Anda di halaman 1dari 5

KAJIAN PLTA DAN PLTU SEBAGAI PEMBANGKIT ENERGI LISTRIK DI

INDONESIA

Pendahuluan

Tingginya kebutuhan energi listrik yang dibutuhkan masyarakat sejatinya tidak sejalan
dengan persebaran listrik yang tidak merata di Indonesia. Pada dasarnya persebaran penggunaan
listrik hanya menjangkau daerah perkotaan, sedangkan daerah pelosok tidak mendapatkan
pasokan listrik yang cukup. “Rasio elektrifikasi, Indonesia saat ini baru mencapai angka 58%.
Dengan jumlah penduduk 220 juta jiwa, berarti masih ada sekitar 105 juta penduduk yang tidak
mendapat pelayanan energi listrik. Khusus di wilayah Jawa Barat saja, masih ada sekitar 4 juta
keluarga yang belum menikmati terangnya listrik di rumah mereka. Faktor sulitnya akses serta
rendahnya fleksibilitas pemasangan jaringan ke pelosok terpencil adalah salah satu
penyebabnya”.

Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro atau dapat disebut PLTMH didefenisikan oleh
Damastuti (1997) sebagai energi terbarukan yang memanfaatkan sumberdaya air sebagai
penghasil energi dimana energi yang dihasilkan tergolong pada energi skala kecil (kurang dari
200 kW). Dalam Potensi pembangunan PLTMH juga masih sangat besar. Pemanfaatan PLTMH
adalah sekitar 60 MW dimana potensi yang mampu dihasilkan oleh kelistrikan tenaga air sekitar
7.500 MW dan 10 persen digunakan sebagai PLTMH.

Analisis PLTMH sangat berhubungan erat dengan debit aliran serta ketinggian jatuh air pada
suatu bendungan, saluran irigasi, sungai, dan air terjun. Potensi sumberdaya air di Indonesia
yang cukup melimpah sangat menguntungkan guna rencana pemasangan PLTMH. Indonesia
merupakan daerah yang tergolong pada iklim tropis basah dengan musim yang hanya terdiri atas
2 (dua) macam yakni musim kemarau dan musim penghujan. Iklim tropis basah memiliki
karakteristik kelembaban udara yang relatif tinggi serta curah hujan yang tinggi setiap tahunnya.

PLTA dan PLTU

 PLTA
Pembangkit Listrik Tenaga Air atau yang biasanya disingkat PLTA adalah pembangkit
listrik yang memanfaatkan air dengan mengubahnya dari energi potensial dan energi
kinetik air.

Pengertian PLTA menurut Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 54/M-


IND/PER/3/2012 tentang Pedoman Penggunaan Produk dalam Negeri Untuk
Pembangunan Infrastruktur Ketenagakerjaan adalah pembangkit yang mentransformasi
energi potensial menjadi energi yang memiliki kecepatan yang dikenal dengan energi
kinetik air sehigga menghasilkan energi listrik.
Tidak hanya sebatas air dari sebuah air terjun dan waduk, melainkan juga meliputi
pembangkit listrik yang mengeluarkan tenaga air dalam bentuk lain seperti halnya tenaga
ombak.

 PLTU
PLTU atau Pembangkit Listrik Tenaga Uap adalah sebuah pembangkit listrik yang
menggunakan tenaga uap atau energi uap untuk menghasilkan pasokan tenaga listrik.

Bentuk utama pemanfaatan energi ini sebenarnya hampir mirip dengan prinsip kerja
dari pembangkit listrik tenaga panas bumi dimana sebagai tenaga penggeraknya
menggunakan sebuah generator yang akan dihubungkan ke sebuah turbin pembangkit
yang kemudian akan di olah menjadi tenaga listrik.

Tenaga penggerak utama dalam proses pembentukan energi ini adalah sebuah energi
kinetik yang berasal dari uap panas dan juga kering. Untuk pembangkit listrik tenaga uap
sendiri sebenarnya mengguanakan bahan bakar yang berasal dari batu bara atau minyak
bakar yang berasal dari energi fosil.

Ketersediaan Sumber Energi

Indonesia kaya akan dengan potensi energi terbarukan (antara lain energi surya, air, bayu,
biomassa, laut, dan panas bumi) yang belum dimanfaatkan secara optimal. Menurut data ESDM,
dengan teknologi yang ada saat ini, potensi listrik dari energi terbarukan mencapai 432 GW, atau
7-8 kali dari total kapasitas pembangkit terpasang saat ini. Dari potensi tersebut, baru sekitar 7
GW yang telah dimanfaatkan secara komersial, dan hingga tahun 2028, akan ada penambahan
sekitar 29 GW oleh PLN berdasarkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL)
2019-2028. Sementara itu, Rencana Umum Energi Daerah (RUED) yang disusun oleh 34
pemerintah provinsi mengindikasikan total kapasitas terpasang energi terbarukan pada tahun
2025 mencapai 48 GW.

Mayoritas pembangkit listrik energi terbarukan yang ada maupun yang direncanakan
mengandalkan tenaga air atau panas bumi. Dari 7 GW kapasitas terpasang yang ada, 66% adalah
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dan 27% Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi
(PLTP). Demikian pula dari 29 GW rencana penambahan dalam RUPTL, 50% berupa PLTA dan
26% berupa PLTP. Di sisi lain, rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
hanya sebesar 7% walaupun potensinya hampir mencapai 50% potensi energi terbarukan di
Indonesia. Dalam RUED, rencana pembangunan PLTS memiliki proporsi yang lebih besar,
mencapai 16%.

