Anda di halaman 1dari 11

POTENSI ENERGI TERBARUKAN PADA MASA KINI DAN MASA DEPAN DI

INDONESIA

Di Susun oleh:

Hamry Nur Ramadhani 2110331008

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER


2023
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berdasarkan penelitian (Siregar & Ningsih, 2019) mengatakan “Indonesia
merupakan daerah tropis, dan mempunyai curah hujan yang baik serta negara yang memiliki
daerah-daerah yang banyak ditumbuhi pepohonan. Beraneka ragam jenis tanaman yang
tidak dijumpai di tempat-tempat lain, dapat dijumpai di sini”. Energi dibutuhkan bagi aktivitas
manusia terutama untuk kegiatan perekonomian, rumah tangga, industri, bisnis serta transportasi.
Sebagian besar suplai energi di dunia berasal dari bahan bakar fosil yang merupakan sumber
daya non terbarukan.
Energi menjadi suatu keharusan yang diperlukan masyarakat, xperan energi tidak
terbarukan lalu jadi rawan, walhasil, perlunya memakai dan memaksimalkan potensi kemampuan
daya terbaru terbarukan yang ada di semua area Indonesia seperti panas bumi, tenaga air, tenaga
angin, bioenergi ( bioetanol, biodiesel, biomassa), tenaga arus laut, tenaga nuklir, serta tenaga
surya (Rosyid Ridlo Al Hakim, 2020).
Secara perlahan tapi pasti, negara – negara maju dengan perlahan tapi pasti mulai
meninggalkan energi konvensional dan beralih ke EBT. Di awal tahun 2017, dalam International
Renewable Energy Agency (IRENA) disebutkan bahwa dalam 10 tahun belakang ini investasi
pengembangan energi terbarukan naik pesat. Data terakhir di 2015 tercatat investasi dalam EBT
sebesar US$ 305 miliar, naik dari 2014 sebesar US$ 270 miliar, dan 2013 sebesar US$ 231
miliar. Data lainnya, hingga 2030, Badan Energi Dunia (International Energy Agency/IEA)
memproyeksikan permintaan energi dunia meningkat 45% atau 1,6% per tahun.
Aksesibilitas energi yang sempurna dan masuk akal telah menjadi salah satu tujuan
kemajuan yang dapat dikelola pada tahun 2030, di mana pengelolaan energi adalah masalah di
seluruh dunia dan memerlukan tanggung jawab pemerintah pusat dan negara-negara tetangga
untuk berkepentingan dalam melaksanakan tujuan ini. Di Indonesia, pendekatan energi baru dan
energi ramah lingkungan tertuang dalam undang-undang tidak resmi no. 79 Tahun 2014 tentang
Kebijakan Energi Nasional (KEN). Dalam arsip, energi baru dan daya ramah lingkungan
ditetapkan untuk mencapai 23% pada tahun 2025, dan pada tahun 2050 akan mencapai
setidaknya 31%. Kemudian lagi, ketergantungan pada minyak dan batu bara difokuskan untuk
berkurang, sebesar 20% dan 25%, secara terpisah. Untuk mencapai tujuan ini, diperlukan upaya
dan proyek yang berbeda yang elaborasi dan pelaksanaannya terkandung dalam rencana energi
publik secara keseluruhan (RUEN) dan rencana energi umum umum (RUED-P).
Dalam beberapa tahun terakhir, pemanfaatan EBT dalam sistem smart grid telah
meningkat. Sejumlah besar program telah dilaksanakan di berbagai belahan dunia yang sebagian
besar berada di negara maju dan berkembang. Beberapa studi menunjukkan bahwa teknologi ini
dapat memberikan layanan listrik murah yang handal dan relatif rendah (N. Phuangpornitak,
2013)
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Potensi Energi Terbarukan Masa Kini


Energi merupakan sebuah unsur yang diperoleh dari sumber daya alam yang
berfungsi untuk memenuhi segala kebutuhan makhluk hidup terutama bagi manusia dalam
menjalani aktivitasnya. Penggunaan energi tersebut dimaksudkan sebagai bentuk upaya manusia
untuk dapat mempertahankan keberadaannya dan mampu meningkatkan kesejahteraan dan
kemakmuran hidupnya. Penggunaan terhadap energi tersebut sering dimanfaatkan oleh manusia
sebagai sumber untuk penyediaan tenaga listrik. Upaya tersebut sejalan dengan apa yang
tercantum didalam Konstitusi Negara Republik Indonesia, yaitu pada Pasal 33 Ayat (3) UUD
1945 yang menyatakan bahwa “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.
Beberapa sumber energi alternatif yang dianggap potensial saat ini antara lain
adalah energi baru dan terbarukan (EBT). Sejauh mana potensi sumber energi ini dapat
diandalkan dalam hal ini diukur dan dianalisis menurut keekonomian. Untuk itu metodologi yang
diterapkan adalah analisis terhadap masing-masing sumber energi. Analisis dilakukan melalui
beberapa cara, yakni perbandingan langsung atas informasi/data aktual yang telah tersedia yang
dianggap otentik. Sedangkan informasi yang tidak menyediakan nilai akhir memerlukan analisis
secara kuantitatif, yaitu perhitungan yang dilakukan dengan menerapkan persamaan konversi
hingga didapatkan angka dalam satuan $ per kWh. Satuan energi kWh dipilih karena merupakan
hasil konversi paling akhir dalam proses penyediaan energi pada konsumen. Perhitungan masing-
masing energy adalah sebagai berikut:
1. Energi Surya
Energi surya dapat diperoleh secara gratis, karena matahari dapat menyinari
sebagian besar permukaan bumi. Namun untuk mengkonversi energi surya
dibutuhkan peralatan yang harganya cukup mahal, sehingga biaya yang
dibutuhkan cukup tinggi untuk per satuan energi listrik yang diproduksi. Biaya
surya didasarkan pada persamaan berikut:
2. Energi Angin
Energi angin juga diperoleh gratis, namun untuk mengkonversi dibutuhkan
instalasi yang membutuhkan biaya cukup mahal per satuan energi listrik yang
dirpoduksi. Biaya energi angin didasarkan pada persamaan:

