Anda di halaman 1dari 3

ENTREPRENEURIAL STATE DI TIONGKOK DAN AS

Entrepreneurial state adalah konsep negara yang bertindak layaknya entrepreneurs atau wiraswasta,
yang dengan cermat membaca perubahan, juga menemukan dan memanfaatkan peluang.
Entrepreneurial yang dijalankan Negara-negara tersebut memiliki kesamaan pada entrepreneurial sector
wisata yaitu perencanaan (planning), pembelajaran (learning), perbaikan rencana (revision of plans), dan
eliminasi kesalahan (elimination of errors).

Entrepreneurial state mengambil risiko yang tidak berani diambil oleh para pengusaha atau aktor
swasta, Peran penting Negara adalah bukan hanya sekadar fasilitator bagi aktor-aktor swasta. Negara
merupakan mitra urtama bagi mereka. Negara berperan penting dalam membangun pengetahuan
melalui laboratorium nasional dan universitas, memobilisasi sumber daya yang mendorong
pengetahuan dan inovasi terdifusi secara luas melalui sektor-sektor ekonomi, serta mengembangkan
strategi untuk pembangunan teknologi di wilayahwilayah prioritas .

Sebagai mitra utama bagi aktor-aktor privat, pemerintah memiliki kewenangan untuk membuat
peraturan atau kebijakan, misalnya kebijakan terkait perkembangan infrastruktur telekomunikasi,
Pemerintah juga dapat memberikan bantuan dengan cara menyediakan informasi tentang prosedur
terkait dan menghubungkan perusahaan lokal dengan perusahaan internasional. Pemerintah juga
memiliki andil besar dalam upaya legalisasi dokumen-dokumen elektronik, penjagaan hak-hak
intelektual, keamanan data-data pribadi, serta mekanisme penyelesaian masalah yang berhubungan
dengan hal-hal tersebut.

Luedde-Neurath mengidentifikasi dua jenis intervensi yang dilakukan oleh entrepreneurial state, yaitu
intervensi kewiraswastaan terarah dan intervensi kewiraswastaan terfasilitasi . Intervensi, baik terarah
maupun terfasilitasi, dapat menimbulkan efek negatif apabila tidak disertai dengan pembelajaran
kewiraswastaan .Oleh karena itu, negara harus cermat dalam membaca situasi – baik dari dalam
maupun luar negeri – melihat peluang, dan belajar dari kesalahan agar intervensi-intervensi yang
diberikan tepat sasaran dan mendorong kemajuan perekonomian. Karakter entrepreneurial state inilah
yang dapat dilihat dari pemerintah AS dan Tiongkok saat mempersiapkan negaranya menuju era e-
commerce. Kedua negara secara aktif membantu pertumbuhan, merangsang, dan mengelola beragam
aspek yang penting bagi tumbuh kembang e-commerce.

