PENDAHULUAN
BAB II
2
PEMBAHASAN
3. Energi adalah suatu bentuk kekuatan yang dihasilkan atau dimiliki oleh
suatu benda (Pardiyono)
3
sumberdayanya tidak akan habis. Jenis energi terbarukan meliputi Panasbumi,
Mikrohidro, Tenaga Surya, Tenaga Gelombang, Tenaga Angin, dan Biomasa.
Sumber Energi Angin adalah gerakan udara yang terjadi ketika naik udara
hangat dan udara dingin di bergegas untuk menggantinya. Energi angin telah
digunakan selama berabad-abad untuk kapal layar dan kincir angin untuk
menggiling gandum. (Arismunandar, 2004) Hari ini, energi angin ditangkap oleh
turbin angin dan digunakan untuk menghasilkan listrik.
Kincir angin sebagai sumber energi listrik yang telah ada saat ini memiliki
beberapa kekurangan, di antaranya hanya bisa dimanfaatkan di tempat-tempat
yang potensial dengan angin yang berhembus harus memiliki kecepatan yang
tinggi dan stabil, minimal angin kelas tiga dan maksimal angin kelas delapan atau
4
mimimum enam meter per sekon untuk dapat memutar kincir angin. Selain itu,
kincir angin yang telah ada saat ini bersifat statis dan berukuran besar sehingga
membutuhkan lahan khusus yang tidak sedikit untuk menempatkan kincir angin
tersebut, hal ini diikuti pula dengan biaya yang cukup besar.
2.3 Pemanfaatan Poduk Kincir Angin Portable Sebagai Pengganti Energi Listrik
Kincir angin portable merupakan alternatif solusi yang dapat diberikan
dalam menjawab permasalahan di atas. Kincir angin portable ini menjadikan
angin sebagai sumber energi listrik tak hanya bisa dimanfaatkan di daerah yang
berangin kencang saja. Dengan meletakkan kincir angin pada sarana bergerak
maka angin yang didapat untuk memutar kincir akan jauh lebih besar dibanding
jika kincir angin tersebut diletak di tempat yang diam bahkan dengan ketinggian
bermeter-meter sekalipun. (Arismunandar, 2004)
Beberapa kendala dalam implementasi kincir angin statis seperti mahalnya
biaya investasi serta kebutuhan tempat yang spesifik dapat direduksi dengan
beberapa penyesuaian dalam pembuatan kincir angin portable. Pada dasarnya,
gerak laju sarana transportasi masyarakat dapat dimanfaatkan untuk memperoleh
hembusan angin yang memadai untuk memperoleh energi listrik (El Bassam &
Maegaard, 2004).
Secara umum prinsip kerja kincir angin portable sama dengan kincir angin
statis. Angin yang menerpa baling-baling pada kincir angin akan menimbulkan
putaran pada rotor yang selanjutnya dikonversi menjadi energi listrik. Perbedaan
yang signifikan terletak pada ukuran dan penempatan kincir angin. Pada
umumnya kincir angin statis memiliki ukuran yang relatif besar. Selain itu kincir
angin statis harus ditempatkan di daerah dengan hembusan angin cukup cepat
dan stabil agar dapat beroperasi dengan baik. Di sisi lain, kincir angin portable
relatif memiliki ukuran yang kecil dan dapat ditempatkan di sarana-sarana yang
bergerak seperti alat transportasi. Penempatan pada sarana bergerak tersebut
dilakukan untuk menghasilkan terpaan angin yang cukup besar pada baling-baling
kincir angin untuk menghasilkan listrik. Hal tersebut kemudian juga menyebabkan
ukuran kincir yang dibutuhkan cukup kecil untuk dapat dipasang pada sarana
bergerak.
5
Besarnya daya listrik yang dapat dihasilkan oleh sebuah kincir angin
beragam tergantung pada desain kincir angin tersebut serta kecepatan angin yang
menerpa baling-baling. Dengan demikian, sebuah kincir angin portable dapat
dirancang khusus dengan memperhatikan parameter-parameter tersebut. Sebagai
ilustrasi, sebuah kendaraan yang melaju dengan kecepatan 50 km/jam
memungkinkan memperoleh energi listrik sebesar 100 kW (Duffie dan Beckman,
2006). Semakin cepat kenderaan tersebut bergerak maka semakin kencang angin
yang memutar kincir sehingga energi listrik yang diperoleh akan semakin besar
pula. Ukurannya yang relatif kecil dan bisa dipindah-pindah, membuat kincir
angin ini menjadi praktis.
Perancangan kincir angin juga harus memperhatikan sarana atau wahana
yang akan dilekatinya. Sebuah kincir angin portable yang akan diletakkan pada
perahu nelayan tentunya akan berbeda dengan kincir angin yang akan diletakkan
pada bis umum meskipun keduanya menggunakan prinsip kerja yang sama.
Beberapa sarana yang memungkinkan untuk digunakan sebagai sarana bergerak
kincir angin adalah perahu nelayan, bis umum, atau kereta api/listrik. Dengan
beberapa penyesuaian, kincir angin ini juga dapat diterapkan pada kendaraan
pribadi.
Hal penting yang perlu diperhatikan adalah penempatan kincir sebaiknya
pada sarana yang bergerak pada kecepatan yang cukup tinggi dan konstan. Itu
berarti penempatan pada sarana transportasi dalam kota yang memiliki masalah
kemacetan serta kepadatan kendaraan menjadi hal yang kurang relevan untuk
dilakukan. Hal berikutnya yang tidak boleh dilupakan dalam perancangan adalah
adanya knop serta pelindung yang dapat digunakan sewaktu-waktu untuk
mencegah masuknya air pada badan kincir maupun dinamo ketika hujan. Selain
itu akumulator juga harus diposisikan pada bagian yang telindung dari gangguan
saat sarana bergerak.