3. Energi Batubara
Energi listrik dari batubara dibangkikan melalui proses produksi uap dengan
pembakaran batubara. Pembangkit listrik berbahan bakar batubara {PLTU
batubara) dapat membangkitkan listrik dalam skala besar. Biaya produksi listrik
tergantung pada biaya investasi pembangkit dan harga bahan bakarnya. Dalam
kajian ini biaya produksi listrik didasarkan pada data/informasi dari berbagai
sumber.
4. Energi Gas
Dasar analisis dalam perhitungan biaya energi gas juga didasarkan pada
biaya produksi listrik yang dibangkitkan dengan tenaga gas bumi. Sama seperti
halnya pada pembangkit listrik batubara, pada pembangkit listrik tenaga gas
(PLT-gas), biaya produksi listrik tergantung pada biaya investasi pembangkitan
dan haga bahan bakar gas. Namun pada PLT-gas umumnya biaya investasi lebih
rendah, dan biaya bahan bakar lebih tinggi.
5. Energi Nuklir
Pembangkit listrik tenaga nuklir bekerja dengan banyak kesamaan seperti
seperti pembangkit berbahan bakar fosil, kecuali bahwa didalam reaktor nuklir
berlangsung "reaksi berantai" yang memproduksi panas sebagai gantinya. Reaktor
menggunakan batang uranium sebagai bahan bakar, dan panas dihasilkan oleh fisi
nuklir.
Pemanfaatan energi terbarukan semakin meningkat karena kekhawatiran tentang
perubahan iklim dan keterbatasan sumber daya fosil. Negara-negara dan perusahaan di
seluruh dunia sedang berinvestasi dalam teknologi energi terbarukan dan mengembangkan
proyek-proyek untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan bergantung pada sumber energi
yang lebih berkelanjutan.

2.2 Potensi Energi Terbarukan Masa Depan


Dalam istilah dasar, daya berkelanjutan dicirikan sebagai energi yang dapat
dipulihkan (tidak habishabisnya) seperti siang hari, air, panas bumi dan angin. Sumber daya
berkelanjutan tidak berbahaya bagi ekosistem sumber energi yang tidak mencemari iklim dan
tidak menambah perubahan lingkungan dan perusakan atmosfer berbahaya seperti sumber
konvensional lainnya. Inilah pembenaran mendasar mengapa energi berkelanjutan begitu erat
kaitannya dengan isu-isu alam dan lingkungan menurut banyak orang. Tenaga ramah lingkungan
di Indonesia terdiri dari energi berorientasi matahari, energi angin, biomassa, energi air, energi
panas bumi dan lain-lain. Energi berbasis matahari di Indonesia menggunakan PV bertenaga
matahari yang menggunakan sebagian cahaya matahari secara langsung untuk menghasilkan
tenaga. Kecepatan angin di Indonesia memiliki potensi yang luar biasa, khususnya di daerah tepi
laut. Biomassa adalah energi yang diperoleh dari sumber alami seperti kotoran makhluk hidup
dan endapan tumbuhan. Potensi ini khususnya berasal dari usaha gula, kelapa sawit, dan kayu.
Energi air juga memiliki potensi yang luar biasa, namun pelepasan air yang fluktuatif membuat
tenaga yang dihasilkan menjadi tidak sehat. Potensi panas bumi Indonesia mencapai 29 GW
(terbesar di planet ini) namun batas yang diperkenalkan masih 1.341 W (4,6%). Potensi yang
luar biasa ini karena Indonesia merupakan jalur vulkanik (ring of fire). Dengan asumsi
penggunaan listrik baru dan ramah lingkungan ini ideal, proporsi goncangan publik bisa
mencapai 100%.
Potensi energi terbarukan di masa depan diharapkan semakin meluas dan inovatif,
dengan perkembangan teknologi dan peningkatan kesadaran akan pentingnya transisi ke sumber
daya energi yang berkelanjutan. Beberapa tren dan proyeksi terkait dengan potensi energi
terbarukan di masa depan termasuk:

1. Pengembangan Teknologi Baru


Inovasi teknologi terus mendorong kemajuan dalam bidang energi
terbarukan. Teknologi penyimpanan energi yang lebih efisien, panel surya yang
lebih kuat, dan turbin angin yang lebih efisien sedang dikembangkan untuk
meningkatkan efisiensi dan daya saing energi terbarukan.

2. Energi Laut
Potensi energi terbarukan dari laut, seperti arus laut, energi termal laut, dan
energi osmotik, masih belum sepenuhnya dieksplorasi. Diharapkan bahwa
teknologi yang lebih canggih akan memungkinkan ekstraksi energi dari laut
secara lebih efisien di masa depan.

3. Energi Nuklir Terbarukan


Energi nuklir berbasis thorium dan reaktor fusi nuklir dianggap sebagai
energi nuklir terbarukan yang potensial di masa depan. Sumber daya nuklir ini
diharapkan dapat memberikan pasokan energi yang berkelanjutan tanpa dampak
lingkungan yang signifikan.

4. Pengembangan Jaringan Energi Terbarukan Terdesentralisasi


Pengembangan jaringan energi terbarukan terdesentralisasi dapat
memungkinkan penggunaan energi terbarukan di tingkat lokal, seperti
penggunaan mikrogrid dan jaringan energi terdesentralisasi yang menghubungkan
produsen energi terbarukan secara langsung dengan konsumen.

5. Energi Hidrogen
Pengembangan teknologi untuk produksi, penyimpanan, dan penggunaan
energi hidrogen diharapkan akan menjadi fokus utama di masa depan. Hidrogen
dapat menjadi salah satu solusi untuk penyimpanan energi yang efisien dan bersih
serta dapat digunakan dalam berbagai sektor, termasuk transportasi dan industri.

6. Penggabungan Teknologi
Penggabungan teknologi energi terbarukan dengan teknologi digital, seperti
kecerdasan buatan (AI) dan Internet of Things (IoT), dapat meningkatkan
efisiensi operasional dan kinerja dari sistem energi terbarukan di masa depan.

7. Penurunan Biaya dan Keberlanjutan


Dengan penurunan biaya produksi dan pengembangan teknologi yang lebih
ramah lingkungan, energi terbarukan diharapkan akan menjadi lebih terjangkau
dan berkelanjutan secara ekonomi dibandingkan dengan sumber energi fosil di
masa depan.
Dengan terus meningkatnya investasi dan fokus pada pengembangan energi
terbarukan, diharapkan bahwa potensi ini akan terus berkembang dan dapat mengurangi
ketergantungan global terhadap sumber daya energi fosil.
Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan sejumlah kebijakan dan regulasi untuk
memaksimalkan pemanfaatan energi baru, seperti meminimalkan penggunaan minyak bumi,
mengoptimalkan penggunaan gas bumi, dan penggunaan batu bara sebagai swinger apabila
kebijakan ketiga sebelumnya belum berjalan sesuai harapan. Selain itu, pemerintah juga
mengeluarkan peraturan mengenai tarif EBT, mengembangkan bio energi di 12 kota, membuat
instalasi pembangkit listrik tenaga bayu, dan lain-lain. Dalam upaya energi terbarukan,
diperlukan juga pengembangan sistematis untuk mengembangkan potensi energi baru dan
terbarukan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Di Indonesia, pendekatan energi baru dan energi ramah lingkungan tertuang dalam
undang-undang tidak resmi no. 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN).
Untuk itu metodologi yang diterapkan adalah analisis terhadap masing-masing sumber
energi. Analisis dilakukan melalui beberapa cara, yakni perbandingan langsung atas
informasi/data aktual yang telah tersedia yang dianggap otentik. Potensi ini khususnya
berasal dari usaha gula, kelapa sawit, dan kayu. Energi air juga memiliki potensi yang luar
biasa, namun pelepasan air yang fluktuatif membuat tenaga yang dihasilkan menjadi tidak
sehat. Potensi panas bumi Indonesia mencapai 29 GW (terbesar di planet ini) namun batas
yang diperkenalkan masih 1.341 W (4,6%).
DAFTAR PUSTAKA
Siregar, Z. H., & Ningsih, M. S. (2019). Implementasi metode NIOSH dan analisa QEC
pada alat potong ranting. Operations Excellence: Journal of Applied Industrial
Engineering, 11(1), 34–48. https://doi.org/10.22441/oe.v11.1.201 9.014
Rosyid Ridlo Al Hakim. (2020). Model Energi Indonesia, Tinjauan Potensi Energy
Terbarukan Untuk Ketahanan Energi Di Indonesia: Literatur Review. ANDASIH
Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat, 1(1), 1–11.
N. Phuangpornpitak and S. Tia, ―Opportunities and Challenges of Integrating
Renewable Energy in Smart Grid System,‖ Energy Procedia, vol. 34, pp. 282–
290, 2013.

Anda mungkin juga menyukai