Anda di halaman 1dari 2

ENERGI ALTERNATIF

ENERGI ANGIN

Angin adalah salah satu sumber energi alternatif yang murah dan tidak mengakibatkan polusi yang
berbahaya. Penggunaan energi angin juga dipakai pada kincir angin yang menghasilkan listrik.
Baling-baling pada kincir angin akan berputar cepat apabila ada angin besar yang bertiup. Putaran ini dapat
menggerakkan turbin pada suatu pembangkit tenaga listrik. Jadi, energi angin dapat dijadikan sumber
pembangkit energi listrik.

Energi angin telah dimanfaatkan oleh manusia sejak zaman dahulu untuk menggerakkan perahu layar dan
kincir angin.
Energi angin dihasilkan dari gaya angin yang berembus di permukaan bumi, serta termasuk ke dalam sumber
energi yang dapat diperbarui, karena angin akan terus berembus sepanjang matahari bersinar.

Merangkum dalam buku Energi dan Perubahannya yang ditulis oleh Drs. Kandi, M.A. dan Drs. Yamin
Winduono, M.Pd., energi angin telah digunakan oleh bangsa Persia sejak 7 SM, dengan membuat kincir
angin pertama di dunia. Kincir Angin tersebut digunakan untuk menggiling padi, memompa air, memotong
kayu, dan menghasilkan bentuk energi mekanik lainnya. Pada saat ini, pemanfaatan energi angin juga
digunakan untuk mengubah energi angin menjadi energi listrik, dengan alat berupa turbin.
Pembangkit listrik yang menggunakan tenaga angin disebutkan sebagai jenis pembangkit energi, yang laju
pertumbuhan termasuk cepat di dunia. Bahkan, kapasitas total pembangkit listrik yang berasal dari tenaga
angin di seluruh dunia, jumlahnya berkisar 17,5 GW.
Di Indonesia, pembangkit listrik yang memakai tenaga angin berada di dua lokasi, yaitu di Sulawesi Selatan,
tepatnya, yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Sidrap di Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap)
dan PLTB Tolo di Kabupaten Jeneponto.

Kincir angin menggerakkan turbin berkapasitas 2.5 MW pada 30 kincir tersebut dapat menghasilkan listrik
sebesar 75 Mega Watt (MW) dan diperkirakan akan mampu mengaliri listrik 70.000 pelanggan di wilayah
Sulawesi Selatan dengan daya listrik rata-rata 900 volt Ampere. PLTB Sidrap terpasang di lahan seluas 100
hektare, dengan jumlah 30 turbin yang tingginya mencapai 80 meter dan baling-baling sepanjang 57 meter.

Dampak Positif dan Negatif dari Pembangkit Listrik Tenaga Angin


Dampak Positif yang dihasilkan dari Pembangkit Listrik Tenaga Angin sudah jelas yaitu ramah lingkungan
dan sudah tersedia di alam jadi tidak perlu biaya untuk membelinya.
Namun ada juga dampak negatif yang dihasilkan diantaranya yaitu studi kasus yang dilakukan pada turbin
angin di Laut Utara (Northsea) menunjukan bahwa kontruksi yang ada menyebabkan kematian burung yang
bermigrasi pada musim dingin karena menabrak turbin. Kontruksi juga dapat mengganggu jalur niaga kapal
dagang dan nelayan. Namun hal tersebut sudah disiasati dengan menyesuaikan kontruksi serta lokasi
instalasi turbin angin serta menurunkan ketinggiannya.
Untuk pembangkit listrik yang dipasang di daratan gangguan yang paling terasa adalah suara bising yang
ditimbulkan. Sehingga seharusnya penempatan lokasi harus jauh dari pemukiman penduduk.

Perkembangan teknologi dalam dua dekade terakhir menghasilkan turbin angin yang modular dan mudah
dipasang. Saat ini sebuah turbin angin modern 100 kali lebih kuat daripada turbin dua dekade yang lalu dan
ladang angin saat ini menyediakan tenaga besar yang setara dengan pembangkit listrik konvensional. Pada
awal tahun 2004, pemasangan tenaga angin secara global telah mencapai 40.300 MW sehingga tenaga yang
dihasilkan cukup untuk memenuhi kebutuhan sekitar 19 juta rumah tangga menengah di Eropa yang berarti
sama dengan mendekati 47 juta orang.
Dalam 15 tahun terakhir ini, seiring meningkatnya pasar, tenaga angin memperlihatkan menurunnya biaya
produksi hingga 50%. Saat ini di wilayah yang anginnya maksimum, tenaga angin mampu menyaingi PLTU
batu bara teknologi baru dan di beberapa lokasi dapat menandingi pembangkit listrik tenaga gas alam.

Anda mungkin juga menyukai