Energi surya memiliki potensi lebih dari 200 GW dengan efisiensi teknologi
photovoltaic yang tersedia saat ini. Namun, pemanfaatan energi surya dalam pembangkitan
listrik masih kurang dari 100 MW. Potensi tenaga surya ini tersebar di seluruh wilayah
Indonesia, dengan potensi terbesar ada di Kalimantan Barat (20 GW), Sumatera Selatan (17
GW), dan Kalimantan Timur (13 GW). Daerah-daerah tersebut merupakan daerah yang juga
memiliki cadangan batu bara terbesar. Maka, ada peluang peralihan sumber energi dari batu bara
menuju energi surya di daerah tersebut.

Dampak Lingkungan

 PLTA
a. Pembangkit listrik ini membutuhkan investasi yang besar.
b. Lahan yang digunakan cukup luas untuk pusat listrik dengan kapasitas listrik yang
besar.
c. Dengan adanya pembuatan bendungan air untuk PLTA, dapat mengakibatkan
ekosistem sungai atau danau pada tempat tersebut terganggu.
 PLTU
Seperti halnya PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) yang menggunakan batubara
sebagai bahan baku pengoperasian pembangkit listrik tentunya akan sangat berdampak
karena menghasilkan limbah B3, dikarenakan merugikan dan menyebabkan masyarakat
terjangkit penyakit pernafasan ketika setiap harinya menghirup udara kotor karena telah
terkontaminasi oleh debu fly ash dan buttom ash yang dihasilkan dari pembakaran
batubara, sehingga banyak dari masyarakat yang mengidap penyakit Batuk, Bronkitis,
TB, ISPA.
PLTU Batubara, turut memberikan dampak yang buruk atas menurunya kualitas
lingkungan hidup, kesehatan, kenyamanan warga, dan bahkan ekonomi warga yang kian
hari makin merosot karena mata pencaharian yang berkurang disektor pertanian.

Perkembangan di Masa Depan

Kementerian ESDM mengungkapkan, setidaknya terdapat enam sumber daya EBT yang
dimiliki Indonesia. Yaitu energi air, surya, angin, arus laut, bioenergi, dan panas bumi. Total
potensi keenam sumber daya tersebut diperkirakan sebesar 441,7 GW dengan kapasitas
terealisasi hingga saat ini baru sebesar 8,89 GW atau 2% dari potensi.

Untuk mencapai EBT sebesar 23% dengan total daya 92,2 million tonnes of oil equivalent
(mtoe) pada tahun 2025 dalam Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2017 tentang Rencana
Umum Energi Nasional (RUEN), tentunya pemerintah tidak bisa berjalan sendirian. Diperlukan
peran semua pihak termasuk swasta untuk mendorong percepatan itu. Beberapa hal yang harus
diperhatikan untuk percepatan itu yaitu kepastian hukum, sumber daya manusia yang mumpuni,
dan inovasi teknologi.

Terkait payung hukum, pemerintah Indonesia sudah memiliki road map pengembangan energi
nasional melalui Kebijakan Energi Nasional yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor
79 Tahun 2014 yang menargetkan bauran energy baru dan terbarukan sebesar 23% pada 2025
dan 31% pada 2050.
Terkait sumber daya manusia dan inovasi teknologi, Indonesia bisa belajar banyak dari
negara-negara lain yang sudah sukses menjalankan EBT, seperti Kosta Rika, Tiongkok, Swedia
dan Denmark. Korelasi pemetaan potensi dan inovasi teknologi EBT juga sangat penting. Data
Kementerian ESDM menyatakan terdapat 11 wilayah prioritas pengembangan energi baru
terbarukan yang tersebar di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi hingga Papua. Total potensi
EBT sekitar 225 Giga Watt (GW). Data ini harus didukung oleh penguatan kajian oleh
pemerintah daerah.

Referensi:

1. Agus D S(2018). PLTA, Tumpuan Masa Depan EBT di Indonesia.Retrived from:


https://investor.id/opinion/plta-tumpuan-masa-depan-ebt-di-indonesia.
2. Zahra F(2020januari), Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA): Pengertian,
Komponen, dan Pengelolaan, https://foresteract.com/pembangkit-listrik-tenaga-air/
3. Dwi A, Perlu Anda Ketahui, Beginilah Cara Kerja PLTU!,
https://bills.alterra.id/cara-kerja-pltu/.
4. Indra H(2020), Potensi Pembangkit EBT di Indonesia Sangat Besar,
https://voi.id/berita/9833/potensi-pembangkit-ebt-di-indonesia-sangat-besar.
5. Adminlbh(2019) Dampak Energi Kotor PLTU Batubara Menyebabkan Kabupaten
Cilacap Krisis lingkungan Hidup yang Bersih”.
https://lbhyogyakarta.org/2019/10/17/dampak-energi-kotor-pltu-batubara-
menyebabkan-kabupaten-cilacap-krisis-lingkungan-hdup-yang-
bersih/#:~:text=Seperti%20halnya%20PLTU%20(Pembangkit%20Listrik,setiap%
20harinya%20menghirup%20udara%20kotor.

Anda mungkin juga menyukai