Paper ini dibuat menyelesaikan Ujian Tengah Semester, yang mana akan mengulas tentang
pemahaman dari kasus proyek penambahan pembangkit 35.000 MW yang dilihat dari
proses bisnis perencanaan sistem tenaga litrik mulai dari filosofi PMO, pengantar RUPTL
atau undang undang yang mengatur sistem tenaga listrik, perkiraan beban, sampai dengan
perencaan sistem pembangkitan. Pembuatan paper dengan menggunakan metode analisis
dari beberapa jurnal yang terkait.
Jelasin secara umum isi paper : Analisis Proyek 35000 MW berdasarkan perencanaan STL
27baris
Pendahuluan
Masalah/metodologi
Berdasarkan data PLN, berikut rincian progres pembangunan proyek listrik 35.000 MW
hingga Juni 2021; Beroperasi 10.600 MW, Konstruksi 17.690 MW, Telah kontrak/PPA 6.060
MW, Pengadaan 800 MW, Perencanaan 700 MW.
Menurut Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030, setelah dilakukan
revaluasi aset, kemampuan keuangan Perusahaan Listrik Negara (PLN) telah meningkat
sekitar 65%. Dengan kemampuan keuangan tersebut, PLN yakin dapat membangun
pembangkit tenaga listrik sebesar 29% dari total kapasitas 35.000 MW.
Program pembangunan pembangkit listrik yang telah direncanakan sejak 2015 ini sebagian
besar telah memasuki masa konstruksi dan akan segera beroperasi. Namun, sebagian
pihak menilai tingkat oversupply PLN berpotensi naik karena pasokan listriknya bertambah,
namun permintaannya masih rendah.Rendahnya permintaan listrik kian tertekan seiring
dengan kontraksi perekonomian Indonesia pada 2020 akibat pandemi Covid-19. Menurut
data PLN, penjualan listrik pada tahun 2020 terkontraksi sebesar 0,79%. Dengan demikian,
dalam RUPTL 2021-2030 PLN memproyeksikan pertumbuhan listrik akan berada di level
4,9% per tahun. Angka ini lebih rendah dibanding proyeksi sebelumnya, di mana
pertumbuhan listrik diprediksi sebesar 6,4% per tahun dalam RUPTL 2019-2028.
Kebijakan Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan terkait ketahanan energi yang tepat untuk
masalah energi pada masa pandemi saat ini yaitu Arah pengembangan pembangkitan tenaga
listrik berdasarkan Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) adalah sebagai
berikut(KESDM, 2019):
b. Setiap pembangkit tenaga listrik harus menyediakan pasokan bagi masyarakat disekitarnya
c. Prioritas pertama adalah sumber EBT, berikutnya adalah batubara mulut tambang dan gas
mulut sumur (wellhead)
d. Porsi EBT dalam bauran energi pembangkitan tenaga listrik sekitar 23% pada 2025
e. Pembangkit base load dapat sekaligus berfungsi sebagai load follower dengan
meningkatkan fleksibilitas operasinya
f. PLTU menggunakan teknologi yang lebih ramah lingkungan dan memiliki efisiensi tinggi
seperti Clean Coal Technology (CCT)
g. PLTG dan PLTMG didorong menjadi close cycle/combined cycle sehingga menjadi
PLTGU dan PLTMGU
h. Pembangkit BBM hanya untuk pasokan tenaga listrik mendesak dan sementara seperti
daerah krisis, black start, dan cadangan emergency
j. Pembangkit yang bersifat sementara (kontrak jangka pendek 1 s.d. 5 tahun) harus dibatasi
dan dikendalikan secara ketat.
Pembahasan
Penutup