat berputar. Di bawah ini
adalah rumus perhitungan swept area.

A = h.d (5)
dengan keterangan sebagai berikut:
h : Tinggi sudu kincir angin (m)
d : Diameter kincir (m)

d. Tip speed ratio


Tip speed ratio adalah perbandingan antara kecepatan ujung sudu kicir angin dengan
kecepatan angin. Untuk mencari nilai kecepatan di ujung sudu kincir angin digunakan
persamaan :
ω.r
TSR= (6)
v
dengan keterangan sebagai berikut:
TSR : Tip Speed Ratio
ω : Kecepatan sudut (rad/s)
r : Jari-jari rotor angin (m)
v : Kecepatan angin (m/s)

e. Koefisien Daya
Koefisien daya (Cp) adalah perbandingan antara daya yang dihasilkan oleh kincir
angin ( Pout ¿ dengan daya yang disediakan oleh angin ( P¿ ) , maka koefisien daya dapat
dirumuskan sebagai berikut :
Pout
Cp= X 100 % (7)
P¿

dengan keterangan sebagai berikut:


Cp : Koefisien daya kincir angin
Pout : Daya yang dihasilkan kincir angin (watt)
Pin : Daya yang terdapat pada angin (watt)
Harga Cp maksimum yang mungkin secara teoritis adalah 0,593 atau 59,3 % yang
biasa disebut deng Bezt Limit.

Anda mungkin juga menyukai