 Peran Negara dalam Perkembangan E-commerce: Infrastruktur

fondasi awal yang harus dibangun untuk mengembangkan e-commerce adalah infrastruktur
teknologi yang mampu menunjang sistem pembayaran dan traffic aggregation. Teknologi yang semakin
maju di suatu negara atau wilayah akan semakin membuka jalan bagi e-commerce untuk berkembang
secara luas. Pengembangan teknologi dilakukan oleh berbagai negara sebelum negara-negara tersebut
memanfaatkan TIK dalam kegiatan ekonomi secara masif. Ini lah yang dilakukan oleh pemerintah
Tiongkok dan pemerintah AS. Keduanya menjalankan proyek besar untuk meningkatkan teknologi di
negara masing-masing. Proyek besar pemerintah Tiongkok dikenal dengan Golden Projects, sementara
pemerintah AS memiliki DARPA. Proyek semacam Golden Projects dan DARPA tidak hanya
menghabiskan dana dalam jumlah yang besar, tetapi juga membutuhkan perencanaan yang baik serta
tenaga ahli yang terampil. Proyek yang dijalankan oleh tiongkok dan Amerika Serikat merupakan proyek
skala besar dan harus memiliki perencanaan yang baik oleh karena itu banyak perusahaan an tidak
berani melakukanna karena resiko tersebut dan menjadikan neara sebaai actor untuk
meneksekusinaPihak swasta cenderung sulit mengambil risiko ini karena beberapa alasan seperti
kendala dana, tidak adanya legitimasi/ kemampuan mengoordinasi begitu banyak pemangku
kepentingan secara ‘paksa,’ dan minimnya proyek tolak ukur. Pada situasi seperti ini, negara sebagai
entrepreneurial state berperan besar karena negara berani untuk mengambil risiko yang tidak berani
diambil oleh aktor swasta. Pemerintah Tiongkok dan pemerintah AS menjalankan proyek
pengembangan teknologi tidak hanya karena para aktor swasta enggan menanggung risiko dari proyek
tersebut, tetapi juga karena pemerintah Tiongkok dan pemerintah AS bekerja selaku entrepreneurial
states yang memiliki 101BAB IV | ENTREPRENEURIAL STATE DI TIONGKOK DAN AMERIKA SERIKAT | visi
dari proyek tersebut. Pemerintah Tiongkok menjalankan proyek-proyek pembangunan dan
pengembangan teknologi, seperti The 8th Five National Science and Technology Promotion Project dan
Golden Projects, karena pemerintah melihat bahwa keberadaan teknologi mampu mempermudah
pengawasan atas instansi-instansi di berbagai wilayah dan bisa memberikan keuntungan ekonomi yang
dapat memperkuat posisi mereka di mata masyarakat Tiongkok. Sementara DARPA dijalankan oleh
pemerintah AS atas dasar kepentingan pertahanan negara pasca Perang Dunia II. AS membutuhkan
teknologi yang mutakhir untuk mempertahankan posisi dan kekuatan mereka di level internasional—
terutama di tengah konfrontasi tidak langsung dengan Uni Soviet. Meskipun bertindak sebagai pemeran
utama, pemerintah tentu tidak bergerak sendiri dalam upaya pengembangan teknologi di suatu negara.
Kerja sama antara publik dan privat merupakan langkah yang dapat diambil untuk berinvestasi dalam
upaya tersebut (Dobbs, 2013). Hal yang perlu digarisbawahi adalah negara bukan sebatas fasilitator bagi
para aktor privat, melainkan menjadi mitra utama bagi mereka. Pemerintah Tiongkok melibatkan
berbagai instansi di bawahnya, universitas-universitas dan aktor-aktor swasta dalam proses
perkembangan e-commerce negaranya. Dalam Golden Bridge misalnya, pemerintah bekerja sama
dengan JiTong Communications Co., Ltd. Perusahaan ini adalah joint stock company yang memiliki 26
pemegang saham dan berafiliasi dengan Kementerian Industri Informasi. Golden Bridge bertujuan untuk
membangun jaringan dan menggabungkan sistem informasi di Tiongkok. Proyek yang dirilis pada tahun
1993 ini menghasilkan interconnected space satellite dan ground fiber optic network yang kemudian
dimanfaatkan untuk menciptakan sistem telekomunikasi terintegrasi. Sistem ini digunakan untuk
berbagai macam hal, antara lain perbankan, bea cukai, perdagangan luar negeri, perdagangan dalam
negeri, transportasi, pertanian, kehutanan, pendidikan, dan penelitian (Pecht, 2006). Sementara itu, AS
yang sering dianggap sebagai negara yang mengedepankan sistem pasar bebas, ternyata juga menjadi
salah satu negara yang paling banyak melakukan intervensi ketika berurusan dengan inovasi.
Pemerintah AS tidak hanya memberikan dana untuk pengembangan teknologi, tetapi juga ikut turun
langsung dalam prosesnya. Contohnya adalah kerja sama yang dilakukan oleh pemerintah dan Fairchild
Semiconductor, perusahaan penghasil teknologi semikonduktor maju yang didirikan oleh sekelompok
peneliti 102Isu-isu Masyarakat Digital Kontemporer | dan insinyur. Dalam kerja sama ini, pemerintah
menjadi pelanggan pertama dan utama bagi Fairchild Semiconductor. Dampak dari hal ini adalah
berkembangnya model bisnis tambahan di AS dan inovasi-inovasi yang dihasilkan di laboratorium masuk
ke pasar dalam jumlah yang jauh lebih besar (Mazzucato, 2014). Kondisi ini kemudian terus berkembang
sehingga DARPA memperluas jangkauan sektornya, dari pertahanan negara ke sektor ekonomi.

Anda mungkin juga menyukai