Anda di halaman 1dari 9

Rana Karuniawati

119390022

M. K Studium General

Webinar Future energy tech and innovation forum 2021

Energy Surya di Indonesia : Kebijakan, Tren, Program dan Outlook

1. Pendahuluan

Komitmen Indonesia predisen Joko Widodo pada UN Climate Change Conference,


COP21, Paris 2015. Komitmen global target Paris agreement : menjaga kenaikan
temperature global tidak melebihi 2 derajat celcius dan mengupayakan menjadi 1,5
derajat celcius. Komitmen nasional amanat UU no. 16/2016 tentang pengesahan
Paris agreement : menurunkan emisi GRK 29% dari BaU (kemampuan sendiri)
atau 41% (dengan bantuan internasional) pada 2030 sesuai NDC. Komitmen sector
energy menurunkan emisi GRK sebesar 314-398 juta ton CO2 pada tahun 2030,
melalui pengembangan energy terbarukan, pelaksanaan efisiensi energy, dan
konservasi energy, serta penerapan teknologi energy bersih.

Pangsa EBT dalam bauran energy nasional. Dari lima tahun terakhir menunjukan
peningkatan pemanfaatan EBT dan batu bara sedangkan pemanfaatan minyak dan
gas terus menurun. Diperlukan program percepatan untuk mencapai target EBT
23% pada tahun 2025. Focus pada energy terbarukan dengan instalasi dengan
durasi yang tidak lama dan harga kompetitif (low-cost production). Pertumbuhan
permintaan kelistrikan (-2,4%*)) pada tahun 2020 dan mayoritas pembangkit COD
menyokong sistem ketenagalistrikan Jawa-Madura-Bali. Energy terbarukan
sebagai penggerak utama ekonomi, termasuk pemulihan ekonomi akibat covid 19.

Potensi energy surya Indonesia (2016). Potensi teknis dari energy surya khususnya
di Riau, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Aceh, Jambi, Jawa Timur, Jawa Barat,
Kalimantan, Selawesi Tengah, Selawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, Papua,
dan papua Barat.
2. Pembahasan

Transisi energy menuju energy bersih. Percepatan pengembangan EBT tetap


mempertimbangkan realitas kebutuhan energy, keekonomian yang wajar dengan
memberikan kesempatan pertama pada energy terbarukan. Meminimalkan
intermittency factor.

Percepatan EBT

1. Subtitusi energy primer/final, tetap menggunakan eksisting teknologi ; B30,


co-firing, pemanfaatan RDF.
2. Konversi energy primer fosil, terjadi penggantian teknologi
pembangkit/konversi. Pltd atau pltu digantikan dengan PLT, EBT, biogas,
dan pellet untuk memasak.
3. Penambahan kapasitas EBT untuk memenuhi demand baru ; focus pada plts
4. Pemanfaatan EBT non listrik/non BBN seperti briket dan pengeringan
produk pertanian biogas.

Kendaraan listrik

Penggunaan kendaraan listrik diproyeksikan menghemat bahan bakar sekitar


Rp. 100.000 perbulan motor listrik dan Rp. 320.000 perbulan untuk mobil.

Efisien energy

Total penghematan komulatif s.d Desember 2020 sebesar 56,6 juta SBM.
Dan pencapaian pengurangan emisi CO2 komulatif s.d Desember 2020 sebesar
64,35 juta ton CO2.

Pengembangan EBT

1. Tambahan pembangkit sekitar 38 GW tahun 2035, membuka peluang ekspor


listrik EBT melalui ASEAN power grid.
2. EBT diprioritas kan untuk PLTS (biaya investasi makin rendah). Inisiasi
NTT sebagai lambung energy surya.
3. Upaya percepatan :
- Implementasi petaruran presiden terkait harga EBT
- Pengembangan energy biomassa melalui kebun/hutan energy, limbah
pertanian dan sampah kota
- Sinergi perizinan PLTA terkait UU sumber daya air, pungutan dan
retribusi air, dan penyediaan alam
- Pembangunan PLTN skala kecil di sistem remote
- Perbaikan peraturan menteri ESDM terkait PLTS atap.

Global energy trend - penurunan biaya investasi PLTS/PLTB

Biaya PLTS dan PLTB terus turun.

