Anda di halaman 1dari 6

Kelompok 10

 Kurnia Indrasari*_104123017
 Faiz Anggito Abimanyu_104123053
 M. Pandu Pratama_104123026
 Fathir Rullyan Hakim_104123012
 Mutiara Addini Olii_104123014

“Pemeliharaan Energi Panel Surya”


Main topik :
1. Kebijakan mengenai energi panel surya terhadap teknologi,
2. pemeliharaan teknologi terhadap energi panel surya, serta
3. kelebihan dan kekurangan pemanfaatan energi panel surya bagi kehidupan sehari-hari.

A. Pendahuluan
Pada tahun 2011, Badan Energi Internasional menyatakan bahwa "perkembangan teknologi
energi surya yang terjangkau, tidak habis, dan bersih akan memberikan keuntungan jangka
panjang yang besar. Panel surya adalah jenis energi terbarukan yang mengubah sinar matahari
menjadi listrik, menjadikannya sumber penting energi bersih dan berkelanjutan. Panel surya
terdiri dari sel fotovoltaik, yang pada dasarnya adalah semikonduktor kecil yang dihubungkan
bersama.
Indonesia berkomitmen melakukan transisi energi sebagai salah satu upaya pemerintah
menurunkan emisi negara dari sektor energi melalui pemanfaatan energi terbarukan, seperti
energi panel surya dari sinar dan panas matahari menjadi energi listrik. Salah satunya revisi
Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) No 26/ 2021 yang terhubung pada
Jaringan Tenaga Listrik Pemegang Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik untuk Kepentingan
Umum yang mengatur tentang pemasangan surya atap. Revisi tersebut mengakomodir memo
internal PLN yang membatasi kapasitas pemasangan surya atap hanya 10-15% dari kapasitas
terpasang.
Di Indonesia, perkembangan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) atap ini mengalami
lonjakan yang sangat signifikan. Pemerintah menyebut terus mendorong proyek tersebut dengan
sejumlah strategi. Dari data yang diperoleh, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
(ESDM) mencatat bahwa pengembangan PLTS atap telah menyentuh angka 4.399 pelanggan
dengan kapasitas 42,39 megawatt peak (MWp) hingga Oktober 2021. Sepanjang Januari–
September 2021, pengembangan pembangkit listrik tenaga surya atap menyentuh 17,88 MW.
Sebagai perbandingan, realisasi kapasitas terpasang PLTS atap pada 2020 hanya sebesar 13,4
MW. Jumlah itu tentu masih jauh dari potensi yang di miliki oleh Indonesia dalam
pengembangan pembangkit listrik tenaga surya, yakni 3.294 GW.
B. Pokok Masalah
Berdasarkan pendahuluan di atas mengenai pemanfaatan energi panel surya, berupa teknologi
atap, maka ada beberapa pokok pembahasan bersama yang dapat ditelaah sebagai berikut;
1. Kebijakan yang seperti apakah, yang mem-pokok-an energi panel surya terhadap
teknologi di Indonesia?
2. Bagaimana pemeliharaan teknologi terhadap energi panel surya?
3. Adakah kelebihan dan kekurangan pemanfaatan energi panel surya bagi kehidupan
sehari-hari? Jika ada, bagaimana dengan pengelolaannya?
C. Penyelesaian
1. Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Kementerian ESDM Chrisnawan
Anditya menerangkan bahwa pemerintah terus membarui potensi pembangkit energi baru
terbarukan (EBT) di dalam negeri untuk mempermudah upaya pengembangannya.
“Potensi EBT yang kita miliki sudah lebih besar, yaitu lebih dari 3.600 GW yang
ditopang lebih utama pada solar,” katanya dalam Asia Solar Forum, Indo EBTKE Conex
2021, Kamis (25/11/2021). EBT Menggeliat, Pengembangan PLTS Bisa Tumbuh Hingga
2 GW per Tahun Dalam paparannya, potensi energi surya tersebar di seluruh wilayah
Indonesia. Tiga wilayah dengan potensi pengembangan PLTS adalah Nusa Tenggara
Timur 369,5 GWp, Riau dengan 290,41 GWp, dan Sumatra Selatan 285,18 GWp. Pada
18 Januari 2022, Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
(ESDM) telah menerbitkan regulasi tentang Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
atap sebagai upaya pemerintah dalam mencapai target energi baru terbarukan sebesar 23
persen pada 2025. Peraturan ESDM Nomor 26 Tahun 2021 tentang PLTS atap yang
terhubung pada jaringan tenaga listrik pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik
untuk kepentingan umum ini, merupakan penyempurnaan dari peraturan yang ada
sebelumnya sebagai upaya memperbaiki tata kelola dan keekonomian pembangkit listrik
tenaga surya atap.
 Permen ESDM Nomor 26 Tahun 2021 tentang Regulasi Pembangkit Listrik
Tenaga Surya (PLTS) atap
a. Ketentuan ekspor kWh listrik ditingkatkan dari 65 persen menjadi 100 persen.
b. Kelebihan akumulasi selisih tagihan dihilangkan dan diperpanjang dari tiga
bulan menjadi enam bulan.
c. Jangka waktu permohonan PLTS atap menjadi lebih singkat dengan durasi
lima hari tanpa penyesuaian perjanjian jual beli listrik (PJBL) dan 12 hari
dengan adanya penyesuaian PJBL.
d. Mekanisme pelayanan berbasis aplikasi untuk kemudahan penyampaian
permohonan, pelaporan, dan pengawasan program PLTS atap.
e. Pembukaan peluang perdagangan karbon dari PLTS atap.
f. Tersedianya Pusat Pengaduan PLTS atap untuk menerima pengaduan dari
pelanggan PLTS atap atau Pemegang IUPTLU.
g. Perluasan pengaturan tidak hanya untuk pelanggan PLN saja tetapi juga
termasuk pelanggan di wilayah usaha non-PLN (Pemegang IUPTLU).