7
Di mana p merupakan daya per satuan luas (W/m 2) sedangkan v merupakan
kecepatan angin (m/s). Sebagai contoh, sebuah kincir dengan ukuran rotor 1 m
yang dipasang pada sebuah sarana seperti perahu berkecepatan 10 km/jam dan
kecepatan angin adalah 10 km/jam, kira-kira dapat menghasilkan energi listrik
kurang lebih 68 W. Apabila listrik tersebut disimpan dalam aki 12 Volt dan perahu
tersebut bergerak secara konstan selama 8 jam sehari, diperoleh akumulasi listrik
sebesar 68 W/12 V x 8 = 45 Ampere-jam. Nilai tersebut mampu menyalakan
lampu 2 A selama 22 jam.
Untuk kendaraan darat, ukurang baling-baling perlu diperkecil guna
mencapai desain yang estetis. Namun demikian rata-rata kendaraan darat memiliki
laju yang lebih besar daripada perahu sehingga daya listrik yang dihasilkan tidak
lebih kecil. Untuk desain rotor dengan diameter 0,4 m pada kendaraan yang
melaju konstan dengan kecepatan 50 km/jam, dapat dihasilkan daya listrik sebesar
133 W. Selanjutnya, apabila energy listrik yang tersimpan di dalam akumulator
telah habis dapat dilakukan pengisian ulang energi kembali.
Komponen utama yang digunakan dalam pembuatan kincir angin portable
adalah baling-baling, chasis, alternator atau generator, rangkaian kabel, serta
baterai aki. Biaya pembuatan kincir angin portable sangat bergantung pada
desain. Namun demikian estimasi biaya diperkirakan mencapai satu juta rupiah
per unit. Biaya pembuatan kincir angin portable tersebut dapat ditekan dengan
cara menggunakan perkakas sederhana, seperti motor bakar bekas untuk alternator
dan wadah plastik bekas untuk chasis.
2.6 Produk Kincir Angin Portable Solusi Dari Kurangnya Pasokan Listrik
Penggunaan kincir angin portable dapat membantu masyarakat memperoleh
energi listrik meskipun sifatnya bukan 100% substitusi sumber energi listrik PLN.
Penggunaan kincir angin portable tentu tidak dapat menghasilkan daya listrik
sebesar listrik PLN. Namun setidaknya, hal tersebut dapat sangat membantu
masyarakat kecil yang masih kekurangan pasokan listrik. Bagi masyarakat kota,
penggunaan kincir angin portable dapat bermanfaat untuk aktivitas sekunder yang
8
membutuhkan listrik seperti memasak, charging baterai ponsel, atau penerangan
cadangan pada saat pemadaman listrik yang marak terjadi akhir-akhir ini.
Dampak positif lanjutan yang bisa dirasakan adalah adanya penghematan
penggunaan listrik PLN. Mengingat sebagian besar pasokan listrik PLN berasal
dari penggunaan batubara maupun diesel yang berdampak negatif bagi lingkungan
maka penggunaan kincir angin portable ini mampu memberikan kontribusi yang
tidak kecil untuk menekan pencemaran udara dan pelepasan emisi gas rumah
kaca. Penggunaan kincir angin portable juga tidak menghasilkan limbah yang
mencemari lingkungan. Limbah baru akan terbentuk saat kincir sudah aus dan
tidak dapat digunakan lagi.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Gagasan yang diajukan adalah sebuah kincir angin portable sebagai
alternatif sumber energi listrik yang ramah lingkungan. Kincir angin ini memiliki
beberapa kelebihan dibanding dengan kincir angin yang sudah ada sebelumnya,
diantaranya praktis karena bisa dipindahkan dan bisa dibawa-bawa, biaya
produksinya lebih kecil karena menggunakan material daur ulang, energi listrik
yang dihasilkan cukup besar karena kincir angin ini diletak di atas sarana
transportasi yang bergerak sehingga angin yang diperoleh memiliki kecepatan
yang cukup tinggi, serta ramah lingkungan karena memanfaatkan potensi alam
tanpa merusaknya.
Kincir angin portable sebagai sumber energi listrik ini juga tidak hanya
dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan listrik rumah tangga masyarakat perkotaan,
namun dapat dimanfaatkan pula untuk memudahkan penerangan bagi para
pedagang keliling atau untuk kebutuhan listrik lainnya misalnya untuk
penggunaan blender dan alat elektronik lainnya, dapat pula sebagai sumber energi
listrik sementara bagi para pendaki gunung, masyarakat pesisir pantai yang
memiliki energi listrik lebih terbatas dibandingkan masyarakat perkotaan, serta
bagi masyarakat pelosok yang membuka lahan baru dan menetap di daerah yang
belum terjamah oleh listrik PLN.
3.2 Saran
10
DAFTAR PUSTAKA
El Bassam, Nasir dan Preben Maegaard. 2004. Integrated Renewable Energy for
Rural Communities. Amsterdam: Elsevier.
Ghopur, Abdul. 2009. Energi Listrik dalam Dilema. suara pembaca. detik.
com/read/20/09/08/19/093147/1185402/471/energi-listrik-dalam-dilema.
Kadir, Abdul. 1987. Energi: Sumber Daya, Inovasi, Tenaga Listrik, Potensi
Ekonomi. Jakarta: UI Press.
11