- PLTS menunjukan penurunan biaya paling tajam selama 2010-2019


sebesar 82% , PLTB onshore 40% dan PLTB offshore 29%.
- Biaya listrik dan PLTS skala utilitas turun 13% tahun ke tahun, mencapai
hampir 7 sen (USD 0,068) per KWH pada 2019.

Program pengembangan PLTS atap (2021-2030)

Tujuan

- Keterlibatan dan peran serta seluruh masyarakat dalam memanfaatkan


PLTS.
- Memberi jaminan market bagi tumbuhnya industry PLTS dalam negeri.

Target : 2,157 GW

- Gedung pemerintah (73, 25 MW)


- Bangunan dan fasilitas milik BUMN (742 MW)
- Kelompok social (68,8 MW)
- Industry dan bisnis (624,2 MW)
- Rumah tangga (648,7 MW)

Status per Desember 2020, kapasitas terpasang 21,40 MWP (3.007 pelanggan)

- PLTS atap KESDM 859 kwp


- PLTS atap angkasapura II 241 kwp
- PLTS atap coca cola amatil di Cikarang 7,2 mwp (terbesar di asean)
- PLTS atap SPBU pertamina 52 kwp
- PLTS atap refinery unit 3,36 mwp
- PLTS atap sei mangkei 2 mwp
- PLTS atap danone aqua di Klaten 3 mwp
Regulasi eksisting :

Permen ESDM no. 49/2018 jo. 13/2019 jo. 16/2019 pehitungan ekspor-impor
listrik (net marketing) :

- Impor listrik dari PLN sebesar 100%


- Ekspor listrik dari PLTS atap ke PLN maksimal 65%

Pengembangan aplikasi e-smart PLTS atap

- Latar belakang
Negara dengan kapasitas PLTS besar didukung aplikasi survey energy
surya seperti PVWatt Calculator (Amerika) dan SunSpot (Australia) yang
berfungsi sebagai evaluasi pra-kelayakan PLTS atap secara online.
Peraturan menteri ESDM 49/2018 mendorong pemanfaatan PLTS atap.
Status PLTS atap Indonesia di awal 2020 adalah 5 mwp. Potensi pasar
PLTS atap di Indonesia berkisar 21 gwp hingga 116 gwp.
- Produk inovatif
Aplikasi e-smart (electronic survey monitoring and reporting) PLTS atap.
- Manfaat
Mengurangi biaya survey PLTS atap karena dapat dilakukan dengan
cepat dan murah tanpa harus kelokasi, memudahkan masyarakat yang
akan memasang PLTS atap dengan mengetahui potensi surya yang
dimiliki.
- Akses
Dapat diakses secara bebas oleh masyarakat melalui website
P3TekKEBTKE

Program pengembangan PLTS skala besar (2020-2035) targer 10.7 GW

a. PLTS di NTT Sumba 2 GW


- Bundling dengan interkoneksi 500 kv ke Jawa
- Intermitensi dapat diredam dengan PLTGU dan PLTA di Jawa yang
cukup besar.
b. PLTS di Kalbar yang dikombinasikan dengan import listrik dari sabah 0.5-
1GW
- Intermitensi akan di redam dengan PLTA di Kalimantan Utara secara
bertahap masuk atau di absors oleh PLTG peaker yang akan di relokasi
dari Jawa
c. PLTS di bekas lahan tambang timah diBangka Belitung dan PLTS terapung
di Singkarak 0.5-1 GW
- Maket sounding Indonesia power estimasi harga listrik <4 cUSD/ kWh
- Intermittency dapat diredam dengan PLTA di Sumatera atau PLTG
peaker yang direlokasi dari Jawa.
d. PLTS yang akan di bangun di bekas area pertambangan, lahan tidak
produktif, dan pemanfaatan waduk

Regulasi PLTS atap (Permen ESDM No. 49/2018 jo. Permen ESDM No. 13/2019
jo. Permen ESDM No. 16/2019)

Tujuan dan Manfaat

Masyarakat:

- Penghematan/mengurangi tagihan listrik bulanan.


- Membuka peran serta masyarakat dalam pemanfaatan dan pengelolaan
energi terbarukan.