2. a. Menjaga Panel Surya Agar Tetap Bersih


Area pertama yang dapat Anda bersihkan adalah permukaan panel surya. Anda bisa
mengecek bagian permukaannya apakah ada debu yang menempel atau tidak. Pastikan pula
permukaan panel tersebut tidak ada kotoran yang menempel. Misalnya, ada bayangan pohon di
sekitar rumah yang menghalangi panel surya Anda dapat menurunkan kinerja panel surya. Oleh
sebab itu, penting untuk melakukan survei terlebih dahulu sebelum pemasangan panel surya agar
tidak ada objek yang menghalangi paparan sinar matahari.
b. Perhatikan Kabel Panel Surya
Dalam perawatan dan pembersihan panel surya penting bagi Anda untuk memperhatikan
kabel panel surya. Kabel pada sistem instalasi dan puing-puing ini mungkin akan mengganggu
sinar matahari. Jangan hanya terpaku pada permukaan panel surya saja, namun Anda harus cek
bingkai maupun penyangga panel. Pastikan instalasi terpasang secara tepat dan lakukan
perbaikan jika terdapat kesalahan. Hal yang paling penting adalah jangan sampai terdapat celah
air masuk ke dalam sistem instalasi karena dapat menyebabkan korosi dan membuat panel surya
tidak bertahan lama.
c. Sikat dari Bahan Halus
Cara merawat panel surya yang bisa dilakukan selanjutnya adalah gunakan sikat dari
bahan yang halus. Anda bisa memanfaatkan kain lap pel atau kanebo, sebab jika panel surya
tersebut tergores dapat menyebabkan kinerja panel surya kurang maksimal. Hal ini juga
berpengaruh terhadap efektivitas panel surya dalam menyerap paparan sinar matahari sebagai
sumber energi yang utama.
d. Seka Panel Surya Saat Masih Basah
Jangan biarkan panel surya Anda mengering dengan sendirinya. Anda harus segera
menyeka dengan bersih. Setelah itu, langsung keringkan sebelum mengering dengan sendirinya.
Gunakan penyeka berbahan halus agar tidak menimbulkan goresan pada panel surya. Jika air
mengering karena sinar matahari, tentu hal ini dapat mempengaruhi kinerja dan performa dari
panel surya tersebut karena air akan membekas di permukaan panel surya.
e. Lakukan Perawatan Pada Pagi atau Sore Hari
Lakukan perawatan panel surya pada pagi atau sore hari. Pada siang hari, panel surya
dalam kondisi panas dan tengah bekerja menyerap panas secara maksimal. Hal ini dapat
mengganggu Anda saat pembersihan. Lakukan pada pagi atau sore hari di saat sinar matahari
sedang tidak terik.

3. Dampak Positif Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap


a. Berpotensi menyerap 121.500 orang tenaga kerja.
b. Berpotensi meningkatkan investasi sebesar Rp 45 triliun sampai dengan Rp 63,7
triliun untuk pembangunan fisik PLTS dan Rp2,04 triliun sampai Rp4,1 triliun untuk
pengadaan kWh Exim
c. Mendorong tumbuhnya industri pendukung PLTS di dalam negeri dan meningkatkan
daya saing dengan semakin tingginya Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).
d. Mendorong produk hijau sektor jasa dan industri hijau untuk menghindari penerapan
carbon border tax di tingkat global.
e. Menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 4,58 juta ton karbon dioksida ekuivalen.
f. Berpotensi mendapatkan penerimaan dari penjualan nilai ekonomi karbon sebesar
Rp60 miliar per tahun (asumsi harga karbon 2 dolar AS per ton karbon dioksida
ekuivalen).
Dampak Negatif Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap
Secara signifikan dampak yang disebabkan oleh PLTS memang tidak mutlak
merugi karena PLTS tersebut. Melainkan terhadap PLN yang secara tidak langsung
posisinya tergantikan. Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi
(EBTKE) Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana menyebutkan, bahwa adanya potensi
kerugian PLN sekitar Rp 350 miliar di tahun ini. Hal ini lantaran seiring target program
pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) Atap di 2022 mencapai 450 megawatt peak
(MWp). Dengan adanya tambahan 450 MWp itu, PLN mau tidak mau akan menyerap
100% listrik tersebut. Akibat dari itu, Potensi kerugian ini sedang dibahas dilevel Menteri
Koordinator Bidang Perekonomian (Kemenko Perekonomian). Dadan menyampaikan,
potensi kerugian itu lantaran PLN memiliki mekanisme take or pay dalam perjanjian jual
beli listrik dengan pengembang listrik swasta (Independent power producer/IPP). Skema
take or pay dalam artian PLN membeli produksi listrik IPP secara penuh meskipun daya
yang dihasilkan pembangkit tersebut tidak digunakan.
D. Kesimpulan
Pada hasil diskusi dan kerja sama mengenai Pembangkit Listrik Tenaga Surya Atap ini, dapat
disimpulkan mengenai energi terbarukan sebagai energi terpercaya yang seharusnya lebih
mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah maupun masyarakat. Hasil dampak positif yang
diberikan menutupi dampak-dampak negatif yang sangat dihindari oleh kita sebagai konsumen
dari pemanfaatan energi-energi lainnya.

E. Daftar Pustaka
Kurniawan.E,dkk.(2019). Penyuluhan Penggunaan Listrik dari Sumber Energi Surya Di
Pesantren AL MUKARRAMAH Kabupaten Bandung, Bandung : Universitas Telkom

Sirojuddin.dkk.(2021). Penerapan Pembangkit Listrik Tenaga Surya Untuk Penerangan dan


Sound system di Rumah Qur`an Tabarok Bekasi, Jakarta : Universitas Negri Jakarta

Anda mungkin juga menyukai