Anda di halaman 1dari 4

Pembangunan Penyimpan Energi Bawah Laut (Under Water Storage Energy)

sebagai Solusi Alternatif Surplus Energi Listrik Indonesia di Tahun 2019

Oleh : Raju Pratama


Teknik Kimia, Universitas Sriwijaya
rajupratama.rapra@gmail.com

Energi dapat berubah bentuk dari satu bentuk ke bentuk energi lain tetapi tidak
bisa diciptakan atau dimusnahkan ---- Hukum Kekekalan Energi

Tidak dapat dipungkiri bahwa energi listrik merupakan salah satu kebutuhan
manusia yang sangat penting di era modern. Hampir setiap aktivitas yang dilakukan
manusia setiap hari membutuhkan enerig listrik. Dengan adanya energi listrik
menyebabkan perekembangan yang signifikan di berbagai aspek kehidupan
manusia seperti pendidikan, teknologi, sosial, dan budaya. Sebelum adanya listrik,
hampir semua peralatan bantu manusia dalam kehidupan sehari-hari digerakkan
oleh tenaga manusia atau dengan alam.

Energi listrik merupakan aliran elektron (atom bermuatan negatif) yang dilepaskan
karena adanya ketidakstabilan dalam atom. Sumber energi listrik skala besar
merupakan sistem pembangkit tenaga listrik (PTL) yang telah dirancang secara
kompleks dengan memanfaatkan sumber daya alam sebagai bahan bakar, seperti
batubara, gas alam, angin, cahaya matahari, dan nuklir. Pada dasarnya, penggunaan
bahan bakar tersebut adalah untuk menggerakkan turbin yang kemudian akan
menghasilkan tenaga mekanik untuk menggerakkan generator, di generator inilah
listrik dapat dihasilkan. Listrik dapat dikonversikan ke bentuk energi yang lain
seperti mekanik, panas, dan lain-lain.

Di Indonesia, penyediaan energi listrik dikelola lansung oleh pemerintah di bawah


PT Perusahaan Listrik Negara (PT PLN) yang dapat bekerjasama dengan pihak
swasta berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2017
[3]. Penggunaan energi listrik di Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun
ke tahun. Berdasarkan data yang dirilis oleh finance.detik (2017) bahwa pada awal
tahun 2017, peningkatan komsumsi energi listrik tercatat sekitar 2,5 sampai 3% [5].
Hal ini mendorong pemerintah untuk melakukan program peningkatan daya listrik,
salah satunya adalah dengan adanya pemabangunan daya listrik 35.000 MW.

Pembangunan 35.000 MW listrik merupakan langkah drastis pembangunan energi


listrik. Diperkirakan apabila target 35.000 MW ini tercapai akan menyebabkan
surplus energi di beberapa wilayah di Indonesia. Misalnya di Bangka Belitung,
menurut Rino Gumpar melalui Kompas.com (2017) bahwa Bangka Belitung akan
surplus listri sampai 2020 sekitar 400 MW [1]. Selain itu, menurut Jonan yang
dirilis oleh Dunia-Energi (2017) bahwa pulau Jawa diprediksikan akan surplus
energi listrik pada 2021 sekitar 5.000 MW [2]. Surplus ini merupakan aset yang
sangat berharga bagi Indonesia mengingat pentingnya energi listrik dan sumber
daya energi yang semakin menipis.

Pembangunan sistem penyimpanan energi merupakan salah satu solusi alternatif


yang dapat dilakukan untuk keberlansungan energi Indonesia di masa depan. Di
masa depan, penggunaan energi diperkirakan akan semakin meningkat dan diiringi
dengan sumber daya yang semakin menipis. Penggunaan sumber energi terbarukan
masih dalam tahap pengembangan yang panjang di Indonesia. Penggunaan energi
terbarukan juga akan lebih efisien apabila dikombinasikan dengan sistem
penyimpanan energi bawah laut (under water storage energy).

Teknologi penyimpanan energi bawah laut (under water storage energy)


merupakan salah satu bentuk teknologi yang memanfaatkan prinsip konversi
energi. Teknologi penyimpanan energi bawah laut ini telah diuji coba di Toronto,
Kanada dan hasil yang didapatkan sangat menguntungkan untuk pemenuhan energi
jangka panjang. Menurut data yang dirilis oleh Hydrostor (2013) bahwa
implementasi teknologi penyimpan energi bawah laut di Toronto telah mampu
membangkitkan listrik dan kapasitas distribusi sekitar 300 rumah selama 12 jam
pada beban standar [4].

Teknologi penyimpanan energi bawah laut (under water storage energy)


memanfaatkan udara terkompresi untuk dikonversikan ke energi listrik. Menurut
Wellenghem (2015), prinsip kerja dari teknologi penyimpanan energi bawah laut
(under water storage energy) memanfaatkan energi listrik untuk mengaktifkan
kompresor dan heater sehingga dapat menghasilkan udara bertekanan tinggi [6].
Panas dari udara tersebut akan disimpan dalam heat tank sedangkan udara
bertekanan tinggi akan menuju balon yang diletakkan pada dasar laut [6]. Apabila
energi listrik dibutuhkan, maka udara terkompresi tersebut akan dilepaskan dari
dasar laut dengan memanfaatkan tekanan bawah laut yang kemudian akan menuju
unit heater sehingga menjadi udara panas (superheated) yang akan memutarkan
turbin. Kemudian akan menggerakkan generator dan menghasilkan listrik kembali.

Kedalaman balon udara merupakan salah satu faktor penting dalam


mendistribusikan udara ke permukaan. Menurut Hydrostor (2013), kedalaman yang
diimplementasikan di Toronto sekitar 50 meter di bawah permukaan laut dengan
jarak 2,5 km dari garis pantai [4]. Balon udara merupakan wadah penyimpanan
yang berperan vital dan dapat ditambah jumlahnya. Menurut Wellenghem (2015)
bahwa teknologi penyimpanan energi bawah laut Toronto beroperasi dengan
kehandalan yang baik dan tingkat efisiensi sekitar 60 sampai 70% [6].

Gambar 2. Penyimpanan energi bawah laut


Sumber: Hydrostor

Dengan pemanfaatan teknologi penyimpanan energi bawah laut di Indonsia, akan


meningkatkan efisiensi penggunaan energi listrik. Hal ini disebabkan sebagian besar energi
listrik akan disimpan di dalam under water storage energy. Selain itu, surplus energi listrik
Indonesia juga menjadi peluang besar untuk menggunakan teknologi penyimpanan energi
listrik bawah laut. Teknologi penyimpanan energi bawah laut ini telah terbukti hemat dan
ramah lingkungan karena tidak menghasilkan emisi gas buangan layaknya pembangkit
listrik konvensional. Selain itu, teknologi ini juga dapat dikombinasi dengan pembangkit
atau sumber listrik apapun karena energi yang disimpan dibawah laut dalam bentuk udara
terkompresi.
Daftar Pustaka

[1] Dahnur, H.. 2017. Ada Surplus Energi 400 MW, PLN Tangtang Investor
Datang ke Bangka Belitung. (online): regional.kompas.com (Diakses pada
tanggal 28 Desember 2017).

[2] Dunia-Energi. 2017. Pulau Jawa Surplus Listrik 5.000 MW pada 2021.
(online): www.dunia-energi.com (Diakses pada tanggal 28 Desember 2017).

[3] ESDM. 2017. Peraturan Percepatan Pembangunan Infrastruktur


Ketenagalistrikan. (online): www.djlpe.esdm.go.id (Diakses pada tanggal 28
Desember 2017).

[4] Hydrostor. 2013. Under Water Compressed Air Energy. Hydrostorca.


Kanada: Toronto.

[5] Rachman, F.. 2017. Konsumsi Listrik PLN Semester I 2017 Tumbuh 2,5%.
(online): www.finance.detik.com (Diakses pada tanggal 28 Desember 2017).

[6] Welleghem, C. V.. 2015. Hydrostor Activate World’s First Utility-Scale


Under Water Compressed Air Energy Storage System. Hydrostorca. Kanada:
Toronto.

Anda mungkin juga menyukai