Pemerintah dan PLN:

- Meningkatkan peranan EBT dalam bauran energi nasional.


- Percepatan peningkatan pemanfaatan energi surya.
- Mendorong berlangsungnya industri energi surya dalam negeri.
- Meningkatkan investasi EBT.
- Meningkatkan kemandirian dan ketahanan energi.
- Mengurangi emisi GRK.
- Meningkatkan lapangan kerja.

Sistem PLTS Atap

- Sistem PLTS Atap meliputi: modul surya, inverter, sambungan listrik


pelanggan, sistem pengaman, dan meter kWh Ekspor-Impor.
- Pengguna: Konsumen PLN termasuk Sektor Industri.
- Kapasitas: 100% daya tersambung konsumen (Watt).
- Lokasi Pemasangan: diletakkan pada atap, dinding atau bagian lain dari
bangunan milik konsumen PLN.

Perhitungan Ekspor Dan Impor Transaksi kredit energi listrik pelanggan pada akhir
bulan dihitung sebagai berikut:

Tagihan Listrik Pelanggan (kWh) = Jumlah kWh Impor – 65% Nilai kWh Ekspor

- Jumlah kWh Ekspor : Jumlah kWh yang diekspor pelanggan ke PLN


yang tercatat pada meter kWh ekspor.
- Nilai kWh Impor : Nilai kWh yang diimpor pelanggan dari PLN.

Revisi Permen ESDM No. 49/2018 jo No. 13/2019 jo No. 16/2019 Tentang PLTS
Atap

Subtansi yang sedang di bahas

- Ketentuan ekspor listrik lebih besar dari 65% (semula 65%)


- Kelebihan akumulasi selisih tagihan dinihilkan diperpanjang (semula
pada bulan ke-3)
- Mekanisme pelayanan diwajibkan berbasis aplikasi (saat ini masih
manual)
- Perluasan tidak hanya pelanggan PLN saja tetapi pelanggan di Wilayah
Usaha non-PLN (saat ini hanya pelanggan PLN)

Tantangan pengembangan energy surya

1. Kemampuan industri solar PV dalam negeri baru pada tahap assembly


modul surya (solar cell diimpor dari luar negeri).
2. Pengembangan industri solar PV dalam negeri ada pada skala ekonomi yang
kecil sehingga tidak kompetitif. Harga panel surya dalam negeri masih 30 –
45% lebih mahal dibandingkan modul surya impor.
3. Salah satu komponen PLTS yang penting, yaitu inverter masih belum dapat
diproduksi di dalam negeri.
4. Teknologi penyimpanan energi (baterai) yang masih mahal, membuat PLTS
saat ini belum dapat dijadikan pembangkit baseload seperti pembangkit fosil
yang dapat beroperasi 24 jam, sementara PLTS dengan baterai dapat
menajdi solusi untuk permasalahan intermittent.
5. Kemampuan produksi dalam negeri yang masih terbatas untuk mendukung
proyek PLTS skala utilitas/besar, misalnya size modul produksi dalam
negeri terbesar adalah 370 Wp, tetapi di dunia sudah mulai memakai size
modul 550 Wp., kemampuan menyediakan modul dalam waktu yang
terbatas karena kapasitas produksi yang masih kecil (Kapasitas nasional
produksi modul surya gabungan adalah 500 MW/tahun).

3. Simpulan

- Indonesia berkomitmen untuk mencapai porsi EBT sebesar 23% dalam


bauran energy nasional pada tahun 2025 sebagai bagian dari pemenuhan
target ken dan paris agreement.
- Pengembangan Energi Baru Terbarukan akan fokus pada teknologi yang
memiliki durasi instalasi tidak lama dan yang memiliki harga kompetitif
(low cost production).
- Pengembangan PLTS di Indonesia diimplementasikan melalui 3 skema
yaitu PLTS Atap, PLTS Skala Besar (Solar Farm), dan PLTS Terapung
- Perbaikan regulasi akan menjadi kunci untuk mendukung percepatan
transisi energi menuju energi baru terbarukan, termasuk diantaranya
Undang-Undang EBT, Peraturan Presiden mengenai pembelian Energi
Terbarukan oleh PLN, serta Permen ESDM mengenai PLTS Atap.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai